Nightfall Chapter 180

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Bab 180: Hujan Pertengahan Musim Panas

Penerjemah: TransN Editor: TransN

“Jika aku membuatmu takut mati, di mana aku bisa menemukan penggantiku?”

“Masalahnya adalah itu tidak terdengar nyata bagiku.”

“Kenapa tidak?”

“Kota Chang’an, Array yang menakjubkan oleh Tuhan, untuk memberikannya padaku …? Mengapa? Untuk apa?”

“Jumlah Master Talisman Ilahi yang memenuhi syarat untuk memimpin Array yang memukau Tuhan itu kecil, namun mereka yang benar-benar dapat dipercaya oleh Kekaisaran bahkan jauh lebih sedikit. Adapun tiga Master Talisman Ilahi yang tertutup di Akademi, hanya Huang kecil yang merupakan warga Kekaisaran Tang, dan paman Gongsun memiliki sesuatu yang salah dengan kesehatannya. Namun, Anda adalah seorang siswa dari Kepala Sekolah Akademi, dan seorang murid saya, jadi mengapa pengadilan kekaisaran tidak bisa mempercayai Anda? Mengapa saya tidak bisa meneruskannya kepada Anda? ”

“Siapa yang bisa setuju?”

“Saya setuju.”

“Tuan, apakah itu cukup hanya dengan persetujuanmu?”

“Yang Mulia telah setuju, dan dia mengatakan kepada saya bahwa dia berjanji untuk menunjukkan sesuatu kepada Anda setelah Anda secara resmi melangkah ke Taoisme Jimat.”

“Dia memang setuju … tapi … ada yang relevan?”

“Kamu akan mengerti ketika kamu melihatnya suatu hari nanti.”

…

…

Tentu saja, akan menjadi hal yang sangat bahagia dan mulia untuk menjadi Master Talisman Dewa tingkat tinggi. Namun, jika keamanan seluruh Chang’an dan bahkan seluruh Kekaisaran Tang diserahkan untuk menjadi Master Jimat Ilahi, maka kebahagiaan dan kemuliaan seperti ini akan berlipat ganda sangat banyak dan akhirnya akan berubah menjadi tanggung jawab besar seperti gunung dan tekanan kuat seperti langit.

Berpikir untuk berdiri di menara kota Chang’an dalam beberapa dekade untuk mengabaikan seluruh dunia, Ning Que tidak bisa dengan mudah merasa santai lagi. Sebagai gantinya, ia akan dengan hati-hati mengamati kehidupan jutaan orang Tangs dan selalu terus bersiap untuk membuat keputusan yang sulit dibuat orang awam untuk umur panjang istana kekaisaran, yang telah makmur selama ribuan tahun. Pada saat ini, Ning Que merasa agak sulit untuk bernapas dalam suasana hatinya yang tertekan.

Berdasarkan evaluasi objektif, setiap anak yang baru saja bersentuhan dengan dunia kultivasi selama kurang dari satu tahun dan yang masih di Negara Tanpa Ragu akan hampir mati ketakutan jika ia tiba-tiba tahu bahwa petinggi Kekaisaran telah membuat suatu pengaturan penting untuk masa depannya.

Ning Que tidak terkecuali, tetapi setelah semua, ia telah mengalami terlalu banyak guncangan dan dampak dalam hidupnya. Dia cukup kuat dan liar. Terutama setelah memasuki Lantai Dua Akademi, pikirannya menjadi lebih stabil, dan bahkan tenang, mudah, dan lamban.

Setelah kembali ke Lin 47th Street, suasana hatinya segera kembali normal.

Kucing tua seseorang yang berbaring di atas batu di sekutu itu sedang menyipitkan mata dan malas berjemur di bawah sinar matahari.

…

…

Sebenarnya, Ning Que tidak malas. Pada masa itu, untuk menghindari warga Chang’an yang antusias dan pelayan di rumah-rumah yang berbeda, dia masih bangun dalam gelap dan pergi pagi-pagi untuk berlatih pedang, pisau, dan jarum dan menikmati angin, melodi, dan permainan catur di belakang gunung Akademi. Setelah meninggalkan Akademi, dia akan terus berjalan-jalan di sekitar Kota Chang’an dan mengunjungi kuil-kuil Tao di sekitar, tetapi sekarang dia sendirian di jalan tanpa ditemani tuannya.

Kota Chang’an akhirnya tiba pada periode paling sulit tahun ini — musim panas yang panas dan menyesakkan. Ning Que juga selesai bepergian ke lebih dari 10 kuil, dan dia akhirnya tiba di Menara Wanyan di Kota Selatan. Sayangnya, karena ini bukan waktu yang tepat untuk musim semi, angsa sudah melakukan perjalanan ke utara ke Danau Xunyang di Gushan Commandery untuk menghabiskan musim panas yang panas. Dengan demikian, ia tidak memiliki kesempatan untuk melihat pemandangan yang mengejutkan dari puluhan ribu angsa yang terbang bersama di sekitar menara kuno.

Untungnya, tempat-tempat seperti kuil Tao selalu memilih untuk memilih pemandangan paling indah di dunia sebagai latar belakang mereka, sehingga para biksu Tao dipaksa untuk merehabilitasi beberapa pemandangan yang baik sehingga mereka tidak akan dikutuk secara menyedihkan oleh manusia. Oleh karena itu, meskipun sekarang tidak ada angsa untuk dinikmati di Menara Wanyan, setidaknya sebuah pagoda dengan batu bata kuno dan patung batu berukir halus tetap ada.

Ning Que menatap pagoda untuk sementara waktu dan tidak melihat adanya pencerahan dalam Talisman Taoism, atau keindahan apa pun. Karena itu, dia mengangkat bahu dan berjalan ke aula, tetapi dia segera terserap dalam patung-patung yang halus dalam barisan, tetapi sangat serius dalam ekspresi.

Dunia diselimuti oleh Cahaya Ilahi dari Haotian, sementara Sekte Buddhisme diam-diam tinggal di sudut Kerajaan Yuelun. Meskipun beberapa kuil telah dibangun di tepi beberapa kota, bagaimanapun, mereka mungkin tidak memenuhi syarat sebagai arus utama. Sebagian besar biksu Buddha yang melakukan penebusan dosa di Hutan Belantara tidak banyak berpengaruh pada orang-orang sekuler. Seperti kebanyakan orang, Ning Que tidak mengerti banyak tentang doktrin Buddhis. Dia hanya tahu bahwa yang disebut Yang Mulia dalam Sekte Buddhisme mungkin setara dengan Sage yang selalu dibicarakan oleh orang biasa. Ini adalah legenda atau mitos zaman kuno.

Patung-patung batu dari yang mulia ditempatkan berturut-turut di Aula Buddhis yang tenang. Mereka memancarkan kilau kemilau yang tenang dan kekuningan saat cahaya menembus dari jendela yang ditutupi dengan kertas kuning. Bentuknya beragam — tertawa, tidak bisa berkata-kata, atau tampak pahit di wajah mereka. Tangan mereka dari jubah biara mereka juga khas — menyatukan telapak tangan, atau dengan ringan menggenggam, atau menyatukan tubuh panjang mereka dengan cara yang aneh.

Ning Que menebak bahwa ini pasti Gestures Emblematic dari Sekte Buddhisme, dan dia secara tidak sadar meniru sesuai dengan patung-patung ini. Dia merentangkan tangannya dari lengan bajunya untuk perlahan-lahan menyatukan kedua telapak tangannya, dan kemudian merentangkan jari-jarinya untuk disilangkan, atau menekuk jari-jarinya untuk menjatuhkan pergelangan tangannya seperti lotus. Dia perlahan merasakan sesuatu di dalam hatinya, tetapi tidak tahu apa itu.

Keluar dari kuil muncul sinar matahari yang cerah dan panas lagi. Dia mengedipkan matanya dan menggelengkan kepalanya karena kecewa. Ketika dia hendak pergi, seorang biarawan setengah baya keluar dari Menara Wanyan dan tersenyum padanya.

…

…

Atapnya yang lusuh.

Biksu setengah baya meletakkan secangkir teh di depan Ning Que dan dengan tenang berkata, “Kamu bisa memanggilku Huang Yang.”

Ning Que menerima piala dan menyatakan terima kasih kepadanya, berpikir bahwa nama itu agak akrab. Tampaknya nama itu disebutkan oleh Master Yen Se.

“Kamu mungkin bingung mengapa aku mengundangmu untuk naik ke atas dan berbicara bersama.”

Biksu setengah baya itu menatapnya dan tersenyum berkata, “Saya dipercaya oleh seseorang untuk mengucapkan beberapa kata kepada Anda.”

Ning Que, memegang cangkir teh hangat, merasa bingung dan berpikir oleh siapa bhikkhu itu diundang dan apa yang ingin dia katakan? Pada saat ini, dia akhirnya ingat identitas biksu Huang Yang. Tiba-tiba dia terkejut, mengingat kembali kisah-kisah desas-desus yang pernah dia dengar sebelumnya. Dia kemudian dengan cepat bangkit dan berkata, “Senang … melihat Anda di sini, Tuan.”

Bhikkhu Huang Yang tertawa dan berkata, “Banyak orang merasa kesulitan tentang apa yang harus saya panggil. Di mata orang awam, aku yang disebut adik kaisar, dan aku sering disebut tuan. Tetapi saya hanya seorang bhikkhu daripada seorang raja. ”

Ning Que tertawa, tidak tahu bagaimana membalasnya.

Bhikkhu Huang Yang menunjuk ke kitab suci Buddhis seperti bukit di rak buku di belakangnya dan berkata, “Saya membawa kembali kitab suci ini dari Hutan Belantara dan ingin menerjemahkannya ke dalam karakter yang sederhana sehingga makna sebenarnya dapat dipelajari oleh orang awam. Namun banyak volume belum selesai, karena sedikit bakat dan pembelajaran saya. Jadi tolong jangan keberatan jika saya langsung mulai memberi tahu Anda. ”

Biksu setengah baya yang duduk di sisi yang berlawanan adalah adik lelaki kaisar dari dinasti Tang, yang agung dari Budha yang agung di Kekaisaran. Meskipun Ning Que belum bisa menebak oleh siapa bhikkhu itu diundang, makhluk agung seperti bhikkhu lebih suka mengambil waktu istirahat dan berbicara dengannya di sini daripada menafsirkan kitab suci Buddha. Apa yang akan dikatakan oleh biksu itu mungkin sangat penting baginya. Dengan demikian, Ning Que tidak akan memiliki keluhan sedikit pun tentang itu.

“Saya tahu sedikit tentang karakter Fu, jadi saya hanya bisa memulai dari proses kultivasi yang saya alami. Sekte Buddhisme menekankan pencerahan dengan hati yang jernih. Orang yang memiliki hati Buddha dapat menjadi seorang Buddha. Qi Langit dan Bumi di sekitar dapat dianggap sebagai hadiah yang diberkahi oleh Haotian, atau sebagai beberapa kemuliaan yang telah ada sejak zaman kuno. Apakah Haotian memiliki kemauan yang sama dengan manusia masih kontroversial di antara sekte Tao, sekte Buddhisme, dan pendahulu akademi. Jadi kita tidak akan membicarakannya hari ini. ”

Bhikkhu Huang Yang sebenarnya mudah, tanpa salam atau perubahan atau penutup dalam sambutannya. Dia secara langsung mengucapkan proposisi yang bagus, tetapi tiba-tiba berhenti untuk dengan cepat memasuki tema setelah beberapa penjelasan.

“Kultivasi dalam Sekte Buddhisme adalah pertapaan. Yang disebut ascesis tidak berarti pembudidaya perlu menanggung kesulitan, tetapi menghabiskan banyak tahun berjalan antara langit dan bumi dan secara intim berhubungan dengan tebing dan sungai. Suatu hari di masa depan, bunga air dapat mekar di aliran tebing yang tenang. Setelah itu, para pembudidaya mungkin dapat merasakan Qi Primordial Langit dan Bumi.

“Kultivasi memperhatikan untuk memahami hukum-hukum Qi Langit dan Bumi, untuk memahami bagaimana Qi Primordial mengalir dan bagaimana itu menjadi statis. Murid-murid Buddhisme Sekte juga perlu belajar, tetapi yang berbeda adalah bahwa penelitian kami lebih bergantung pada akumulasi abadi. Bahwa kita tiba-tiba dapat mengetahui hal-hal ini disebut pencerahan. ”

Siswa yang benar-benar baik, bahkan di depan Einstein, tidak akan secara pasif menunggu untuk diberi makan oleh angsa seperti yang dilakukan oleh ikan yang bergoyang di Back Mountain of the Academy. Sebaliknya, mereka akan berani dan tepat waktu mengajukan pertanyaan. Ning Que benar-benar seorang siswa yang baik, jadi dia mengerutkan kening dan bertanya setelah biksu Huang Yang menyelesaikan kata-kata itu, “Untuk mewujudkan semua atribut objek dengan menjadi sangat akrab dengan keberadaan objektif mereka?”

“Kamu menyimpulkan dengan cukup baik, tidak heran kalau kamu bisa memasuki Lantai Dua Akademi.”

Bhikkhu Huang Yang sedikit terkejut dan berkata, “Ini biasanya masuk akal. Namun, dalam hal Sekte Buddhisme, Qi Langit dan Bumi telah ada sebelum manusia, dan akan selalu ada setelah kematian kita. Ini adalah keberadaan objektif dari pengalaman sekuler yang melampaui atau bahkan pengalaman hidup. Karenanya, persepsi lebih penting daripada penguasaan bagi kita, yang hidup di tengah-tengahnya. Yang terpenting, kita seharusnya tidak berpikir untuk mengendalikannya.

“Jadi Sekte Buddhisme, tidak seperti genre kultivasi umum, membagi negara dengan tingkat pemahaman dan kontrol hukum Langit dan Bumi. Tidak ada apa-apa di Negara Tanpa Ragu dan Seethrough. Untuk memiliki studi yang layak tentang langit dan bumi yang tak berujung dengan kehidupan yang terbatas, bagaimana mereka dapat memiliki keraguan? Karena itu adalah misteri langit dan bumi, bagaimana mereka bisa melihat? ”

Ning Que serius mempertimbangkan kata-katanya, merasa bahwa pandangan Sekte Buddhisme ini agak terlalu kaku, atau setidaknya tidak begitu positif.

“Sekte Buddhisme hanya bercerita tentang pencerahan. Jika Anda tercerahkan, maka Anda benar-benar melakukannya. Jika tidak, maka Anda benar-benar tidak. ”

Bhikkhu Huang Yang menatapnya dan dengan tenang berkata, “Saya telah melakukan penebusan dosa dengan tuan saya di semua bagian dunia sejak masa kecil saya. Setelah tuan meninggal karena usia tua dan kesehatan yang buruk, saya pergi ke Kerajaan Yuelun karena saya mendengar bahwa ada tanah suci Sekte Buddhisme di ujung barat padang gurun. Dan kemudian saya mulai berbaris menuju Wilderness dengan karavan kerajaan. Selama tujuh tahun berikutnya, saya mengikuti 17 karavan berbeda untuk masuk ke Wilderness, tempat beberapa karavan tinggal tanpa kembali, tetapi lebih banyak karavan kembali ke kerajaan dengan imbalan besar. Namun, saya belum pernah menemukan tanah suci legendaris dari Sekte Buddhisme.

“Salah satu karavan telah mendekati Wilderness empat kali, dan begitu pula aku dengan karavan ini. Oleh karena itu, saya terbiasa dengan para carter dan penjaga itu. Suatu badai pasir melanda suatu hari, dan kemudian karavan itu terjebak di suatu tempat di gundukan Qiucheng. Saat malam tiba, Geng Kuda juga memasuki gundukan untuk menghindari badai pasir. Jadi, pembunuhan terjadi tanpa alasan. ”

Mendengar kata-kata “Gang Kuda”, Ning Que tanpa sadar mengangkat alisnya, dan kilatan cahaya terang melewati matanya. Pada saat yang sama, tubuhnya tiba-tiba menegang karena insting, dengan niat membunuh menutupi tubuhnya. Dia kemudian bertanya dengan suara rendah, “Tuan, apa yang terjadi kemudian? ”

Dia tahu bahwa tidak perlu mengajukan pertanyaan ini karena dia tahu lebih baik daripada orang lain tentang kekejaman Geng Kuda di Alam Bebas. Tetapi sekarang, tuan itu dengan berani duduk di sini, jadi dia menduga bahwa sesuatu mungkin terjadi padanya, atau tuan itu kemungkinan besar mencapai pencerahan hari itu.

Benar saja, biksu Huang Yang menjawab, “Geng Kuda agak mengerikan tentang murid-murid dari Sekte Buddhisme. Tidak sampai setelah mereka membunuh semua orang, mereka mengepung saya. Pada saat itulah aku akhirnya tercerahkan, setelah 20 tahun penebusan dosa bersama tuanku dan tujuh tahun keluar-masuk padang gurun. ”

Mendengar kisah Guru, Ning Que tampaknya secara pribadi berada di adegan kejam di Wilderness malam itu. Dia merasa agak gelisah di benaknya, dan kemudian dia secara sadar bertanya, memandang ke sisi lain meja, “Tuan, bagaimana Gang Kuda sesudahnya?”

Biksu Huang Yang tersenyum dan tidak memberikan jawaban. Sebagai gantinya, dia perlahan menuangkan teh ke cangkirnya.

Ning Que tertawa, tahu bahwa dia telah mengajukan pertanyaan yang tidak penting. Meskipun Sekte Buddhisme khusus tentang belas kasihan dan membantu orang lain, Ning Que jelas tahu bahwa Sekte Buddhisme akan menjadi marah di depan penjahat karena sebelum dia melihat pengenalan orang-orang terhormat yang memiliki mata yang melotot. Menang Kuda Geng itu sudah mati secara alami.

Bhikkhu Huang Yang melanjutkan, “Adapun bagaimana saya mendapatkan pencerahan pada saat itu, saya tidak dapat mengerti, bahkan sekarang. Saya hanya ingat bahwa tubuh saya terbenam dalam darah yang mengalir dari teman-teman sebaya, merasakan bahwa darah mereka sangat panas, yang membuat kulit saya terbakar dan sepertinya terbakar. ”

Mendengar kata-kata ini, Ning Que dengan lembut mengusap jari-jarinya di bawah meja, merasa bahwa noda darah yang tersisa dari masa kanak-kanak masih kental seperti sebelumnya. Meskipun warnanya jauh lebih terang sekarang, mereka masih membuatnya merasa sedikit tidak nyaman.

Bhikkhu Huang Yang menatapnya dan melanjutkan, “Saya telah bingung dan kesakitan selama bertahun-tahun — karena pencerahan harus datang, lalu mengapa itu tidak datang lebih awal? “Bahkan hanya setengah hari sebelumnya — maka teman-teman karavanku tidak akan terbunuh oleh Geng Kuda itu. Setelah periode waktu yang lama, saya akhirnya memahami kebenaran bahwa alasan dan Kesempatan Keberuntungan bagi setiap orang untuk mencapai pencerahan beragam. Ketika peluang datang, mereka benar-benar datang. Jika tidak, Anda tidak akan bisa memaksanya. ”

Ning Que mengerti bahwa tuan memberinya nasihat sekarang.

Biksu Huang Yang melanjutkan, “Darah seharusnya tidak panas atau terbakar, karena itu bukan api. Namun, itu panas dan membakar bagi saya pada saat itu, membakar semua pakaian saya, tubuh saya, dan bahkan hati Buddha saya. Jika pencerahan adalah persepsi hukum-hukum Qi Langit dan Bumi, maka pencerahan semua orang harus berbeda. Hanya apa yang Anda rasakan nyata, dan apa yang orang lain ajarkan adalah palsu. Karenanya, Anda tidak perlu khawatir. Lambat, dan akhirnya Anda akan tercerahkan. ”

Ning Que menghabiskan waktu yang lama dalam pertimbangan diam-diam, dan kemudian membungkuk panjang sebelum berangkat dari Pagoda Angsa.

Sesaat kemudian, Li Qingshan, Tuan Bangsa Tang, tiba-tiba muncul dan berkata, memandangi biksu Huang Yang, “Bersyukur.”

Bhikkhu Huang Yang menggelengkan kepalanya dan menjawab, “Begitu banyak kontak dalam waktu yang singkat. Apakah kamu tidak khawatir dia akan salah? ”

Li Qingshan diam-diam berkata, “Barisan seperti itu, termasuk Master Jimat Ilahi yang berdiri di depan ambang pintu, seorang adik lelaki yang sangat dihormati dari kaisar Sekte Buddhisme, dan orang-orang aneh di Lantai Dua Akademi, akan memimpin cara untuk anak muda yang baru saja memasuki dunia kultivasi. Jika dia tidak salah, maka masa depannya akan dapat diprediksi. Jika ini masih tidak berhasil, maka … kita hanya bisa menunggu sang Master kembali ke rumah. ”

Penggarap Agung yang berdiri di puncak Kekaisaran Tang semuanya mengabdikan diri pada pekerjaan pendidikan Ning Que. Menurut Li Qingshan, para pendatang baru seperti barisan itu mungkin akan muncul lagi di masa depan, tetapi tentu saja tidak ada pendahulu seperti mereka yang pernah datang sebelumnya.

Bhikkhu Huang Yang terdiam beberapa saat sebelum tersenyum berkata, “Aku harap dia tidak akan mengecewakanmu di masa depan.

“Kementerian Militer dan Administrasi Pusat Kekaisaran juga telah menyelidikinya secara rinci, membenarkan bahwa dia tidak diragukan lagi loyal kepada Kekaisaran Tang. Mampu memasuki Lantai Dua Akademi membuktikan bahwa ia memiliki cukup potensi, atau bahkan memenuhi syarat untuk menjadi Master Jimat Ilahi di masa depan. Yang paling penting, dia tidak seperti pembudidaya lain yang tidak memahami urusan kehidupan dan hanya melakukan hal-hal di awan. Sebaliknya, ia bertindak dengan tenang dan dingin, berani dan mampu membunuh orang lain dengan cara apa pun pada setiap kesempatan.

“Bagaimana mungkin Yang Mulia merindukan seorang pria muda seperti dia? Belum lagi peran yang dimainkan pria muda itu dalam hubungan mereka?

“Jadi, dengan susah payah mengolahnya bukan karena orang-orang tua seperti kita mengharapkan dia untuk memberikan kredit kepada kita ketika dia tumbuh di masa depan, tetapi karena masa depan Kekaisaran Tang membutuhkan seorang pria muda seperti dia.”

…

…

Sejak menyelesaikan perjamuan halus yang tidak bisa mengisi perutnya di istana hari itu, Ning Que mengirim beberapa bagian ke istana melalui Kantor Pengawal. Setelah itu, dia tidak pernah lagi bertemu dengan kaisar Tang, jadi dia tidak menyadari bahwa dia telah menjadi kandidat terpenting dari program pelatihan bakat Kekaisaran Tang Besar. Namun, menilai dari pembicaraan dengan master Huang Yang di Menara Wanyan hari ini, ia dapat sedikit banyak mencari tahu mengapa adik lelaki kaisar dinasti Tang bersedia muncul secara langsung, yang banyak diandalkan di istana, selain kehormatan Tuan Yan Se.

Dia tidak terkejut bahkan jika dia telah menebaknya sedikit dengan benar, terutama dibandingkan dengan situasi di mana, beberapa hari yang lalu, gurunya menunjuk ke pemandangan indah di Kota Selatan dan mengatakan kepadanya bahwa dia akan bertanggung jawab untuk keselamatan grand kota. Tapi, dia pasti akan melahirkan beberapa emosi yang menyentuh.

Beberapa hari setelah pertemuan di Menara Wanyan, dia merenungkan kata-kata dari Guru Huang Yang, terutama kata “pencerahan”.

Semakin dia mempertimbangkan, semakin dia dapat mengkonfirmasi bahwa pencerahan yang ditekankan oleh Sekte Buddhisme sebenarnya adalah Seethrough, jika dimasukkan ke dalam sistem metode penanaman biasa. Itu berarti untuk sebelumnya memahami hukum yang mengatur Qi Langit dan Bumi.

Pada saat ini, Ning Que masih tetap di Negara Tanpa Keraguan, dan hanya berjarak agak jauh dari Seethrough. Hal yang sama berlaku untuk Taoisme Jimat. Dia hanya perlu sedikit jarak untuk mengeluarkan jimat itu, tetapi jarak yang tampak kecil baginya adalah bagian yang paling sulit untuk diatasi.

Siapa pun yang mau tidak mau akan membangkitkan emosi kecemasan dan ketidaksabaran, melihat bahwa mereka hanya satu langkah dari puncak gunung yang berbahaya, selalu tidak dapat melangkahi. Beberapa hari yang lalu, Ning Que benar-benar bertindak dengan tenang dan mudah. Namun, dia selalu menantikan kedatangan hari itu. Tidak sampai mendengar kata-kata tentang pencerahan dari Guru Huang Yang di menara itu, dia tiba-tiba menyadari bahwa pengharapan, meski tampak tenang dan dengan pahala, juga merupakan kecemasan, dan itu merupakan hambatan untuk berkultivasi.

Setelah sepanjang malam dengan pertimbangan menyeluruh, Ning Que berhenti memikirkan hal-hal seperti Seethrough dan Talisman Taoism. Dia masih akan pergi ke Akademi untuk menerbangkan pedang, menikmati lagu, menempa besi, dan bergosip, atau berjalan-jalan di tempat-tempat terkenal di Kota Chang’an. Namun, dia tidak memikirkan pada hari mana dia bisa memasuki Seethrough dan meletakkan kuas pertama di atas kertas putih. Sambil menonton cornice dari tempat-tempat indah, dia hanya murni menghargai kecantikan mereka, memantulkan garis-garis mereka ke matanya, dan bahkan mencetaknya ke dalam hatinya, daripada mempertimbangkan apa yang bisa dia rasakan dari mereka.

Suatu hari di pertengahan musim panas—

The Old Brush Pen Shop diselimuti oleh kelesuan dan kelembapan sore itu. Ning Que mengandalkan kursi bambu di bawah pohon, menatap samar ke langit yang dipisahkan oleh cabang-cabang dan dedaunan hijau. Dia mengambil handuk basah dari baskom di samping kursi untuk mengepakkan tubuhnya dua kali dari waktu ke waktu untuk menghilangkan keringat berminyak dan panas musim panas dengan air sumur.

“Ganti airnya, tolong. Air di baskom sudah menjadi panas lagi. Cuaca buruk apa ini. Cepat dan ambil air segar dari sumur. ”

Dia cemas tentang panas yang hebat daripada tentang kultivasi, berteriak keras di depannya.

Untuk melawan para pengagum dan pelayan yang tak habis-habisnya, Old Brush Pen Shop sekarang hanya buka dua atau tiga hari, dan sering ditutup dengan alasan bahwa tuan rumah memiliki kesempatan yang menggembirakan. Sangsang sangat bosan di siang hari sehingga dia akan membersihkan meja lagi dan lagi. Sekarang, mendengar teriakan Ning Que yang menjengkelkan di halaman, dia dengan cepat berlari keluar dan menuangkan air tua di bawah pohon, dan kemudian pergi untuk mengambil air sumur baru.

Pada saat ini, hujan yang telah lama ditunggu-tunggu jatuh, menghantam atap dan daun dengan gemeretak. Itu kemudian dengan cepat berubah menjadi hujan deras seperti badai, yang masih tidak bisa menyembunyikan teriakan gembira tetangga yang datang dari gang belakang.

“Tuan Muda, segera masuk rumah.”

Sangsang menjatuhkan baskom dan bergegas untuk menutup jendela.

Ning Que berbaring di kursi bambu tanpa gerakan apa pun. Dia menatap hujan yang jatuh itu, merasakan embrittlement yang dibuat oleh tetesan hujan yang mengenai kulitnya yang telanjang, serta kelembapan yang menyelimuti jalanan, sementara ekspresinya tampak agak aneh.

Sangsang menatapnya dari jendela dan berteriak, “Mengapa kamu tidak masuk?”

Ning Que membuka matanya, melihat hujan yang semakin lebat, dan tiba-tiba berteriak, “Lihat, itu sangat indah.”

Sangsang berpikir bahwa tuan mudanya berbicara omong kosong lagi. Dia menunggu lama dan menemukan bahwa Ning Que masih berbaring konyol di kursi bambu. Dia tidak khawatir bahwa dia akan masuk angin di cuaca panas, tetapi takut bahwa dia akan menjadi orang bodoh yang terkena hujan. Lalu dia berjalan ke kursi bambu dengan alisnya yang berkerut tipis dan menatap ke langit seperti yang dia lakukan.

Ning Que menemukan bahwa dia memiliki sedikit kesulitan melihat ke atas, jadi dia meletakkan tangannya di pinggangnya dan memeluknya.

Tuan dan pelayan berbaring berdampingan di kursi, dengan mata mereka menatap langit di tengah hujan lebat.

Sangsang menyaksikan hujan yang jatuh di wajahnya seperti panah, dan secara mengejutkan berkata, “Ini sangat bagus.”

Ning Que menyeka hujan di wajahnya, dan bertanya, “Apakah Anda pikir kita seperti atap di bawah jutaan tahun angin dan hujan?”

Sangsang menggelengkan kepalanya dan berkata, “Kurasa tidak. Aku merasa seperti tembok kota ditembak oleh banyak anak panah. ”

Ning Que menghela nafas, “Apa gadis yang tidak romantis.”

…

…

Di malam hari, hujan berangsur-angsur berhenti.

Sangsang mulai memasak, sementara Ning Que mengeringkan tubuhnya dan datang ke meja dekat jendela sekali lagi.

Dia menuangkan air ke batu tinta, tanah tongkat tinta, dan mengangkat sikat, yang seperti biasa dan alami seperti yang dia lakukan selama lebih dari satu dekade.

Selembar kertas putih di atas meja adalah yang asli, yang ujung-ujungnya telah digulung selama puluhan hari, tetapi masih kosong.

Dia mengalihkan pandangannya dari halaman Volume Air Klasik dari karakter Fu, dan melirik hujan yang menetes dari atap.

Lalu dia menjatuhkan pergelangan tangannya dan meletakkan kuas ke bawah.

Nib montok, yang seperti pohon yang dibanjiri hujan, jatuh dengan lembut ke atas kertas putih.

Satu garis, dua garis, tiga garis, enam garis.

Enam baris selesai.

Ning Que menarik napas dalam-dalam, dan kemudian menyingkirkan sikat.

Sangsang datang dengan dua mangkuk nasi dengan saus kedelai dan menyisihkannya sebelum berjalan ke meja dan melihat dengan rasa ingin tahu.

Kemudian dia melihat ke atap, dan dengan sedih berkata dengan alisnya yang sedikit berkerut, “Apakah ini benar-benar bocor? Bukankah itu rumah baru yang dibangun pada tahun keempat era Tianqi? Tuan Muda, Anda perlu berbicara dengan Tuan Qi besok dan katakan padanya untuk mengurangi biaya sewanya. ”

Ning Que dengan enggan menggelengkan kepalanya dan berkata, “Apakah kita pernah membayar sewa? Apalagi rumah ini tidak bocor. ”

“Tidak bocor? Tuan muda, apakah Anda bingung dengan demam karena basah karena hujan? Apakah saya perlu pergi ke apotek … ”

Sangsang menunjuk kertas kosong di atas meja dan bertanya dengan penuh perhatian, menatap Ning Que.

Namun, tanpa menyelesaikan kata-katanya, dia, dengan tubuh langsingnya, dipegang oleh Ning Que ke dalam pelukannya.

Sangsang merasa bahwa tuan mudanya tampak sangat bersemangat hari ini. Dia tidak punya pilihan selain membuka lengannya, dan tanpa bergerak membiarkannya memeluknya.

Ning Que memeluknya dengan erat dan tersenyum berkata di telinganya setelah beberapa saat hening, “Katakan kepada semua orang Chang’an yang ingin mengundang saya untuk makan malam bahwa saya akan memiliki waktu untuk menghadiri pertemuan di rumah-rumah besar mereka mulai hari ini. ”

Mendengar kata-kata itu, Sangsang sedikit menegang dan memandang lagi ke arah meja.

Enam garis tinta pada kertas putih telah lama menghilang.

Hanya genangan air yang tersisa.

Entah itu hujan, atau air.

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–