Nightfall Chapter 1104

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Bab 1104: Semangkuk Mie

Penerjemah: Larbre Studio Editor: Larbre Studio

Melihat kedua anak yang mengisap susu dengan putus asa di tangannya, wajah Sangsang tidak mengungkapkan kilau keibuan yang selalu disebutkan dalam cerita, juga tidak ada banyak emosi. Tetapi matanya sedikit bingung ketika pemandangan ini membuktikan bahwa dia semakin mirip manusia, terlepas dari kenyataan bahwa dia menyusui, atau fakta bahwa dia punya susu untuk disusui.

Kedua anak tertidur setelah makan. Dia menempatkan anak-anak di samping, memegang sandaran tangan Imam Besar Agung dan berdiri perlahan. Dia berjalan ke luar istana Tao, melihat ke arah tertentu dari langit biru yang cerah. Dia mengambil sempoa dari tangannya dengan jari-jarinya menusuk itu tanpa berpikir, dan tetap diam untuk waktu yang lama.

Drunkard sedang mencarinya di dunia manusia, dan Ning Que bergegas ke sini. Alasan dia diam bukan karena dia gelisah, tetapi dia dalam suasana hati yang tidak menyenangkan. Ketidakbahagiaannya berasal dari sedikit perubahan dalam proses transformasi dari tuhan ke manusia. Dia pernah mengalami ini sebelumnya, tetapi dia tidak pernah mengalami rasa sakit dan kerentanan. Itu nyata dan membuat frustrasi, penghinaan itu tak tertahankan terutama ketika dia ingat bahwa dia dipaksa untuk melarikan diri dari yang disebut anjing, si Pemabuk.

Dia tidak tahu apakah itu karena tenaga kerja sehingga perasaan terhina menjadi luar biasa kuat, dan keinginan untuk melindungi wilayah dan martabatnya sendiri luar biasa. Dia mengambil keputusan dengan cepat.

Saat berjalan kembali ke istana Taois, dia memandang acuh tak acuh pada bidan setengah baya yang lesu di bawah Pendeta Ilahi Agung dengan merendahkan diri seperti yang biasa dia lakukan sebelumnya dan berkata, “Aku memberimu hidup yang kekal.”

Tidak ada yang terjadi, tidak ada cahaya dan teh yang jernih, tidak ada perubahan di jalur takdir yang tidak bisa dilihat tetapi benar-benar ada, karena dia bukan lagi Haotian yang mahakuasa.

Setelah hening sejenak, dia berkata, “Jika aku abadi, aku akan memberimu hidup yang kekal.”

Dia merasa agak tidak nyaman setelah mengatakannya, wajahnya menjadi sedikit panas, berpikir dalam hatinya apakah mungkin dia mudah sakit setelah menjadi manusia. Dia ingin melakukan sesuatu untuk mengalihkan perhatiannya dari pikirannya, saat itu, dia melihat menjepit.

Jepitan yang oleh bidan setengah baya disebut cephalotracter bukanlah sepotong pengerjaan indah di matanya, tetapi ada kebijaksanaan nyata atau, ide baru dalam lingkaran yang dibentuk di kepala jepitan.

Dia agak penasaran ingin tahu siapa yang mendesainnya, saat itu, dia melihat label yang sudah dikenalnya di penjepit. Memang, dia sangat akrab dengan label karena dibuat oleh bengkel yang diadakan oleh Akademi. Dia sangat akrab dengan itu karena dia telah berkali-kali memasak di Back Hill Academy saat itu, label yang sama ada di semua pisau dapur.

…

…

Sangsang menata kembali pakaian yang digunakan untuk membungkus anak-anak dengan penuh kesabaran, melihat penampilan, mereka hampir tidak bisa disebut sebagai pakaian lampin. Tapi kedua anak itu tidak nyaman, menilai dari sedikit kerutan di alis mereka yang halus.

Itu baik-baik saja asalkan bisa tetap hangat. Dia tidak ingin membuang energinya untuk masalah sepele seperti itu. Dia mengikat kedua anak itu di sisi sadel kuda hitam besar dan mengendarai singa nila, menuju cincin luar ibukota.

Langit senja merah seperti api. Jalanan sepi karena perang. Kadang-kadang ada pejalan kaki melihat singa nila besar dan Sangsang yang duduk di sana, berteriak dan melarikan diri.

Sangsang menghentikan singa nila sementara waktu ketika dia melewati sebuah bujur sangkar. Ada ribuan orang di lapangan, beribadah dan berdoa di halaman. Ada tumpukan abu putih di halaman.

Mereka adalah para pemuja Aliran Baru yang datang dari berbagai tempat, menyembah tanah suci dan mengenang Saint mereka.

Kekuatan Stream Baru tumbuh secara bertahap, beberapa Kerajaan seperti Song, Qi, Liang, dan Chen tidak stabil. Taoisme hampir tidak berkelanjutan dan akan ditinggalkan kapan saja. Mereka tidak berani melakukan apa yang dulu mereka lakukan, berteriak dan membunuh para penyembah aliran baru ini.

Sangsang tahu bahwa Ye Su dibakar sampai mati di halaman itu, mungkin sebagian abunya ada di tumpukan abu kayu di sana. Sejak hari itu dan seterusnya, kekuatannya yang melemah tidak bisa diperbaiki.

Melihat halaman dan kerumunan pemuja Aliran Baru di depannya, dia tetap diam untuk sementara waktu tanpa banyak kemarahan. Tidak ada artinya marah pada orang yang sudah meninggal. Namun, sedikit perubahan suasana hati tak terhindarkan. Itu mempengaruhi luka di perutnya dan lukanya berkurang. Dia menunduk untuk melihat noda darah di baju hijau dan sedikit mengernyit. Kemudian dia ingat bahwa berapa kali dia mengerutkan kening dalam beberapa hari terakhir ini jauh lebih banyak daripada yang ditambahkan bersama selama beberapa tahun terakhir.

“Ayo pergi,” katanya lembut.

Singa nila berjalan perlahan ke luar kota. Kuda hitam besar ikut, bersama dengan dua anak. Para penyembah aliran baru yang berlutut di alun-alun tidak memperhatikan kelompok orang ini sama sekali, mungkin itu karena mereka terlalu fokus, atau itu adalah tanda kesetiaan.

Dia mengendarai singa nila, memandang dunia manusia yang tidak lagi sama. Pikirannya melayang pergi, tidak ada ekspresi, tidak ada kebaikan selain keilahian di wajahnya, lampu bersinar dari kemeja hijaunya.

Tiba-tiba sebuah pikiran terlintas di benaknya. Ketika dia masih muda, dia mendengar Ning Que berbicara tentang seorang Bodhisattva yang sedang menjelajah dunia duduk di singa nila. Dia mengambil alih singa nila dari seorang Bodhisattva dalam pertandingan catur. Sekarang dia duduk di punggungnya, dia memang terlihat seperti seorang Bodhisattva. Ning Que mengatakan bahwa Bodhisattva sangat gigih dan baik, dia adalah Bodhisattva yang baik. Dia mencintai semua orang, terlepas dari apakah mereka mencintainya atau tidak. Dia mengangkat alisnya sedikit dan membubarkan perasaan itu, memikirkan dalam hatinya bagaimana dia bisa berubah menjadi kehidupan yang lebih lemah daripada keledai botak Buddha.

Setelah keluar dari ibu kota Kerajaan Song, singa nila dan kuda hitam besar berhenti dan menatapnya pada saat yang sama, bertukar pandang. Apa langkah mereka selanjutnya untuk menghindari si pemabuk yang mengejar mereka?

Sangsang memandang ke arah barat laut, menghadap ke sebuah bintang. Dia ingat bahwa dia menamai bintang itu, Sirius.

“Ayo pergi kesana.”

Ada bintang Sirius di arah barat laut langit. Ada sebuah kota kecil di arah barat laut dunia manusia.

Sekarang dia adalah Biksu Tang yang pernah dibicarakan Ning Que, dengan hanya keilahiannya tetapi tidak ada kekuatan ilahi yang tersisa. Di mata orang-orang seperti Biara Dekan dan Pemabuk, dia adalah pencobaan terbesar. Level Grand Cultivator ini bisa membunuhnya dengan cara apa pun. Kota Chang’an terlalu jauh dan perjalanan pulangnya sangat tidak aman, maka ia ingin pergi ke kota kecil.

Tiba-tiba dia ingat tentang Biksu Tang yang pernah dibicarakan Ning Que, bahwa dia menjadi seorang Buddha setelah itu. Orang itu sangat cerewet tetapi juga keras kepala, mengapa dia terus melarikan diri dalam perjalanannya ke Barat?

Dia tidak ingin lari lagi. Martabat Haotian melarangnya untuk terus melarikan diri. Dia ingin pergi ke kota kecil dan membunuh Pemabuk.

…

…

Kota kecil itu terletak di antara perbatasan Song dan Kerajaan Yan; tempat itu tandus dan sepi sekarang. Tentara Timur Laut Battlefront yang baru dibuat oleh Tang telah menyerang pedalaman Kerajaan Yan. Dikatakan bahwa Kota Chengjing telah dikepung selama 10 hari, dan tim pelarian telah melintasi kota kecil itu, berbondong-bondong ke tempat yang jauh di selatan, hanya meninggalkan kekacauan dan reruntuhan.

Satu-satunya toko daging di kota itu ditutup, tetapi satu-satunya toko lukisan dan kaligrafi masih buka. Pemilik toko sedang menunggu seseorang, meskipun orang itu mungkin tidak akan pernah kembali dan dia mungkin tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk melakukan apa yang siap dia lakukan. Namun, dia akan terus menunggu sampai akhirnya bisa memastikannya. Tanpa diduga, orang saleh yang dia tunggu belum datang kembali, tetapi seorang tamu yang mengejutkan malah datang.

Sangsang berjalan kuda hitam besar ke depan toko, melewati ambang pintu dan menatapnya. Dia membungkuk sedikit padanya dengan ramah sejauh pengetahuannya, tampak agak canggung, atau canggung.

Chao Xiaoshu merasa sangat canggung, dia menatapnya dan mendesah, “Tidak perlu untuk itu, saudara ipar.”

Dia adalah seorang jenius yang sulit diatur, dan dia sangat percaya diri. Kembali pada hari-hari ketika dia berkeliling dunia Jianghu, dia tahu dia pasti akan memperluas cakrawala dengan banyak pemandangan, dan dia akan mengenal banyak orang hebat, misalnya almarhum kaisar. Tetapi dia tidak pernah berpikir bahwa suatu hari, dia akan menjadi saudara ipar Haotian.

Zhang San dan Li Si tahu identitas Sangsang juga. Wajah mereka langsung pucat, panik dan merasa sangat tidak nyaman. Mereka bingung ketika mereka melihat dua anak berkulit putih di atas sadel kuda.

“Ini adalah …” Sangsang berpikir sejenak dan berkata, “Adik Bungsu dan Adik Bungsu.”

Ada tiga generasi dari Akademi Bukit Kembali, Kakak Perempuan tertua dari generasi ketiga adalah Tang Xiaotang, diikuti oleh Zhang San dan Li Si. Putra dan putri Ning Que secara alami akan menjadi Saudara Bungsu dan Adik Bungsu.

Zhang San dan Li Si akhirnya keluar dari kesurupan mendengar nama itu, berpikir dalam hati mereka bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan karena mereka adalah keluarga. Mereka maju untuk menyambutnya dan memanggil Bibi Bungsunya dengan riang.

Itu tidak terlalu jauh dari ibukota ke kota kecil. Singa nila dan kuda hitam besar secepat pencahayaan. Senja memudar menjadi kegelapan, keheningan di kota kecil itu memekakkan telinga, hanya cahaya yang bersinar dari lukisan dan toko kaligrafi.

Hanya ada satu toko, tetapi mereka masih perlu makan.

Zhang San dan Li Si sangat berani, kalau tidak mereka tidak akan memenggal kepala Biara dengan pisau dapur, juga tidak mungkin bagi mereka untuk terus memanggil Bibi Bungsunya. Namun demikian, ketika Sangsang secara pribadi memasak makanan dan menghidangkan semangkuk mie sup, mereka masih agak gelisah, atau lebih tepatnya, ketakutan.

Hidangan yang dibuat secara pribadi oleh Haotian. Siapa yang memakannya sebelumnya? Siapa yang berhak makan?

“Tuanmu, paman dan bibimu telah memakannya sebelumnya, dan itu lebih dari sekali,” Chao Xiaoshu tersenyum dan berkata, senyumnya dipenuhi dengan emosi campur aduk. Dia melihat telur goreng lembut di mie, tetap diam untuk sementara waktu dan berkata, “Hujan turun tahun itu, Anda tidak memasak untuk saya ketika saya ingin makan semangkuk mie.”

“Aku tetap melakukannya setelah itu.” Sangsang menatapnya dengan tenang dan berkata, “Dan saya menaruh bawang hari ini, saya juga menggoreng telur.”

Sedikit yang tahu mengapa Chao Xiaoshu datang ke kota kecil, tetapi dia tidak bisa bersembunyi darinya.

Saat itu, Chao Xiaoshu berjalan ke Toko Sikat Tua di tengah hujan pada musim semi, Ning Que mengikutinya untuk membunuh orang dengan pisau di punggungnya. Sangsang membuat semangkuk mie telur goreng untuk mereka berdua setelah mereka membunuh orang.

Semangkuk mie telur goreng ini tidak mudah untuk dimakan.

Untuk makan mie, Anda harus membunuh, atau menyerahkan hidup Anda kepada orang lain.

Chao Xiaoshu meliriknya dan tersenyum, dia mengambil sumpit dan mulai memakan mie dengan senang hati.

Zhang San dan Li Si mencelupkan sumpit ke dalam sup mie dan memberi makan anak-anak yang baru saja bangun.

…

…

Bahkan, toko lukisan dan kaligrafi bukan satu-satunya toko di kota yang terbuka, gudang anggur juga terbuka.

Pemilik gudang anggur adalah seorang janda muda dan cantik. Dia tidak memiliki kerabat, setidaknya setelah semua diskriminasi dan intimidasi, dia tidak punya siapa pun yang merawatnya. Menjual minuman beralkohol bukanlah sesuatu yang banyak dibicarakan di dunia ini.

Sangsang sedang berjalan kuda, menatapnya tanpa ekspresi dan berkata, “Dia mungkin merasa sedih jika aku membunuhmu, meskipun perasaan itu sementara, aku memutuskan untuk membunuhmu juga.”

Wanita cantik itu tampak ketakutan, wajahnya memucat, tidak tahu apa yang dia bicarakan. Namun demikian, entah bagaimana dia bisa tahu siapa orang yang dia bicarakan, karena dia bersamanya selama bertahun-tahun. Semua orang telah melarikan diri, tetapi dia tidak, karena dia sedang menunggu dia untuk kembali juga. Dia percaya bahwa dia akan membawanya keluar dari sini.

Sangsang sangat lemah sekarang, tetapi itu hanya masalah pemikiran untuk membunuh wanita biasa.

Kuda hitam besar itu memiringkan kepalanya dan menolak untuk bergerak maju. Singa nila bersembunyi dalam gelap seperti gunung hitam kecil, mendekat perlahan, mungkin menelan wanita penjual anggur kapan saja.

Kemudian, si Pemabuk muncul.

…

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–