Nightfall Chapter 1069

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Bab 1069: Sesuatu Yang Harus Saya Lakukan

Penerjemah: Larbre Studio Editor: Larbre Studio

Master nasional terbaring dalam darah dengan perasaan kecewa, putus asa, dan sedikit lega. Karena dia tidak bisa lagi menulis ulang nasib suku-suku, dia akan dibebaskan dari tanggung jawab.

“Mungkin Tengri memang meninggalkan kita. Jika Chanyu sebelumnya masih hidup, bagaimana dia bisa membuat kesalahan seperti itu? Suku Emas dikalahkan. Tetapi apakah Anda benar-benar akan membunuh kita semua? ”

Dia menatap Yu Lian dan berkata dengan kelelahan, “Ning Que membenci kita karena Wei. Tetapi bagaimana dengan Anda? Apa yang terjadi antara suku-suku dan Manusia Liar sudah seribu tahun yang lalu. ”

Yu Lian diam saja.

Master nasional terengah-engah dan melanjutkan, “Jangan lupa bahwa Anda Orang-orang Liar memperbudak kami selama bertahun-tahun. Saya tidak berpikir kami berutang budi padamu. Dan Anda tidak dibenarkan melakukannya. ”

“Kami ingin padang rumput.”

“Kita bisa mengembalikannya.”

“Kamu tidak mampu membelinya … Kami, Orang Liar, menginginkannya. Bungkus serigala menginginkannya. Keledai Paman Bungsu kita dan kudanya menginginkannya. Dan Jun Mo akan membawa puluhan ribu budak keluar dari dunia bawah tanah yang juga menginginkannya … Ada terlalu banyak orang yang merindukannya. ”

Yu Lian berkata dengan lembut dan tanpa emosi. Tangannya ada di punggungnya. Dia menatap padang rumput luas di badai salju dan mengingat Orang-orang Liar yang kehilangan tempat tinggal melayang dengan menyedihkan dari satu tempat ke tempat lain selama seribu tahun.

“Bagaimana dengan kita?!”

Master nasional kehilangan kendali dan menegur, “Dekan Biara meninggalkan Taoisme. Apakah karena itu kita tidak lagi memenuhi syarat untuk bertahan hidup? Kenapa kita harus mati ?! ”

Yu Lian menoleh padanya dan tampak terkejut dengan pertanyaannya. Dia mengerutkan kening dan berkata, “Tentu saja kamu layak hidup. Setiap orang dilahirkan sama. Setiap orang yang datang ke dunia ini memiliki hak untuk hidup. Karena itu, yang terkuat akan bertahan … Anda tumbuh di Wilderness. Bagaimana mungkin Anda tidak mengetahui aturan ini? Pernahkah Anda melihat harimau dan serigala bertukar pikiran dengan kelinci? Jika Anda tidak ingin menjadi kelinci, Anda harus belajar memangsa. ”

Itu adalah aturan yang sederhana, tidak masuk akal dan brutal.

Master nasional terdiam untuk waktu yang lama dan bergumam, “Tapi kamu tidak harus membunuh kita semua … kan? Seperti seribu tahun yang lalu, orang-orang dari suku, mereka masih bisa menjadi budakmu. ”

Dia menatap Yu Lilan dengan mengemis. Yu Lian melirik Ning Que. Ning Que tidak mengatakan apa-apa selain terus melihat ke arah badai salju.

“Tuan kami memberi tahu kami bahwa perbudakan adalah keberadaan yang sangat tidak terhormat. Tidak seorang pun boleh memperbudak orang lain, termasuk suku-suku lain. Karena itu kami, Manusia Liar, tidak akan menjadikan Anda sebagai budak kami. ”

Yu Lian melanjutkan, “Karena itu kami hanya bisa membunuh kalian semua.”

Master nasional kehilangan harapan terakhirnya. Dia menggelengkan kepalanya dan tertawa getir, “Kalau saja Kepala Sekolah tahu kamu salah mengartikan kata-katanya seperti ini, apakah dia akan menjadi gila?”

Yu Lian mengangkat kepalanya untuk melihat ke langit untuk waktu yang lama. Kemudian dia berkata tanpa emosi, “Dia sudah pergi. Kalau saja apa yang kita lakukan dapat membawanya kembali ke dunia manusia, kita tidak akan mengampuni apa pun. ”

Ning Que juga melihat ke atas menuju langit. Ada salju, awan gelap, tetapi tidak ada bulan. Dia melihat bersama dengan saudara perempuannya dan ingat bahwa dia telah mengatakan sesuatu yang serupa sebelumnya.

Para siswa dari Akademi memang jengkel oleh tuan mereka yang tidak bertanggung jawab, atau lebih tepatnya jengkel dan bosan. Yang paling bosan adalah Ning Que dan Yu Lian.

Sepanjang tahun-tahun ini Jun Mo telah berjuang melawan agama Buddha di Wilderness Barat dan Kakak Sulung tidak memperhatikan hal-hal duniawi seperti yang selalu dilakukannya. Segala sesuatu di Akademi diurus oleh Yu Lian dan Ning Que. Persis seperti itulah yang paling tidak ingin dilihat musuh mereka.

…

…

Angin musim semi berhembus dengan lembut dan berangsur-angsur menghilangkan bau darah. Brooks di puluhan mil jauhnya ke barat semuanya kering, dan oasis tidak lagi dapat ditemukan. Array pengorbanan darah berubah menjadi beberapa relik gerbong yang rusak. Tulang manusia yang tak terhitung jumlahnya dimurnikan oleh api ilahi Haotian. Dan tuan nasional akhirnya menutup matanya.

Yu Lian menoleh ke Ning Que dan berkata, “Aku harus menghadiri lukaku. Saya akan menyerahkan sisanya untuk Anda. ”

Dalam pertarungan sebelumnya dia mengambil niat membunuh seluruh Pengadilan Kerajaan Suku Emas. Meskipun Ning Que banyak membantu dia masih terluka parah. Kemenangan datang dengan harga mahal.

Ning Que memikirkan bagian yang paling sulit dalam rencana mereka dan berkata, “Aku akan menunggumu di Peach Mountain.”

Yu Lian berbalik dan berjalan menuju jantung padang rumput. Dia tiba-tiba teringat sesuatu dan berhenti untuk bertanya, “Ketika aku berada di udara, kau terus menatap ke bawah bajuku. Apa yang kamu lihat? ”

Ning Que tertawa dan menjawab, “Kakakku bertarung dengan berani.”

Yu Lian mendengus padanya, berbalik dan menghilang ke padang rumput.

Ning Que menggelengkan kepalanya dan mengembalikan bilah besinya ke sarungnya. Dia berbalik ketika mendengar beberapa gertakan intensif di belakang. Debu meraung di sekitar Wei. Xu Chi dan pasukan kavaleri dari Barrack Komandan telah menyelesaikan pasukan padang rumput yang tersisa yang mereka kelilingi, dan melanjutkan untuk memburu Pengadilan Kerajaan Suku Emas yang mundur.

Meskipun kavaleri Tentara Battlefront Utara yang dikawal oleh ratusan serigala raksasa dari ladang salju ditahan kembali di Wilderness Timur oleh Long Qing dan pasukan dari Balai Divine West-Hill, Ning Que tidak perlu khawatir karena Suku Emas adalah sudah hancur.

Debu meraung di ladang di sebelah utara Wei. Klip-tuli memekakkan telinga menang sementara ribuan kavaleri Tang melesat ke jantung padang rumput untuk mengejar Chanyu.

Ning Que memandang adegan itu diam-diam sampai ladang dipulihkan dengan tenang. Lalu dia berbalik ke Wei lagi.

Badai salju berhenti dan awan gelap menghilang. Matahari musim semi bersinar menyilaukan di padang rumput. Kota debu kuning agaknya terlahir kembali. Atau mungkin itu karena ratusan gulma tumbuh dari dinding batako di depan gerbang kota.

Tumbuhan liar yang ganas mungkin adalah musuh terbesar bagi dinding batako. Aneh bahwa tidak peduli apa yang dicampur ke dalam adobe atau seberapa keras itu dirusak, tidak ada yang bisa mencegah gulma rooting dan tumbuh.

Ning Que ingat dengan jelas bahwa ketika dia melayani di Wei, semua orang dari orang biasa hingga tentara di kota akan pergi menyiangi di musim semi di bawah bimbingan Jenderal Ma, untuk mencegah tembok-temboknya dirusak oleh gulma.

Kota Wei telah diduduki oleh orang barbar padang rumput selama bertahun-tahun yang tidak pernah peduli dengan tembok yang hancur. Gulma yang hidup kembali tampaknya mengklaim kemenangan mereka atas upaya orang-orang Tang di masa lalu.

Darah di kota telah mengering. Mayat padang rumput barbar berserakan dan bangunan hancur. Pasukan logistik Tang membersihkan medan perang dan tidak ada yang memperhatikan Ning Que.

Dia berjalan melalui kota, melihat jalan-jalan dan rumah-rumah yang sudah dikenal, dan mengingat orang-orang dan hal-hal di masa lalu. Dia hampir bisa mencium bau minuman keras dan ayam panggang di restoran. Tetapi dia tidak memasuki restoran atau rumah Jenderal Ma karena dia tahu mereka semua pergi.

Di dekat sungai di sudut kota yang sunyi, ada halaman tempat ia dan Sangsang tinggal.

Pisau berburu setengah dimasukkan ke dinding. Itu pisaunya. Dia memandangi pisau itu sebentar, lalu mendorong membuka pintu dan masuk ke kamar. Dia mengerutkan kening di tempat tidur yang ditinggalkan oleh orang barbar padang rumput. Dia melemparkan mereka ke halaman dan bersiap untuk membakar mereka nanti.

Dia menemukan kursi selempangnya dari bambu, memindahkannya ke halaman, berbaring dan menutup matanya.

Dia masih bisa merasakan sinar matahari yang menyilaukan dan menutup matanya lebih erat. Dia berbaring diam dan hampir tertidur.

Setelah beberapa lama dia bangun dan membuka matanya. Melihat ke halaman yang dikenalnya di mana dia tinggal selama bertahun-tahun, dia mengulurkan tangannya ke udara seperti yang biasa dia lakukan. Tapi sayangnya tidak ada yang memberinya teh.

Ketika dia mengangkat wajahnya, tidak ada yang menaruh mangkuk hangat di atasnya. Ketika dia berkata dia merasa panas, tidak ada yang menaruh kakinya yang dingin dan adil ke dalam pelukannya. Ketika dia mengatakan dia lapar, tidak ada sup mie dengan telur goreng yang disajikan.

Kota Wei masih ada di sana, begitu pula restoran, halaman, dan platform tempat tidur. Kasing kayu itu masih menghadap ke peron. Dindingnya ada di sana. Pisau berburu ada di sana. Bahkan uang kertas masih ada di tangannya.

Tapi orang itu sudah pergi. Semua orang pergi. Dan begitu pula dia.

Ning Que berbaring di kursi selempang bambu, memandang langit biru, dan banyak mengingat.

Sebelum meninggalkan Wei, dia memberi tahu Jenderal Ma untuk tetap muda, tetap hidup, dan menunggunya. Dia juga memberi tahu orang-orang bahwa dia tidak akan pernah kembali kecuali dia sudah mapan. Sekarang dia sangat terkenal sebagai sosok paling kuat di dunia. Dia akhirnya punya nyali untuk kembali. Tapi sudah terlambat.

Perang antara Pengadilan Kerajaan Suku Emas dan Kekaisaran Tang pasti akan mengubah situasi di dunia manusia. Tetapi baginya itu tidak ada hubungannya dengan dunia. Itu hanya untuk Kota Wei.

Dia ingin mendapatkan Wei kembali dan membalas dendam. Sementara itu dia mencari seseorang.

Waktu berlalu sementara dia berbaring di kursi selempang bambu. Itu beberapa hari kemudian.

Beberapa benturan dan percakapan terdengar oleh sungai di sebelah halaman.

Situ Yilan sedikit mengangguk kepada tentara yang memberi hormat padanya. Dia datang ke barak yang menghadap ke halaman, menyerahkan kudanya kepada penjaga, memandang ke halaman dan bertanya, “Ada apa?”

Seorang asisten komandan menggelengkan kepalanya dan menjawab, “Dia bersikeras.”

Situ Yilan berkata setelah terdiam, “Berapa banyak?”

Asisten komandan itu menjawab, “Ada beberapa konfrontasi kecil di sekitar Tujuh Benteng tetapi tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kami memegang kendali. Seharusnya ada lebih dari empat puluh ribu termasuk budak, wanita dan anak-anak … ”

Situ Yilan sedikit mengerutkan kening dan bertanya lagi, “Dia masih bersikeras tidak peduli apa?”

Asisten komandan tidak mengatakan apa-apa lagi. Tampaknya dia tidak menentang perintah dari orang di dalam halaman.

Situ Yilan menatap halaman di dekatnya, dan berjalan ke arahnya setelah beberapa saat hening.

“Ini adalah pembantaian,” katanya dengan tenang kepada Ning Que yang sedang berbaring di kursi bambu. Suaranya agak bergetar.

Ning Que membuka matanya dan berkata, “Kamu telah bertugas di tentara selama bertahun-tahun. Pernahkah Anda melihat pembantaian? ”

Situ Yilan terdiam beberapa saat kemudian berkata, “Secara hak kita tidak boleh membunuh para wanita dan anak-anak … Bahkan suku paling brutal dari padang rumput tidak akan pernah melakukannya.”

“Ini adalah tempat di mana aku tinggal bersamanya beberapa tahun yang lalu.” Ning Que berdiri dari kursi bambu dan menunjuk ke halaman. Kemudian dia membimbingnya keluar dari halaman, datang ke jalan dan mulai memperkenalkan segala sesuatu di dalam Kota Wei secara detail.

“Aku kenal semua orang di kota ini. Mereka semua mati dalam perang itu. Orang-orang padang rumput menerobos masuk dan menduduki kota. Mereka mengangkat parang dan membunuh siapa pun yang mereka lihat. Apakah mereka melepaskan seorang wanita atau anak-anak saat itu? ”

Keluar dari kota, ia berdiri di atas padang rumput dan memandangi rumput liar di dinding-dinding batu. Dia menggelengkan kepalanya dan berkata, “Saya tidak berusaha meyakinkan diri saya dengan mengingat fakta-fakta ini, tidak meyakinkan Anda atau siapa pun. Saya hanya memberi tahu Anda mengapa saya begitu tegas. Tidak ada yang bisa menghentikan saya dari balas dendam. ”

Situ Yilan mengikuti pandangannya dan memandang Kota Wei. Dia merasa kesulitan ketika mengingat sesama prajurit dan orang-orang meninggal sepanjang tahun. Tapi dia masih ragu, “Ini bukan yang diajarkan Akademi kepada kita.”

“Aku sudah bilang. Tidak ada yang bisa menghentikan saya dari balas dendam, bahkan jika Kepala Sekolah akan kembali. ” Ning Que memandang ke arah bulan yang terbit dari balik cahaya malam, dan menjawab setelah jeda yang panjang.

Dia menunjuk ke rumput liar di dinding bata Wei dan berkata, “Ini mungkin berdosa, tapi saya tidak peduli. Saya hanya tahu bahwa kita harus memotong rumput liar dan menggali akarnya. Kalau tidak, kita akan mendapat masalah cepat atau lambat. ”

…

…

Pada hari-hari berikutnya, darah orang-orang padang rumput membanjiri seluruh padang rumput. Setelah pertempuran ini, prajurit Tang yang menang menjalankan perintah Ning Que seperti yang mereka lakukan di luar Guhe. Mereka tidak meninggalkan tawanan, atau masalah di masa depan. Mereka terus membantai sampai pedang mereka menjadi tumpul.

Ning Que dan Situ Yilan datang ke padang rumput di luar Wei lagi.

Tentara Tang berkumpul di ladang dan memandang mereka berdua di padang rumput dengan perasaan yang rumit.

Ada ibadat fanatik sekaligus kekaguman yang mencekam.

Menjadi tentara elit yang berpengalaman, puluhan ribu kavaleri di luar Kota Wei telah mengalami pembunuhan dan pembantaian brutal di padang rumput. Tetapi mereka tidak pernah melakukan pembantaian seperti itu.

Seluruh padang rumput tampaknya telah diairi dengan darah. Baunya berdarah dan pedas. Lalat dan nyamuk berdengung menyebalkan.

Tentara Tang tidak mungkin ditempatkan di sini tanpa susunan yang ditetapkan oleh tuan.

Susunannya bisa menjauhkan lalat dan nyamuk dan mengurangi bau darah. Tapi mereka tidak bisa menghalangi pandangan itu.

Puluhan mil ke utara Wei di sebuah lapangan datar, sebuah bukit kecil terbentuk beberapa waktu lalu. Orang tidak bisa melihatnya dengan jelas karena jaraknya. Tapi itu bersinar di cahaya pagi.

Semua orang di pasukan Tang tahu apa itu. Dan mereka tidak bisa menahan perasaan dingin setiap kali mereka melihat ke bukit. Itu adalah tumpukan kepala cincang dari orang-orang padang rumput.

Ning Que berdiri di atas padang rumput dan memandang tumpukan kepala manusia dari kejauhan dengan tenang. Dia tidak merasa takut, tidak kagum, atau mania abnormal. Baginya itu hanya sesuatu yang harus dia lakukan.

“Mereka biasa memanggilku Woodchopper dari Danau Shubi.” Dia menatap padang rumput yang luas dan berkata perlahan, “Semua orang, dari pencuri hingga pasukan kavaleri di Istana Kerajaan, takut pada pasukan kavaleri saya. Karena … kami memang pandai membunuh. ”

Situ Yilan tidak mengatakan apa-apa. Dia hampir tidak bisa merasakan apa pun setelah beberapa hari ini.

Ning Que melanjutkan, “Saya sudah memberi tahu orang-orang di Chang’an bahwa dunia tidak menyaksikan saya membunuh di masa lalu. Tetapi mereka akan sering melakukannya di masa depan. ”

Situ Yilan memandang sisi wajahnya dan berkata, “Saya harap itu tidak akan terjadi lagi.”

Ning Que berhenti dan berkata, “Saya juga berharap begitu. Tetapi itu tergantung pada apakah dunia akan berada di pihak saya. ”

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–