Nightfall Chapter 1110

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Bab 1110: Bulan Cerah Di Malam Hari (III)

Penerjemah: Larbre Studio Editor: Larbre Studio

Pisau itu kokoh, dilapisi dengan minyak dan bahkan bekas darah. Menampar ke arah kepingan salju yang beterbangan di udara, sepertinya agak tidak pada tempatnya, seolah-olah pada saat berikutnya, itu akan menebas melalui udara yang tidak ada tetapi tipis. Karena di depan tebing, tidak ada apa-apa selain salju. Namun demikian, ketika pisau ini menebas ke bawah, jalinan ruang melengkung, diikuti oleh suara robekan yang keras. Sebuah dunia yang dibentuk oleh sepasang sayap jangkrik transparan diiris terpisah dalam satu tebasan.

Intent Blade mulai memudar setelah itu, tetapi masih ada. Itu terus maju dan berdampak terhadap tebing, memancarkan ledakan yang menghancurkan bumi. Puing-puing terbang ke mana-mana, berhamburan ke salju. Retakan di tebing, di antara tanaman anggur yang tersedak, mulai melebar. Dua bagian tebing itu saling beradu, memicu tanah longsor batu-batu besar lainnya. Tidak lama setelah itu …. seluruh gunung terbelah.

Tukang daging memotong satu gunung menjadi dua dengan tebasan tunggal.

Ada siluet yang jatuh bersama puing-puing. Sosok misterius itu mungil, jatuh dari ketinggian lebih dari seratus meter. Seolah-olah dia telah jatuh dari langit, jatuh melalui salju, jatuh langsung ke tempat si Jagal berdiri.

Tukang daging itu baru saja mengeluarkan pukulan hebat dari Blade Intent, jadi meskipun itu dia, masih mustahil untuk mengeluarkan tebasan ketiga dalam waktu yang singkat.

Dadanya bergemuruh dengan usaha yang rendah saat dia menjentikkan pergelangan tangannya dengan ahli, meratakan pedangnya secara horizontal di salju.

Sebuah pukulan keras terdengar.

Sosok mungil itu telah mendarat langsung di permukaan bilahnya. Tepat setelah itu, ada ledakan hebat lainnya.

Debu dan pasir diaduk, dan lebih banyak puing terbang di mana-mana dengan salju.

Alis si Jagal berkerut dengan susah payah, tenggelam lebih rendah dan lebih rendah di dahinya. Namun, orangnya tidak runtuh. Dia memegang tanahnya.

Bukannya dia punya pilihan, karena kakinya telah tenggelam ke tanah, menguburnya hingga ke lutut.

Bayangan mungil itu terlempar ke udara oleh kekuatan pisau, tetapi melengkung ke belakang dan mendarat dengan anggun, seperti burung merpati, di tebing yang hancur. Pada saat yang sama, pedang Jun Mo akhirnya mencapai tangannya.

MEMUKUL!

Kecelakaan yang memekakkan telinga terdengar di lembah, benar-benar melenyapkan beberapa perkebunan di pinggiran kota terdekat. Kepingan salju yang jatuh di depan tebing yang hancur hancur menjadi debu beku. Kekuatan dampak meledak tepat ke langit malam, membelah awan.

Nafas Surga dan Bumi, ditarik oleh tabrakan yang intens, mengalir ke mana-mana. Ini menyeret salju yang menumpuk di tanah dan batu-batu besar tersebar di seluruh tempat, menyebabkan mereka terbang dengan sembarangan di udara. Di bawah langit malam, semuanya gelap, sehingga tidak ada yang bisa dengan jelas mengamati apa yang terjadi. Satu-satunya hal yang bisa mereka andalkan adalah suara.

Tidak ada yang tahu berapa kali ketiga orang ini bertabrakan dalam waktu yang singkat. Pedang logam, pisau daging, dan tinju belaka telah diadu satu sama lain berkali-kali. Namun, satu hal yang pasti: mereka bertiga memiliki bentuk kekuatan dan kekuatan mentah yang absolut.

Setelah beberapa waktu, keheningan akhirnya jatuh ke sisi tebing.

“Aku sudah mengakui ini saat itu, kalian berdua memang kuat. Jika kalian berdua telah hidup selama bertahun-tahun seperti aku, mungkin kalian bahkan bisa melampaui diriku. Namun … saat ini tidak mungkin, karena kalian berdua tidak dapat membunuhku. ”

Si Jagal mengakhiri pernyataannya dengan menatap dingin ke dasar tebing di seberangnya. Banyak luka muncul di tubuhnya, tetapi tidak ada darah. Dia tidak terurus, itu pasti, tetapi tampaknya dia tidak benar-benar terluka.

Seperti yang diharapkan dari legenda yang telah mencapai kondisi hampir tak terkalahkan.

Bahu kiri Jun Mo berdarah. Rok kuning Yu Lian ditutupi tanah. Lebih penting lagi, sepatunya sobek. Berbagai indikasi seperti ini membuktikan bahwa membunuh Jagal masih merupakan tugas yang sulit bagi mereka, meskipun memiliki keuntungan bergabung dengan pasukan.

“Beberapa orang tentu saja lebih sulit untuk dibunuh, seperti kamu, si Pemabuk dan Kepala Biksu. Namun demikian, si Pemabuk telah meninggal lebih awal malam ini. Kepala Biksu juga terperangkap dan dikirim ke kematiannya oleh Akademi saya. Secara alami, kami akan memiliki pengaturan yang sama untuk Anda. ”

“Apa yang terjadi tadi hanyalah sebuah eksperimen. Karena itu tidak efektif, kita harus beralih ke taktik lain. Anda harus tahu bahwa untuk menang melawan lawan, tidak berarti Anda harus membunuh mereka, ”Yu Lian menjelaskan.

Apa yang dia katakan sangat masuk akal, pikir Jun Mo ketika dia mengingat tebasan pertama si Jagal.

Tepat setelah kata-kata terakhir Yu Lian, melodi yang dimainkan oleh seruling bergema di seluruh lembah bersalju. Itu diikuti oleh melodi mendayu-dayu yang mengalir.

Musik yang diciptakan oleh kedua instrumen itu menyatu dengan mulus satu sama lain, menghasilkan melodi yang memukau yang memetik hati sanubari setiap pendengar. Namun, niat membunuh tetap ada di jeda.

Si Jagal mengangkat alisnya sedikit, wajahnya mulai pucat. Dengan teriakan, debu dan salju bergetar dan jatuh dari tubuhnya.

Dia mencengkeram pisaunya dengan erat dan memotongnya ke tempat musik itu berasal.

Musiknya terputus tiba-tiba.

Namun, Blade Intent tidak dapat melanjutkan lebih jauh karena pada tebing yang rusak terdapat pohon ek. Sebuah pohon ek pendek, dan di sebelah pohon ek itu ada sebuah benteng, sebuah benteng yang rusak. Di benteng yang rusak ada bendera yang hancur.

Ek pendek melambangkan meriam, benteng rusak sebagai benteng, bendera hancur mewakili bendera kesetiaan kepada raja, atau komandan.

Ini Xiangqi, catur Cina.

Dengan Blade Intentnya dinetralkan, si Jagal tampak agak jengkel. Dia melangkah maju, dan mencoba menghancurkan sayap jangkrik Yu Lian dengan menggunakan tubuhnya sendiri sebagai pendobrak. Namun, dia tidak bisa keluar dari sana, karena ada banyak bidak catur di lembah.

Batu-batu hitam, serta bebatuan yang diselimuti oleh lapisan salju putih.

Itu adalah potongan hitam dan potongan putih.

Ini Go.

Si Jagal melolong, mengangkat pisaunya untuk mencoba tebasan lagi.

Musik, yang sudah mulai lagi, terputus untuk kedua kalinya. Potongan-potongan catur yang ada di seluruh gunung bergetar, seolah-olah mereka akan terbelah.

Pada saat ini, pita sutra halus berkibar dari langit di samping kepingan salju. Itu meringkuk dan menghubungkan bersama pohon ek, benteng, bendera, batu-batu besar dan salju. Setiap kepingan salju yang menyentuh sutera hancur ke udara, naik ke atas untuk membentuk awan.

Ini dikenal sebagai Cloud Gathering Array. Namun, itu belum lengkap. Di luar susunan, ada kuali logam, pasir emas, bahkan penggiling air di sungai di luar tebing.

Seekor angsa bertengger di bagian tertinggi kincir air, seperti seorang komandan yang sombong. Seekor banteng tua bisa dilihat di lereng gunung jauh. Tampaknya tanpa tujuan menatap ke kejauhan.

Si Jagal mengeluarkan lolongan keras lainnya, mengangkat pisaunya untuk tebasan lagi.

Tiba-tiba Blunt Intent mengalir ke arahnya dari barat. Kelelawar logam dibawa ke medan perang.

Blade Intent yang sudah tertahan oleh beberapa lapisan array tersebar menjadi ketiadaan setelah serangan oleh kekuatan Blunt Intent dari kelelawar.

Chen Pipi, diapit oleh Tang Xiaotang, mulai mendekati mereka dari arah kota.

Dia mengenakan gaun ilahi, dilengkapi dengan mahkota suci yang terletak di kepalanya. Wajahnya benar-benar serius, sesuai dengan situasinya.

Dia memerintahkan tiga belas murid dari Aliran Baru, sehingga dia memiliki kekuatan iman di sisinya.

Si Jagal terdiam. Dia menundukkan kepalanya, lalu mengangkatnya lagi dengan menantang.

Dia mengangkat pisau dagingnya, memotong untuk kelima kalinya.

Kali ini, dia masih tidak bisa membahayakan siapa pun. Ini karena sebuah batu muncul di depan pisaunya, memadamkan kekuatan serangannya. Batu-batu dan batu-batu besar yang berserakan di sisi gunung tampaknya mendapatkan kehidupan mereka sendiri, sebelum nampak sekarat lagi, menjebaknya di antara mereka. Dia terjebak, terjebak dalam barisan penghalang ini.

Mo Shanshan, dalam pakaian putih dan mengenakan mahkota kerajaannya, diam-diam mengamati kekacauan batu dan puing-puing yang menutupi gunung.

Array penghalang adalah pekerjaannya. Itu hampir tiga perempat sekuat Danau Daming di depan Gerbang Depan Doktrin Setan.

Tahun itu, bahkan Paman Bungsu butuh waktu untuk memecahkan barisan. Tukang daging itu tidak terkecuali. Dia akhirnya menurunkan pisaunya. Tukang daging melirik berbagai array yang kuat secara individual, namun saling tergantung di gunung, tak bisa berkata-kata. Dia berharap semua orang dari Akademi akan muncul di sini. Namun, agar lawannya memindahkan seluruh Akademi di sini jauh melampaui harapannya!

…

Melodi seruling dan kecapi mulai naik sekali lagi, hidup dan gembira, memancarkan sedikit saja keangkuhan.

Yu Lian bahkan tidak melirik ke tukang daging terakhir. Dia menyelipkan tangannya ke belakang dan berbalik untuk pergi.

Semua orang dari Akademi mundur setelah itu, termasuk Mo Shanshan. Dia awalnya adalah salah satu dari dua orang yang diundang oleh Akademi untuk memasuki Back Hill. Dia sudah terbiasa menganggap dirinya sebagai bagian dari Akademi, sementara Akademi juga terbiasa memperlakukannya sebagai salah satu dari mereka.

Jun Mo tidak pergi, sebaliknya dia duduk bersila di salju. Diam-diam, dia mengamati Jagal yang terjebak dalam banyak array.

Bertahun-tahun yang lalu, ketika Ning Que membunuh Xia Hou, dia menghabiskan sepanjang malam duduk di jembatan bersalju, menghalangi jalan bagi Subjugasi Jenderal Tang Besar dan juga Penjaga Kerajaan Yulin terkuat. Mereka tidak bisa menyeberangi jembatan sama sekali.

Malam ini, dia duduk di salju lagi, mengungkapkan tekadnya.

Tukang daging memandangnya. “Saya dapat memecahkan array ini, diberikan waktu yang cukup,” dia memperingatkan.

“Waktu adalah satu-satunya yang kita butuhkan. Jika Anda dapat memecahkan array ini, maka akan turun ke saya untuk membuat Anda tetap di sini. Jika saatnya tiba, saya akan melihat apakah saya bisa menangkis serangan Anda, ”jawab Jun Mo.

“Kamu tidak bisa,” kata si Jagal dengan tegas.

Jun Mo mengangkat bahu. “Mungkin.”

Si Jagal terdiam. “Kalian semua telah berlarian lebih dari sepuluh hari tetapi masih menolak untuk naik Gunung Peach, mengapa? Jika Taoisme jatuh, Haotian akan melemah secara eksponensial, bahkan mati. ”

Jun Mo terdiam sesaat, sebelum menjawab, “Mungkin karena Haotian di matamu, bagi kita semua di Akademi, adalah teman kita, seorang gadis belaka yang memasak hidangan lezat untuk kita. Jika dia bisa tetap hidup, maka dia lebih baik tetap hidup. ”

“Lalu mengapa kalian semua memutuskan untuk mendaki Gunung Peach malam ini?” tanya si Jagal.

“Karena dia telah kembali ke Chang’an,” adalah jawaban Jun Mo.

Chang’an, nama yang sangat indah. Kota mitos, wali yang mampu melindungi banyak manusia biasa. Sekarang, itu sudah mulai melindungi Haotian juga.

“Kamu memberikan semua milikmu untuk teman-temanmu, aku memberikan segalanya untuk orang-orangku. Itu cukup untuk memberikan semua yang kita miliki, ”lanjut Jun Mo.

Tukang daging tidak berusaha melanjutkan pembicaraan untuk waktu yang lama. Akhirnya, dia berbicara, “Seperti yang diharapkan, Jun Mo masuk akal seperti biasa.”

Dia mengangkat pisau di tangannya. Intent Blade-nya tidak bisa memecah array, tetapi beresonansi dengan sisa-sisa Blade Intent yang tertinggal di antara langit dan bumi.

Awan salju di langit malam, yang sudah memiliki celah di dalamnya, mulai pecah lebih jauh. Salju yang jatuh berhenti, awan-awan menyebar, memperlihatkan bulan yang cerah di langit malam.

Jun Mo mengangkat kepalanya dan mengagumi keindahan halus bulan.

…

Di antara lembah yang mengarah ke Gunung Peach, para anggota Akademi maju dengan sunyi. Sebagian besar dari mereka memikul barang-barang mereka, memimpin sapi-sapi mereka, membawa angsa dan kebutuhan mereka di tangan mereka. Mereka telah melintasi Ngarai Verdant sebelumnya, sementara kali ini adalah West-Hill. Seperti sebelumnya, debu dan pasir mengganggu jalan-jalan gunung.

Yu Lian melihat sesuatu dari sudut matanya, dan mengangkat kepalanya untuk menatap langit malam. Dia juga melihat bulan yang cerah.

“Guru, kita akan menang,” kata Chen Pipi dengan sedikit senyum saat dia menatap bulan.

Bertahun-tahun yang lalu, Kepala Sekolah telah mendaki Peach Mountain sebelumnya, dan memotong semua kelopak bunga sakura yang telah menutupi gunung.

Malam ini, bulan yang cerah menyinari mereka dari langit malam. Kali ini, murid-muridnya ada di sini.

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–