Nightfall Chapter 196

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Bab 196: Fajar

Penerjemah: TransN Editor: TransN

Alkohol dan tembakau adalah teman yang baik, demikian juga pria dan wanita. Oleh karena itu, pisau dan anak panah juga merupakan sahabat yang baik. Ning Que dengan gembira tersenyum pada Jimat Jimat berat yang dipegangnya, dan Kakak Keenam berjalan keluar dari rumah besi menempa dengan tas panjang di tangannya. Ketika membuka tas, ia menemukan tiga poda di dalamnya.

Tiga pisau ini adalah yang dikirim Ning Que ke Back Mountain pada hari-hari sebelumnya. Setelah dipalu-ulang dan ditempa oleh Saudara Keenam, pisau-pisau itu lebih panjang dan lebih ramping dari bentuk sebelumnya, dengan gagang hitam panjang bahkan lebih kencang. Pisau redup memantulkan cahaya pagi, sesekali mengungkapkan beberapa garis jimat yang sederhana dan jelas, yang tampak halus namun sangat murdurous.

Saudara Kedua berkata, “Istana Ilahi Bukit-Barat telah mengeluarkan dekrit, sehingga akan ada banyak atasan muda dari berbagai negara yang dikirim ke Wilderness tahun ini. Saya pikir Departemen Kehakiman akan menugaskan orang juga, jadi Anda mungkin akan bertemu Pangeran Longqing lagi di Utara Kerajaan Yan. ”

Kata “Pangeran Long Qing” membuat Ning Que tegang dalam benaknya, dan tanpa sadar dia merasakan perasaan yang kuat untuk melarikan diri. Meskipun ia memenangkan Pangeran Long Qing selama pendakian gunung itu, sebenarnya ada jarak yang besar antara keduanya dalam hal kondisi budidaya. Jika Pangeran Long Qing berniat membalas dendam dari dua penghinaan sebelumnya, dia pasti bisa mengirim Ning Que ke neraka.

“Besok aku tidak akan mengantarmu, dan aku hanya mengingatkanmu.”

Saudara Kedua melanjutkan, “Di Hutan Belantara, kamu adalah perwakilan dari para siswa Akademi, dan Kakak-kakak Senior dan Kakak-kakak Perempuan di lantai Dua. Anda adalah murid Kepala Sekolah Akademi. Karena itu, tidak masalah dalam kasus apa, Anda tidak boleh membawa rasa malu ke Akademi. Lembaga Penyingkapan West-Hill, Pedang Garret Kerajaan Jin Selatan dan Kuil Menara Putih Kerajaan Yuelun, para siswa Akademi kami sering berhubungan dengan orang-orang dari tempat-tempat itu dan tidak pernah kalah dalam bermain catur atau bermain musik. Jadi kamu juga tidak boleh dikalahkan. ”

“Tidak masalah dalam situasi apa?”

“Betul.”

“Bagaimana jika aku tidak bisa mengalahkan lawanku?”

“Setidaknya kamu tidak harus kehilangan wajahmu.”

Ning Que menggosok kepalanya dan bertanya dengan bingung, “Saudara Kedua, bagaimana saya bisa menyelamatkan wajah saya jika saya dikalahkan?”

Ujung alis Saudara Kedua sedikit miring dan dia memarahi dengan tidak puas, “Jika kamu tidak bisa memenangkannya, maka berusahalah untuk menang. Anda tidak boleh menyerah jika Anda benar-benar tidak bisa menang. Cobalah segala cara untuk melarikan diri dan bertarung dengan lawan lagi setelah bertahun-tahun kultivasi. Bagaimana Anda bisa selalu dikalahkan? ”

…

…

Mengikuti usul kaisar, wilayah latihan para siswa Akademi diatur di Hutan Belantara di Kerajaan Yan Utara yang dalam keadaan tegang, dan besok ia harus memulai. Ketika Ning Que berjalan keluar dari kabut tebal di Back Mountain of the Academy, ia mendengar arahan dari para Dosen yang bergema di ruang belajar di sekitar trotoar, dan di luar gudang, para pelayan terus-menerus membawa persediaan yang akan dibutuhkan selama perjalanan mereka, dan pelayan Departemen Militer menghitung senjata yang akan ditugaskan.

Melangkah keluar dari gerbang batu Akademi, dia menemukan puluhan tunggangan berserakan di padang rumput hijau di bawah cahaya pagi. Kuda-kuda dari peternakan pejantan di kota barat itu diam-diam memakan rumput, beberapa kadang-kadang menabrak semak berbunga di kedalaman padang rumput, merobohkan tanah kelopak musim gugur.

Melihat kuda-kuda perang yang akan memulai perjalanan mereka, Ning Que tersenyum dan berkata maaf kepada Old Duan, carter tua yang telah menunggunya sepanjang malam di luar Akademi. Kemudian dia naik kereta untuk kembali ke Kota Chang’an.

Tepat pada saat itu, sesuatu muncul di benaknya. Dia melompat dari kereta kuda dengan alis rajutan dan meminjam tas yang kuat dari gudang Akademi, di mana dia memasukkan lebih dari sepuluh batu berat yang dia ambil di sepanjang jalan. Kemudian dia menimbang tas itu dengan tangan dan setelah memastikan bahwa itu cukup berat, dia pergi ke tepi padang rumput dan memegang pagar, bersiul ke kedalaman padang rumput.

Peluit yang tidak terlalu keras membuat kuda perang yang bersiaga waspada. Mereka mengangkat kepala, di antaranya seekor kuda kuning terkuat melambaikan kepalanya dan mendorong rekan-rekannya, berlari dengan cepat dan tanpa batas ke arahnya.

Dia meraba-raba kuda kuning besar, dan melintasi pagar mengikat tas ke simpul di samping sadel.

Tas yang tampaknya tidak mencolok itu sebenarnya cukup berat untuk batu yang mengisinya. Kuda kuning besar itu sedikit menekuk kaki depannya dan kemudian dengan cepat berdiri. Hanya ada masalah kecil dalam keseimbangan tubuhnya yang kuat, serta napasnya yang cepat.

Ning Que membuka ikatan tas dan menggelengkan kepalanya pada kuda kuning besar, membayangkan bahwa busur besi dan tiga belas panah serta tiga Podao sudah cukup berat, yang, jika ditambahkan dengan beratnya sendiri, akan gagal kuda. Bahkan jika itu bisa menahan beban, itu masih tidak bisa bertahan terlalu lama. Terlebih lagi, ketika mereka memasuki Wilderness, mereka harus mengejar dan menyerang yang lain, di bawah situasi itu kuda itu tidak tahan lama sama sekali.

Sebagai seorang prajurit yang sudah lama di benteng perbatasan Kota Wei, dia lebih jernih daripada siswa lain di Akademi tentang pentingnya perjalanan di Wilderness. Karena dia telah memasuki dunia kultivasi, dia bahkan lebih sadar bahwa kecuali para Grand Cultivators di Knowing Destiny State, seseorang harus mengandalkan kuda untuk menjaga kecepatan yang diperlukan.

Setelah merenungkannya untuk waktu yang singkat, dia tiba-tiba memikirkan adegan yang dia alami tahun lalu. Jadi dia melemparkan batu-batu keluar dari tas dan melompat ke padang rumput untuk menemukan pelayan pertanian pejantan Kementerian Militer. Dia mengeluarkan celana joker pinggang miliknya dari Imperial Center Administration dan membisikkan sesuatu kepadanya.

Setelah kembali ke Kota Chang’an, dia tidak segera kembali ke Lin 47th Street, sebaliknya, dia pergi ke Kuil Tao Sekolah Selatan di bawah kaki istana kekaisaran. Sebagai seorang murid, ia harus melapor kepada tuannya sebelum perjalanannya jauh. Terlebih lagi, tuannya mungkin memberinya beberapa hadiah lain.

Master Yan Se tahu lebih awal dari Ning Que bahwa dia akan dikirim ke Wilderness. Setelah berhari-hari mempertimbangkan, ia merasa pengaturan Kaisar terhadap murid ini sebenarnya bermanfaat. Jadi kemarahannya berangsur-angsur menghilang.

Tidak seperti Saudara Kedua, dia tidak memperingatkan Ning Que lagi dan lagi bahwa dia seharusnya tidak membuat malu sekte, tetapi dengan serius berkata, “Orang-orang barbar di padang rumput tidak takut, namun, Orang-orang Desolate itu kembali ke Selatan dan mereka sahabat paling berbahaya. Secara umum, hanya sedikit yang berani membahayakan Anda di dunia ini karena hubungan Anda dengan Kepala Sekolah Akademi, Kaisar dan saya. Tapi ingat, bagaimanapun juga itu bukan Kekaisaran Tang. ”

“Tuan, tolong merasa lega.” Ning Que tertawa dan berkata.

Bagi orang-orang di Central Plains, Wilderness yang terpencil sering kali berdiri untuk misteri dan bahaya. Namun, seperti untuk Ning Que yang mengambil memotong Geng Kuda di Wilderness sebagai pekerjaan paruh waktu setelah dia meninggalkan Gunung Min, dia paling akrab dengan Wilderness. Tidak peduli musuh kuat apa yang mungkin dia temui di sana, dia percaya setidaknya dia bisa menyelamatkan hidupnya.

Tanpa kepercayaan ini, dia tidak akan pernah menerima persyaratan dari pengadilan kekaisaran.

Saat memikirkan orang-orang kuat seperti Kavaleri Kepausan yang dikirim oleh Aula Ilahi dan Departemen Kehakiman yang tersembunyi dalam kegelapan kali ini, alis acak Master Yan Se sedikit terjalin. Dia dengan berat menatap Ning Que dan berkata, “Musuh-musuh yang kamu temui di Wilderness sebelumnya kebanyakan adalah pria biasa. Bahkan Gang Kuda yang paling kejam tidak bisa membuatmu takut. Tetapi ingat, kali ini musuh yang mungkin Anda hadapi mungkin adalah para kultivator, atau bahkan kekuatan yang tersisa dari Doktrin Iblis yang tersembunyi di dalam Manusia Kesepian. Pokoknya, berhati-hatilah. ”

Ning Que menarik senyumnya dan dengan tulus menjawab, “Aku mengerti.”

Dan kemudian Master Yan Se menyelesaikan ceramah terakhirnya sebelum musim gugur, di mana ia menjelaskan esensi Talisman Taoisme – kehalusan karakter. Setelah ceramah, dia menyerahkan tas sutra kepada Ning Que, menjelaskan bahwa ada beberapa trik di dalam tas sutra itu, yang bisa dia buka pada saat-saat kritis.

Kereta kuda hitam perlahan melaju di sepanjang jalan lurus. Dengan gemetar kesenjangan antara papan tulis di bawah roda, Ning Que tidak bisa menahan senyum di tas sutra di tangannya. Seperti yang diharapkan, dia mendapat hadiah perpisahan.

Dia tidak tahu apa yang ada di dalam tas sutra itu. Memikirkan beberapa episode terkenal dalam cerita dan novel, dia tidak berniat membukanya jika itu akan kehilangan efeknya. Jika demikian, apakah dia akan kembali ke Kuil Taoisme Sekolah Selatan untuk memohon yang baru dari Tuan Yan Se dengan telanjang? Ok, dia mungkin akan melakukan itu untuk karakternya, tapi itu akan terlalu merepotkan.

Hari sudah gelap saat malam ketika dia kembali ke Old Brush Pen Shop. Matahari terbenam berkilauan dari sisi lain Lin 47th Street dan persis memerah setengah jalan. Dia menyapa Boss Wu dari toko barang antik di sebelahnya, melirik ke dinding abu-abu kosong di belakangnya dan memasuki tokonya.

Beras itu dikukus dalam pot, menghasilkan kabut putih yang perlahan-lahan melingkar di sepanjang pohon di halaman dan melayang ke langit yang cerah. Kemudian ia menghilang di langit sebelum melayang lebih tinggi lagi, tanpa meninggalkan jejak.

Sangsang mengangkat wajahnya untuk melihat kabut menghilang di langit, menyipitkan mata seperti daun willow dengan apik.

Melihat sosok kecil di pohon itu, Ning Que berkata, “Aku kembali.”

Sangsang berbalik dan menatapnya, menjawab, “Tuan muda, Anda kembali.”

Dialog suram dan membosankan diulangi lagi. Selama bertahun-tahun, ketika Ning Que kembali ke halaman kecil mereka di Kota Wei, ia biasa berdialog dengan gadis kecil ini di halaman atau rumah, dan tidak ada pengecualian di Lin 47th Street Chang’an Kota. Satu-satunya perbedaan adalah, kata “tuan muda” ditambahkan di antara waktu ini.

Makan malam perpisahan juga tidak kreatif. Meskipun semangkuk sup ayam berwarna kuning menunjukkan sesuatu yang khidmat, tidak ada yang layak disebut.

Karena tidak ada yang baru, Ning Que pergi ke tempat tidur dan mulai tidur setelah mencuci kakinya dan mematikan lampu.

Dia tidak memesan apa pun pada gadis kecil yang berbaring di sisi berlawanan tempat tidur. Meskipun ini akan menjadi pertama kalinya baginya untuk berpisah dari Sangsang untuk waktu yang lama, dia percaya bahwa gadis kecil itu dapat merawat dirinya sendiri, karena selama bertahun-tahun, dialah yang menjaga mereka berdua. Jadi dia mungkin menjalani kehidupan yang lebih riang tanpa tuan mudanya yang cerewet dan bermasalah.

Itu akhir musim panas di Kota Chang’an. Malam itu tidak begitu panas dan kicau jangkrik sudah hilang. Cahaya bintang bersinar di dedaunan yang tenang dan dipantulkan ke dalam rumah melalui jendela, mengecat dinding dan tempat tidur menjadi perak favorit mereka.

Ledakan gemerisik terdengar, dan kemudian Sangsang naik dari sisi berlawanan ke arahnya dengan pakaian tipisnya, meninggalkan jejak yang tidak teratur pada selimut perak dengan lututnya yang tipis sebelum dia berbaring di lengan Ning Que.

Ning Que membuka matanya dan berkata, “Aku sudah bilang berkali-kali, kau sudah besar sekarang.”

Sangsang menjawab dengan “Hum” lalu bersandar padanya, membaringkan kepalanya di dadanya, setelah itu dia menolak untuk bergerak lagi.

Malam ini sebelum keberangkatannya sama dengan malam-malam itu di tahun-tahun terakhir. Tidak ada perbedaan yang ditemukan.

…

…

Pagi sebelum keberangkatannya juga tidak ada yang istimewa. Ning Que memiliki semangkuk sup mie panas dan asam yang dibeli oleh Sangsang, menyikat giginya dengan gigi yang diserahkan oleh Sangsang, mencuci wajahnya dengan handuk yang dipelintir kering oleh Sangsang dan mengenakan seragam musim gugurnya di Akademi di bawah layanan dari Sangsang. Setelah semuanya siap, dia mengangkat kopernya yang berat, mendorong pintu hingga terbuka dan berjalan keluar.

Di bawah cahaya pagi yang cerah, dia melambaikan tangan kepada gadis kecil di pintu toko mereka dan kemudian perlahan-lahan pindah dengan kereta kuda.

Kereta kuda hitam berhenti di tepi padang rumput luas di gerbang Akademi dan kemudian kembali dengan cara mereka datang. Hari ini, Old Duan, sang carter, tidak perlu menunggu Ning Que kembali ke kota, karena Ning Que tidak akan kembali saat ini.

Padang rumput sudah dikelilingi oleh keriuhan suara, di mana siswa Akademi yang bersemangat dan gugup mengucapkan selamat tinggal kepada orang tua mereka. Orang tua tampaknya memiliki kata-kata yang tak terhitung jumlahnya untuk dikatakan dan banyak artikel untuk ditambahkan ke bagasi yang telah mereka persiapkan untuk anak-anak mereka. Namun, pikiran para siswa muda telah melayang ke utara yang jauh, seolah-olah mereka telah melihat prospek yang menjanjikan untuk membuat prestasi besar.

Tentu saja, tidak semua siswa bersemangat menunggu perjalanan mereka yang akan datang, dan satu pengecualian adalah Chu Youxian, yang dikelilingi oleh ayahnya yang kaya di Kota Timur bersama-sama dengan selir ayahnya di kejauhan dan yang wajahnya dipenuhi dengan keluhan dan teror.

Ning Que tersenyum ke arahnya dan kemudian berbalik ke Situ Yilan di sisinya, yang tampak cerah dan berani dengan jubah panahan magenta, dengan penasaran bertanya, “Sangat aneh bahwa tidak ada yang datang untuk melihatmu.”

Situ Yilan menjawab sambil tersenyum, “Yang disebut latihan sebenarnya adalah ekspedisi. Ayah hanya mendorongku untuk bertempur dengan gagah berani melawan musuh dan tidak berencana untuk mengantarku pergi. Lagipula, tidak ada yang melihatmu juga. ”

Ning Que menggelengkan kepalanya dan berkata, “Saya tidak memiliki orang tua atau kerabat, yang datang untuk menemani saya.”

Melihat dua orang berjalan keluar dari Akademi, Situ Yilan berkata, “Sepertinya ada orang yang datang untuk menemuimu.”

Keduanya berjalan keluar dari Akademi adalah Yu Lian, Suster Ketiga dan Chen Pipi. Para siswa dan orang tua mereka di padang rumput mengetahui status mereka berdua dari para instruktur, jadi mereka buru-buru memberi jalan kepada mereka dengan sopan.

Semburan angin musim gugur dengan lembut meraba-raba rambut di dahi wanita itu, membuatnya sulit untuk mengetahui usia sebenarnya dari wanita berpola mungil ini dan menganugerahkan kepada profesor wanita yang menawan dengan tampilan yang bahkan lebih muda.

Setelah Ning Que memasuki lantai dua Akademi, dia jarang memiliki kesempatan untuk berbicara secara pribadi dengan Kakak Ketiga, jadi dia merasa terkejut ketika mendapati bahwa dia datang untuk menemuinya, berkata, “Terima kasih banyak, Kakak Perempuan Senior.”

Yu Lian menyerahkan sebuah artikel kecil kepadanya dan tersenyum berkata, “Saya tidak punya hal istimewa untuk diberikan kepada Anda kecuali hanya beberapa kata. Ingat, tidak masalah dalam situasi apa, jika Anda mengikuti kata hati Anda sendiri, Anda dapat dengan mudah melewatinya. ”

“Terima kasih atas saranmu, Kakak Senior.”

Ning Que berbalik ke Chen Pipi. Melihat teman ini yang telah memberinya bantuan luar biasa dalam kultivasinya, dia bertanya sambil tersenyum setelah beberapa saat hening, “Apa yang kamu rencanakan untuk berikan padaku?”

Embusan angin pagi mengunjungi padang rumput dan meniup kerutan di wajah Chen Pipi, yang kemudian dengan tulus menjawab, “Saya datang untuk melihat … pergi.”

Ning Que menggelengkan kepalanya sambil menghela nafas dan berkata, “Kamu lebih tak tahu malu sekarang.”

Chen Pipi menghela nafas, “Belajarlah darimu.”

Ning Que tersenyum menjawab, “Belajar dari satu sama lain.”

Chen Pipi tertawa juga, dan kemudian dengan serius bertanya, “Ada yang bisa saya lakukan untuk Anda?”

Ning Que berniat untuk mengatakan dia telah mengatur semua hal, tetapi pada pemikiran kedua, dia berkata, “Kamu tahu.”

“Tahu apa?”

“Aku punya pelayan wanita kecil.”

…

…

Sebagai seorang prajurit muda dari kota perbatasan, ia pertama kali mengalahkan Xie dalam memanjat perpustakaan, dan kemudian diam ketika diabaikan oleh Akademi, yang kemudian mengabaikan Akademi. Selama pendakian gunung, dia mengalahkan Pangeran Long Qing dan akhirnya menjadi satu-satunya yang memasuki lantai Dua di kelas ini. Kali ini ia akan memimpin semua teman sekelasnya ke Wilderness di Utara Yan Kingdom untuk berlatih. Tidak diragukan lagi sekarang Ning Que telah menjadi legenda di mata siswa biasa di Akademi.

Dialognya dengan Situ Yilan telah menarik cukup banyak penglihatan, kemudian lebih banyak fokus tertuju padanya mengikuti profesor Yu Lian dan Chen Pipi, yang merupakan campuran rumit dari rasa hormat, kagum, atau iri hati namun tidak ada tanda-tanda kebencian karena mereka tidak melakukannya. tidak berani.

Ketika Ning Que mengangkat tumpukan barang-barang berat dari kakinya ke arah padang rumput, dekade penglihatan berfokus diam-diam padanya mengungkapkan emosi kaget dan ragu. Kuda seperti apa yang bisa membawa begitu banyak barang yang tampaknya sangat berat? Apa yang membuatnya berjalan ke padang rumput?

Tiga podao, busur besi yang terpisah dan tiga belas Arrow Talisman di quiver, busur boxwood dan panah biasa, semua ini adalah kebutuhan dalam perjalanan, yang bahkan lebih jauh termasuk tenda kecil yang terlipat dan payung hitam besar yang terbungkus rapat dengan kain kasar.

Bagasi sudah disiapkan dengan baik oleh Sangsang tadi malam yang tidak bisa diringkas menjadi lebih kecil. Namun, ada begitu banyak hal yang dikemas di dalamnya sehingga tampak seindah bukit kecil.

Ning Que berjalan ke pagar padang rumput dengan kopernya yang berat dan mengangkat matanya untuk mencari sasarannya.

Di sisi lain pagar, kuda-kuda militer yang ditinggalkan oleh siswa Akademi lainnya diam-diam makan rumput atau beristirahat dengan kepala ditundukkan di padang rumput, sulit untuk melihat apakah mereka berkecil hati atau tidak. Namun di rumput yang jauh lebih luas, sesosok hitam berlari bolak-balik, membuat guntur berlari seperti kilat hitam.

Hanya ketika sosok hitam melambat barulah dia tahu itu adalah kuda hitam yang sangat kuat. Itu terus-menerus dikejar, menggigit atau mengetuk ke samping teman-teman, menakut-nakuti orang lain melarikan diri ke arah lain. Namun, itu tidak punya rencana untuk menyerah dan meringkuk dengan bangga di kali, membuatnya lebih sombong dan jahat.

Ning Que tersenyum pada kuda hitam besar dan memasukkan sosoknya di antara bibirnya untuk bersiul.

Siulan meringkuk di atas padang rumput.

Kuda hitam besar yang dengan tak terkendali dan dengan bangga menggertak rekan-rekannya tiba-tiba menjadi kaku pada peluit dan tidak bisa bergerak satu inci seakan keempat kuku kakinya dipaku ke padang rumput yang lembut. Itu tampak seperti kuda kayu yang dicat hitam dan hanya menyisakan sepasang bola mata gelap yang dengan cepat berbalik. Orang jelas bisa melihat ketakutan di matanya.

Dengan susah payah memutar leher yang beku kembali ke sosok di pagar di kejauhan, akhirnya menghubungkan kenangan terburuk dalam benaknya dengan lelaki itu.

Kemudian bersiul lagi terdengar, seolah-olah itu mendesak kuda.

Kuda hitam besar itu dengan susah payah mengangkat kuku dan berlari ke pagar dengan kepala yang diturunkan dengan menyakitkan. Setiap langkah di depan begitu enggan dan tidak mau, berperilaku seperti bintang wanita yang akan menikah dengan keluarga kaya yang terkenal dan tidak yakin tentang masa depannya.

Perlahan mondar-mandir ke rel dan memandang Ning Que di sisi lain rel, sedikit melambaikan kepala dan sementara itu dengan konyol menaikkan bibirnya yang tebal seolah-olah sedang bermain hingga Ning Que untuk menunjukkan kepatuhan mutlak.

Sudah lebih dari satu tahun sejak ujian masuk Akademi, namun kuda hitam besar itu masih pemarah seperti sebelumnya. Namun, di hadapan Ning Que, masih belum berani menunjukkan sifat buruknya.

Namun ketika melihat koper seukuran bukit di kaki Ning Que, ia meringkuk ketakutan dan bersiap untuk kembali melarikan diri terlepas dari teror naluriahnya.

Ning Que menatapnya dan berkata, “Seperti biasa.”

Kuda hitam besar itu berhenti.

Ning Que melanjutkan, “Jika kamu tidak mendengarkan aku, aku akan membunuhmu.”

Kuda hitam besar itu berbalik dengan putus asa.

Kemudian Ning Que menggantung koper seukuran bukit di atas pelana.

…

…

Pada pergantian musim panas dan musim gugur pada tahun keempat belas era Tianqi, Akademi memprakarsai praktik tingkat ini.

Pemimpin kelompok adalah orang yang bahkan tidak terlihat oleh Kepala Sekolah dan Kakak Sulung dan bisa disebut sebagai murid terlemah di lantai dua Akademi.

Di halaman belakang Toko Sikat Tua, Sangsang menatap kosong pada ayam tua yang terkekeh, berpikir dalam hati, “Seharusnya aku membunuhmu kemarin untuk membiarkanmu makan lebih banyak. Bagaimana jika dia merasa lapar di jalan? ”

Di jalan pinggiran kota Chang’an City, Ning Que melihat rumah-rumah rakyat yang indah di sepanjang jalan, mengira itu tidak diketahui selama beberapa hari ia tidak bisa minum sup ayam yang dimasak olehnya. Kemudian dia mulai merindukannya segera setelah dia meninggalkan kota.

Kekaisaran di pagi hari ditutupi oleh cahaya redup.

Kuda-kuda berlari kencang, dan gemetar jubah nila

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–