Nightfall Chapter 175

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Bab 175: Hidup Penuh Kegilaan (Bagian 2)

Penerjemah: TransN Editor: TransN

Pada akhir musim semi, pohon-pohon hijau dan bunga-bunga lebat sangat cocok untuk berkontribusi pada pemandangan yang indah di Sekolah Selatan Haotian. Jauh di dalam kuil terpencil, Li Qingshan, Master Nation of Tang Empire memandang Tao tua sluttery di sisi yang berlawanan setelah lama diam dan berkata, “Saya selalu berpikir ada beberapa masalah dengan metode ini.”

“Apa masalahnya?” Master Yan Se melihat cangkir teh di atas cangkir teh itu, memikirkan cangkir teh di paviliun hari itu.

Li Qingshan menjawab, “Ning Que memiliki potensi besar, tetapi bagaimanapun juga dia adalah tangan hijau dalam Taoisme Jimat. Dia seperti selembar kertas kosong yang menunggu untuk dilukis, dan bahwa Jimat Taoisme telah mewarisi pengetahuan yang sangat indah, yang diperoleh melalui pemahaman seumur hidup Anda. Dekade Klasik tentang jimat bahkan merupakan esensi total yang dikumpulkan selama ratusan tahun oleh Sekolah Selatan kami. Tapi Kakak Senior, yang Anda lakukan hanyalah melempar mereka ke Ning Que dan bersikap acuh tak acuh padanya. Ini seperti menuangkan satu baskom tinta ke kertas kosong itu, yang sama sekali tidak akan menghasilkan kaligrafi halus selain selembar kertas bau dengan tinta hitam. ”

Tuan Yan Se terdiam.

Li Qingshan dengan enggan berkata, “Sekarang Ning Que seperti teko kosong kecil, yang baru dibuka dengan sedikit istirahat, tetapi Saudara Senior, Anda kemudian dipaksa untuk menyuntikkan seluruh lautan ke dalamnya. Tidakkah kamu khawatir dia gagal menangani tekanan dan pecah? ”

“Jika anak itu tahu kamu membandingkannya dengan poci teh, mungkin tidak perlu repot menyuntikkan lautan pengetahuan atau sesuatu, karena dia akan langsung marah dan hancur berkeping-keping.”

Master Yan Se tersenyum, dan kemudian dengan serius menatap Li Qingshan, berkata, “Ning Que adalah selembar kertas kosong, tetapi yang terbesar yang pernah saya lihat. Baik itu Anda atau saya, kita semua tidak berpengalaman dan tidak yakin menggambar di atasnya. Saya hanya bisa melemparkan baskom tinta ini ke atas kertas dan membiarkannya menggambarnya sendiri. Sekarang tidak mungkin untuk melukis dengan brushpen botak, lalu biarkan selembar kertas kosong melakukannya sendiri. Mengenai apa yang akhirnya bisa ditarik, itu tergantung pada pemahaman dan ketekunannya. ”

“Mengenai analogi membandingkannya dengan teko … Aku mengakui bahwa mungkin tak tertahankan baginya untuk menyerap semua esensi dari apa yang aku pahami selama masa laluku dan yang terakumulasi di South School selama ratusan tahun dalam waktu yang begitu singkat. Namun Saudara Muda, Anda harus mengakui meskipun metode ini sederhana dan kasar, ini adalah cara tercepat dan paling efektif. Selama teko kecil ini tidak pecah, maka tehnya akan melimpah suatu hari nanti. ”

“Tapi itu juga cara yang paling berbahaya dan tidak bisa diandalkan.”

Melihat Master Yen Se, Li Qingshan meredam, “Bagaimana jika kertas kosong itu langsung ditempelkan ke tanah dengan tinta tanpa menggambar dengan sendirinya? Bagaimana jika teko kecil ini pecah berkeping-keping sebelum teh yang harum dapat dikeluarkan dari ceratnya? Ning Que tidak hanya penerus Anda, tetapi juga murid Kepala Sekolah Akademi, dan sekarang, ia bahkan seorang pemuda hebat yang sangat menaruh harapan pada Kaisar. Saya tidak mengerti mengapa Anda harus mendorongnya begitu keras? Jelas, ada banyak metode yang lebih konservatif dan andal. ”

“Karena dia cemas, aku juga. Seluruh dunia tampaknya juga cemas.”

Master Yan Se mendongak untuk melihat langit utara di luar South School, dengan sentimen berkata, “Menjadi Master Jimat Ilahi dalam sepuluh tahun? Itu tidak memenuhi ambisi siswa ini, atau ambisi saya. Dunia berangsur-angsur dalam gejolak, sehingga sulit bagi Ning Que untuk menikmati lingkungan yang stabil dan konservatif untuk budidaya. Kuncinya adalah, saya baru-baru ini menemukan bahwa tidak ada banyak waktu yang tersisa. ”

Melihat wajah tua dan tua Tuan Yan Se, Li Qingshan dengan sedih berkata setelah cukup lama terdiam, “Begitu.”

Tuan Yan Se tersenyum. Dia berdiri dengan susah payah dari lantai dan berjalan ke luar kuil di bawah bantuan seorang Taois wanita setengah baya dan menawan.

Melihat serigala dan punggungnya yang lama, Li Qingshan tiba-tiba berkata, “Kakak Senior, berhenti bergaul baru-baru ini. Bagaimana kalau tinggal di South School untuk mengobrol dengan saya? Meskipun kami milik sekolah yang sama selama lebih dari satu dekade, kami bahkan belum memiliki permainan catur. ”

Tanpa berbalik, Tuan Yan Se melambaikan tangannya sambil tersenyum dan berkata dengan suara serak, “Kamu bukan wanita muda dan cantik, oleh karena itu, sangat membosankan bermain denganmu. Jangan khawatir, jika aku sekarat, aku pasti akan kembali menemuimu untuk yang terakhir kalinya. ”

Li Qingshan mengalihkan pandangannya ke teko kecil tempat kabut panas keluar dari ceratnya di atas kompor di sebelah meja, tanpa mengucapkan lebih banyak kata. Dia berpikir dalam hatinya, “Karena kamu bertekad untuk menjadi kompor yang merebus panci teh, maka aku hanya dapat menemukan cara untuk membantu orang itu.”

Setelah meninggalkan Kuil Sekolah Selatan Haotian, Master Yan Se langsung pergi ke Rumah Lengan Merah ke halaman kecil yang paling dikenalnya.

Dewdrop sekarang menghitung catatan yang dia dapatkan dengan pelayannya. Mereka mendapat untung hanya dengan menjual salinan Kaligrafi Sup Ayam. Tiba-tiba pintu itu retak dan melihat si tua Tao yang nakal berdiri di pintu mengejutkan mereka untuk bangkit.

Dia dulu berpikir bahwa Taois cabul ini hanya bermurah hati, sehingga memperlakukannya dengan sabar dan keramahan. Tetapi pengakuan akan status aslinya telah mendorongnya untuk menyambutnya dengan kecepatan tercepat, tanpa berpura-pura menjadi gadis.

“Tuan telah datang.”

Gadis itu, Dewdrop, berjongkok untuk menunjukkan rasa hormatnya padanya. Dia bermaksud menjadi lebih antusias, tetapi terlalu gugup untuk memikirkan fakta bahwa Tao ini dikatakan sama pentingnya dengan tokoh-tokoh kelas satu di negeri dongeng.

Membuat beberapa tawa aneh, Tuan Yan Se meraih tangannya untuk sedikit merebut pinggang montoknya, berkata, “Kamu tidak perlu terlalu gugup bahkan jika kamu tahu statusku. Lagipula, akulah yang harus membayar, jadi aku harus menyenangkanmu. ”

Dewdrop melihat situasinya dan memeluknya ketika dia berkata dengan malu, “Kau di sini untuk menggodaku lagi. Saya pikir Anda adalah seorang pertapa tanpa tempat tinggal tetap dan tidak akan tinggal di dunia yang bumi ini terlalu lama seperti orang-orang abadi itu. Saya hanya menyesali bahwa kita tidak akan bertemu lagi. ”

Ini membuat marah Tuan Yan Se, yang kemudian berkata, “Kosmetik yang Anda pakai jauh lebih menguntungkan saya daripada tinta pada kertas jimat, lalu bagaimana saya bisa tahan mengabaikannya?”

…

…

Beberapa langkah menaiki tebing, ada sebuah gua setinggi sekitar sepuluh meter, di atasnya burung-burung dengan cepat terbang masuk dan keluar. Di lereng lembut di luar gua berdiri sebuah bangunan kayu tinggi dua lantai kecil, yang permukaannya penuh dengan belang-belang setelah melalui angin dan badai dan diisi dengan jejak kotoran burung. Tidak diketahui berapa tahun telah berdiri sedemikian rupa di bawah jajaran tebing ini.

Ning Que mencium bau yang akrab meskipun mereka masih agak jauh dari bangunan kecil, lalu dia bertanya dengan wajahnya yang sedikit pucat, “Apakah Anda menciumnya?”

Chen Pipi menghela napas dan dengan kosong berkata, “Bau apa?”

“Kamu bahkan tidak mendapatkan bau yang begitu pekat?” Ning Que menatap matanya, dan gemetar berkata, “Ini bau dari kertas kasar yang dibuat di Huangzhou dan tinta, yang membuat saya mual sekarang. Kenapa kamu harus membawaku ke sini? ”

Chen Pipi yakin bahwa di samping cendekiawan tua di gedung itu pasti ada kertas dan tinta, tapi dia benar-benar tidak mencium bau tinta dan kertas yang membuat Ning Que muak dengan wajah pucat. Dia mengulurkan tangannya untuk mengubah hidungnya, berpikir bahwa orang ini pasti telah mempelajari Taoisme Jimat baru-baru ini, sampai-sampai dia menjadi sangat sensitif.

Ning Que mengangkat lengan bajunya untuk menutupi hidungnya dan mengikutinya ke bangunan kayu. Ketika ia mendekati bangunan itu, bau kertas dan tinta menjadi lebih padat, yang membuatnya semakin tidak nyaman. Dalam beberapa hari terakhir, ia bersikeras menggiling tinta dan dengan hati-hati mempelajari kertas itu tetapi tidak dapat menulis stroke, jadi secara tidak sadar ia cukup takut dan jijik oleh baunya.

Di bawah bangunan kayu itu ada platform batu terbuka, di atasnya terbentang meja besar. Di atas meja, ada volumn buku yang sangat banyak.

Seorang sarjana tua berambut abu-abu sedang duduk di belakang buku-buku.

Sarjana tua itu memegang sebuah buku tua di tangan kirinya, dan sapuan kuas setengah botak di tangan lainnya. Dia kadang-kadang melantunkan kalimat menghadap buku tua, terkadang menulis beberapa angka di atas kertas dengan brushpen. Tidak diketahui hal-hal indah apa yang dia temui ketika alisnya yang panjang terangkat ke udara dan ekspresi wajahnya menjadi cerah seolah dia ingin menari.

Sarjana tua itu terlalu fokus pada membaca dan menyalin buku untuk terpengaruh oleh kawanan burung yang terkekeh di atas gua atau Chen Pipi dan Ning Que yang mendekat. Seolah-olah ketika dia mulai membaca, seluruh dunia akan lenyap dalam sekejap kecuali untuk buku yang sedang dia baca.

“Hebat! Hebat!”

Sarjana tua itu telah menemukan sepotong kata-kata indah dalam volume dan dengan demikian menyalinnya di atas kertas dengan kecepatan tercepat. Kemudian dia menjilat brushpen setengah botak, seolah-olah itu memiliki rasa paling lezat di dunia, yang seharusnya memicu dia untuk menari dengan gembira.

Melihat sarjana lama, Ning Que berbalik ke arah Chen Pipi dengan sangat bingung, mengatakan, “Memang dia sedang membaca. Tapi apa gunanya melihatnya membaca? Apakah ada gunanya mengejar pengejaran Taoisme Jimat? ”

“Saudara Sulung pernah memberi tahu kami, bertahun-tahun yang lalu, Kepala Sekolah Akademi menemukan sarjana tua ini memiliki potensi besar dalam kultivasi, namun langsung ditolak oleh sarjana lama.”

Melihat sarjana tua yang dengan gila-gilaan membaca dan menyalin buku-buku di belakang meja, Chen Pipi tidak bisa membantu tetapi mengangkat bahu dan berkata, “Di matanya, membaca adalah hal yang paling berarti di dunia ini. Adapun budidaya, itu benar-benar buang-buang waktu. ”

“Pria tua ini tidak melakukan apa-apa selain membaca dan menurutnya tidak ada lagi yang layak dilakukan. Bahkan Kepala Sekolah Akademi tidak tahu bagaimana menghadapinya. Selain itu, ia pemarah, yang akan marah ketika diinterupsi oleh orang lain saat membaca. Kemudian secara bertahap, tidak ada seorang pun di Gunung Belakang Akademi ini yang ingin berkomunikasi dengannya, dan bahkan Kakak Sulung yang pemarah sekalipun tidak akan peduli dengannya. ”

Ning Que memandang sarjana tua di belakang volume buku, dan berkata dengan simpati, “Mungkin membaca membuatnya pedantic.”

“Komentarmu masih sopan.” Chen Pipi menggelengkan kepalanya dan berkata, “Ketika dia menolak undangan Kepala Sekolah Akademi untuk berkultivasi, Saudara Kedua berkomentar,” Membaca telah mendorongnya menjadi orang bodoh. ”

Senyum muncul di wajah Ning Que, yang kemudian membeku dalam sekejap. Ning Que kembali ke Chen Pipi dan bertanya dengan ragu-ragu, “Tunggu … Alasan mengapa Anda membawa saya mengunjungi sarjana tua ini yang dikatakan didorong oleh membaca menjadi orang bodoh, adalah bahwa Anda ingin membuktikan, saya akhirnya akan menjadi bodoh seperti dia setelah belajar gila tentang Talisman saya hari ini? ”

“Yang sebaliknya benar.” Chen Pippi membawanya ke peron batu dan berkata, “Meskipun kami tidak menyukai cendekiawan lama, kami masih mengaguminya. Tujuan saya membawa Anda ke sini adalah untuk memberi tahu Anda, ketekunan dan kerja keras Anda yang menurut Anda dapat menang atas rekan-rekan Anda sebenarnya dapat dicapai oleh banyak orang lain di dunia ini. Atau mereka bisa melakukannya lebih baik daripada kamu. ”

Ning Que tidak bisa mengerti apa yang ingin ia ungkapkan. Jadi dia hanya mengikutinya ke peron batu, di mana dia tiba-tiba menemukan satu hal, bertanya, “Selain cendekiawan tua ini, adakah yang lain dari generasi yang lebih tinggi di gunung? Apakah kita punya paman? ”

“Kami dulu memiliki Paman Termuda, yang kudengar adalah sosok yang paling kuat di dunia ini.”

Chen Pipi berbalik dan menjawab, “Tapi sedih untuk mengatakan, hanya Saudara Sulung dan Saudara Kedua yang melihatnya.”

…

…

Menaiki platform batu, Chen Pipi membuat busur dengan dua tangan terlipat di depan ke arah cendekiawan tua itu dan berkata sambil tersenyum, “Cendekiawan, sudah lama tidak bertemu.”

Ning Que mengikutinya untuk membuat busur juga, merasa lucu ketika mendengar Chen Pipi memanggilnya sarjana.

Tapi cendekiawan itu sepertinya tuli, seolah dia tidak melihat dua pria yang datang ke depannya.

Kemudian Chen Pippi mengatakannya dengan keras lagi, “Cendekia, lama tidak bertemu!”

Suaranya menyebar ke gua dari samping gedung dan kembali setelah beberapa gema yang terdengar lebih keras dan lebih jelas. Suara itu mengejutkan kawanan burung yang sibuk dengan tugas-tugas bersarang atau lainnya, yang kemudian tersebar di langit dengan teriakan ketakutan.

Sampai saat itulah cendekiawan tua itu terbangun dari membaca dan menatap bingung pada kedua pria yang tiba-tiba muncul di depan meja. Tiba-tiba ekspresinya membeku di wajahnya, di mana orang bisa melihat rasa jijik dari matanya. Kemudian dia berteriak dengan suara serak, “Mengapa kamu datang ke sini lagi! Pergi! Segera! Jangan ganggu bacaan saya! ”

Chen Pipi melihat sekilas ke arah Ning Que, mengangkat bahu, dan kemudian menjelaskan kepada cendekiawan tua itu sambil tersenyum, “Aku membawa adik lelaki muda kepadamu.”

“Apa gunanya Adikmu yang Muda? Pokoknya dia bukan buku! ”

Dia mengambil tangannya untuk menyisir rambut abu-abu yang melayang di wajahnya ke bagian belakang kepalanya, dan menatap Chen Pipi, dengan marah berkata, “Terakhir kali Anda mengatakan kepada saya bahwa Akademi akan mendaftarkan Saudara Muda, dan seorang wakil yang lebih tinggi generasi harus hadir untuk menunjukkan keseriusan pemandangan, dan Anda menipu saya untuk tetap di puncak sepanjang malam. Kenapa Anda membawa Younger Brother lain di sini? Anda ingin menipu saya untuk tinggal di sana lagi? ”

“Oh, Surga! Oh, Bumi! ”

Dia memandang Chen Pipi dengan kebencian dan kepahitan yang besar seolah-olah dia telah membunuh ayahnya, mengeluh, “Apakah Anda tahu berapa banyak buku yang bisa saya baca sepanjang malam?”

Chen Pipi menjawab dengan marah, “Hari itu kamu membawa tujuh buku bersamamu, bukankah sudah cukup?”

“Tidak ada cahaya di puncak!”

“Bintang-bintang di sana lebih terang daripada cahaya!”

“Sedangkan untuk membaca, kita harus meminjam dari sinar matahari atau lampu, dan bagaimana kita bisa menggunakan cahaya bintang!”

“Kenapa tidak?”

“Tidak ada perasaan!”

“Apakah kamu membaca buku, atau perasaan?”

“Idiot! Tentu saja saya harus merasa senang membaca! ”

“Idiot! Seseorang dapat jatuh cinta di bawah cahaya bintang, mengapa Anda tidak dapat menemukan perasaan dalam membaca di bawah cahaya bintang? ”

Ning Que sudah terpana pada perselisihan dan perkelahian verbal mereka di samping meja. Hanya sampai sekarang dia menyadari bahwa pria ini benar-benar berubah menjadi buku yang menyolok, dan mulai percaya mengapa Saudara Senior di belakang Akademi itu tidak menunjukkan rasa hormat kepadanya.

Wajah cendekiawan itu memerah dan dadanya terus-menerus berfluktuasi. Jelas dia tidak sebanding dengan Chen Pipi dalam pertengkaran karena dia lanjut usia dan kesehatannya buruk. Terlebih lagi, dia dengan cepat menyadari bahwa tujuan Chen Pipi untuk berkunjung khusus ke sini dan bertengkar dengannya jelas untuk mengalihkan perhatiannya dari membaca buku. Karena dia begitu yakin bahwa dia telah mengetahui niat jahat Chen Pipi, bagaimana dia bisa membiarkan Chen Pipi membuatnya?

“Aku tidak akan berbicara denganmu!” Dia dengan sedih berkata, “Bagaimana saya bisa selesai membaca begitu banyak buku jika saya tidak memanfaatkan waktu saya sepenuhnya? Anda tahu apa yang Anda lakukan sekarang? Apakah kamu mencoba membunuhku? Kamu menghancurkan hidupku! ”

Setelah menyelesaikan kalimat ini, cendekiawan itu mulai fokus membaca dan menyalin buku lagi, terlepas dari serangan kata kerja dari Chen Pipi.

Ning Que mengerutkan kening pada buku-buku bertitik tebal di rak buku di gedung, mengatakan, “Meskipun ada banyak buku di sini, jika Anda berkonsentrasi membaca, Anda dapat dengan cepat menyelesaikan membacanya bahkan jika buku-buku di perpustakaan tua Akademi itu dipertanggungjawabkan. Apa yang membuatnya begitu sakit? ”

Setelah mendengar kata-kata ini, Chen Pipi menggelengkan kepalanya dengan senyum pahit dan membawanya ke gua.

Aneh bahwa di dalam gua itu tetap kering. Dari celah di antara bebatuan di atas seberkas sinar matahari redup menyinari gua, yang karenanya tidak begitu redup. Beberapa pohon tak dikenal tumbuh di gua, dengan kicau burung yang konstan kadang terdengar di sekitar mereka.

Melihat ke atas dan ke bawah di gua, Ning Que mengistirahatkan matanya di dinding tebing, yang tiba-tiba membuatnya kaku dan tak bisa berkata-kata.

Ada banyak bingkai kayu di tebing, tampak seperti rak buku yang diperbesar beberapa kali.

Tidak ada sarang, tidak ada harta, tidak ada patung, atau tanaman pot tetapi hanya ada satu hal di rak kayu itu.

Itu buku.

Buku yang tak terhitung jumlahnya.

Seluruh tebing buku.

Segunung buku.

…

…

“Sejak berdirinya Akademi, tidak pernah berhenti mengumpulkan buku. Selama ribuan tahun terakhir, banyak buku telah disimpan di sini, mulai dari buku kuno hingga yang lebih baru. Jadi sangat menyakitkan bagi sarjana untuk membaca begitu banyak buku. ”

Melirik Ning Que, Chen Pipi menyesalkan buku-buku padat yang bertebaran setinggi sepuluh meter, “Jika pengetahuan bisa dihitung berdasarkan jumlah buku, maka setidaknya tujuh puluh persen pengetahuan di dunia ada di Akademi.”

Di mata Ning Que, seluruh tebing buku sama mencengangkannya dengan lautan bertinta yang timbul di Jalur Gunung selama pendakian gunung, yang membuatnya terlalu sulit untuk mengambil napas. Kemudian dia hampir tidak terbangun dari keheranan setelah waktu yang lama.

Memanjat sepanjang jalur kereta curam di tepi gua, mereka sampai di rak ketiga, dan kemudian terus bergerak maju sekitar sepuluh meter di atas piring kayu yang hanya memungkinkan satu orang untuk lewat setiap kali. Ning Que berhenti untuk melihat kembali ke buku-buku padat di depan matanya, secara bertahap merasa bingung. Jika buku-buku itu telah dikumpulkan dari ribuan tahun yang lalu, mengapa mereka hanya tumbuh sedikit kekuningan dan pudar bahkan tanpa terkikis oleh lingkungan. Apa yang lebih aneh adalah mengapa buku-buku yang terpapar di udara terbuka tidak tertutup debu tebal?

Chen Pipi, yang mungkin menebak kebingungannya, berkata sambil tersenyum, “Ketika Anda memasuki kondisi tertentu, Anda mungkin akan tahu bahwa cukup mudah untuk menghilangkan debu dari buku-buku itu. Dengan hanya sedikit sentuhan jari Anda, angin di gua akan melakukannya untuk Anda. ”

Ning Que tiba-tiba tercerahkan, yang kemudian segera berpikir, jika Sangsang bisa berkultivasi, akan lebih mudah baginya untuk melakukan pekerjaan rumah. Sambil berpikir, ia secara acak mengambil sebuah buku dari rak, yang sampulnya menulis “Catatan tentang Liangjing”. Mengira itu mungkin catatan dari seorang sastrawan, dia membuka buku tempat kata-kata seperti pantat putih, menggosok ke dan dari, lidah menjulur dan stripping baru menabrak matanya, membuatnya agak kaku.

Dia bertanya dengan sangat terkejut, “Bahkan buku-buku erotis dikumpulkan?”

Chen Pipi menjawab, “Kepala Sekolah Akademi berkata untuk membuka buku selalu bermanfaat, dan kemudian bagaimana kita dapat memutuskan apakah buku itu bagus atau tidak berdasarkan judulnya? Jika ada kotoran di hati Anda, Anda akan menganggap semuanya sebagai kotoran. Jika Anda cabul, Anda akan terganggu dengan hanya membaca tujuh jilid buku yang disegel. Jadi mereka tidak akan mengganggu Anda jika Anda tidak menganggapnya sebagai buku erotis dalam hati. ”

Ning Que tidak bisa membantu tetapi menatap kagum melihat kesungguhan di wajahnya yang montok, dengan tulus bertanya, “Lalu apa yang Anda anggap sebagai mereka?”

“Saya?” Chen Pipi melambaikan lengan bajunya dan dengan tenang menjawab, “Saya belum mencapai kondisi itu. Karena mereka adalah buku erotis, saya tidak bisa menganggapnya sebagai hal lain. Jadi jangan terlalu memaksakan diri dalam hal-hal seperti itu. ”

Ning Que menatapnya dan mendesah tanpa kata-kata lagi.

…

…

Bagi seorang pria yang gemar membaca dan menganggap membaca sebagai hal yang paling penting dan satu-satunya dalam hidupnya, seluruh tebing buku yang tampaknya tak terhitung jumlahnya tidak diragukan lagi adalah harta yang besar, dan juga tragedi besar. Karena memang itu adalah misi yang mustahil untuk menyelesaikan membaca buku yang tak terhitung jumlahnya selama hidup seseorang.

Keluar dari Gua, Ning Que melihat kembali ke cendekiawan tua yang memegang buku itu, yang kadang-kadang melantunkan atau menyalin buku, untuk menunjukkan kebahagiaan atau kesedihannya. Kemudian dia agak mengerti mengapa dia berperilaku sangat dan cemas.

Jadi dia berjalan ke meja, dan membungkuk dalam-dalam dengan dua tangan dilipat di depan ke arah cendekiawan tua, dengan tulus agak kurang dalam hadiah mendalam kepada cendekiawan tua, dengan tulus berkonsultasi, “Paman, jika akhirnya kamu tidak bisa selesai membaca buku-buku itu, apa yang akan kamu lakukan? Apakah kamu tidak akan merasa kecewa? Apa yang mendorong Anda untuk membaca? ”

Tidak seperti Chen Pipi yang memanggilnya cendekiawan, Ning Que memanggilnya paman, karena ia telah memasuki gunung lebih awal darinya dan lebih tua darinya, dan lebih karena Ning Que memiliki rasa hormat yang tak dapat dijelaskan terhadap mereka yang cukup gigih melakukan hal-hal di ekstrem seperti itu.

Mungkin dia telah menemukan ketulusan dari nada Ning Que, atau mungkin dia telah menemukan kesamaan dengan Ning Que, sarjana berusia tidak melambaikan tangannya dengan tidak sabar untuk mengusir Ning Que, sebaliknya, dia perlahan-lahan meletakkan volume buku.

Kemudian dia teringat, “Saya lupa berapa umur saya ketika saya mulai belajar di gunung, tetapi saya ingat ketika saya berusia dua puluh tahun, saya berpikir bahwa saya bisa menyelesaikan membaca semua buku di dunia.”

Ning Que diam-diam mendengarkannya.

Sarjana itu melanjutkan, “Tetapi ketika saya berusia lima puluh tahun, saya mendapati bahwa itu tidak mungkin, karena ketika saya membaca, orang lain terus-menerus menulis buku baru. Terlebih lagi, seiring bertambahnya usia, saya menjadi kurang bersemangat dan membaca lebih lambat. Yang lebih mengerikan adalah saya mulai melupakan semua buku yang saya baca di usia muda sekarang. ”

Melihat mata Ning Que, dia tersenyum dan berkata, “Jika Anda tidak dapat mengingat buku-buku yang telah Anda baca, bagaimana Anda bisa mengatakan Anda telah membacanya? Jadi saya harus mengambil buku-buku itu lagi dan mulai menyalinnya sambil membaca karena takut saya akan melupakannya lagi. ”

Ning Que bertanya, “Lalu bukankah itu akan lebih lambat?”

“Iya.” Sarjana itu menghela nafas dan menjawab, “Jadi aku sudah tahu bahwa aku tidak bisa selesai membaca semua buku dunia dalam hidupku, bahkan hanya yang dikumpulkan oleh Akademi.”

Ning Que bertanya dengan alisnya sedikit mengerutkan kening, “Apakah kamu tidak merasa kecewa?”

“Jauh lebih dari itu, benar-benar putus asa.”

Sarjana itu menggelengkan kepalanya dan berkata, “Pada hari aku sadar aku tidak bisa selesai membaca semua buku yang dikumpulkan di sini, aku merasa seluruh dunia runtuh. Saya tidak ingin makan atau tidur; bahkan … tidak mau membaca buku. ”

Ning Que bisa membayangkan betapa terguncangnya mental seorang pria ketika dia memilih untuk berhenti membaca buku ketika yang bisa dia lakukan hanyalah membaca buku dan tidak ada yang lain selama beberapa tahun terakhir. Dia secara alami menghubungkannya dengan kondisi mentalnya akhir-akhir ini dan dengan tulus berkonsultasi setelah hening sejenak, “Paman, Bagaimana Anda mengatasi penghalang?”

“Karena aku bertanya pada diriku sendiri.”

Sarjana itu berkata, “Apakah Anda benar-benar suka membaca sendiri, atau membaca semua buku?”

“Tidak lama kemudian saya mendapat jawaban dan apa yang saya sukai adalah membaca sendiri.”

“Sekarang saya sudah berusia 102 tahun, dan mungkin akan menutup mata saya selamanya suatu hari. Tetapi saya tidak pernah yakin kapan saya akan mati, maka selama saya terus membaca, apa bedanya jika saya tidak bisa selesai membacanya? Saya dapat menghibur diri saya bahwa setiap menit dan setiap detik sebelum saya mati, saya telah melakukan hal-hal favorit saya. Maka saya akan merasa bahagia dan puas. ”

…

…

“Apakah kamu benar-benar suka kultivasi? Atau membunuh orang lain setelah mencapai kondisi tertentu dalam kultivasi? ”

“Aku harus memikirkan masalah ini dengan cermat.”

Berjalan di Jalur Gunung di belakang Akademi, Ning Que mengingat dialog sebelumnya dengan cendekiawan lama. Samar-samar dia mengerti sesuatu yang sangat penting. Mendengarkan musik merdu dari teras tebing, dia perlahan berhenti.

Chen Pipi menatapnya dan bertanya setelah waktu yang cukup lama, “Apakah Anda mencari tahu?”

“Ya, yang benar-benar saya sukai adalah kultivasi itu sendiri.”

Didampingi oleh musik merdu, Ning Que memikirkan hal-hal ini yang ditemukan di Back Mountain of the Academy akhir-akhir ini.

Dua Saudara Senior kecanduan permainan catur terlepas dari kelaparan mereka. Dua lainnya terbenam dalam seruling dan kecapi bambu vertikal terlepas dari lingkungan sekitarnya. Kesebelas Saudara mengenakan jepit rambut menutupi kepalanya, yang terlihat seperti orang gila tetapi tidak peduli dengan mata aneh orang lain. Paman yang membaca di luar gua tetap membaca buku dengan sangat antusias meskipun usianya sudah seratus tahun.

Dia juga mengingat tahun ketika dia berguling-guling di hutan Gunung Min untuk kegembiraan setelah membuat beberapa kemajuan dalam seni memanah, tahun ketika dia berteriak keluar dari ekstasi dengan ketajaman keterampilan pisaunya di benteng perbatasan Kota. Wei, tahun lalu ketika dia tersenyum ke arah bintang-bintang di jendela barat perpustakaan lama dan setiap malam ketika dia menjadi kaku di meja …

“Semua orang akan menghadapi banyak masalah. Jika Anda ingin menyelesaikan masalah ini, Anda harus berkonsentrasi pada hal itu dan menggunakan dorongan hati dari kegilaan Anda. Tetapi kegilaan itu tidak harus seberat pegunungan yang menekan bahu Anda; sebaliknya, itu seharusnya tumbuh menuju sukacita yang Anda rindukan di lubuk hati Anda yang paling dalam. ”

Melihat Gunung Kembali yang indah di Akademi, Ning Que berkata, “Saya dulu tergila-gila pada kultivasi, namun saya lupa akar kegilaan ini adalah hasrat saya di dalamnya, di mana tidak ada harapan palsu, kekecewaan palsu, atau keputusasaan. Hidup itu seperti menjawab serangkaian pertanyaan, penuh dengan berbagai jenis kegilaan dan gairah. Jika Anda menyukai sesuatu, lakukan saja. Saya percaya pada akhirnya, orang akan dapat menemukan jawaban untuk pertanyaan. ”

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–