Nightfall Chapter 1062

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Bab 1062: Panah Dan Kembali

Penerjemah: Larbre Studio Editor: Larbre Studio

Sebelum Kota Wei, seekor kuda yang kesepian. Di ladang, tubuh yang kesepian.

Seperti kuda perang yang bingung, semua orang di kota dan kamp-kamp Tang kebingungan. Dari mana panah itu berasal?

Keheningan yang menyelimuti ladang, benar-benar sunyi, semua orang terpana.

Setelah dewa-tahu-berapa lama, suara kuku kuda terdengar lagi. Tentara kavaleri padang rumput lainnya keluar dari gerbang, naik perlahan menuju kamp Tang di selatan.

Mata semua orang tertuju padanya. Mereka semua tahu bahwa pada saat berikutnya, dia akan menemui ajalnya. Komandan Royal Court Duoer Cavalry jelas ingin mengorbankan orang ini untuk menentukan dari mana panah itu berasal.

Angin lembut, angin sepoi-sepoi bertiup menerpa matahari terbit. Jubah prajurit ksatria di belakangnya terbang bersama angin, menghilang sebelum bisa menjadi awan putih. Sama seperti hidupnya. Panah khas lainnya menembus ke dalam salah satu matanya, menyulap mata air darah. Ketika prajurit itu terbunuh, dia hanya pergi sedikit lebih dari seratus kaki jauhnya dari Kota Wei.

Kuda yang berlari kencang bergema lagi ketika beberapa prajurit kavaleri bergegas keluar dari gerbang kota. Para prajurit kavaleri mengacungkan cambuk di tangan mereka, meninggalkan satu tanda berdarah satu demi satu di belakang kuda. Raungan mereka memecah keheningan yang mati di depan gerbang kota, menunjukkan penolakan mereka yang sembrono dan kurangnya rasa takut akan kematian.

Pada kecepatan ini, bahkan kuda perang terbaik tidak akan mempertahankannya lama. Mereka tidak akan pernah mencapai kamp Tang di selatan dengan kecepatan ini. Tetapi jelas bahwa mereka tidak peduli.

Kali ini padang rumput tidak mengkhawatirkan tempo mereka, atau menggunakan waktu dan akselerasi untuk membangun moral. Mereka mendorong tunggangan mereka ke kecepatan tercepat dari awal karena mereka hanya ingin bergegas keluar dari gerbang kota.

Mereka tidak bisa membiarkan panah yang datang dari siapa-tahu-di mana meredam semangat Kavaleri Duoer. Mereka tidak dapat membiarkan panah untuk sepenuhnya mematahkan tempo biaya mereka. Mereka harus membuktikan sesuatu.

Bahkan jika mereka ditembak tidak lama setelah meninggalkan gerbang, mereka setidaknya bisa membuktikan bahwa pemanah misterius namun kuat tidak dapat melakukan hal yang mustahil, bahwa ia tidak dapat menghentikan semua prajurit kavaleri. Tetapi apa yang terjadi selanjutnya benar-benar mustahil.

Angin sepoi-sepoi bertiup lembut, jubah putih terbentang seperti awan. Tiga deru pelan berlalu, dan awan pun berkumpul dan darah muncul. Ketiga prajurit itu jatuh dari punggung tunggangan mereka ke tanah tanpa bersuara.

Panah terkubur dalam-dalam ke rongga mata mereka. Cairan dari bola mata mereka bercampur darah saat mengalir keluar.

Tiga panah masih merupakan panah standar yang paling khas yang digunakan oleh tentara Tang.

Itu bahkan lebih mengejutkan dan mengerikan ketika yang lain menemukan bahwa tiga prajurit Kavaleri Duoer tewas bahkan lebih dekat ke gerbang kota, lebih dekat daripada pembalap kedua yang keluar. Lebih tepatnya, mereka ditembak mati tepat setelah mereka keluar dari gerbang.

Di mana … tepatnya panah itu berasal?

Belum ada yang bisa memahami asalnya karena panahnya terlalu cepat. Bagaimana bisa panah yang khas ditembak sejauh ini? Dan begitu cepat? Kecepatan dan jarak tergantung pada kekuatan pemanah, tetapi bagaimana dengan akurasinya.

Duoer Cavalry sepenuhnya dibalut baju besi, hanya mata mereka yang terbuka. Selain itu, jauh lebih sulit untuk memukul mereka ketika mereka mengendarai dengan kecepatan tinggi. Tapi orang itu memukul setiap tembakan dari jarak yang begitu jauh!

Siapakah pemanah itu?

Di seberang dataran, ada banyak pemanah berbakat dalam jajaran Pengadilan Kerajaan dan tentara Battlefront Utara, atau bahkan di antara pencuri kuda oleh tepi danau Shubi. Tapi tidak ada yang bisa melakukan ini!

Ladang di luar Kota Wei menjadi sunyi senyap lagi.

Beberapa dari mereka kira-kira dapat menebak asal usul panah, bukan dalam arti geografis atau arah, tetapi orang yang menembaknya. Mereka yang memiliki firasat adalah penguasa nasional, Lebu, dan A Da.

Untuk mengabaikan jarak yang begitu jauh, membunuh pengendara elit dengan satu panah kayu, seseorang harus memiliki kekuatan yang tak terbayangkan, dan harus menjadi kartu as yang telah mencapai lambang kultivasi.

Ketika orang berbicara tentang ace sejati yang memanahnya legendaris, pertama-tama mereka akan memikirkan Jenderal Xia Hou. Tetapi setelah dia dibunuh, hanya satu kartu as yang tersisa – orang yang membunuhnya.

************************************************ ************************************************

Tidak semua orang melewatkan dari mana panah itu berasal. Paling tidak, prajurit biasa Tang melihatnya sejernih kristal.

Di depan menara pemanah yang tidak mencolok di sudut utara kamp Tang ada chevaux de frize yang baru saja didirikan tadi malam. Di belakang chevaux de frize berdiri beberapa orang, dan sesuatu yang tampak seperti pagar pendek.

Selusin tentara Tang menatap orang itu dengan kaget, tidak dapat berbicara, dan tidak tahu harus berbuat apa. Baru sekarang seseorang menyadari hal ini dan melaporkan kepada atasan dengan cepat.

Orang itu mengenakan seragam tentara Tang yang normal, dan dia terlihat seperti prajurit Tang yang normal. Dia memegang busur besi yang tidak biasa di tangannya, busur itu berwarna gelap, diukir dengan pola dan garis yang sangat rumit, seolah memberkati busur besi dengan kekuatan magis.

Pagar pendek di samping orang itu bukanlah pagar sungguhan, tetapi deretan anak panah yang diatur dengan cermat. Setidaknya seribu panah terjebak di tanah dan ditekan bersama, memberi mereka penampilan pagar.

Suara derap kuda terdengar dari Kota Wei lagi. Sejumlah Kavaleri Duoer yang tidak dikenal berusaha untuk bergegas keluar dari gerbang kota sekali lagi.

Dari hutan panah, orang itu mengambil panah, menaruhnya di busur, dan menarik tali busur diam-diam. Ketika tali busur berada di tengah-tengah batasnya, ia melepaskan jari-jarinya, tali busur itu kembali ke tempatnya, dan panah-panah itu terbang jauh dengan swoosh.

Erangan tumpul bergema dari bawah tembok Wei, dan kemudian deburan besar jatuh. Pria itu sudah memetik panah keduanya saat itu, mengulangi apa yang dia lakukan sebelumnya. Erangan lain yang membosankan dan bunyi gedebuk dari gerbang kota Wei, kemungkinan besar suara kavaleri lain ditembak jatuh.

Setiap prajurit Tang yang terlatih tahu bahwa menembakkan panah terdiri dari beberapa tindakan. Mulai dengan mencabut panah, berakhir dengan melepaskan tali busur. Orang-orang di sekitar yang menonton dengan syok tidak menemukan sesuatu yang aneh dengan gerakan orang itu … bahkan tampak lebih sederhana, lebih mekanis dibandingkan dengan teknik Tang yang khas. Itu karena itu hanya mekanis, tidak menonjol. Juga tidak bisa digambarkan sebagai elegan. Tapi panah itu begitu cepat, itu di luar imajinasi manusia.

Dari Kota Wei, tidak seperti prajurit yang sendirian sekarang, beberapa Duoer Cavalry bergegas keluar sekaligus. Tapi orang itu tidak melakukan prestasi legendaris seperti para pahlawan dalam kisah-kisah. Dari panah pertama hingga keenam, prajurit Tang di sekitar orang itu tidak berkedip. Bukan karena mereka terpesona, tetapi mereka tidak punya waktu untuk berkedip.

Sesaat sebelum seseorang bisa berkedip, enam panah terbang keluar. Para prajurit tidak bisa melihat setiap langkah dari tindakan orang itu. Tapi mereka tahu karena gerakan orang itu benar-benar akurat, itu mantap di luar imajinasi. Setiap aksi, diulang tanpa variasi, jari-jari selalu menarik tali busur di tempat yang sama, bahkan lengan bajunya tidak bergetar sedikit pun.

Keenam tindakan berulang itu ditumpuk bersama dalam angin pagi. Menggabungkan mereka, orang bisa melihat dengan jelas. Tapi mereka hanyalah bayangan. Lebih banyak anak panah meninggalkan tanah, melanjutkan tali busur, dan menembus udara.

Kavaleri Grassland bergegas keluar dari gerbang kota jatuh di tanah satu demi satu, cipratan darah mereka membentuk bunga-bunga merah tua di bumi.

Tentara kavaleri terus bergegas, dan panah terus datang tanpa istirahat.

Akhirnya, pasukan kavaleri terlalu cepat. Orang itu tidak bisa lagi membidik, dia berhenti membidik, dan sebaliknya, dia hanya menembak dengan menjentikkan pergelangan tangannya, siku lurus.

Panah yang tajam menempuh jarak yang jauh, mendekati bagian depan Kota Wei, tiba di tubuh para prajurit, dengan kuda, atau baju besi kulit yang keras. Dan menembus armor yang keras! Ketika panah menyentuh permukaan baju kulit, misi mereka selesai. Poros mungkin hancur oleh kekuatan besar, tetapi itu mendorong panah yang tajam ke tujuan akhir, jauh ke dalam daging dan darah para penunggang atau tunggangan.

Melihat siluet orang itu di balik pagar, mata prajurit Tang dipenuhi dengan kekaguman dan ketakutan. Apa yang mereka saksikan tidak terbayangkan. Seberapa mengerikan kekuatan panah?

Terbuat dari apakah tubuh orang itu? Bagaimana dia bisa mengeluarkan tembakan kuat seperti itu terus menerus? Bahkan jika dia adalah master seni bela diri di tentara, dia harus beristirahat setelah selusin tembakan. Kalau tidak, otot dan tendonnya akan menderita luka yang mengerikan. Tapi dia menembak lebih dari seratus panah tanpa cemberut. Tubuhnya tidak bergerak seperti gunung. Apakah dia sesak napas? Dadanya bahkan tidak bergerak sedikit pun!

Tiba-tiba, sebuah tanduk tergesa-gesa terdengar di sekitar kamp Tang.

Beberapa Duoer Cavalry mengelilingi tembok kota, mencoba menduduki padang rumput di dataran yang lebih tinggi dari sayap, dan kemudian bergegas menuju kamp Tang. Orang itu mengabaikan mereka. Dia fokus pada gerbang kota.

Kavaleri Duoer bersembunyi di dalam kota terbiasa tempo panah. Mereka menemukan peluang, membuka gerbang lebar-lebar, mengirimkan beberapa lusin pembalap terbaik mereka sekaligus! Yang kedua, beberapa lusin Duoer keluar dari gerbang, seolah-olah awan yang tak terhitung muncul dari pintu di antara dua gunung!

Pada saat ini, bahkan jika memanah orang itu seperti dewa, dia tidak akan bisa membunuh beberapa lusin kavaleri sekaligus, belum lagi beberapa ratus atau ribuan tentara kavaleri menunggu giliran mereka ke medan di belakang.

Teriakan di kamp Tang menjadi tergesa-gesa, 6000 tentara kavaleri mengendarai tunggangan mereka, dan bersiap-siap untuk pertempuran. Jika panah misterius dan mengerikan tidak bisa mempertahankan Barak Komandan, mereka harus bergantung pada kavaleri mereka. Tetapi dia tidak mengizinkan pasukan Tang dan kesempatan untuk memasuki medan pertempuran. Dia menembakkan panahnya dengan tenang, seperti sebelumnya. Menghadapi kavaleri padang rumput yang tampak seperti sekelompok awan yang keluar dari gerbang kota, dia mengeluarkan satu anak panah.

Hanya satu panah. Tidak seperti sebelumnya, panah ini tidak dipetik dari bidang di samping, tetapi dari getaran di punggungnya. Panah itu tampak berbeda, panahnya adalah sebuah silinder.

Tangisan menyedihkan merobek langit pagi. Semua orang menyaksikan ketika panah itu bergerak dalam busur parabola, dan jatuh di depan Kota Wei. Saat yang hening. Dan kemudian, BOOM! Ledakan keras bergema di depan gerbang kota Wei, banyak sekali tanah melayang, seolah-olah langit akan terkoyak!

Di antara tanah yang terbang di udara, adalah anggota tubuh yang terpisah dari tentara dan kuda perang, bahkan beberapa kepala di antaranya. Gerbang kota jatuh. Tanah liat dan batu bata mulai jatuh dalam suara keras, runtuh ke banyak kavaleri Duoer yang terluka. Tangisan dan rintihan mereka yang menyakitkan dapat didengar secara halus melalui jelaga dan abu.

Panah lain dari selatan. Yang ini terdengar lebih renyah, tidak seperti angin sepoi-sepoi, tapi badai, itu mengeluarkan tangisan yang mengerikan. Teriakan panah terdengar tanpa istirahat. Beberapa ratus anak panah, yang tampaknya tak henti-hentinya, menembus angin pagi, lalu asap, bergerak ke bagian dalam kota.

************************************************ ************************************************

Seorang calvary padang rumput melompat menjauh dari gunungnya yang mati, menghunuskan pedangnya yang melengkung dan memandang sekelilingnya dengan cemas. Tetapi dia tidak tahu di mana musuh berada. Tiba-tiba, panah dari selatan menembus dadanya.

Seorang prajurit yang berdarah bangkit dan keluar dari asap. Dia dengan kejam meneriakkan sesuatu ketika tiba-tiba, sebuah panah menembus mulutnya, keluar dari belakang tengkoraknya, darah berceceran seperti bunga yang mekar.

Yang lain ada di tanah, melambaikan bilahnya yang melengkung untuk membunuh tunggangannya, yang berjuang mati-matian setelah ditembak. Dia berjuang untuk berdiri, matanya dipenuhi rasa takut, dan kemudian dia melihat panah datang karena rasa takutnya.

Poof poof poof poof. Panah mengenai armor, mata, tenggorokan, dan tempat lain yang berbeda, tetapi suara yang dihasilkannya selalu sama dengan suara yang menembus. Panah yang tampaknya ajaib bisa menembus segalanya. Ada kematian di sekitar asap dan debu terbang di gerbang kota Wei. Ini berarti bahwa suara panah memukul dan erangan tumpul bergema tanpa henti.

Setelah dewa-tahu-berapa lama, asap akhirnya mereda secara bertahap. Cahaya pagi menyinari Kota Wei lagi, melapisinya dengan rona merah. Matahari pagi yang akhirnya mengintip dari cakrawala dataran berwarna merah, seolah-olah itu diwarnai dengan darah.

Matahari pagi bersinar merah darah, seperti merah darah yang melukis tanah sebelum gerbang kota. Sekarang, orang-orang di dalam dan luar kota telah mengkonfirmasi dari mana panah itu berasal. Mereka semua melihat pagar di kamp Tang. Sampai sekarang, tidak ada satu pun kavaleri padang rumput yang dapat mencapai kamp Tang. Bahkan, selain tiga kavaleri pertama, tidak ada orang lain yang bisa keluar dari Kota Wei. Gerbang kota berantakan, tentara dan kuda perang ditumpuk di atas bukit.

Darah terus mengalir keluar dari bukit, seperti air terjun kecil yang tak terhitung jumlahnya.

Di masa lalu, di Verdant Canyon, Jun Mo menghentikan sepuluh ribu penunggang kuda lewat seorang diri dengan pedang. Setelah dia kehilangan lengannya, tidak ada yang berpikir adegan seperti ini akan muncul lagi. Siapa yang bisa mengira ini diciptakan kembali di Kota Wei hari ini? Tetapi situasinya terbalik. Hari ini, panah dari utara menghentikan sepuluh ribu pasukan berkuda dari gerbang kota. Busur besi orang itu, dengan panahnya di lantai, telah menjebak sepuluh ribu kavaleri Pengadilan Kerajaan di Kota Wei!

************************************************ ************************************************

Ketika ledakan terjadi di gerbang kota, beberapa ratus Kavaleri Duoer yang mencoba untuk bergegas di kamp Tang dari sisi-sisi menderita pukulan yang menghancurkan juga. Para arbalester yang bersembunyi di samping menembakkan baut mereka bersama dengan kemarahan terpendam mereka pada mereka.

Serangkaian gema bergema di lapangan, itu adalah nada string, seolah-olah instrumen gesek yang tak terhitung jumlahnya memainkan nada yang sama. Beberapa saat kemudian, ketika uang kertas itu hilang, sepuluh ribu baut jatuh bersamaan dengan hujan deras.

************************************************ ************************************************

Pengadilan Kerajaan merancang rute serangan mereka untuk pergi melalui kota karena itu memberi mereka jarak terdekat. Tetapi tidak ada yang mengira bahwa ini akan menjadi jalan yang berbahaya.

Sebuah serangan sisi mengharuskan mereka untuk berkeliling kota. Itu terlalu tidak langsung, tidak dapat menembus hujan baut yang telah disiapkan Xu Chi untuk mereka. Dengan demikian, satu-satunya jalan adalah jalan lurus, dan itu tergantung pada Duoer yang keluar dari gerbang kota.

Mereka hanya dapat melanjutkan tugasnya setelah meninggalkan gerbang. Hanya dengan begitu rencana mereka yang tersisa dapat dieksekusi. Jika mereka bahkan tidak bisa keluar dari gerbang, tidak ada gunanya membahas sisanya.

Di belakang bukit berlumuran darah yang penuh air terjun, orang bisa mendengar teriakan marah dan frustrasi para bangsawan Istana Kerajaan, perintah mereka yang tak berperasaan, dan langkah kaki yang tergesa-gesa. Kerumunan besar bergegas ke depan, berharap untuk membersihkan bukit mayat dari gerbang kota, untuk membersihkan jalan untuk kavaleri.

Dalam proses ini, padang rumput tidak berhenti untuk mempertimbangkan apakah kait dan tali akan melukai tubuh prajurit kesukuan. Keinginan mereka untuk bertahan hidup mengalahkan segala sesuatu yang lain.

Tetapi untuk prajurit terakhir yang tersisa dari Pengadilan Suku Emas, hari ini ditakdirkan untuk menjadi salah satu dari keputusasaan. Tangs tidak meninggalkan kesempatan untuk bertahan hidup bagi mereka, bahkan kesempatan untuk membawa saudara-saudara mereka yang telah jatuh pergi.

Di luar kota, keheningan dipertahankan untuk waktu yang sangat singkat.

Langit yang diwarnai merah oleh matahari terbit, tiba-tiba mengungkapkan rona biru aslinya.

Bunga-bunga liar melambai dengan lembut ketika angin membelai mereka, tetapi mereka tiba-tiba membeku, udara yang memeluk kelopak yang rapuh tiba-tiba sejuta kali lebih kental.

Kuda perang padang rumput di kota dan kuda perang di kamp Tang memandangi langit pada saat bersamaan. Mereka tiba-tiba menjadi cemas dan gelisah, tetapi terlalu takut untuk melepaskan emosi mereka dengan tetangga mereka.

Dunia sedang mengalami perubahan besar. Tetapi dunia yang dapat diamati melalui mata manusia tetap sama. Bahkan tampak lebih damai dan lebih indah.

Tanpa peringatan, beberapa desis keras terdengar, akhirnya membentuk pemandangan yang mengerikan di depan semua orang – bukit mayat sebelum Kota Wei runtuh. Karena tembok kota telah runtuh, itu pasti akan runtuh dan runtuh, balok dan atap bangunan berantakan. Hal yang sama pergi ke bukit mayat yang mulai runtuh dari dalam.

Armor kokoh, tubuh berotot kuda perang tiba-tiba hancur menjadi potongan-potongan daging dan darah yang tak terhitung jumlahnya. Air terjun kecil darah berubah menjadi semburan besar, dan kemudian semuanya hancur berantakan!

Lubang selebar kira-kira dua puluh kaki muncul di tengah-tengah bukit mayat. Tidak ada apa pun di lubang itu kecuali darah dan potongan daging. Jalan-jalan di kota itu sepenuhnya terbuka. Siapa pun yang berdiri di kota dapat melihat pemandangan di luar dengan jelas. Tetapi pada saat itu, tidak ada orang yang bisa berdiri di kota. Jalan-jalan dipenuhi tanah yang jatuh dan abu bertahun-tahun.

Angin terus menderu kencang.

Rakyat jelata dan budak yang menggerakkan mayat-mayat para kalvari, dan beberapa ratus Kavaleri Duoer yang berdiri di tengah jalan, siap untuk bergerak menuju Camp Tang … semuanya menghilang, sama seperti sisa-sisa milik para kalvari di lubang.

Beberapa saat yang lalu, mereka hidup, selanjutnya mereka menjadi potongan daging dan darah yang tidak dapat dikenali. Jalan menjadi Shuraba paling kejam seperti yang dijelaskan dalam agama Buddha. Tidak ada yang tersisa selain kematian. Ini adalah jalan kematian.

Ini adalah jalan yang dilalui panah.

Jalur panah membentang ke utara sepanjang jalan dari selatan kota, menghancurkan dinding penahan di utara. Beberapa lusin kereta besar di dinding bersinar dengan Clear Light untuk melindungi diri mereka sendiri. Beberapa kereta besar rusak di sudut-sudut, mengungkapkan isinya, yang tampaknya menjadi tulang manusia.

Menatap selatan, wajah tuan nasional berubah pucat.

Orang-orang yang terluka oleh serangan itu berlarian ketika mereka masih berdarah untuk menghindari serangan putaran kedua. Tangisan panik ada di mana-mana, dan mereka tidak tenang sampai waktu yang sangat lama berlalu.

Orang-orang bersembunyi di balik roda atau dudukan yang tidak nyaman. Mata mereka melihat ke selatan seperti tuan nasional. Wajah mereka dipenuhi dengan ketakutan, dan mata mereka tampaknya menunjukkan kewarasan mereka berantakan.

Pada saat itu, awan kondensasi vertikal perlahan muncul di jalan-jalan kosong.

Beberapa orang sudah menebak siapa pemanah itu dengan benar. Sekarang, melihat awan kondensasi yang terkenal telah muncul di hadapan mereka, tebakan mereka diverifikasi. Tetapi suatu saat, seribu orang terbunuh, dan setengah dari mereka adalah Kavaleri Duoer yang siap untuk menuntut.

Ini bukan pembantaian, tapi sepertinya lebih mengerikan dari satu. Menghadapi pemandangan yang tak terbayangkan, menghadapi musuh di luar imajinasi, padang rumput bahkan tidak bisa menyulut kemarahan mereka, tetapi hanya ketakutan, dan merasa sedih atas keputusasaan mereka sendiri.

Bahkan pria paling berani dari suku itu akan kehilangan kepercayaannya.

Suara kuku kuda secara sporadis terdengar di gerbang selatan Kota Wei. Abu mulai mengendap di sekitar lubang di bukit mayat. Seorang pria keluar dari sana. Seekor kuda pincang menarik gerobak tua penuh panah di belakangnya. Dia membawa getaran di punggungnya, dan busur besi di bahunya. Pakaiannya ternoda bercak darah, air, asap, dan debu. Dia mengenakan seragam tentara Tang yang khas. Dia tampak seperti prajurit Tang biasa. Dia adalah seorang prajurit biasa dari Tang untuk memulai. Beberapa tahun yang lalu, dia adalah seorang prajurit di Kota Wei. Bertahun-tahun kemudian, dia akhirnya kembali ke kota ini.

Dia adalah seorang pengembara yang telah kembali ke kampung halamannya. Dia adalah seorang veteran yang memimpikan tanduk serangan. Dia benar-benar pucat. Dia tak terbendung.

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–