Nightfall Chapter 110

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Bab 110: Bunga Hitam di Bagian Belakang Lad

Penerjemah: TransN Editor: TransN

Di kota perbatasan, di sepanjang perjalanan, di Toko Sikat Tua dan banyak tempat lainnya, Ning Que mengatakan kepada Sangsang berkali-kali bahwa bahkan jika ia tidak bisa berlatih budidaya, ia, tuan mudanya, masih bisa menghancurkan musuh dengan keahliannya. cara menggunakan pisau. Namun, setidaknya di masa sekarang, pernyataan yang tampaknya nyaring dan kuat ini hanya bisa menjadi penghiburan spiritual atau masturbasi mental untuk tingkat yang lebih besar.

Dia mengerti apa kemampuan luar biasa yang dimiliki orang-orang perkasa di dunia kultivasi, dan dia tidak pernah berharap untuk bisa mengalahkan seorang kultivator dalam pertempuran tatap muka, belum lagi bahwa yang di depannya ini jelas seorang pendekar pedang yang setidaknya telah melangkah ke Negara Tanpa Ragu.

Dalam pertarungan pertama dengan seorang kultivator, apa yang bisa dia andalkan hanyalah beberapa pengalaman tidak langsung, jadi dia tidak memiliki banyak harapan, namun juga tidak tenggelam dalam keputusasaan. Dia selalu percaya bahwa hanya orang mati yang perlu putus asa.

Di tungku arang, air mendidih secara bertahap memancarkan uap dan air panas dituangkan ke dalam cangkir teh. Dengan hati-hati melihat gambar ini, Ning Que menyaksikan setiap gerakan Yan Suqing, termasuk pundak dan tangannya, sehingga mengabaikan ucapan-ucapan dari musuhnya yang mungkin melemahkan keinginannya untuk bertarung. Matanya tiba-tiba menjadi cerah ketika dia melihat orang ini menuangkan teh.

Dia menggunakan semua jarinya untuk memegang cangkir teh, sehingga tidak meninggalkan yang lain untuk membentuk Formula Pedang. Kaki Ning Que yang dipakukan dengan kuat ke tanah sekarang dikencangkan untuk mendorong tubuhnya ke depan. Dengan podao panjang di tangannya, dia mengumpulkan semua kekuatannya untuk membentuk serangan seperti harimau yang menerkam ke depan!

Merasakan hembusan udara bergegas ke wajahnya dan menyaksikan prajurit remaja menyeret podao ke belakang tanpa sarana mundur, Yan Suqinga menunjukkan tatapan campuran rasa kasihan dan cemoohan di matanya. Dia mengulurkan tangan kanannya keluar dari manset, merentangkan jari untuk dengan lembut menyikat angin malam.

Angin wuthering terdengar di rumah kecil di tepi danau, yang bukan semburan yang digulung oleh serangan Ning Que, tapi suara merobek oleh kekuatan di malam yang dalam. Bayangan pedang redup yang entah bagaimana menghilang dalam kegelapan di belakangnya tiba-tiba membuat dengungan sengit, tanpa terduga melesat dari depan ke belakang, dan dalam sekejap, itu langsung menusuk melalui kegelapan menuju bagian belakang Ning Que!

Setelah keheningan tiba-tiba, dedaunan bambu yang digulung oleh semburan di dinding bambu berserakan dengan panik dan setelah kondensasi mendadak, kabut panas di sekitar tungku arang berangsur-angsur turun ke tanah. Waktu di halaman di dalam halaman tampaknya melambat ke tingkat yang lebih besar.

Apakah itu kekuatan Master Pedang dengan serangan penuh?

Merasakan dingin mutlak dari belakang punggungnya dan ketajaman yang membuatnya patah hati bahkan tanpa menyentuhnya, Ning Que menyesalkan bahwa tangan kematian akan segera mencapai punggungnya.

Tapi dia tidak melihat ke belakang atau mengelak. Dia terus menyerang dengan kejam seperti harimau dan berlari ke depan, karena dia tahu bahwa tidak ada mundur, dan dodges juga tidak akan berarti dalam jarak sedekat itu. Pada saat ini yang bisa dia lakukan hanyalah berlari terus, yang merupakan harapan terakhirnya untuk bertahan hidup.

Bergegas ke dua langkah di depan Yan Suqing, Ning Que menatap matanya dan menatap lehernya, dan memusatkan seluruh kekuatannya pada podao-nya dengan tangan bersilang dia menukik dengan keras, terlepas dari rasa kematian yang menghembuskan bagian belakang lehernya!

Menghadapi pemotongan yang cepat dan sengit secara langsung, Yan Suqing baru saja akan menyesap teh di cangkir teh yang baru saja dia angkat dengan tangan kirinya, tanpa ekspresi sedikit pun di wajahnya. Di lautan Breath of Nature, dia dengan jelas menyadari bahwa pedang mini tanpa gagang di bawah kendali Psyche Power miliknya telah melintas ke belakang Ning Que, dan pemuda ini akan mati ketika bilahnya jatuh.

Ada tiga kaki di antara podao Ning Que dan leher Yan Suqing.

Dan ada satu kaki di antara pedang terbang Yan Suqing dan punggung Ning Que.

Pedang terbang yang dikendalikan oleh para pembudidaya bergerak lebih cepat dari pisau mana pun di bawah kendali bahkan pisau yang paling terampil di dunia ini.

Tidak peduli dengan cara perhitungan seperti apa, Ning Que harus kehilangan nyawanya dengan menyedihkan bahkan jika ia telah berjuang dengan berani untuk kesempatan bertahan hidup, yang, bagaimanapun, tidak akan membahayakan Yan Suqing.

Kemudian, Ning Que seharusnya mati, tetapi sebenarnya dia tidak.

Menggunakan momentum serangan itu, dia diam-diam melonggarkan tangan kirinya, yang secara alami merentang ke punggungnya untuk memegang panjang benda keras yang muncul dari penutup kainnya.

Itu adalah pegangan payung hitam besar itu.

…

…

Jari-jarinya yang ramping memegangi pegangan yang disilangkan dengan kekuatan, dan kain kasar yang membungkus payung tiba-tiba berputar. Kain tenunannya yang padat melengkung dan kemudian terkoyak dalam sekejap mata, memperlihatkan beberapa goresan hitam di dalamnya. Sapuan-sapuan hitam itu diputar untuk merobek kain itu, seperti seekor naga hitam dengan keras mengangkat kepalanya dari bawah tanah setelah lama tidak aktif. Semakin banyak kain kasar terbelah, sehingga semakin tampak hitam, yang secara bertahap dikumpulkan untuk berguling menjadi payung hitam.

Bersamaan dengan perputaran, payung hitam terbuka dengan peningkatan ukurannya, yang hanya merakit bunga hitam besar yang mekar dalam sekejap dengan angin musim semi yang kental. “Bang!”, Dibuka untuk menutupi bagian belakang Ning Que, yang juga membantu menangkal bayangan pedang redup yang berdengung ke arahnya.

Yan Suqing telah mengumpulkan semua Psyche Power-nya untuk membuat bayangan pedang yang fatal, yang membawanya dengan kekuatan yang luar biasa. Namun, ketika pedang mini tanpa cacat menusuk permukaan payung hitam besar yang tampaknya berminyak dengan tidak ada yang istimewa, hal-hal yang tak terbayangkan terjadi.

Baik suara robek maupun poni tabrakan yang keras tidak terdengar dari permukaan payung.

Pedang terbang yang tak tertandingi tajam yang telah menikam permukaan hitam jatuh seperti daun jatuh yang tenggelam ke rawa gelap tak terbatas, atau nyamuk kelelahan diam-diam beristirahat di atas plak hitam tua.

Pedang terbang yang mendengung dengan getaran tinggi tampak seolah tertempel di permukaan payung hitam besar, yang tiba-tiba berakhir dengan keheningan mutlak.

Setelah beberapa saat, daun yang jatuh perlahan-lahan tenggelam ke rawa hitam tanpa batas tanpa meninggalkan bekas, dan nyamuk yang kelelahan yang bersandar pada plak hitam tua merosot ke tanah, atau sampai akhir hayatnya.

Pedang mini yang tadinya tangkas dan tajam itu tampaknya tidak memiliki semua kekuatan dan perlahan-lahan jatuh dari payung hitam besar ke tanah.

…

…

Di Qi Langit dan Bumi, tampaknya seutas tali putus.

Gagal berinteraksi dengan Natal Sword-nya sendiri, ekspresi Yan Suqing tiba-tiba berubah, peluit tajam keluar dari sela bibirnya. Dia melepaskan cangkir teh kasar di tangan kiri, sehingga melipat telapak tangannya untuk menangkap bilah yang diretas ke arahnya dengan satu tangan Ning Que!

Jarak antara telapak tangannya dan bilah Ning Que sama pendeknya dengan lebar rambut, yang masih memungkinkan adanya celah di antara mereka. Tetapi di dalam ruang yang sangat halus itu, beberapa kekuatan tampaknya mengisi celah, yang sekencang kapas.

Peluit bergema di rumah kecil tepi danau yang tenang. Pada suara siulan, pedang terbang yang baru saja jatuh ke tanah membuat beberapa upaya untuk bangkit, yang terbukti gagal. Upaya itu tampak begitu menyedihkan dan sia-sia, seperti nyamuk tua jatuh ke tanah yang beku, yang sayap-sayap tipisnya membeku menjadi es kaca. Perjuangan yang disebut itu lebih seperti kedutan sebelum kematian.

Mata Yan Suqing tiba-tiba dipenuhi dengan niat untuk membunuh. Dengan peluit tajam lainnya, dia menyilangkan telapak tangannya untuk menepuk-nepuk pisau dingin yang es dan merentangkan tangan kanannya dari lengan bajunya, memiringkan tubuhnya untuk bangkit dari kursi dan memegang jari-jarinya untuk membentuk pedang yang langsung mengarah ke tenggorokan Ning Que. .

Baru pada saat itulah cangkir teh yang kasar dan kikuk itu jatuh dengan keras ke tanah, menghamburkan potongan-potongan kerikil merah-gelap di seluruh tanah. Air panas dicampur dengan daun teh terciprat ke segala arah, dengan kabut panas putih berjuang untuk keluar dengan ngeri.

…

…

Mencoba menusuk langsung ke tenggorokan Ning Que, Yan Suqing, bagaimanapun, menunjuk figurnya sedikit ke kiri untuk menggambar lengkungan, membuatnya sedikit lebih jauh dari garis langsung, sehingga memberikan Ning Que lebih banyak waktu untuk bereaksi pada saat yang fatal.

Dia harus melakukannya, karena dia ingin menghindari payung hitam besar. Secara tidak sadar ia tidak mau melakukan kontak apa pun, bahkan satu inci pun, dengan kontak itu. Permukaan payung yang berminyak dan kotor pada saat ini tampak bahkan lebih gelap daripada kegelapan di rumah tepi danau kecil sebelum fajar.

Yan Suqing tidak tahu apa payung hitam besar itu. Namun, sebagai seorang kultivator berpengalaman yang telah mundur dari Kementerian Militer selama hampir satu dekade dan memiliki pengasingan dengan tembikar tanah liat dan teh membuat kemajuan dalam budidaya sepanjang waktu. Samar-samar dia bisa merasakan teror yang dibawa oleh payung hitam besar ini. Itu adalah naluri seorang kultivator.

Justru karena rasa takut yang paling dalam di hatinya inilah pedang Yan Suqing bergerak sedikit lebih lambat dari tingkat normalnya. Mengambil keuntungan dari waktu yang sangat singkat ini, Ning Que memindahkan payung hitam ke kiri tubuhnya.

Pada saat ini payung hitam besar yang benar-benar terbuka ke satu permukaan besar seperti bunga hitam besar yang mengambang di danau. Itu meluncur dengan bijaksana dari bahu kanan Ning Que ke yang kiri saat dia menggantinya dengan jari-jarinya, dan kemudian menutupi seluruh tubuhnya.

Jari-jari Yan Suqing dengan kuat menusuk permukaan payung hitam besar.

…

…

Perasaan menyodok payung … agak licin, lengket, dan menjijikkan.

Yan Suqing menatap tempat di mana ujung jari menyentuh permukaan payung hitam saat rasa takut keluar dari lubuk hatinya. Tubuhnya gemetar hebat dan wajahnya menjadi sangat pucat dalam sekejap — dia terkejut menemukan, apa yang muncul dengan rasa takut, adalah Kekuatan Jiwa batinnya, serta Qi Surga dan Bumi yang telah ia gerakkan dengan Kekuatan Jiwa-nya .

Payung hitam besar, seperti malam terdalam dan tak terbatas, akan melahap semua cahaya!

Yan Suqing tidak menyangka dia akan dibawa ke keadaan seperti itu oleh orang biasa dan payung hitam besar yang tampaknya biasa, tapi dia tahu dia telah dipaksa ke tepi jurang kematian!

Dia tidak menarik Pedangnya, karena ketika malam diserang oleh siang hari, harus ada pemenang, baik hari menang atau malam dimenangkan. Di sekitar matahari terbit dan terbenam, tidak ada yang bisa pergi lebih dulu!

Kemudian peluit yang melengking dan pahit keluar dari sela bibirnya. Kekuatan yang paling kuat akhirnya pecah dari kultivator ini yang telah bersembunyi di antara rakyat biasa selama lebih dari satu dekade. Dia menggunakan kecepatan yang paling menakutkan untuk merangsang Psyche Power-nya, yang kemudian tersebar di seluruh tubuhnya melalui Gunung Salju dan Lautan Qi. Semua Breath of Nature yang dapat berinteraksi dengan di rumah tepi danau kecil itu dimobilisasi dan dipadatkan di depan jarinya, yang diubah menjadi Pedang Intent yang menusuk ke arah payung hitam!

…

…

Kekuatan tinggi tangan kultivator pedang itu diteruskan dari permukaan payung ke pegangannya, yang kemudian diteruskan ke tangan Ning Que yang memegangi pegangan payung. Dia menundukkan kepalanya untuk menjaga payung stabil dengan tangan kiri dan bahunya. Mendengarkan suara patah dari karpusnya dan merasakan kekuatan mengerikan yang harus ditanggung tubuhnya, dia dengan gigih menggigit giginya untuk berdiri dengan cepat.

Pada saat ini, dia seperti seorang prajurit Kekaisaran Tang, menyeret podao ke belakang dengan payung hitam besar sebagai perisai, yang bertempur dalam pertempuran yang menentukan di garis depan padang rumput, mati-matian menahan serangan brutal dari orang barbar di sisi lain. sisi perisai. Dia tidak diizinkan mundur, yang akan menyebabkan jatuhnya 500 kilometer. Siapa pun dari pasukan perbatasan Kekaisaran Tang akan memiliki rasa disiplin dan keberanian!

Saat ini, semua roh dan kekuatannya terkonsentrasi pada pegangan payung untuk menolak Pedang Maksud bahwa Yan Suqing kental dengan semua budidaya. Selain itu, dia samar-samar merasa bahwa sesuatu yang berharga di tubuhnya terus mengalir sepanjang payung ke bagian dalam permukaannya, jadi tangan kanannya tidak bisa mengangkat podao di belakangnya.

…

…

Jari-jari berada di permukaan dan Ning Que di sisi yang berlawanan. Tidak diketahui berapa lama kebuntuan fatal itu berlangsung. Qi Langit dan Bumi melonjak dari dalam rumah kecil di tepi danau dan mengembun di depan jari-jari Yan Suqing untuk membentuk pedang yang sangat pendek dan tajam menusuk Ning Que.

Semua tampaknya telah merasakan suasana yang intens di tempat itu, baik itu daun bambu terbang atau kabut beku.

Yan Suqing mengucapkan dengung ringan, pembuluh darah muncul dari wajahnya yang pucat yang kemudian menghilang dalam sekejap.

Payung hitam besar mundur satu inci.

Pegangan payung terlepas dari bagian antara ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri Ning Que dan memukul dahinya dengan paksa. Pedang yang sangat tajam akhirnya berhasil menembus payung hitam besar sampai batas tertentu dan menusuk ke bagian yang pegangan payungnya baru saja bertabrakan.

“Engah!” Darah menyembur keluar dari mulut dan hidung Ning Que, yang kemudian menyebar di sepanjang tepi topeng kasa dan membasahi wajahnya yang lembut.

Di sisi lain, darah juga mulai menetes dari sudut mata Yan Suqing, di mana esensi rohnya secara bertahap menyebar, karena ia telah menggunakan Psyche Power-nya secara berlebihan dan dengan demikian sedang dalam perjalanan kehabisan tenaga.

Saat ini, elemen penentu adalah siapa yang bisa bertahan lebih lama.

Pegangan payung hitam besar menekan dada Ning Que seperti gunung. Darah mengalir keluar dari mulut dan hidungnya tanpa henti. Topeng kasa-nya benar-benar basah oleh darah yang terus menetes di sepanjang tepi topeng kasa di sepatunya.

Dia mengangkat kepalanya dengan susah payah untuk melihat ke tepi payung kosong pada spesialis teh di sisi berlawanan dari payung. Dia menyadari bahwa dagu kurus Yan Suqing telah tumbuh kurus dengan mata yang dalam di atasnya. Sepertinya dia hampir tidak bisa bertahan.

Tiba-tiba, Ning Que menemukan kekuatan dari pegangan agak melemah!

Kemudian dia dengan cepat mengangkat kepalanya dan memegangi pegangan itu dengan tangan kirinya, menekan pegangan itu dengan dadanya. Dan dia memaksa dirinya untuk mengambil langkah besar ke depan!

Payung hitam besar, sekuat perisai yang tidak bisa dihancurkan, mendorong Yan Suqing mundur!

Teriakan sekeras yang keluar dari mulut binatang buas ketika bertarung di padang rumput dideru oleh anak itu, yang dengannya dia mengumpulkan semua kekuatan yang tersisa di tubuhnya untuk mengangkat podao yang terseret ke tanah dan dengan keras meretasnya. musuh!

Dengan suara retak, pisau itu sangat dalam memotong leher Yan Suqing, yang kemudian terus maju dengan suara mengerikan yang tidak menyenangkan dari retak tulang dan membelah daging, sampai diekstrusi dari sisi lain dari tubuh musuh.

Kepala Yan Suqing, dua mata yang menatap tidak percaya pada anak di balik payung hitam, memiringkan dan jatuh dari lehernya. Itu memantul beberapa kali di tanah dan kemudian berguling ke dalam air teh yang masih mengeluarkan panas.

Payung hitam besar perlahan jatuh, sementara pegangannya masih dipegang erat di tangan Ning Que.

Ning Que menatap kepala di tanah dengan terengah-engah dan berkata, “Kamu sudah terbiasa menjadi spesialis teh bukannya ahli pedang. Anda lupa mempekerjakan pelayan. ”

…

…

Kegelapan sebelum fajar begitu berat dan Kota Chang’an masih sepi saat ini, tanpa pejalan kaki di jalan atau seekor kucing pun berjalan-jalan di malam hari. Seorang anak yang berlumuran darah keluar dari sebuah kios di Southern City. Dia terhuyung ke depan, dan kadang-kadang kakinya yang lemah akan gagal mendukungnya, dan dia akan kehilangan keseimbangan dan jatuh ke tanah.

Darah terus menetes di sepanjang tepi topeng kasa. Dia merasakan penglihatannya kabur dan pikirannya kusut. Dia bahkan tidak memperhatikan di mana dia telah mencapai. Dia tidak yakin apakah itu karena dia telah kehilangan terlalu banyak darah atau sesuatu yang lain.

“Jika aku memutuskan untuk membunuhmu, maka kamu akan dibunuh.”

Tanpa sadar dia bergumam, menemukan jalan pulang.

Suara yang keluar dari topeng berdarah dan lengket terdengar agak bengkok.

Peluit alarm yang dia dengar sebelumnya mengingatkannya untuk meninggalkan tempat ini secepat mungkin. Perasaan kecilnya yang tersisa mengatakan kepadanya bahwa pemerintah telah disiagakan, dan Pengawal Kerajaan Yulin akan dikerahkan oleh pemerintah setempat. Jika demikian, dia tidak punya pilihan selain mati.

Karena itu, dia terus berlari dengan liar di Vermilion Bird Avenue yang gagal dia kenali.

Payung hitam yang diikat ke punggungnya dipantulkan ke atas, dan dibuka perlahan.

Penuntut muda berlumuran darah.

Roh jahat merangkak keluar dari neraka.

Teratai hitam mekar di punggungnya.

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–