Nightfall Chapter 150

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Bab 150: Pembukaan Lantai Dua

Penerjemah: TransN Editor: TransN

Pembukaan lantai dua sangat penting bagi Ning Que. Tidak peduli apakah dia bisa menangkap peluang itu atau tidak, setidaknya itu tepat di depan matanya. Bagi banyak orang, kemampuan untuk menghadapi peristiwa-peristiwa penting dengan rahmat adalah kualitas yang harus dikagumi.

Setelah menghadapi banyak kesengsaraan dalam hidup, Ning Que mampu melakukan ini sampai batas tertentu. Selain memaksa dirinya untuk tetap tenang ketika menghadapi peristiwa-peristiwa penting, ia harus melakukan salah satu pekerjaan persiapan yang paling penting untuk itu. Itu, dia harus membawa Sangsang bersamanya.

Matahari baru saja terbit dan Chang’an masih diselimuti kegelapan. Dia membawa Sangsang bersamanya di kereta kuda dan meninggalkan Gerbang Burung Vermilion. Ketika mereka tiba di Akademi di bawah gunung selatan, fajar menyingsing. Padang rumput di sekitar Akademi yang biasanya tenang ramai hari ini.

Para Penjaga Kerajaan Yulin yang mengenakan baju besi mereka berpatroli di tempat itu dengan hati-hati. Ada banyak pejabat dari Kementerian Ritus yang duduk di bawah kanopi yang didirikan sementara. Beberapa pria mengenakan jubah resmi Tang berdiri di bawah pohon di kejauhan tanpa ekspresi. Meskipun tidak diketahui dari kantor mana mereka berasal, mereka semua memancarkan aura berbahaya.

Ning Que memikirkan ujian masuk Akademi dari tahun lalu ketika dia menyaksikan urusan yang ramai namun bermartabat. Dia menyadari bahwa keamanannya adalah soal ujian masuk. Saat itulah dia akhirnya mengerti satu hal.

Pembukaan lantai dua tidak hanya urusan penting dalam hidupnya. Itu sama untuk seluruh kota Chang’an. Selanjutnya, Pangeran Long Qing dari Departemen Kehakiman Aula Tuhan akan memasuki lantai dua. Ini memengaruhi hubungan yang sudah rumit antara Tang, Istana Ilahi Bukit-Barat, dan Kerajaan Yan. Ini adalah urusan penting lainnya yang dunia sedang perbaiki.

Sangsang tidak dapat masuk ke Akademi karena keamanan yang ketat dan nasib buruk kali ini. Karena itu, dia hanya bisa menunggu di padang rumput di luar pintu batu Akademi.

Masih ada setengah hari lagi dari pembukaan lantai dua. Ning Que sengaja muncul lebih awal, bukan karena dia ingin menunggu dengan alasan Akademi di bawah sinar matahari seperti turis bodoh. Dia berjalan ke Akademi yang akrab, mengikuti jalan setapak melintasi hutan bambu, memutari danau dua kali, memasuki perpustakaan tua dan menawar instruktur yang baru saja bangun pagi yang baik. Setelah itu, dia mengangkat jubahnya dan berjalan ke atas.

Dia tidak tahu apakah itu terlalu dini atau apakah ada alasan lain, tetapi sosok langsing Profesor Yu belum muncul di meja di samping jendela timur. Ning Que berhenti sejenak sebelum berjalan ke meja di dekat jendela barat, membasahi batu tinta, dan mengambil napas dalam-dalam sebelum menulis dengan bebas tanpa banyak berpikir. Setelah dia memastikan bahwa kondisi mentalnya jelas dan tenang, dia meletakkan sikat dan pergi.

Dia berjalan melewati hutan lebat di belakang danau. Pemandangan di depan matanya melebar. Rumput yang lembut tampak seperti karpet hijau lembut di bawah cahaya pagi. Siapa pun yang pernah melihatnya akan merasa ingin melepas jubah mereka dan menggulungnya untuk sementara waktu.

Ini adalah salah satu tempat paling terpencil di Akademi. Sangat sedikit siswa selain Ning Que yang datang ke sini dalam enam bulan terakhir. Bahkan jika ada orang, mereka hanya akan duduk di tepi padang rumput untuk menatap bintang atau pergi berkencan. Mereka tidak akan berjalan melalui padang rumput dan memasuki perut hutan lebat.

Ning Que berjalan di antara pepohonan di tanah tinggi dan berbahaya. Dia mengulurkan telapak tangan dan membelai batang-batang pohon yang halus. Mengangkat kepalanya, dia memperhatikan dahan yang jarang. Alisnya sedikit terangkat, tapi dia tetap diam.

“Apa yang kamu lakukan hari ini?” Suara profesor wanita itu terdengar di hutan.

“Muridmu menyambutmu.”

Ning Que menatap sosok yang mendekat dan membungkuk. Dia menegakkan badan dan berpikir serius sejenak sebelum menjawab, “Saya punya semangkuk sup mie ayam dengan acar lobak di pagi hari. Setelah itu, saya naik kereta kuda ke Akademi. Aku berdiri di luar pintu sebentar sebelum meninggalkan barang-barangku di Kelas Tiga. Kemudian, saya berjalan mengelilingi danau dua setengah kali dan mengunjungi dosen di perpustakaan lama. Saya ingin naik ke atas untuk menanyakan sesuatu kepada Anda, tetapi Anda tidak ada di sana. Jadi, saya menulis sepotong kaligrafi dan datang ke sini. ”

Profesor wanita berdiri di depannya. Anda tidak akan pernah bisa menebak usianya dari wajahnya. Dia tidak bertanya apa yang ingin ditanyakan Ning Que padanya, tetapi setelah hening sejenak, dia tersenyum dan berkata, “Sayang sekali Anda tidak dapat menenangkan hati setelah melakukan begitu banyak hal.”

Ning Que mengangguk dan menjawab dengan jujur, “Saya tahu saya tidak punya banyak kesempatan. Tetapi saya masih memiliki pemikiran bahwa saya mungkin beruntung. Namun, sulit untuk tenang begitu saya memiliki pemikiran ini. Adakah yang bisa Anda ajarkan kepada saya? ”

“Aku hanyalah orang biasa yang memasuki negara bagian Seethrough.” Profesor wanita itu menyibak rambut yang telah ditiup di wajahnya dan tersenyum, “Tidak ada yang bisa saya ajarkan pada seseorang seperti Anda dengan ide-ide besar.”

Ning Que tersenyum dan menggaruk kepalanya dengan canggung.

Tidak perlu memiliki ketenangan logam yang ketat setiap saat. Meskipun Anda berpendidikan tinggi, Anda masih seorang anak muda. Tidak mungkin bagi Anda untuk duduk di jendela timur setiap hari, menyalin kaligrafi selama bertahun-tahun seperti saya.

Profesor wanita itu berkata dengan lembut, “Ada banyak hal di dunia ini yang tidak bergantung pada kemampuan Anda, tetapi apakah Anda mau membayangkan. Jika Anda bahkan tidak berani membayangkan dan dikendalikan oleh keraguan diri, maka Anda adalah orang yang lemah. Saya hanya ingin tahu seberapa kuat Anda ingin memasuki lantai dua. ”

Ning Que hendak mengatakan sesuatu, tapi kata-kata yang diucapkan oleh profesor selanjutnya mengguncangnya ke inti.

Jika Anda menyerah saat memasuki lantai Dua hari ini, saya dapat memperkenalkan Anda kepada seorang guru yang setara dengan Liu Bai.

…

…

Ada jeda hamil ketika Ning Que menatap profesor wanita dan menyadari bahwa dia mengatakan itu seolah-olah itu tidak ada yang luar biasa. Itu seperti seseorang yang mengatakan mereka akan memberi Anda semangkuk mie pedas jika Anda tidak ingin makan krep gurih. Tidak ada tanda-tanda ada yang menyombongkan diri, tetapi ada kebenaran yang tidak dapat disangkal dalam kata-katanya.

Namun … Liu Bai dari Kerajaan Jin Selatan adalah Sage of Sword. Dia diakui sebagai pendekar pedang terkuat di dunia, dan dia akan memperkenalkannya kepada seorang guru yang setara dengannya? Di mana orang menemukan seseorang seperti itu di dunia? Dan di mana profesor wanita menemukannya?

Ning Que terkejut terdiam. Dia tidak tahu mengapa, tapi dia mempercayai janjinya. Namun, dia tidak tahu mengapa jawabannya tidak ketika dia akhirnya berhasil membuka mulutnya.

“Aku pikir aku … masih akan mencobanya. Saya ingin melihat apakah saya bisa memasuki lantai dua. ”

Ada percikan tawa yang menarik di mata profesor perempuan itu ketika dia bertanya, “Mengapa?”

Ning Que ragu-ragu sejenak sebelum menjawab, “Saya juga tidak tahu mengapa, saya hanya merasa bahwa saya tidak akan dapat beristirahat sampai saya mencobanya. Lagi pula, saya telah bekerja keras untuk hal ini begitu lama dan telah berusaha keras untuk itu. ”

“Apakah itu semuanya?” Profesor wanita itu menatap matanya.

Ning Que menggaruk kepalanya dengan canggung dan menjawab, “Karena aku ingin memeriksa lantai Dua.”

Profesor wanita itu memandang ekspresi canggung di wajahnya dan tertawa keras. Dia berkata, “Menginginkan adalah inti dari masalah ini. Anda dapat mencapai apa pun selama Anda menginginkannya. Keinginan seseorang, atau harus kita katakan, ambisi, adalah hal yang paling indah di dunia. Mampu bertahan dalam pilihan Anda adalah keputusan yang tepat. ”

“Sudah kubilang, pohon-pohon ini seperti pedang yang tertancap di tanah. Jika Anda dapat mencabut pohon-pohon ini, mereka akan menjadi pedang yang dapat menembus langit. Ketekunan seseorang juga dikenal sebagai egonya dan egomu adalah pedang di tanganmu. ”

“Sayang sekali.” Dia berbalik dan berjalan menuju hutan pedang, hanya menghela nafas.

Ning Que tidak mengerti apa yang dia maksudkan dan berpikir dengan gugup pada dirinya sendiri. [Apakah dia bermaksud bahwa sementara keinginannya kuat, itu sangat disayangkan dia bukan lawan Pangeran Long Qing?]

Ketika dia melihat sosok ramping yang hampir menghilang ke hutan, dia bertanya, “Guru, apakah Anda bersungguh-sungguh ketika Anda mengatakan akan memperkenalkan saya kepada seorang guru jika saya tidak memasuki lantai Dua?”

Profesor wanita itu tidak berbalik, tetapi menjawab dengan tenang, “Itu benar.”

Ning Que mengangkat telapak tangannya ke dahinya dan tersenyum, “Apakah sudah terlambat untuk menyesal?”

Profesor wanita itu menjawab dengan miring ke mulutnya, “Aku sudah memberimu kesempatan.”

…

…

Pikiran, ketekunan, ego, ambisi, pedang.

Kata-kata profesor wanita itu seperti lapisan kasa. Dia tidak bisa menguraikan arti sebenarnya dari kata-katanya. Namun, Ning Que mengerti beberapa hal. Profesor wanita itu pasti sudah melihat sifatnya jika dia mengatakan sesuatu seperti itu kepadanya. Sejak dia melarikan diri dari Chang’an ketika dia berusia empat tahun, Ning Que mengandalkan kekuatan mentalnya untuk menopangnya dan dia mampu secara bertahap berhasil darinya.

Saat ia memikirkan apa yang dikatakan Chen Pipi dengan sungguh-sungguh tentang “tetap setia pada dirinya sendiri”, dan “melakukan yang ekstrem”, Ning Que menyadari bahwa apa yang dikatakan profesor wanita itu hampir sama. Ketika dia merenungkannya, dia bisa menebak tentang ujian apa yang akan dia hadapi walaupun dia tidak tahu bagaimana dia akan diuji.

“Ini harus menjadi sesuatu yang aku kuasai.”

Ning Que mengepalkan tangannya dengan erat dan berjalan melalui danau dan jalur yang sepi sebelum dia mencapai bagian depan Akademi yang sibuk dengan aktivitas.

Tidak jelas kapan begitu banyak orang muncul sebelum Akademi. Para profesor dan dokter yang biasanya menghabiskan waktu mempelajari topik mereka sendiri semuanya pindah berbagai kursi di luar. Mereka memegang cangkir teh panas sambil mendiskusikan apa yang akan terjadi di lantai dua hari ini. Beberapa bahkan memasang taruhan.

Para siswa Akademi telah berkumpul lebih awal hari ini. Sementara sebagian besar dari mereka bahkan tidak berani berpikir untuk memasuki lantai dua, tidak ada yang mau ketinggalan acara seperti ini. Mereka telah mengumpulkan sekitar enam siswa dari kursus keterampilan sihir dan mencoba untuk mendorong mereka. Xie Chengyun dari Kerajaan Jin Selatan adalah fokus perhatian ini.

Sudah hampir siang.

Kaisar Tang, Lee Peiyan, dan sang putri, Lee Yu berjalan menuju Akademi ke musik ritual. Beberapa pejabat pengadilan muncul dari padang rumput diikuti oleh utusan dari berbagai negara serta beberapa pengikut Tao dari Istana Ilahi West-Hill.

Pohon-pohon di jalan setapak di tengah padang rumput sudah mekar. Warna merah muda indah di langit. Pohon-pohon persik tepat di depan gerbang depan Akademi berada di puncaknya dan melambai dalam angin musim semi yang ringan.

Seorang pria muda berjubah gelap berjalan menyusuri jalan setapak. Keindahan bunga-bunga yang mekar meredup di samping wajahnya yang cantik. Pria ini adalah Pangeran Long Qing dari Kerajaan Yan.

Semua pejabat di bawah Asisten Direktur Yutian Pengadilan West-Hill, Mo Li, berdiri bersama dengan utusan dari berbagai negara. Para siswa yang hanya sibuk dengan kebisingan beberapa saat lalu terdiam. Bahkan para profesor yang terbiasa dengan upacara pembukaan lantai dua tidak bisa menahan diri untuk tidak mengagumi pangeran muda yang berjalan di bawah sinar matahari dan bunga-bunga yang mekar.

Ning Que menyaksikan adegan itu dari sudut jauh dari keramaian. Bahkan setelah hari itu, tidak ada yang akan mengambil siswa Akademi biasa seperti dia sebagai lawan Pangeran Long Qing.

Seorang profesor dari Akademi berjalan mendekat.

Setelah pintu masuk profesor, semua orang termasuk pangeran, putri dan berbagai tokoh penting lainnya dari Istana Ilahi-Bukit Barat bangkit dan membungkuk. Profesor ini adalah Master Jimat Ilahi yang dihormati yang telah berkultivasi di Akademi. Semua orang menghormatinya, dan lebih jauh lagi, dia memimpin upacara pembukaan lantai Dua Akademi.

“Hanya satu yang akan memasuki lantai dua hari ini.”

Profesor itu berkata kepada massa di depannya. Tidak diketahui jimat apa yang telah ia gunakan, tetapi suaranya, yang musky karena usia, berdering dengan jelas tetapi tidak terlalu keras di telinga semua orang.

“Ujiannya sederhana.”

Dia menunjuk ke bukit yang ditutupi kabut di belakang Akademi dan berkata, “Ada jalan yang berkelok-kelok di sekitar gunung. Siapa pun yang ingin memasuki lantai dua harus memanjat gunung. Anda dapat memasuki lantai 2 jika Anda mencapai puncak. Jika tidak ada yang bisa mencapainya, orang yang mencapai tempat tertinggi akan menang. ”

…

…

Apakah mereka menilai kemampuan seseorang untuk memasuki lantai dua Akademi dengan mendaki gunung?

Orang-orang yang berkumpul di depan Akademi tampak bingung. Mereka berpikir bahwa ini adalah metode yang paling menggelikan untuk menentukan kemampuan seseorang memasuki Lantai Dua. Namun Pangeran Lee Peiyan dan pendeta Moli tetap tabah. Mereka telah melihat upacara pembukaan tahun-tahun sebelumnya dan tahu bahwa sementara Akademi suka bermain menjadi misterius, mereka tidak akan pernah bercanda tentang hal itu.

Semua orang melihat gunung besar di belakang Akademi. Matahari sudah naik ke puncak dan sinarnya sangat panas. Namun, itu tidak melakukan apa pun untuk menghilangkan kabut di gunung dan tidak ada yang bisa melihat ciri-ciri gunung dengan jelas. Mereka hanya bisa melihat bahwa memang ada jalan terjal di bawah kabut.

Pada saat inilah banyak siswa tiba-tiba berpikir tentang gunung besar tepat di belakang Akademi. Mereka tidak pernah membayar banyak perhatian untuk itu karena begitu sunyi seolah-olah itu tidak ada.

Gunung itu ada di sana. Itu selalu ada di sana. Jika demikian, mengapa mereka harus melihatnya sekarang khususnya?

Jalan menuju gunung terletak di belakang gang Akademi yang sunyi. Itu jarak dari pagar dekat lantai dua. Seseorang dapat dengan jelas melihat kaki gunung dan jalan yang agak lurus ke atas gunung jika mereka berdiri di trotoar dekat pagar.

Semuanya diam. Tidak ada yang berbicara.

Saat detik-detik berlalu, tidak ada yang bergerak ke arah gunung.

“Sepertinya aku akan mengambil langkah pertama.”

Sebuah suara tiba-tiba terdengar dalam keheningan yang tegang. Terlalu mengejutkan bahwa orang yang akan memimpin gerakan menuju lantai dua bukanlah murid Akademi atau murid saleh dari Taoisme Haotian, Pangeran Long Qing, tetapi seorang biksu muda.

Biarawan itu sekitar dua puluh. Dia cukup tampan dan mengenakan jubah biarawan yang compang-camping tetapi bersih. Dia juga mengenakan sepasang sandal jerami yang sudah usang. Sepertinya dia telah berjalan melewati gunung dan laut di dalamnya, tetapi jika Anda melihat dari dekat; kakinya benar-benar bersih tanpa bekas lumpur sama sekali.

Warnanya putih dan bersih, seperti bunga lotus.

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–