Nightfall Chapter 106

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Bab 106: Ternak, Pegunungan Kembali dan Resep

Penerjemah: TransN Editor: TransN

Di atas meja dekat jendela barat di bawah cahaya bintang ada selembar kertas, dua lembar kertas, tiga lembar kertas …

Chen Pipi melihat karakter kecil yang padat dengan tinta di kertas, dengan mata yang lebih lebar dan lebih lebar. Dia bisa merasakan kulit kepalanya menusuk. Dia bertanya-tanya tentang masalah apa ini, dengan sebenarnya tiga lembar kertas penuh, dan membacanya dari awal tanpa sadar:

“Haotian bersinar di seluruh dunia, sama seperti peternak yang mencintai dan memperhatikan semua makhluk. Jika Anda berpikir Anda agak pintar, maka cobalah untuk menghitung jumlah sapi yang dipelihara oleh Haotian. ”

“Sapi-sapi berkumpul di Pasar Kaiping Kekaisaran Tang utara. Mereka dibagi menjadi empat kelompok untuk melewati gerbang menuju padang rumput barbar untuk merumput dengan santai. Kelompok pertama berwarna putih seperti susu. Kelompok kedua memiliki kulit hitam mengkilap. Kelompok ketiga berwarna kuning-cokelat, dan kelompok keempat berwarna-warni. Setiap kelompok sapi memiliki sapi jantan dan sapi dalam jumlah yang tidak sama. ”

“Pertama, aku akan memberitahumu proporsi sapi jantan: jumlah sapi putih sama dengan jumlah sapi coklat ditambah sepertiga dan setengah dari jumlah sapi hitam. Selain itu, jumlah sapi hitam sama dengan seperempat dan seperlima ditambah semua sapi coklat … Ketika sapi jantan coklat dan sapi jantan berwarna-warni berkumpul bersama, mereka membentuk segitiga di mana tidak ada sapi yang berani menerobos … ”

“Tolong cari tahu jumlah pasti dari ternak yang berbeda. Dan harap dicatat bahwa saya bisa menyelesaikan ini ketika saya berusia tujuh tahun. ” (Catatan)

…

…

Pada waktu berikutnya, Chen Pipi menatap karakter padat dengan tinta di kertas dan mulai menggigit pemegang sikat. Dia menggaruk kepalanya, menarik rambutnya, mengayunkan kakinya dan menggigit bibirnya. Dia menghirup udara dingin, menjilat ujung semak dan mulai menghitung sebelum menyerah. Dia mengulangi tindakan di atas dan mengutuk keras ke dalam malam yang gelap.

Gunung di belakang Akademi dikelilingi kabut tipis di pagi hari. Trotoar dikelilingi oleh beberapa pagar, dengan suara lemah mematuk ayam di dekatnya. Suara acak membaca dan bertanya dapat didengar dari dalam Akademi di mana trotoar mengarah.

Kabut berangsur-angsur menghilang dan Chen Pipi keluar dengan tubuh gemuk. Matanya memerah setelah menatap pertanyaan itu sepanjang malam dan rambut yang diikat rapat itu berantakan, seperti jerami yang diseret oleh ayam, yang membuatnya tampak sangat menyedihkan. Dia sepertinya tidak membaca sepanjang malam, tapi lebih seperti anak malang yang dicambuk oleh ibunya dengan tongkat sepanjang malam.

Dia pergi ke pintu sekolah, mendengarkan suara-suara membaca dan bertanya di dalam dan memikirkan kesombongannya sendiri di hari-hari biasa, dan tidak bisa menahan rasa malu di wajahnya yang gemuk. Namun, dorongan untuk menyelesaikan masalah ini akhirnya dikalahkan oleh penghinaan yang mungkin dia hadapi. Karena itu, ia mengambil keputusan, mendorong pintu terbuka dan masuk untuk membungkuk kepada semua orang tanpa melihat sekeliling dengan hormat.

Setelah beberapa saat, suara tawa shock dan ejekan muncul di ruang belajar.

“Apakah sebenarnya ada pertanyaan matematika di dunia yang bahkan tidak bisa dipecahkan oleh Bruder Muda kita?”

“Jika kamu, satu-satunya genius di dunia ini yang tidak bisa menyelesaikan masalah, bagaimana kita bisa menyelesaikannya?”

“Pipi … jangan membodohi kita.”

Pada saat ini, seseorang muncul di depan pintu ruang belajar. Tawa di dalam tiba-tiba berakhir dan semua orang termasuk Chen Pipi dengan cepat berdiri untuk membungkuk hormat dan berkata, “Halo! Saudara kedua. ”

Pria ini disebut sebagai Saudara Kedua yang sangat tinggi, mengenakan topi mahkota yang sangat kuno dan setelan pakaian musim panas perguruan tinggi biasa, dan diikat dengan pita sutra emas di bagian pinggang. Dengan alis berbentuk pedang dan mata yang cerah, dia tampak menakjubkan dan ditutupi dengan jejak ketepatan dan kesopanan. Seluruh orang yang berdiri di sini seperti istana yang tak terguncang.

“Musim semi adalah awal tahun. Sekarang masih akhir musim semi, belum musim panas. Kalian malas! Fajar adalah awal hari. Sekarang masih awal fajar. Kalian telah nakal! Apakah Anda lupa aturannya ?! ”

Semua orang tahu bahwa Saudara Kedua selalu mematuhi ketepatan dan aturan dan bahkan lebih gugup ketika menghadapinya dibandingkan dengan menghadapi kepala sekolah Akademi dan Kakak Sulung. Karena mereka sudah lama terbiasa dengan klise ini, mereka cenderung mengabaikannya dan tidak keberatan sama sekali, hanya tersenyum dan bertindak bodoh sebagai tanggapan.

Chen Pipi tidak bisa bertindak mati rasa, jadi dia memaksakan senyum jelek dan merapikan rambutnya yang acak-acakan dengan kecepatan tercepat di bawah mata ketat Saudara Kedua. Kemudian dia menarik pakaian yang kusut di tubuhnya dan maju ke depan setelah batuk, dengan penuh hormat menyerahkan lembaran kertas di tangannya ke Saudara Kedua.

“Pada ujian masuk akademi, kamu mendapat nilai A + dalam enam mata pelajaran. Apakah sebenarnya ada pertanyaan matematika yang tidak bisa Anda pecahkan? ”

Saudara Kedua berkerut sedikit dan melirik ketiga lembar kertas itu. Kata-katanya mirip, tetapi tidak dimaksudkan untuk mengejek Chen Pipi, tetapi mengungkapkan keraguannya. Siapa yang memberi pertanyaan yang membuat orang jenius tersandung seperti Junior Brother-nya?

“Iya?”

Setelah membaca pertanyaan di atas kertas dengan cepat, Kakak Kedua mengerutkan kening dan bibir tipisnya miring ke atas. Setelah sekian lama, dia akhirnya mengucapkan beberapa patah kata. “Ini … Siapa yang mengajukan pertanyaan berdarah? Butuh terlalu banyak masalah dan waktu untuk menyelesaikannya. Saya harus mempelajari ritual kuno. Tidak ada waktu bagiku untuk melakukan ini denganmu, jadi lakukanlah sendiri. ”

Setelah mengatakan itu, Kakak Kedua mencabut lengan bajunya, meletakkan tangannya di pita sutra emas di pinggangnya, dan kemudian dengan bangga berbalik dari ruang belajar dan langsung menuju pagar yang dikelilingi oleh kabut di luar pintu.

Semua orang diam di ruang belajar dan melirik ke belakang Kakak Kedua terkejut, berpikir bahwa Kakak Kedua yang serius dan bangga menggunakan metode ini untuk menghindari penyelesaian pertanyaan. Berpikir tentang Saudara Kedua yang serius dalam kehidupan sehari-harinya, beberapa orang ingin tertawa tetapi segera mengangkat tangan untuk menutupi mulut mereka karena takut membiarkannya mendengar mereka.

Melihat Kakak Kedua berangsur-angsur pergi, Chen Pipi tampak jauh lebih tidak bahagia dengan kejang-kejang dan bahkan ombak di wajah gemuknya, dan kemudian pergi ke pintu sambil menangis. “Saudara Kedua! Anda tidak bisa pergi begitu saja tanpa saran! ”

Pada titik ini, Saudara Kedua perlahan-lahan berjalan menuju tanah batu di luar dengan langkah-langkah yang ketat dan teratur, seperti seorang kaisar di panggung permainan. Mendengarkan permohonan Chen Pipi, dia tidak kembali tetapi mengangkat tangannya dengan tidak sabar untuk menegur dengan kesal. “Seperti yang saya katakan, lakukan sendiri. Jawaban pertanyaan gila ini ternyata sangat banyak … Jangan bicara tentang Pasar Kaiping, bahkan seluruh Kekaisaran Tang tidak bisa menampung begitu banyak ternak. Saya lebih suka penasaran di mana peternakan Haotian berada! ”

…

…

“Yah, aku akui aku tidak bisa memecahkan masalah gila ini. Tapi saya tidak percaya Anda bisa menyelesaikannya, terutama ketika Anda berusia tujuh tahun. Kecuali Anda segera memberi tahu saya jawabannya, saya akan berpikir Anda curang. Sejujurnya, jika kamu menipu, akan ada konsekuensi yang sangat serius di Akademi, terutama untukku dan seseorang yang kesal hari ini. Itu bukan peringatan bagimu, melainkan peringatan yang ramah. ”

Di samping meja di dekat jendela barat, Ning Que menginjak kursi dengan kaki kanannya dan meletakkan lengan kanannya di jendela untuk menopang rahangnya, dengan senang hati membaca pesan pria itu dengan alis yang berkedut karena senang dari waktu ke waktu. Ketika dia melihat kata-kata “kesal”, dia tidak bisa menahan tawa keras, yang menyebabkan profesor wanita di jendela timur mengerutkan kening dan menatapnya.

Ning Que cepat meluruskan tubuhnya dan kemudian terus membaca pesan orang itu.

Dia tidak tahu siapa yang kesal pada pesan itu, dan berpikir bahwa itu adalah alasan bagi pria itu untuk menjaga wajahnya. Jika dia tahu itu adalah Saudara Kedua yang legendaris dari Lantai Dua yang kesal dan dengan marah mencambuk lengan bajunya untuk pergi, orang akan bertanya-tanya apakah dia akan menjadi jauh lebih bahagia atau takut karena akalnya.

Adapun tuduhan bahwa orang itu curang, Ning Que tidak peduli. Sebagai solusi pasien Stockholm untuk menyelesaikan masalah matematika, ia sangat menyadari rasa sakit dan amarah ketika seseorang tidak dapat menemukan jawaban atas sebuah pertanyaan — bahwa tuduhan pria dalam pesan itu tidak lebih dari sekadar penasaran terhadap jawaban itu.

“Apakah kamu ingin tahu jawaban untuk pertanyaan ini? Itu sederhana, beri tahu saya jawaban untuk pertanyaan obat Anda dan kemudian kami ikat dalam tes ini. Jika Anda tidak yakin, kami bisa melanjutkan permainan nanti. ”

Di luar jendela adalah musim semi terakhir yang cemerlang dan jangkrik muda menangis dengan putus asa. Ning Que menggelengkan kepalanya dan terkekeh, menggulung lengan bajunya untuk menuangkan air dan menggiling tinta, dan kemudian, dia mencelupkan kuas ke batu tinta untuk menulis kata-kata di atas di atas kertas.

…

…

Pada malam kedua, kereta kuda meninggalkan Akademi, melewati Gerbang Burung Vermilion di bagian selatan Chang’an, dan kemudian tiba di Lin 47th Street of Eastern City, berhenti di depan Old Brush Pen Shop. Ning Que berbalik untuk berterima kasih kepada pengemudi kereta dan berjalan ke toko.

Sangsang menutup toko dan berjalan keluar membawa semangkuk sup mie asam panas yang tersisa dari pagi. Dia meletakkan sup bersama dengan sumpit dan handuk di depan Ning Que, dan kemudian mengeluarkan semangkuk kepala sayur yang direndam cuka dan sepiring salad dari bawah meja.

Setelah seharian belajar keras di Akademi, Ning Que harus makan sisa makanan dan sayuran asin kecil setelah tiba di rumah. Dia berpikir bahwa mereka harus memperlakukan diri mereka dengan lebih baik, karena mereka memiliki dua ribu tael perak di tangan. Jika itu terjadi dalam kehidupan sehari-hari, mungkin dia akan langsung mengajari hamba perempuan kecil itu pelajaran. Tapi dia dalam suasana hati yang baik hari ini, jadi dia hanya menggelengkan kepalanya dan mengambil sumpit untuk makan dengan bahagia, sambil bertanya tentang bisnis toko hari ini.

Sangsang sudah memakannya di sore hari. Dia duduk di sampingnya, dengan lengan terlipat tipis di atas meja dan wajah hitam kecil di lengannya. Menatap dengan mata berbentuk willow, dia menyandarkan kepala untuk melihat wajah Ning Que. Setelah sekian lama, dia dengan penuh rasa ingin tahu bertanya, “Tuan muda, apakah Anda dalam suasana hati yang baik hari ini?”

“Ya.” Ning Que memasukkan sepotong kepala sayuran asin hitam ke dalam mulutnya dan mengunyahnya. Dia mengerutkan keningnya dengan rasa masam dan menjawab dengan samar, “Aku bertemu seorang pria yang menarik di Akademi baru-baru ini.”

Sangsang tertawa bahagia dan mengangkat wajah kecilnya untuk bertanya dengan khawatir setelah mendengar bahwa dia telah bertemu teman baru di Akademi. “Apakah orang itu teman sekelasmu? Laki-laki atau perempuan?”

Ning Que menatap wajah pelayan wanita kecil itu dan pergi sedikit kosong, mencelupkan sumpit ke dalam sup irisan mie hangat dan asam. Setelah ragu-ragu sejenak, dia berkata, “Aku belum pernah melihat orang itu, tapi … mungkin seorang pria?”

“Tidak tidak.”

Memikirkan metafora cabul orang itu untuk membaca tanpa mendapatkan makna dalam pesan pertama, dia menggelengkan kepalanya dan dengan tegas berkata, “Tidak mungkin, pria itu tentu saja seorang pria, seorang pria yang sangat miskin dan celaka yang telah menderita kerugian di tangan wanita berkali-kali. ”

“Miskin dan celaka …” Sangsang mulai berpikir dan mengerutkan hidungnya. “Mereka sepertinya dua kata yang berbeda.”

“Pengalaman yang buruk, temperamen yang buruk.” Ning Que menjelaskan dengan serius.

Sangsang duduk dan dengan rasa ingin tahu bertanya, “Apakah itu berarti dia sangat jelek?”

“Seperti yang aku katakan, aku belum pernah melihatnya.”

Ning Que mengambil selembar kertas dari tubuh dan menyerahkannya padanya. “Ada beberapa ramuan medis dan penggunaannya tertulis di koran. Besok Anda pergi ke apotek untuk minum obat, dan kemudian kembali menghadapinya sendiri. Ingatlah untuk tidak membiarkan yang lain melihatnya. ”

Sangsang menerimanya dan mengerutkan kening. “Mengapa yang lain tidak bisa melihatnya?”

Ning Que memikirkan pria yang meninggalkan pesan untuknya di perpustakaan lama dan tidak bisa menahan tawa untuk mengatakan, “Jika aku menebaknya dengan benar, pria itu harus menjadi siswa di Lantai 2 Akademi. Jadi resep ini tentu saja resep rahasia yang sangat indah dari Lantai Dua. Kami mendapat manfaat besar dari pria itu secara diam-diam, jadi sebaiknya kita merahasiakannya. ”

(Catatan dari penulis: Masalah ini milik pertanyaan Archimedes tentang ternak. Karena panjangnya, mustahil untuk menulis semuanya, atau saya akan menulis bab ini dengan mudah. Ha, ha. Semua orang dapat mencarinya di Google Apa artinya matematika bagi saya adalah seperti kultivasi untuk Ning Que. Ada banyak titik akupuntur yang diblokir. Saya hanya dengan santai menggunakan pertanyaan matematika. Jika ada masalah, pelajar matematika itu dapat memperlakukan saya seperti gas dan membiarkannya pergi. Karena itu, dapat dianggap sebagai penafian untuk Nightfall.)

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–