Nightfall Chapter 158

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Bab 158: Pemandangan Yang Indah

Penerjemah: TransN Editor: TransN

Pangeran Long Qing ingat siapa Ning Que.

Karena seluruh hidupnya melihat yang paling cerdas, dan dia jarang mendapat kesempatan untuk diejek oleh orang lain. Namun sebelumnya di Victory House, cendekiawan yang sekarang berdiri di hadapannya dan pelayan kecilnya itu mengejeknya dua kali berturut-turut. Setidaknya itulah yang dia rasakan, jadi dia tidak akan pernah bisa melupakan cendekiawan ini.

Keyakinannya terhadap Ning Que membuatnya memerintahkan bawahannya dari Departemen Kehakiman untuk menyelidiki anak ini setelah kejadian. Namun, hasil investigasi agak mengecewakan. Memang, siswa Akademi ini hanya sepotong sampah tidak berguna yang semuanya hanya berbicara, namun tidak dapat mengejar kultivasi. Oleh karena itu, sampah ini tidak akan pernah menjadi lawannya yang layak dan karena itu yang terjadi, ia merasa bahwa tidak perlu baginya untuk mengingat orang yang tidak berharga.

Sebelum Pangeran Long Qing siap untuk mendaki gunung, dia telah membayangkan jenis lawan yang mungkin dia temui dalam perjalanan. Misalnya, itu bisa menjadi biksu muda yang jelas-jelas datang dari tempat yang tidak diketahui, atau pendekar pedang muda dari Kerajaan Jin Selatan. Dia bahkan membayangkan bahwa Akademi bisa menyembunyikan beberapa pejuang di tahap akhir, tetapi dia tidak pernah berpikir bahwa orang yang akan muncul di belakangnya adalah Ning Que.

Dia diam-diam menatap wajah Ning Que, saat senyum aneh dan tidak bisa dijelaskan muncul di wajahnya.

Karena Ning Que memperhatikan bahwa sang pangeran tidak punya niat untuk memakan kue-kue, ia mundur tawarannya sambil menyeringai dan berkata, “Kamu tidak harus terlihat begitu terkejut. Ini bukan ilusi. ”

Saat itu, dua potong daun bambu hijau jade perlahan-lahan terbang melintasi malam berbintang dan berhenti di depan mereka, seolah-olah mereka hidup. Suara Saudara Kedua dari Akademi terdengar sekali lagi dari bawah pohon.

“Puncak gunung akan menjadi batu besar di ujung jalan gunung. Siapa pun yang mencapai puncaknya terlebih dahulu akan masuk daftar masuk ke lantai 2 Akademi. Namun, saya harus mengingatkan kalian berdua. Meskipun hanya sepuluh langkah dari tujuan akhir, tantangan yang Anda berdua akan hadapi akan jauh lebih sulit daripada semua tantangan yang pernah Anda alami sebelumnya. Jika Anda memilih untuk memaksa melewati Anda, ada kemungkinan besar bahwa mereka akan menyebabkan kerusakan permanen pada Anda secara fisik dan mental. ”

“Anda masing-masing, tolong pegang daun bambu hijau di tangan Anda. Jika Anda ingin menyerah, hancurkan. ”

Pangeran Long Qing dan Ning Que membungkuk ke pohon dengan tangan terlipat di depan, sebelum mereka masing-masing mengambil daun bambu hijau dan berjalan menuju panggung terakhir mereka.

Mereka berjalan berdampingan. Tidak ada ekspresi di wajah Pangeran Long Qing, dia juga tidak mempercepat langkahnya. Di sampingnya adalah Ning Que, yang sibuk mengunyah kue saat dia berjalan. Mengizinkan Ning Que berjalan di sampingnya sama dengan mengakui dia sebagai lawannya yang layak.

“Aku sebenarnya iri padamu.”

Ning Que melihat wajah pangeran saat ia menyeka tangan kotornya menggunakan sudut bajunya. Dia kemudian mengangkat bahu dan melanjutkan, “Kamu dilahirkan dalam keluarga yang baik, berbakat dan menjalani kehidupan yang hebat. Tidak hanya itu, Anda memiliki pasangan yang cantik yang jatuh cinta dengan Anda. Tidak seperti saya, saya terlahir miskin, tidak memiliki talenta dan hidup saya payah. Yang saya miliki hanyalah seorang hamba perempuan berwajah hitam. Jujur untuk bisa cocok dengan Anda sungguh sulit. ”

Ketika mereka berdua mencapai bagian bawah batu besar dan infront dari dua jalan yang tampak sangat curam dan sempit yang ada di kiri dan kanan, Pangeran Long Qing tiba-tiba berbalik. Dia menatap Ning Que dengan tenang dan berkata, “Kamu telah memberi saya banyak kejutan. Jika saya tahu lawan saya adalah Anda, saya tidak akan menunggu. ”

Setelah itu, Pangeran Long Qing mengangkat bagian depan pakaiannya tanpa ragu-ragu dan melangkah ke jalan berbatu.

Ning Que menatap kosong pada jalan berbatu di depannya, saat jantungnya berdetak kencang. Untuk seorang pria yang telah berjuang melalui ribuan pengalaman mendekati kematian selama bertahun-tahun, dia jelas bahwa ketika seorang pria yang kuat dan sombong mengatakan kata-kata seperti itu, pria itu benar-benar bersungguh-sungguh. Saat itulah segalanya menjadi sangat menakutkan.

…

…

Dua penantang terakhir akhirnya memulai perjalanan mereka menuju batu besar yang tergantung di puncak gunung yang terletak di belakang Akademi. Siluet mereka bergerak sangat cepat sehingga hampir tidak terlihat.

Di ujung jauh dari padang rumput yang luas, semakin banyak orang terlihat berkumpul di bawah pohon besar, saat mereka menunjuk ke batu besar dan berbisik di antara mereka sendiri. Ada pria dan wanita, di mana beberapa duduk sementara yang lain berdiri. Secara keseluruhan, ada dua belas orang.

Satu membawa guqin tiga senar di punggungnya, sementara yang lain memegang papan catur di bawah lengannya. Salah satunya memiliki seruling bambu vertikal yang tampak kuno diletakkan di atas lututnya, sementara yang lain memegang bingkai jahit kecil di tangannya, dengan jarum perak tipis ditempatkan di antara jari-jari lainnya.

Ada juga seorang lelaki berotot berdiri di belakang pohon, membawa palu yang sangat kekar dan besar dengan tangannya. Sementara yang lain sibuk berdiskusi, pria berotot itu menatap mahkota antik tinggi yang tampak unik yang ditempatkan di atas kepala Saudara Kedua. Matanya menyala dengan hasrat dan keingintahuan.

Chen Pipi berjalan keluar dari balik pohon dan terkejut ketika dia melihat mata pria berotot itu. Dia segera melompat keluar untuk menghentikan pria itu dan mendesak, “Saudara keenam, mahkota Saudara Kedua pasti akan diratakan seperti selembar kertas jika Anda ingin memukulkannya, begitu juga kepala Anda.”

Kakak Kedua, yang duduk bersila di bawah pohon, mencibir dingin dan perlahan-lahan berbalik.

Brother Keenam dengan cepat menyembunyikan palu ke punggungnya ketika dia mengungkapkan senyumnya yang paling tulus dan menjelaskan, “Kakak Senior, Anda harus mengerti bahwa saya merasa sangat tidak nyaman jika saya tidak menggunakan palu selama sehari. Melihat mahkota di kepala Anda hanya membuat saya merasa lebih tak tertahankan hari ini. Ini seperti melihat sebatang logam ditempatkan di dekat oven panas, di mana Anda hanya ingin memalunya. ”

Penjelasannya agak konyol, sampai-sampai terdengar sangat absurd. Namun Saudara Kedua hanya mengangguk untuk menunjukkan penerimaannya terhadap penjelasannya, sebelum dia melambaikan tangannya dan hanya menjawab, “Hasilnya akan segera keluar.”

Yu Lian, profesor wanita dari Akademi, juga berada di puncak gunung dan dia tampak menjauhkan diri dari 11 orang lainnya. Dia berdiri jauh di belakang pohon di dalam parter, ketika dia tersenyum dengan damai sambil menonton sisanya mendiskusikan situasi.

Lelaki yang meletakkan seruling bambu di atas lututnya menyaksikan batu besar yang jatuh, yang ternyata berdiri kokoh selama ribuan tahun di bawah segala macam cuaca yang kasar. Dia dipenuhi dengan emosi ketika dia berkata, “Sepertinya Pangeran Long Qing masih yang terkuat di antara semua penantang. Memang, seseorang tidak boleh meremehkan kekuatan No.2 di Departemen Kehakiman Istana Ilahi-Bukit Barat. Jika tidak ada yang salah, dia kemungkinan besar calon junior kita. ”

Setelah mendengar kata-kata “Departemen Kehakiman Istana Ilahi-Bukit Barat”, semua orang di bawah pohon itu menaruh perhatian pada Chen Pipi.

Wajah gemuk Chen Pipi menjadi pucat saat dia dengan tergesa-gesa melambaikan tangannya dan menjelaskan, “Aku belum pernah ke Aula Tuhan. Ketika saya pertama kali mengenal Ye Hongyu, dia baru saja memasuki Departemen Kehakiman. Nah, dari sudut pandang saya, wanita itu tentu saja jauh lebih kuat daripada Pangeran Long Qing. ”

“Kecanduan Tao adalah salah satu dari tiga pecandu terbanyak di dunia. Tidak diragukan lagi itu luar biasa. ” Kakak Senior dengan bingkai menjahit tersenyum lembut saat dia menambahkan.

Saudara Kedua menjawab dengan ekspresi tegas, “Orang-orang dari keluarga kelas atas lebih berbudaya dan berpendidikan daripada orang biasa. Meskipun tindakan mereka mungkin tidak menyenangkan bagi kita, dan dibandingkan dengan cara Akademi dalam menangani masalah, mereka tentu saja hanya layak debu. Namun, tindakan itu cukup bagi mereka untuk bertahan hidup di dunia ini. ”

Orang-orang di bawah pohon itu menyatakan persetujuan mereka secara serempak. Namun, dalam hati mereka masing-masing, mereka berpikir bahwa jika orang yang duduk di bawah pohon hari ini adalah Kakak Tertua mereka, dia pasti tidak akan mengatakan ucapan sombong dan narsis seperti itu. Semua yang akan dia lakukan adalah dengan jujur menuliskan pro dan kontra dari Taoisme West-Hill.

“Belum pernah aku berpikir bahwa orang yang dapat mengejar Pangeran Long Qing dan menjadi lawan terakhirnya adalah pemuda yang bernama Ning Que.”

Sekali lagi, semua mata tertuju pada Chen Pipi.

Chen Pipi menghela nafas dengan enggan ketika dia bertanya, “Kakak-kakak, Kakak-kakak, mengapa kalian semua menatapku lagi?”

Kakak Senior dengan bingkai menjahit tersenyum dan menjawab, “Bukankah dia temanmu?”

Chen Pipi menggaruk kepalanya dan tampak bingung ketika berkata, “Saya benar-benar tidak pernah berharap Ning Que mencapai puncak. Berdasarkan pemahaman saya sendiri terhadapnya, pria ini memiliki tingkat daya tahan yang kuat dan mentalnya seperti orang yang sakit. Dia bisa memaksakan dirinya hingga batas dan tidak makan berhari-hari. Karenanya, tantangan sebelumnya seharusnya tidak mungkin untuk menghentikannya untuk maju. Selain itu, dia sudah membaca buku selama setahun di perpustakaan lama, jadi ada kemungkinan baginya untuk melewati Pintu Kayu. Namun, saya terkejut bahwa bahkan kabut yang kuat di gunung tidak dapat menghentikannya. Ini benar-benar konyol. ”

Seseorang bertanya, “Di negara mana dia sekarang?”

Chen Pipi menjawab, “Tidak diragukan lagi.”

Angin sepoi-sepoi bertiup. Orang yang memposting pertanyaan itu terkejut ketika dia berkata, “Pangeran Long Qing sudah berada di Negara Bagian Seethrough, hampir mencapai Negara Takdir yang Mengetahui. Jika dia bisa mencapai dasar batu, itu tidak mengherankan. Namun Anda mengatakan bahwa chap hanya di Negara Tidak Ragu? Bagaimana dia bisa mencapai tahap akhir? ”

Kakak Kedua melirik orang itu dan menegurnya dengan suara berat, “Cukup omong kosong. Jelas, dia berjalan. ”

Sebenarnya, jawaban itu tidak masuk akal. Karena orang yang mengatakan itu adalah Saudara Kedua, yang semua orang di Akademi hormati setelah Kepala Sekolah Akademi dan Kakak Sulung mereka pergi untuk melakukan perjalanan keliling dunia, semua junior di bawah pohon tidak berani berdiri untuk mengeluarkan suara.

Kedua Brother mengangkat alisnya ketika berkata dengan sedih, “Kamu telah belajar dari Guru selama bertahun-tahun, namun kamu masih tidak dapat memahami logika sederhana seperti itu! Di mana di bumi ada aturan emas standar sempurna dalam melakukan sesuatu? Jika semuanya memiliki aturannya sendiri, lalu untuk apa kita masih berkultivasi? Jika semua aturan tidak pernah bisa diubah, lalu mengapa kita masih makan dan minum untuk menjaga hidup kita? Mengapa kita tidak melompat dari tebing saja untuk mengakhiri semua ini? ”

Semua orang di bawah pohon tiba-tiba menjadi khusyuk. Mereka tahu bahwa kakak lelaki mereka mendidik mereka, karena mereka diam untuk mendengarkan ajarannya.

“Meskipun Ning Que hanya dalam Kondisi Tanpa Ragu, apakah itu berarti dia tidak dapat memanjat ke puncak gunung? Jika hanya orang-orang seperti Pangeran Long Qing, yang berada di Seethrough State dan hampir mencapai Knowing Destiny State, dapat mencapai puncak untuk memasuki lantai dua, lalu apa tujuan dari pemeriksaan ini? ”

Saudara Kedua melanjutkan dengan tenang, “Berada dalam Kondisi Tanpa Ragu berarti seseorang tidak dapat memanjat gunung? Saya sudah memberi tahu kalian semua sebelumnya, Saudara Sulung kita dulu terjebak di Negara Tanpa Ragu selama 17 tahun, namun dia telah mendaki gunung itu berkali-kali. Kapan Anda pernah melihatnya menyerah di tengah jalan dan jatuh dari gunung sebelumnya? ”

Seorang ragu dan bertanya, “Kakak senior, saya setuju dengan apa yang Anda katakan. Namun, untuk menempatkan Saudara Sulung kami setara dengan Ning Que, bukankah Anda menunjukkan terlalu banyak kebaikan padanya? ”

Kakak Kedua melirik batu besar di tepi tebing, dan menjawab dengan tenang, “Jika Ning Que berhasil hari ini, dia akan menjadi orang kedua, setelah Kakak Sulung kita, yang berhasil naik ke puncak gunung baik dengan Negara Tanpa Keraguan atau lebih rendah. ”

Mendengarkan kata-katanya, orang-orang yang mengelilingi pohon besar di puncak gunung diam. Hanya suara gerutuan pahit samar yang bisa terdengar dari Chen Pipi, “Kakak Sulung kita bahkan belum memasuki Negara Tanpa Keraguan, tapi Ning Que sudah berada di Negara Tanpa Keraguan tiga bulan lalu. Itu perbedaan besar. ”

“Sebenarnya, alangkah baiknya jika Ning Que menjadi saudara junior kita,” kata Kakak Senior dengan bingkai menjahit saat dia tersenyum sambil menonton wajah gemuk Chen Pipi yang tampak gemuk dan melanjutkan, “meskipun dia mungkin tidak baik untuk dicubit seperti Pipi, tapi dia punya lesung pipi di wajahnya yang membuatnya sangat imut. ”

Chen Pipi secara tidak sadar sedikit menggigil ketika dia buru-buru mundur di belakang Saudara Kedua dan mengeluarkan kepalanya untuk berseru, “Saudari Ketujuh, bukankah kamu berpikir terlalu jauh? Tahap terakhir tidak semudah itu. Aku akan bertaruh pada Pangeran Long Qing. ”

Kakak Senior menyeringai ketika dia mengungkapkan pikiran sejatinya, “Jika Pangeran Long Qing adalah pemenangnya, bukankah kamu akan menangis?”

Chen Pipi terkekeh.

“Jalur gunung yang panjang dan berliku ini mempertimbangkan tekad dan pemahaman para penantang, menguji keadaan mereka dan mengungkapkan pikiran mereka yang sebenarnya. Adapun batu besar ini pada tahap terakhir, itu hanya memungkinkan kita untuk melihat pilihan mereka. Bagi Pangeran Long Qing atau Ning Que, kesulitannya tidak terlalu tinggi. ”

Saudara Kedua berbicara dengan lambat, “Karena kesulitannya tidak tinggi, yang akhirnya diuji adalah penilaian mereka. Pangeran Long Qing telah menghabiskan sebagian besar hidupnya di Departemen Kehakiman Aula Ilahi di mana ia terbiasa membunuh para wanita dan anak-anak tanpa mengubah ekspresi. Kemungkinan besar dia harus bisa membuat keputusan dengan cepat. ”

Angin bertiup melintasi gunung, saat daun-daun pohon berdesir dan rumput panjang menari-nari di atas angin. Awan gelap perak di tebing itu bergerak.

Yu Lian, yang berdiri menjauh dari kerumunan dan di dekat tebing, berbalik dan menyaksikan lautan awan di belakangnya. Ujung-ujung mulutnya terangkat sedikit.

Kakak Kedua, yang berada di bawah pohon, berdiri seketika dan ekspresinya tampak keras tiba-tiba. Dia diam-diam menatap batu besar yang tergantung di tebing. Setelah diam beberapa saat, dia kemudian mulai bergumam, “Tekad kuat apa di Haoran Sword … yang Guru ubah pada tahap terakhir dari tantangan?”

…

…

“Kenapa kamu lagi? Anda telah mati dua kali dan dihidupkan kembali dua kali. Apakah Anda ingin mati sekali lagi? Aku benar-benar tidak mengerti mengapa kamu terus bermunculan di kepalaku. Apakah Anda hanya mencoba mengingatkan saya pada penduduk desa yang dibantai oleh Xia Hou? Atau apakah Anda mengatakan kepada saya untuk tidak melupakan bagaimana Anda terbunuh? Jangan khawatir, aku belum melupakan tugas yang tersisa untukku. ”

“Hanya saja menurutmu Xia Hou mudah untuk dihilangkan? Anda lebih baik berhenti menghalangi jalan saya karena saya harus lebih cepat dari itu Pangeran Long Qing. Tunggu sampai aku memasuki lantai dua Akademi dan menjadi Kepala Sekolah murid patuh favorit Akademi, aku akan mendapat kesempatan untuk mempelajari semua keterampilan fantastis dari Akademi. Pada saat itu siapa pun yang Anda ingin saya bunuh, Anda hanya harus memberi tahu saya melalui mimpi dan saya akan melakukannya untuk Anda. Sekarang bersikap baik dan biarkan aku melanjutkan jalanku, oke? ”

“Masih tidak membiarkanku pergi? Apakah Anda ingin membantu saya melatih keterampilan pisau saya? Bisakah Anda memilih waktu lain saja? ”

Ning Que berbicara saat dia berjalan menuju dinding abu-abu di tengah hujan. Dia menatap temannya yang sekarat, yang sedang duduk di kaki tembok dan menunjukkan senyum aneh di wajahnya. Dia menghela nafas dengan enggan sebelum dia merentangkan tangannya untuk meraih pisau yang tak terlihat, menebas dinding abu-abu dan temannya ke udara tipis.

“Lihat ini. Ini trik lama yang sama lagi. Bukankah orang-orang di gunung di belakang Akademi punya ide baru? ”

Tanpa memasukkan pisau ke sarungnya, dia meletakkan gagang podao di bahunya dan berjalan menuju batu besar. Karena pisau dapat digunakan nanti untuk membantai lebih banyak “manusia”, seperti mereka yang sudah lama tidak dia lihat. Mereka bisa menjadi ayah dan ibunya yang bahkan tidak pernah dia impikan selama bertahun-tahun, atau mungkin Sangsang, pelayan perempuan itu. Tidak peduli apa, dia tahu bahwa semua “manusia” ini palsu, jadi dia tidak punya masalah membantai mereka.

Tiba-tiba, dia berhenti.

Dia tanpa ekspresi menatap kedua wajah tanpa ekspresi di depannya, saat dia berkata, “Kalian berdua akhirnya di sini.”

…

…

Pangeran Long Qing dipenuhi dengan rasa takut. Menghadapi ketakutan seperti itu, dia tidak tahu bagaimana membuat pilihan.

Wanita yang paling disayanginya jatuh di bawah pohon yang mekar dengan bunga. Darah mengalir turun dari kedua matanya, yang bukan pada begonia favoritnya. Dia malah menatap bodoh pada dirinya sendiri.

Namun dia tidak bisa begitu saja mengawasinya. Dia harus menatapnya.

Sebelumnya ketika dia berjalan melalui jalur gunung, dia dengan sombong berpikir bahwa selain Haotian, mungkin tidak ada seorang pun atau tidak ada yang bisa membuatnya ketakutan. Namun pada saat ini, wanita ini, yang dihujani oleh cahaya suci, tepat di depannya. Ketika dia melihat pakaian merahnya berkibar di angin, dia tahu bahwa jauh di dalam hatinya, dia tidak akan pernah bisa menghilangkan rasa takut yang dia miliki untuk wanita ini.

Seluruh dunia tampak dipenuhi dengan cahaya suci karena sangat terang, sampai-sampai dia tidak bisa melihat dengan jelas ekspresi wanita itu di wajahnya. Yang bisa dilihatnya hanyalah gaun merahnya yang empuk, lengan merahnya yang empuk dan dua bunga merah cerah yang terpotong di rambutnya.

Mengenakan kerudung dan gaun merah, wanita itu tampak cerah dan cantik, juga menakutkan. Dia tersenyum lembut dan berkata, “Long Qing, aku dengar kamu ingin memasuki lantai dua Akademi. Apakah Anda berpikir bahwa Anda bisa mengalahkan saya setelah memasuki lantai Dua? ”

Pangeran Long Qing dengan hormat membungkuk dan menjawab, “Long Qing tidak berani.”

Di belakangnya adalah Pecandu Bunga, Lu Chenjia, berbaring di tempat tidur bunga. Lebih banyak darah menetes dari matanya.

“Apakah kamu benar-benar tidak berani melakukannya?” Wanita itu, yang dihujani cahaya suci, dengan tenang mengulangi pertanyaan itu.

Pangeran Long Qing secara bertahap mengangkat kepalanya dan menatap sepasang mata yang tampak seperti permata yang dikelilingi oleh cahaya suci. Dia diam untuk waktu yang lama dan sebelum dia bisa membuat keputusan pertama yang paling berani dalam kehidupannya, dia melihat bayangan hitam.

Siluet itu milik seorang pria. Pria itu berdiri diam-diam di belakang wanita itu, dan seolah-olah dia tidak akan membuat suara tunggal bahkan setelah beberapa ribu tahun berlalu. Cahaya suci menyapu wajahnya seperti angin kencang yang bisa mengangkat batu permata. Seolah-olah Haotian juga diam-diam mendukung pria itu.

Pangeran Long Qing menatap pedang kayu di bahu pria itu. Dia tidak bisa membantu tetapi mulai menggigil ketakutan.

Tanpa ragu, dia berbalik dan berjalan di depan pohon bunga. Dia kemudian mengeluarkan pedang resminya di pinggangnya dan perlahan-lahan menusukkannya ke dada wanita yang dia cintai.

Saat ujung pedang menembus ke dada inci demi inci, Lu Chenjia diam-diam memperhatikan pria yang dicintainya. Seolah-olah dia tidak merasakan sakit. Matanya tidak lagi mengalir dengan darah. Tidak ada tanda kebencian di matanya, hanya kedamaian dan kasih sayang yang bisa dilihat.

Pangeran Long Qing perlahan menundukkan kepalanya dan melihat dadanya sendiri. Tidak yakin kapan lubang tak terlihat muncul di dadanya.

…

…

Ada dua wajah, satu adalah wajah seorang pria yang sangat tua, sementara yang lain adalah wajah seorang pria yang sangat muda.

Ning Que menatap pelayan lama, lalu pada teman bermain masa kecilnya. Dia tetap diam untuk waktu yang lama sebelum dia berkata, “Jadi aku harus membunuh kalian berdua juga. Tidak heran saya terus menemukan sesuatu yang tidak benar. Sekarang akhirnya saya mengerti. Itu karena kalian berdua belum muncul. ”

Dia melepaskan podao panjang dari bahunya. Meraih gagang dengan kedua tangan, dia tidak segera menyerang. Itu karena dia tiba-tiba menyadari bahwa tempat dia berdiri telah berubah dari tangga batu yang sempit menjadi tanah kuning kehitaman.

Di padang belantara, banyak orang mengangkat kepala dan menatap ke langit. Ketika sepotong kegelapan tak berujung mulai menyebar dari ujung langit, harapan dan kedamaian hilang dari wajah orang-orang. Dunia berubah gelap dan hanya beberapa sinar kecil cahaya yang bisa menembus awan tebal yang gelap.

Namun, tidak semua orang mengangkat kepala untuk menonton langit, setidaknya tidak untuk pelayan lama dan teman bermain masa kecilnya yang berdiri di depan, mengawasinya tanpa ekspresi. Ke mana pun dia berjalan, mereka mengikuti di belakangnya dengan tenang. Mata mereka tertuju pada wajahnya.

Ning Que menunjuk ke langit dan berkata kepada pelayan tua, “Dalam mimpi saya sebelumnya, tampaknya ada pintu terbuka di sana. Namun, ini sepertinya tidak berlanjut dari mimpi itu. Mungkinkah itu karena kalian berdua? ”

Setelah itu, dia menurunkan pandangannya dan memandang teman bermain masa kecilnya, yang hanya setengah dari tinggi badannya saat ini. Dia tersenyum dan berkata, “Terakhir kali, ada kepala naga emas besar yang mengkilap muncul dari ambang pintu. Sebenarnya, adegan itu benar-benar bodoh. Itu mengingatkan saya pada kura-kura yang kami lihat ketika kami masih muda di Pagoda Wan Yan, hanya bahwa sepuluh ribu kura-kura memiliki kepala mereka digabungkan bersama untuk membentuk satu kepala naga besar. ”

Wajah pramugari tua dan teman bermain masa kecil itu tetap tanpa ekspresi.

“Karena ini adalah mimpi, jelas semua itu palsu.”

“Dan karena semua itu palsu, maka jelas bukan cerita yang telah terjadi.”

“Karena ini bukan cerita, maka tidak ada yang melanjutkan.”

Di padang belantara, seorang pria yang sangat tinggi dan besar muncul. Rambut putihnya yang bersalju menutupi bahunya.

Ini bukan pertama kalinya Ning Que melihat pria jangkung ini. Dia berjalan karena dia penasaran ingin melihat bagaimana rupa pria jangkung ini. Namun, pria jangkung itu tampaknya tidak berputar kapan saja. Tidak peduli seberapa keras Ning Que mencoba, dia tidak dapat melihat wajah pihak lain.

Ketika dia mencoba untuk berjalan di sekitar pria jangkung itu, pelayan tua dan teman bermain masa kecilnya masih mengikutinya dari dekat. Mereka berputar-putar bersamanya. Adegan itu tampak sedikit menggelikan, namun tanpa sadar menekan pada saat yang sama.

Pria jangkung itu mengulurkan jarinya dan menunjuk ke arah langit yang setengah gelap ketika dia berkata, “Lihat, langit benar-benar berubah gelap.”

Ning Que mengangkat kepalanya dan melihat sebelum dia menjawab, “Aku melihatnya.”

Pria jangkung itu lalu menunjuk ke cahaya di balik awan dan berkata, “Masih terang di sana. Antara gelap dan cerah, sisi mana yang akan Anda pilih? ”

Tanpa ragu-ragu, Ning Que menjawab, “Mengapa saya harus membuat pilihan?”

Pria jangkung itu tidak menjawab pertanyaannya. Sebagai gantinya, dia mengambil tas anggur dari seorang pemabuk di dekatnya dan mulai meneguknya. Dia kemudian mengambil sepotong kaki belakang babi dari punggung tukang daging saat dia berjongkok dan mulai mengunyahnya. Dari tampilan samping, minyak dari daging terlihat mengalir dari mulutnya dan menetes dari jenggotnya.

…

…

“Mengapa kamu ingin membunuh wanita yang kamu cintai?”

“Karena hanya ketika kamu melakukan yang benar, kamu akan dapat menjaga hatimu benar.”

“Lalu apakah kata-kataku kata-kata yang tepat?”

“Ya, karena kamu mewakili kehendak Haotian.”

Pangeran Long Qing berjalan ke cahaya suci murni, mengikuti langkah wanita dalam gaun merah. Dalam beberapa tahun terakhir, dia mengikutinya untuk membunuh banyak orang. Seiring berlalunya tahun demi tahun dan semakin banyak orang yang terbunuh, ia mulai merasa semakin damai. Itu tidak lagi hanya tidak memiliki ekspresi di wajah, tetapi dia telah mencapai tahap di mana dia bisa merasakan kedamaian dari dalam.

Wanita berbaju merah tiba-tiba berbalik ketika dia berkata dengan damai, “Jika Haotian berkata kamu harus membunuhku, apa yang akan kamu lakukan?”

Pangeran Long Qing secara alami takut padanya, dan bahkan lebih takut terhadap pria yang berdiri di belakangnya dan membawa pedang kayu di punggungnya. Namun setelah mendengar kata-katanya, dia hanya bisa berpikir sejenak sebelum dia mengangkat pedang di tangannya dan menembusnya.

Darah merah segar menetes dari ujung pedang yang tajam saat menembus tubuh wanita dengan gaun merah.

Wanita berpakaian merah menatapnya dengan kagum dan melanjutkan, “Long Qing, hatimu telah menjadi sangat kuat sekarang.”

Pangeran Long Qing menunjuk ke lubang yang tak terlihat di dadanya saat dia berkata tanpa ekspresi di wajahnya, “Lihat, aku tidak lagi punya hati.”

…

…

Di hutan belantara, pria jangkung bertanya kepada Ning Que dengan punggung menghadapnya, “Bagaimana Anda membuat pilihan di masa lalu?”

Ning Que menjawabnya dengan cara yang sangat serius dan tegas, “Saya lahir dalam kegelapan, tetapi hati saya merindukan yang cerah.”

Pria jangkung itu terkekeh ketika dia mencondongkan tubuhnya ke depan dan ke belakang. Dia menggunakan lengan bajunya untuk menyeka air matanya dari sudut matanya, ketika dia berkata dengan gembira, “Tidak pernah berpikir bahwa setelah bertahun-tahun, aku masih bisa melihat yang lain yang tertekuk oleh angin.”

Ning Que juga tertawa riang dan berkata, “Dengar, aku sudah bilang padamu bahwa itu tidak wajib bagiku untuk membuat pilihan.”

Pria jangkung itu secara bertahap menghentikan tawanya ketika dia melihat awan yang berputar di langit. Tiba-tiba, dia bertanya, “Bagaimana jika langit akan jatuh?”

“Mengapa langit akan jatuh?”

“Bagaimana jika?”

“Maka akan ada seseorang yang jangkung untuk mendukungnya … seseorang seperti kamu.”

“Bagaimana jika orang jangkung tidak dapat mendukung juga?”

“Lalu melarikan diri?”

“Jika langit akan jatuh, di mana kamu bisa melarikan diri?”

“Bukankah ini pertanyaan ‘bagaimana-jika’? Mengapa ada begitu banyak ‘bagaimana-jika’ di dunia ini? ”

“Karena ini hanya ‘bagaimana-jika’, kenapa kamu tidak memberikan aku jawaban biasa saja? Apa yang Anda takutkan?”

Ning Que kaget saat dia menatap pandangan pria tinggi. Meskipun lelaki itu berkata bahwa dia hanya mengharapkan balasan santai darinya, dia tidak yakin mengapa dia merasa bahwa dia tidak bisa memberikan balasan tanpa berpikir. Saat dia melihat langit menjadi lebih gelap, dia merasa sangat takut.

Suhu hutan belantara tiba-tiba turun. Lapisan tipis es tipis terbentuk di pakaiannya.

Pria jangkung itu menghela nafas dan berkata, “Kenapa kita tidak kembali saja ke pilihan awal?”

…

…

Karena tidak ada hati, tentu saja tidak ada rasa takut. Pangeran Long Qing mengambil alih posisi wanita berpakaian merah, saat ia menghujani dirinya dalam cahaya suci yang murni. Menangkap keinginan besar Haotian, ia berkeliling dunia untuk menyingkirkan kegelapan di sekitarnya.

Sampai suatu hari ketika dia berjalan di tengah-tengah gurun pasir emas, pria yang berdiri diam di belakang wanita berpakaian merah selama bertahun-tahun akhirnya muncul. Pedang kayu yang dibawa di belakang punggungnya sedikit bergetar akibat tiupan angin kencang yang menghanguskan di padang pasir.

Pangeran Long Qing memperhatikan pria itu, terdiam beberapa saat sebelum dia berkata, “Sejak aku membuat pilihan pertama, takdirku terikat erat dengan Haotian. Bahkan jika kamu adalah orang terkuat di dunia ini, kamu tidak akan pernah bisa mengalahkan Haotian. ”

Embusan angin langsung bertiup melintasi padang pasir dan menusuk pedang kayu ke dada Pangeran Long Qing.

Pangeran Long Qing menunduk dan melihat lubang yang tak terlihat di dadanya.

Pedang kayu yang tampaknya bisa menembus apa pun di dunia ini secara kebetulan melewati lubang di dadanya. Karenanya, itu tidak menyebabkan kerusakan padanya.

Saat itu, bunga emas tumbuh dan berkembang dari lubang yang tak terlihat di dada Pangeran Long Qing, yang langsung melarutkan pedang kayu itu.

Dia mengangkat kepalanya dan berkata pada bayangan pria itu, yang perlahan-lahan larut dalam angin, “Lihat, ini adalah logika kita yang sebenarnya.”

Setelah itu, dia berbalik dan pergi.

Musuh-musuh yang paling dia takuti dalam seluruh hidupnya mati satu per satu. Pangeran Long Qing berjalan dengan bangga di padang pasir emas. Meskipun dia tidak punya hati, dia tetap bangga. Dia tahu bahwa mulai sekarang, dia sendiri akan menjadi orang terkuat dan tak terkalahkan di mata Haotian. Semua kegelapan akan hilang karena kecemerlangannya.

Tidak, semua kegelapan akan dihancurkan.

Tidak yakin berapa tahun telah berlalu karena kegelapan di dunia semuanya dihancurkan olehnya. Tidak ada lagi musuh atau rasa bersalah yang tersisa, dan hanya cahaya paling murni yang tersisa untuk menyinari bidang yang tak berujung.

Pada saat ini, bunga emas di dadanya telah tumbuh lebih besar bahkan sampai hampir menutupi wajahnya. Meskipun dia berada di negara Tianqi, berat bunga tampaknya menjadi beban baginya, tetapi sayangnya, dia tidak bisa lagi mencabutnya dari dadanya.

Tiba-tiba, suara yang jauh bergema di dalam hatinya.

Dia tidak tahu dari siapa suara ini berasal, tetapi dia tahu kata-kata dari suaranya asli.

“Kecerahan absolut, setara dengan kegelapan absolut.”

Pangeran Long Qing tetap diam untuk waktu yang sangat lama sebelum dia mengompres bunga emas besar di dadanya dengan tangannya. Dalam sepersekian detik, bunga besar menyusut dengan cepat dan menjadi pedang emas mengkilap.

Dia menjerit kesakitan saat dia berjuang untuk mengeluarkan pedang emas dari dadanya. Wajahnya dipenuhi keputusasaan.

Tidak jelas, dia melihat beberapa wajah tampak hilang melayang di langit.

Itu adalah pria dengan pedang kayu.

Itu adalah wanita berbaju merah.

Wanita yang dicintainya yang jatuh di bawah pohon bunga.

Tiga wajah yang tampak hilang menatapnya, seolah menunggunya untuk membuat pilihan.

Di sekelilingnya ada kecerahan. Di sekelilingnya ada kegelapan.

Melangkah ke depan akan membawanya ke cahaya di mana ia bisa melanjutkan tindakan pembantaiannya, namun di situlah cahaya itu berada …

Pangeran Long Qing menggigil ketika dia berdiri di tengah padang pasir. Ekspresi menyakitkannya berkerut saat seluruh tubuhnya basah oleh keringatnya.

Dia menundukkan kepalanya dan menatap daun bambu hijau di tangan kirinya, menyerupai sumber kehidupan.

…

…

Tiba-tiba, banyak orang menghilang dari hutan belantara.

Ning Que melirik wajah pelayan pramugari tua yang berdiri di depannya, dan berjongkok untuk melihat teman bermain masa kecilnya. Setelah memperhatikan mereka untuk waktu yang lama, dia tiba-tiba mengangkat kepalanya dan berteriak kepada pria jangkung itu dengan tidak senang, “Aku masih tidak mengerti mengapa aku harus membuat pilihan.”

Pria jangkung, yang menghadap ke belakang, menjawab, “Seperti yang saya sebutkan, itu hanya untuk diskusi santai. Mengapa Anda begitu serius tentang hal itu? ”

Ning Que berdiri saat embun beku tipis di tubuhnya jatuh terpisah. Dia berkata, “Aku tidak memilih.”

Pria jangkung itu kemudian menjawab, “Kadang-kadang, ada beberapa hal yang layak untuk kita korbankan. Mengorbankan juga merupakan pilihan. ”

Ning Que menggelengkan kepalanya dan berkata, “Saya tidak melakukan kesalahan. Mengapa saya harus berkorban? ”

Pria jangkung itu terkejut ketika dia bertanya, “Kamu tidak punya siapa-siapa atau tidak mau berkorban sama sekali?”

Ning Que mengerutkan kening saat dia berpikir untuk waktu yang sangat lama. Dia ragu-ragu sebelum menjawab, “Sepertinya tidak.”

Pria jangkung itu menjawab, “Tapi dulu sekali, kau memang membuat pilihan.”

Ning Que memandang pelayan lama dan teman bermain masa kecilnya, sebelum dia berkata, “Itu karena aku mengorbankan orang lain.”

“Mengorbankan orang lain juga merupakan pilihan.”

Ning Que mengakui, “Ya.”

Pria jangkung itu menggantungkan kaki belakang babi yang tersisa di belakang tukang daging dan berkata, “Buat pilihanmu lagi.”

Malam masih malam.

Suhu terus menurun sedikit demi sedikit.

Ning Que merasa bingung ketika dia melihat kegelapan yang mendekat dengan cepat, saat dia segera berbalik dan melihat ke balik awan tempat cahaya berkumpul. Dia bisa merasakan kekuatan yang kuat datang dari dalam sebagai ketakutan yang tidak berkembang menekan tubuhnya, menyebabkan embun beku pada pakaian dan tubuhnya dengan cepat membeku menjadi baju besi.

Dia tidak yakin ke arah mana dia harus memilih.

Dia berdiri sendirian di antara langit dan bumi, yang membuatnya merasa luar biasa kecil.

Pelayan tua dan teman bermain masa kecilnya berdiri di depannya, ketika visi mereka dipisahkan oleh sepotong es yang tak terlihat.

Dia meraih erat-erat ke daun bambu hijau di tangannya.

…

…

Di tanah depan Akademi, semua orang diam-diam menunggu hasil akhir. Pada titik waktu ini, tidak ada lagi yang akan menggunakan nada mengejek untuk menggoda siswa Akademi bernama Ning Que, karena dia sudah membuktikan kemampuannya sendiri melalui tindakan.

Seperti hujan yang tiba-tiba turun, suara kuku kuda memecah kesunyian di Akademi. Yan Se, bersama dengan Sangsang, turun tanpa ekspresi di wajahnya. Orang-orang yang mengenali identitasnya tampak terkejut ketika mereka buru-buru berdiri untuk menyambut kedatangannya. Dia adalah Menteri Persembahan terkuat di gerbang selatan Haotian dan bahkan di Istana Ilahi-Bukit Barat, dia akan memiliki kursi pribadinya sendiri. Statusnya jauh di atas Mo Li, yang adalah Wakil Presiden Revelation Institute, karenanya tidak ada yang berani menunjukkan rasa tidak hormat kepadanya.

Instruktur akademi dan siswa segera tahu tentang identitas pria tua yang malang ini, karena mereka tampak kaget ketika menonton dan berbisik tentang dia. Mereka tidak mengerti mengapa wig besar ini tiba-tiba datang ke Akademi pada jam-jam akhir dan kritis dalam menentukan siapa yang memenuhi syarat untuk lantai Dua.

Tidak ada yang tahu motif Yan Se, termasuk Lee Peiyan, sang Pangeran, dan Lee Yu, sang Putri. Tentu saja, Yan Se tidak sebodoh itu untuk menjelaskan alasannya datang ke orang-orang. Setelah menunjukkan rasa hormat satu per satu kepada orang-orang yang pantas mendapatkan rasa hormatnya, dia berjalan ke kursi dan menutup matanya. Telapak tangannya yang kurus kering kadang-kadang menyapu bagian belakang kursinya, menunjukkan sedikit kegelisahan di dalam dirinya.

Meskipun orang banyak penasaran tentang alasan kedatangan Guru Jimat Ilahi yang terkenal ini, tetapi karena dia tidak berbicara sepatah kata pun, tidak ada yang berani bertanya kepadanya juga. Setelah hening sesaat, seseorang mulai mendiskusikan tentang keributan di puncak gunung lagi.

Kebanyakan orang terkejut atas potensi kuat yang telah disembunyikan Ning Que dari mereka, namun mereka bertekad bahwa orang yang akhirnya akan meraih kemenangan dan memasuki lantai dua Akademi pastilah Pangeran Long Qing.

Sebagai Master Jimat Ilahi, Yan Se jelas dalam kondisi sangat tinggi. Tidak peduli seberapa lembut volume diskusi itu, dia bisa mendengarkan setiap kata dengan jelas. Orang itu, Ning Que, serius memasuki Lantai Dua dan hampir berhasil? Maka bukankah usaha keras dan panjangnya dalam mencari penggantinya akan sia-sia? Dia tidak bisa membantu tetapi merasa tidak enak memikirkan hal itu.

Saat itu, Pendeta Moli berkata dengan tenang, “West-Hill selalu percaya bahwa pangeran kita tidak akan kalah dari siapa pun.”

“Aku tahu orang ini, Ning Que, yah. Jika Anda berbicara tentang trik kotor, dia memang ahli dalam hal itu. Tetapi untuk memasuki lantai dua … “Yan Se membanting meja dengan keras dan berteriak,” Itu benar-benar mustahil! ”

Setelah mendengar kata-kata ini, orang banyak terkejut. Mereka selalu berpikir bahwa Gerbang Selatan Tang Haotian tidak selalu berhubungan baik dengan Istana Ilahi West-Hill, sejauh mereka seperti musuh satu sama lain. Namun malam ini, di acara penting seperti itu, Yan Se setuju dengan Istana Ilahi West-Hill? Orang harus tahu bahwa pria ini adalah Saudara Senior Master Bangsa Tang. Mungkinkah ada makna tersembunyi yang penting di balik tindakannya?

Yan Se tidak berpikir bahwa kata-katanya yang sebenarnya akan menyebabkan keributan di antara orang-orang, karena ia segera menahan amarahnya, mengelus jenggotnya, dan tidak lagi mau menyuarakan pendapatnya. Lee Peiyan menyaksikan Tao tua di sebelahnya ketika dia mengerutkan alisnya dan memikirkannya. Mungkinkah saudara kaisar mendengar dari istana bahwa untuk ujian lantai dua hari ini, Ning Que adalah variabel dan jadi dia memutuskan untuk mengirim Yan Se ke sana untuk menyatakan minatnya?

Saat itu, kereta kuda lain melaju. Orang yang turun dari kereta menyebabkan putaran keributan lagi.

Lee Yu menatap pengawas kasim yang tampak baik hati, mengerutkan kening dan bertanya, “Old Lin, mengapa Anda di sini?”

Pengawas kasim dari istana Tang tersenyum rendah hati dan berkomentar, “Yang Mulia, saya di sini di bawah perintah Yang Mulia untuk datang dan melihat-lihat.”

Lee Yu mengisyaratkan dia untuk melangkah maju. Dia kemudian berbisik, “Apa yang sebenarnya terjadi?”

Kasim Lin menunduk dan berbisik, “Yang Mulia ingin bertemu seseorang, jadi saya dikirim untuk menunggu orang itu.”

“Siapa orang yang ingin ditemui Ayah?” Lee Yu bertanya, merasa heran.

Kasim Lin menyeringai dan menjawab, “Seorang siswa dari Akademi.”

Setelah itu, Kasim Lin memperhatikan Yan Se sedang duduk di samping. Ekspresinya tiba-tiba berubah dingin ketika dia berkata, “Tuan Yan, bolehkah saya bertanya mengapa Anda di sini?”

Yan Se memelototinya dengan sengit dan berkata, “Apakah saya perlu melaporkan kepada Anda keberadaan saya?”

Kasim Lin tersenyum secara sakral dan berkata, “Saya hanya seorang kasim, bagaimana saya berani bertanya tentang keberadaan Guru Jimat Ilahi? Hanya Yang Mulia ingin saya mengirimi Anda beberapa kata. Yang Mulia berkata bahwa Tuan Bangsa telah menipunya beberapa ratus tael perak sekitar sepuluh tahun yang lalu di luar Scent Workshop. Sekarang mengetahui Yang Mulia sedang mencari bakat, Master of Nation memilih untuk menyembunyikan bakat daripada melaporkan. Yang Mulia berharap untuk mendengar penjelasan yang baik dari Gerbang Selatan. ”

Yan Se tampak terkejut setelah mendengar kata-kata itu saat ia tenggelam dalam pikiran yang mendalam. Dia merasa terkejut ketika dia bertanya-tanya apakah Yang Mulia tahu tentang kemampuan Ning Que juga dan ingin merebut muridnya darinya? Apa yang harus dia lakukan? Fakta bahwa dia perlu merebut Ning Que dari Akademi sudah menjadi tantangan baginya, namun sekarang dia harus merebutnya dari kaisar? Saudara Muda memang menyebutkan bahwa dia bisa menyelesaikan masalah ini dengan caranya, tetapi apakah itu termasuk Yang Mulia?

Kerumunan tidak bisa membantu tetapi menonton dua wig besar yang baru saja tiba. Yan Se, Master Jimat Ilahi tidak perlu dikatakan, tetapi Kasim Lin adalah penyelia kasim yang paling tepercaya di Baginda. Sekarang dia telah berada di bawah perintah Yang Mulia, apa artinya itu lagi?

…

…

Meskipun Sangsang telah mengikuti Yan Se ke Akademi, tidak ada yang memperhatikan kehadirannya dan tidak diketahui kapan dia meninggalkan tanah. Dia diam-diam berjalan ke gang di antara gedung-gedung Akademi, dan menuju ke belakang.

Dia kemudian melewati tanah basah, bangunan Akademi tua yang gelap dan gelap, hutan lebat, dan padang rumput yang sunyi. Saat dia berjalan menuju tujuan, dia mengagumi pemandangan di Akademi saat mencoba untuk mencocokkan dengan detail yang dijelaskan Ning Que kepadanya. Dia merasa damai dan hangat di dalam.

Akhirnya, dia tiba di Woods of Glaves. Dengan dukungan ranting pohon yang halus di tangannya, dia mengangkat kepalanya ketika dia memicingkan matanya untuk melihat puncak pohon yang tergantung tinggi di atasnya. Dia kemudian mencari-cari area yang bersih sebelum dia duduk dengan payung hitam besar di tangannya saat dia menghadap ke puncak gunung.

Awan dan kabut tetap sangat tebal di gunung, mencegah orang melihat puncak gunung. Namun Sangsang, dengan payung hitam besar di lengan dan tubuhnya bersandar ke batang pohon, duduk dan menyaksikan dengan tenang. Karena dia tahu bahwa tuan mudanya saat ini ada di sana di puncak gunung dan sedang menjalani pemeriksaan kritis dalam hidupnya.

Tiba-tiba, embusan angin kencang menyapu Hutan Glave, menyebabkan dedaunan dan rumput berdesir saat mereka menabrak kulit pohon, menciptakan suara mencambuk terus menerus. Dampaknya sangat besar sampai menimbulkan kerusakan pada kulit pohon. Sangsang ngeri dengan pemandangan itu ketika dia buru-buru menyembunyikannya di balik pohon dan membentangkan payung hitam besar untuk menutupi tubuh mungilnya.

Di luar payung yang kotor dan tampak tua, angin kencang terus melolong keras di dalam Hutan Glave. Batu dan cabang menabrak payung seperti panah terbang, menghasilkan suara dentuman keras. Suara berdebar ini, seperti drum yang digunakan dalam perang, agak bisa menyebabkan seseorang merasa bersemangat, namun serius dan tragis.

Di tengah angin kencang, sekitar sepuluh hingga dua puluh pohon tumbang di Woods of Glave, menyebabkan tanah beterbangan ke langit yang gelap.

Seolah ada sepuluh sampai dua puluh pedang yang menusuk ke langit yang gelap.

Muncrat darah merah gelap ke langit.

…

…

Di Pagoda Wan Yan di kota Chang’an.

Master of Nation, Li Qingshan, memandangi biksu Huang Yang ketika dia tertawa dan berkata, “Sungguh tak terduga bahwa seorang biksu datang untuk mengunjungi hari ini …”

Bhikkhu Huang Yang tersenyum lembut dan berkata, “Itu hanya karena seorang rahib cinta tercerahkan oleh Tao, maka tidak perlu bagimu untuk bersukacita karenanya. Sebaliknya, suasana hati Anda tampaknya sangat baik hari ini. Ingin membagikan alasannya? ”

Li Qingshan berdiri. Dia dengan lembut mengayunkan lengan panjangnya, mendesah dengan emosi dan berkata, “Setelah malam ini, Gerbang Selatan Haotian kita akan memiliki genius muda lainnya. Setelah satu dekade, Gerbang Selatan Haotian kami akan memiliki Master Jimat Ilahi lainnya. Mengapa saya tidak senang tentang hal itu? ”

Bhikkhu Huang Yang menggenggam kedua tangannya saat dia dengan tulus memuji, “Ini memang sesuatu yang bisa membahagiakan.”

Tiba-tiba, Li Qingshan mengangkat alisnya saat dia dengan cepat berjalan ke sisi pagoda dan menatap ke arah selatan di malam yang tenang. Lengan kanannya mulai bergetar ketika dia mulai menghitung dengan cepat dengan jari-jarinya.

Bhikkhu Huang Yang berjalan ke sisinya, tampak bingung saat dia menatap ke arah yang sama dengan Li Qingshan. Dia kemudian berkata, “Mengapa ada keributan besar untuk pembukaan lantai dua kali ini?”

Tubuh Li Qingshan membeku dan ekspresi di wajahnya menjadi gelap ketika dia berkata, “Tidak mungkin untuk merebut sekarang … Kepala Sekolah Akademi, levelnya memang jauh lebih tinggi.”

…

…

Angin kencang di dalam Hutan Glave di Akademi hanya terbatas pada area yang sangat kecil dan secara ajaib, itu tidak mempengaruhi lingkungan sekitarnya sama sekali. Selain Saudara Kedua, yang berada di puncak gunung, dan Yan Se, Guru Jimat Ilahi, yang saat ini berada di latar depan, orang-orang yang bisa merasakan perubahan ini hanya akan menjadi Penggarap Besar yang telah mencapai di atas Mengetahui Takdir Negara, seperti sebagai Master of Nation, Li Qingshan, dan biksu Huang Yang.

Rakyat jelata di kota Chang’an sama sekali tidak menyadarinya. Selain itu, sudah larut malam dan kebanyakan dari mereka sudah tidur nyenyak. Noda darah secara bertahap muncul di dinding abu-abu di Lin 47th Street. Limbah di saluran yang baru diperbaiki oleh Spring Breeze Pavilion tiba-tiba muncul dengan pantulan darah merah. Rumah kecil di tepi danau, halaman pandai besi di Kota Timur, singa tua dan pecahan batu memajang di luar Kediaman Jenderal, gudang kayu di dalam Kediaman Sekretaris Besar – noda darah secara bertahap muncul di tempat-tempat yang pernah diwarnai dengan darah, dan dengan cepat larut dalam sebuah beberapa detik.

…

…

Di bawah tekanan ekstrim dari cahaya di sekitarnya, Pangeran Long Qing mengepalkan tinjunya dan mematahkan daun bambu hijau di tangannya. Ketika dia melihat sekeliling dengan wajah tanpa ekspresi, dia menyadari bahwa dia masih berada di puncak gunung di belakang Akademi, berdiri di bawah batu besar dan belum melangkah di jalan berbatu.

Angin malam berhembus dan menyapu pakaiannya, dengan cepat mengeringkan keringat di tubuhnya. Dia tetap diam untuk waktu yang sangat lama sebelum dia mundur beberapa langkah ke petak rumput. Dia kemudian mengangkat kepalanya dan menatap batu besar yang tergantung di tepi tebing, hanya untuk menyadari bahwa tidak ada tanda-tanda manusia lain.

…

…

Di padang gurun yang sedingin es, Ning Que agak bisa merasakan perbedaan.

“Kalian semua harus tahu bahwa membuat pilihan seperti itu tidak sulit bagi saya sama sekali.”

Dia berseru dengan keras kepada pria jangkung, kepada pelayan dan teman bermain masa kecilnya yang berdiri di depannya, serta kecerahan dan kegelapan di atasnya.

Ketika dia berbicara, embun beku tipis di bibirnya pecah, pecah dan hancur berkeping-keping.

Dia mengedipkan matanya, menyebabkan es transparan tipis yang menghalangi penglihatannya pecah inci demi inci.

Dia mengangkat lengan kanannya saat es yang lebih tipis pecah berkeping-keping dan jatuh dari pakaiannya.

Dia kemudian membuang daun bambu hijau itu saat dia memegang pisau panjangnya dengan erat dan mengayunkannya ke bawah.

Setelah bertahun-tahun, dia sekali lagi memilih untuk membunuh pelayan lama dan teman bermain masa kecilnya di depannya.

“Payung saya hitam.”

“Wajahnya hitam.”

“Sejak muda, apa yang saya lakukan selalu di sisi hitam.”

“Tapi itu tidak berarti aku salah.”

“Karena aku tidak melakukan kesalahan, aku tidak perlu mengakui kesalahanku, juga tidak perlu menebus kejahatanku.”

Ning Que memperhatikan bahwa cahaya di balik awan telah tumbuh lebih cerah dan lebih cerah ketika dia merasakan tekanan yang lebih besar diberikan padanya. Dia melanjutkan, “Bahkan jika kamu berpikir aku salah, aku tidak akan peduli. Apa hubungan pemikiran Anda dengan saya? ”

Dia meludah tanpa ampun di tanah sebelum menempatkan pisau panjang itu kembali ke bahunya, saat dia berjalan pergi ke dalam kegelapan tanpa banyak keraguan.

Pria jangkung itu menatap pandangannya dengan diam.

…

…

Berjalan menuju kegelapan sama dengan berjalan menuju malam berbintang.

Ning Que berdiri di dekat batu besar dan titik tertinggi gunung di belakang Akademi. Dia dengan damai mengagumi pemandangan indah di depannya, di mana bintang-bintang mengilap memenuhi langit yang gelap dan awan-awan perlahan mengambang di bawah kakinya. Lingkungannya cerah seolah itu siang hari.

Padahal saat ini masih larut malam.

Dia melirik Pangeran Long Qing, yang berdiri jauh di bawah batu. Dia tidak mengatakan sepatah kata pun. Sebaliknya, dia berbalik ketika dia terus mengagumi bintang-bintang, tebing dan awan di sekelilingnya, menikmati setiap saat ketika angin gunung bertiup di malam musim semi.

Hanya tiba di puncak, seseorang dapat menikmati pemandangan yang indah dan menarik.

“Dunia itu datar.”

Dia mengangkat kepalanya dan memandang jauh. Dia samar-samar bisa melihat rentang gunung – meskipun dia tidak yakin apakah itu Gunung Min atau gunung lainnya – di bawah langit berbintang di ujung dunia yang lain.

Setelah 17 tahun berkeliaran dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain, melihat banyak nyawa dan kematian, dia akhirnya mencapai saat ini. Bagaimana mungkin pikiran dan hatinya tidak dibanjiri jutaan pikiran dan emosi pada saat ini?

Pada detik ini, Ning Que memikirkan banyak hal yang terjadi di masa lalu. Dia ingat hari-hari ketika dia harus berjalan di sepanjang jalur gunung berulang kali. Meskipun dia dipenuhi dengan banyak emosi pada saat ini, namun kata-kata yang akhirnya keluar dari mulutnya begitu sederhana, jujur dan murni.

Menatap pemandangan luar biasa tepat di depannya, Ning Que kehilangan kata-kata saat ia mulai tertawa terbahak-bahak.

Tawanya menyebabkan tubuhnya bergetar, air matanya mengalir dan lendirnya menetes, sampai-sampai suara tawanya hampir bergetar.

Kemudian, dia menyeka air mata dan lendirnya, saat dia berkata dengan nada serius, “Ini cantik sekali.”

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–