Nightfall Chapter 1075

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Bab 1075: Angin Riang yang Gagah Melalui Seribu Mil

Penerjemah: Larbre Studio Editor: Larbre Studio

Pukulan Hengmu Liren membawa kekuatan besar Haotian. Itu berdebar pada Ning Que namun gagal membunuhnya. Dia tidak bisa mengerti mengapa. Ning Que berlumuran darah dan luka di seluruh tubuhnya. Bahkan hatinya tampaknya terluka. Tapi dia masih bisa berdiri tegak. Mengapa?

Kuda hitam besar berlari ke Ning Que, menundukkan kepalanya dengan tangan kanannya dan meletakkan lengannya di atas lehernya untuk membantunya berdiri diam. Ning Que membelai surainya dan meyakinkan bahwa dia baik-baik saja.

“Saya lupa urutan kata-kata Lian Sheng. Apakah itu untuk mempraktekkan agama Buddha di hadapan Doktrin Setan atau sebaliknya, mereka memiliki maksud yang sama. Hanya vajra yang tidak bisa dipecahkan yang bisa menjauh dari debu. ” Ning Que menghapus noda darah di jas Akademinya, memandang Hengmu Liren dan berkata, “Kamu sepertinya mengenal saya dengan baik. Tapi Anda tidak tahu apa yang telah saya kembangkan sejak lama. ”

Dia pertama kali mempelajari jimat, kemudian Haoran Qi, diikuti oleh Teknik Gelap Lian Sheng, dan akhirnya Buddhisme di Kuil Lanke.

Tetapi sebenarnya waktu terlama yang dia habiskan adalah untuk agama Buddha. Itu adalah waktu di dalam papan catur Sang Buddha daripada di dunia nyata. Di dalam papan catur, ia mempraktikkan agama Buddha selama seribu tahun hingga patung Buddha seukuran gunung itu tampak seperti Sangsang. Dan dia bersama Sangsang selama ribuan tahun.

Sangsang selalu berada di dalam tubuhnya, terukir di hatinya. Tubuh dan jiwanya telah menjadi ilahi sampai batas tertentu. Dengan kata lain dia telah mencapai puncak Buddhisme dan Doktrin Setan pada saat yang bersamaan.

Seribu tahun di dalam papan catur Buddha adalah yang paling tidak ingin dia ingat. Bahkan Kakak Sulung nyaris tidak menyadari apa pun yang terjadi di sana, belum lagi seluruh dunia. Taoisme memperlakukannya sebagai musuh terbesar mereka dan berusaha mengetahui segala sesuatu tentang dia. Tetapi bahkan mereka tidak tahu bahwa selain dari keterampilannya yang terkenal, dia juga mempraktikkan agama Buddha.

Hengmu Liren juga tidak tahu. Karena itu dia tidak bisa mengerti kata-kata Ning Quo. Tetapi dia merasakan bahaya secara tidak sadar dan murid-muridnya yang hitam pekat bersinar dengan sangat waspada.

Untuk sosok yang kuat seperti dia, ketika jiwanya terganggu, langit dan bumi bergema. Badai terbentuk lagi di dalam Kota Yangzhou. Awan berputar-putar di langit sementara Qi Langit dan Bumi berubah menjadi berantakan.

Hengmu Liren naik angin dan datang ke Ning Que langsung. Tangan kanannya menyala dan menciptakan aliran api seperti meteorit melesat ke arah wajah Ning Que.

Akhir musim semi juga merupakan awal musim panas. Meskipun mayat-mayat itu tergeletak di jembatan dan tergantung di pohon-pohon, pemandangan di dalam dan di luar Yangzhou sangat menyenangkan. Rumput tumbuh dan bunga-bunga liar mekar di kabut.

Kuda hitam besar itu secara tidak sengaja menangkap bunga kuning kecil di surainya ketika mereka berlari melintasi ladang dan melintasi kota. Bunga itu menggigil tertiup angin.

Ning Que membelai surai dan mengambil bunga kuning kecil dengan tangan kanannya. Dia memegang bunga kuning kecil dan mengulurkan tangan ke badai dan kepalan api. Bunga kuning mungil itu tertiup ke belakang tetapi tidak patah dari batangnya yang halus. Gelombang energi welas asih menyebar dari kelopak.

Tinju Hengmu Liren melambat dan tidak pernah bisa mencapai Ning Que.

Alih-alih menjadi seorang Buddha sendiri, Ning Que membentuk Dharmakaya. Patung Buddha yang tidak jelas muncul di belakangnya. Tapi itu bukan patung dengan dahi lebar dan telinga panjang. Sebaliknya, itu tampak seperti wanita gemuk. Itu bukan Buddha atau Acalanatha. Itu adalah Sangsang. Ini adalah pencapaiannya selama ribuan tahun penanaman agama Buddha.

Hengmu Liren mengklaim bahwa dia berjuang untuk Haotian. Ning Que mengatakan itu juga. Tetapi dia telah berjuang untuknya selama bertahun-tahun sehingga sekarang giliran wanita itu untuk memperjuangkannya sekarang.

Tinju Hengmu Liren masih menyala di Api Ilahi Haotian. Itu menyilaukan dan pipinya tampak pucat di bawah kecerahan. Dan matanya dipenuhi dengan kegelisahan, kemarahan dan keengganan.

Tianqi adalah anugerah Haotian. Bagaimana dia bisa menyakiti Haotian dengan kekuatan yang dia berikan padanya? Itu akan menjadi penghujatan.

“Terus? Tanpa kekuatan iman bagaimana Anda bisa memanggil Haotian yang asli! ”

Hengmu Liren berteriak padanya. Suaranya seperti serangkaian guntur musim semi yang meledak di dan di luar Yangzhou. Dia menerapkan level pamungkasnya dan terus membom ke bunga kecil di tangan Ning Que.

Sosoknya berubah sangat tinggi tiba-tiba.

Rambutnya acak-acakan, dan tubuhnya mengepul dalam kabut putih. Dia tampak seperti sosok ilahi kuno jika bukan karena amarahnya.

“Dia bukan Haotian! Dia hanya patung Buddha di hatimu! Sang Buddha adalah yang paling munafik dan hanya berpura-pura berbelas kasih! Kepala Biksu Kitab Suci bahkan tidak bisa menyakiti Jun Mo tetapi dikalahkan olehnya. Bahkan jika kamu bisa menjadi seorang buddha, kamu tidak akan pernah bisa menjatuhkanku! ”

Hengmu Liren yang ilahi memandang ke arahnya dengan kejam.

Ning Que berdarah di seluruh. Patung Buddha Sangsang berdiri diam-diam di belakangnya dan menatap penuh kasih ke jalan. Mereka tidak tahu apakah dia melihat Hengmu atau Ning Que.

Hengmu benar. Tanpa kekuatan iman, Ning Que tidak bisa memiliki Sangsang yang asli di sini, tidak peduli seberapa keras dia berlatih agama Buddha. Dia hampir tidak bisa menjaga dirinya aman, belum lagi menyakiti Hengmu.

Yangzhou bukan Chang’an. Semua orang yang setia pada Tang dan Akademi, atau yang ingin membantu Ning Que semua terbunuh oleh Hengmu. Sisanya dibungkam kagum. Karena itu Ning Que tidak pernah bisa menulis Talisman seperti yang dia lakukan di Chang’an, juga tidak bisa mengumpulkan kekuatan iman.

“Kami tidak suka menyebutnya iman di Akademi.”

Patung Buddha yang mulia itu berhadapan dengan Hengmu yang suci di jalan. Ning Que dan bunga kuning mungilnya tampak sangat tidak signifikan. Tapi dia masih sangat tenang.

“Kami ingin menyebutnya kepercayaan.” Atas kata-kata itu dia melepaskan bunga kuning di angin.

Sementara itu, Dharmakaya lenyap ditiup angin dan kemuliaan Buddha dibebankan ke dalam tubuh ini.

Dia memegang gagang pedang besi ini.

Redup tak berujung, energi tidak jelas datang dari mana-mana di dalam dan di luar Yangzhou, mengalir ke arahnya diam-diam dan masuk ke tubuhnya sedikit demi sedikit.

Hengmu Liren menjadi pucat dan berbicara pada dirinya sendiri dengan bingung, “Bagaimana ini bisa terjadi?”

Energi itu hanya apa yang dia pikir Ning Que tidak pernah bisa kumpulkan dari Kota Yangzhou. Itu adalah kekuatan iman, atau dalam kata-kata Ning Que, kekuatan kepercayaan.

Bahkan jika Sang Buddha hadir, bagaimana ia bisa mengumpulkan kepercayaan dari kematian?

Ning Que mengangkat pedang besi dan meretas Hengmu Liren. Sang Buddha tidak akan pernah membunuh, tetapi dia akan melakukannya.

Cutlass besi jatuh membawa kebencian terhadap banyak orang yang terbunuh di Prefektur Qinghe. Karena itu, itu bukan serangan sederhana.

Angin menderu. Kemuliaan Buddha dan Api Ilahi bersinar terhadap satu sama lain dan saling menghancurkan.

Hengmu Liren melolong seperti halilintar. Dia membakar hidupnya di Api Ilahi Haotian untuk menahan bilahnya.

Ning Que tidak tahu tentang iman ketika dia menulis dua jimat di Chang’an dengan Core Vajra of the Array beberapa tahun yang lalu. Dia secara pasif menerima keyakinan orang-orang di Chang’an yang tak kenal takut pada waktu itu.

Padahal hari ini dia telah memperoleh pemahaman iman yang mendalam. Karena itu, bahkan jika dia tidak dapat menulis jimat perkasa dengan dukungan Chang’an, dia dapat mengumpulkan kekuatan yang tidak kalah dengan bantuan agama Buddha dan melakukan puluhan ribu serangan.

Hengmu Liren mungkin bisa menahan pedangnya. Tapi dia tidak pernah bisa menerima puluhan ribu serangan.

Debu merebak di jalan. Suara merobek yang mengerikan terus-menerus terdengar bersama-sama dengan lolongan Hengmu Liren yang menakutkan, putus asa, keterlaluan dan tidak direkonsiliasi.

Itu dalam sekejap. Atau dalam sepersekian detik menurut agama Buddha.

Hengmu Liren hanya bisa mengambil tiga ribu tujuh ratus delapan puluh dua serangan dari Ning Que.

Dari tiga belas ribu tujuh ratus delapan puluh dua pemogokan yang dia lakukan.

Karena itu pedang pendek itu diretas sepuluh ribu kali pada tubuh Hengmu Liren.

Debu perlahan-lahan mengendap.

Mantan ilahi Hengmu Liren diretas menjadi manusia biasa. Dia berlumuran darah dengan kepala menunduk. Alisnya tidak lagi gagah dan energinya terkuras. Dia tampaknya telah kembali ke pelayan peringkat terendah di Revelation Institute dua tahun lalu.

Ning Que mendesing pedangnya kembali ke sarungnya.

Hati Taois Hengmu Liren yang terpecah semakin terpecah-pecah. Darah menyembur dari mulutnya. Dan organ-organ internalnya yang seperti batu giok menyembur dari luka di dada dan perutnya.

Dia menatap luka yang mengerikan dan merasa tersesat.

Pada saat berikutnya, manik-manik kristal Haoran Qi yang Ning Que hantam sebelumnya ke dalam tubuhnya meledak dari sepuluh ribu luka, bersiul dingin, memercik di sepanjang jalan dan melesat jauh.

Badai itu memutar-mutar alang-alang di Rawa Besar, membuat takut burung-burung di luar Linkang, menyebar ke Kerajaan Ilahi-Bukit Barat, dan akhirnya berhenti di antara Ruang-ruang Ilahi di Peach Mountain.

Ning Que berdiri di angin yang dingin. Dia tampak acuh tak acuh dan lelah bukannya lega. Dia tidak memperhatikan Hengmu Liren dan duduk dengan menyilangkan kaki untuk mengatur ulang napasnya. Kuda hitam besar berdiri di sisinya waspada.

Ratusan pasukan kavaleri dari aula ilahi mengelilingi jalan. Namun mereka tidak berani mendekat.

“Aku tidak mengerti mengapa,” gumam Hengmu Liren dengan kepala tertunduk. Dia terdengar sangat menyakitkan.

“Kamu memang kuat dan siap. Anda tahu panah besi bukan senjata terbaik saya. Anda mencoba menghancurkan senjata pamungkas saya terlepas dari biaya. Karena itulah kamu membunuh begitu banyak orang. ” Ning Que berkata, “Tapi yang tidak Anda ketahui adalah bahwa saya sudah mempraktikkan agama Buddha. Terlebih lagi, saya telah menyadari fakta lain ketika saya berada di Wilderness: hidup atau mati, setiap manusia diperhitungkan. Kamu mencari kehancuranmu sendiri sambil membunuh orang-orang itu. ”

“Pantas.” Hengmu Liren mengangkat kepalanya dan berkata kepadanya dengan senyum pahit, “Jadi kamu sudah siap untuk membunuhku. Itu agak menghibur. ”

Ning Que berkata, “Kamu melebih-lebihkan dirimu sendiri.”

Setelah mengatakan bahwa dia berdiri dan naik ke kuda hitam besar. Melihat sekeliling, dia bisa melihat anak sungai dan jembatan, bunga-bunga berkabut dan pemandangan yang memesona, pohon-pohon tua dan gagak yang samar. Segalanya ada di dunia yang menyedihkan ini, kecuali dirinya.

Hengmu Liren menatap punggungnya dan berteriak dengan putus asa, “Sampai sekarang tidak bisakah kau mengakui bahwa aku berbeda? Saya putra Haotian! Bagaimana saya bisa sama dengan orang lain yang telah Anda bunuh? ”

Ning Que berbalik untuk meliriknya dan berkata, “Kamu bilang kamu adalah putranya. Tapi saya tidak ingat pernah memiliki putra seperti Anda. Apa yang Anda ingin saya akui? ”

Kuda hitam besar melesat lagi dalam debu menderu ke arah selatan Yangzhou.

Hengmu Liren menatap tajam sosoknya yang pudar, merasa kecewa namun akhirnya mengerti mengapa. Kemudian dia meninggal.

Dalam blossomy May, Ning Que membunuh satu lagi.

Tentara Tang menduduki Kota Yangzhou.

…

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–