Nightfall Chapter 207

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Bab 207: Jika Cahaya Datang

Penerjemah: TransN Editor: TransN

Haotian adalah iman tertinggi dan satu-satunya di dunia ini.

Banyak pengikut duniawi dengan saleh mencurahkan semangat dan uang mereka untuk kuil-kuil Tao Haotian di seluruh dunia. Aula Ilahi yang terletak di Peach-Mountain of West Hill adalah pusat tertinggi yang memengaruhi dan bahkan mengendalikan kuil-kuil Tao dan kekuatan kekaisaran sekuler ini.

Komandan Lord hierarki bertanggung jawab atas sekte Istana West-Hill Divine. Dan tiga Imam Besar Ilahi membimbing manajemen khusus sekte itu, yang memiliki kekuatan yang sangat kuat, kehormatan yang sangat bermartabat dan status yang sangat tinggi. Karena itu, mereka dipanggil sebagai Dewa.

Tiga Dewa adalah Imam Agung Ilahi dari Relasi, Imam Agung Ilahi dari Penghakiman dan Imam Besar Ilahi Cahaya.

Di antara mereka, Imam Besar Penghakiman Ilahi bertanggung jawab untuk mengadili bidat dan menangkap para penyintas Doktrin Iblis. Di bawah komandonya, ada banyak orang kuat. Dan dia memiliki kekuatan paling kuat dan kekuatan terkuat di luar. Imam Besar Relasi Ilahi bertanggung jawab untuk memahami tujuan Haotian, merevisi Klasik, dan mengendalikan semua kuil Tao di dunia dengan Tujuh Kaligrafi. Jadi dia memiliki pengaruh sekuler yang besar.

Great Divine Priest of Light adalah keberadaan paling unik dari ketiga Dewa. Dia tidak bertanggung jawab atas urusan sekte tertentu, tetapi memiliki kekuatan untuk menyentuh semua urusan sekte. Siapa pun yang bisa menjadi Imam Agung Ilahi Cahaya harus menjadi orang yang luar biasa yang paling memahami ajaran Tao di Balai Ilahi, memiliki keyakinan yang paling teguh, dan paling membenci bayangan gelap dunia.

Kembali ke milenium yang lalu, Imam Besar Ilahi Cahaya membawa gulungan Tomes of Arcane ke padang gurun untuk berkhotbah. Dia dapat digambarkan untuk memikul misi sejarah yang paling sulit dan paling penting dari sekte Taoisme Haotian. Dari situ, orang bisa membayangkan statusnya. Dan tanpa alasan bahwa Pendeta Agung Ilahi Cahaya menyerahkan Haotian untuk menciptakan sekte sendiri, sehingga menciptakan Doktrin Setan di dunia dalam konfrontasi dengan Taoisme Haotian. Bahkan jika Doktrin Iblis ditekan dengan keras oleh Istana Ilahi West-Hill, itu masih belum diberantas. Dari situ, orang bisa membayangkan kekuatannya.

Para Imam Besar Ilahi Cahaya sebelumnya di Istana Ilahi-Bukit Barat adalah semua tokoh besar. Jadi sebenarnya tidak ada peringkat dalam Divine Hall. Tapi Great Divine Priest of Light diam-diam dianggap sebagai kepala tiga Dewa, kedua setelah hierarki.

Selama beberapa tahun terakhir, perintah yang dikeluarkan atas nama tiga Dewa West-Hill kadang-kadang muncul di dunia. Tetapi tidak ada seorang pun di luar Peach Mountain yang tahu, bahwa Pendeta Agung Ilahi Cahaya yang dihormati sebenarnya dipenjara dalam Penjara You of the Peach Mountain yang gelap oleh Divine Hall dan telah dipenjara selama empat belas tahun.

…

…

Seorang Imam Besar setengah baya berlutut di depan pagar kayu sulit untuk menekan kegembiraan di hatinya. Dalam beberapa tahun terakhir, hanya dia yang bisa sering melihat orang tua di balik pagar kayu di dunia. Tetapi setiap kali dia sama bersemangatnya seperti dia pertama kali melihat orang tua.

Saat ini ia adalah bawahan yang paling tepercaya bagi Imam Besar Penghakiman Ilahi. Bahkan jika dua Pendeta Ye Hongyu dan Pangeran Long Qing tidak akan meremehkannya. Tidak peduli seberapa tinggi statusnya, selama dia pergi ke Penjara You yang gelap dan datang ke depan pagar kayu, dia merasa dirinya seolah-olah dia masih seorang pemuda yang baru saja datang ke Gunung Peach dari Kerajaan Kuil Song Tao di Laut Timur. Namun, orang tua di balik pagar itu masih menjadi Imam Ilahi Agung Cahaya tingkat tinggi yang sangat dihormati oleh orang-orang percaya.

Imam Besar setengah baya percaya pada Haotian, merindukan cahaya. Dia bersedia, tetapi hanya bersedia mencurahkan semua cinta dan kekaguman kepada orang tua yang telah membimbingnya untuk memulai jalan yang cerah, bahkan dengan mengorbankan nyawa dan jiwanya.

Pria tua itu dengan tenang menatap Imam Ilahi setengah baya. Kerutan di wajahnya sama padatnya dengan tekstur pagar kayu. Dia tampak sangat lembut di wajahnya, tidak memiliki jejak aura yang bermartabat dari Imam Ilahi Agung Cahaya pada tahun-tahun itu.

Imam Ilahi setengah baya menyentuh dahinya di tanah dan berkata dengan lembut, “Imam Agung Penghakiman bertanya tentang Anda, jadi saya datang untuk menemui Anda di sini.”

Orang tua itu berkata, “Bahkan jika Anda tidak datang untuk melihat saya, saya ingin melihat Anda.”

Divine Priest setengah baya terkejut dan berkata dengan suara bergetar, “Ya Tuhan, apa yang kamu lihat?”

Pria tua itu perlahan-lahan berbalik dan melihat keluar dari lubang kaca kecil di kamar. Ada kabut gelap di luar lubang dan tidak ada sinar matahari yang terlihat. Tapi dia tahu itu di utara.

Cahaya suci samar jauh di dalam mata pria tua itu secara bertahap menyebar dan pupil matanya yang hitam membesar untuk menempati seluruh matanya. Mereka tampak seperti batu giok hitam transparan yang tidak berdebu.

“Aku melihat bayangan malam muncul di Kota Chang’an.”

Setelah mendengar kata-kata ini, Imam Ilahi setengah baya berlutut di luar pagar kayu mulai gemetar tubuhnya.

Imam Besar Ilahi Cahaya yang dipenjara selama bertahun-tahun masih menjadi Imam Besar Ilahi Cahaya. Setiap kata yang dia katakan memiliki kebenarannya sendiri. Bagi Pendeta Ilahi paruh baya, hampir tidak ada perbedaan dengan dikte Haotian.

Great Divine Priest of Light tidak memiliki kemampuan untuk memprediksi jalannya semua hal di dunia. Itu adalah karunia ilahi dari Dewa Dikte Ilahi. Namun, sebagai Imam Ilahi yang memiliki Hati dan kemurnian Taois yang paling murni dan tabah dalam rambut dan darahnya. Dia memiliki kemampuan yang sangat istimewa, melihat kegelapan yang nyata di dunia.

Bertahun-tahun yang lalu, dia telah melihat bayangan malam melayang dari Wilderness ke Kekaisaran Tang. Dengan keyakinan inilah Istana Ilahi-Bukit Barat telah melakukan begitu banyak hal di kerajaan besar di utara dengan segala cara.

Namun, anehnya setelah kasus itulah dia, yang memiliki status tinggi di dalam Divine Hall, langsung tertekan ke debu. Di hadapan amarah penguasa hierarki, terutama penglihatan Tao di indigo, ia sebagai orang yang bijaksana tidak dapat melakukan perlawanan. Dengan demikian ia telah menjadi seorang tahanan yang tak seorang pun tahu di balik Gunung Peach.

Imam Ilahi setengah baya berkata dengan suara bergetar, “Saya harus melaporkan masalah ini kepada Hakim Tuhan, tidak, hierarki Tuhan.”

Pria tua itu tersenyum dan menatapnya. Dia menggelengkan kepalanya dan berkata, “Aula ini …”

Disertai dengan desahan yang dalam, debu di pagar mulai terbang ke atas.

“Dan kuil di belakang aula … telah rusak.”

Imam Besar Ilahi Cahaya, yang telah dipenjara selama bertahun-tahun tanpa alasan, memenuhi syarat untuk dengan acuh tak acuh mengkritik terhadap Balai Ilahi dan bahkan kuil Tao itu. Namun, Imam Ilahi setengah baya berani untuk tidak membalas pria tua itu meskipun mengagumi pria tua itu. Dia mendongak dan tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya setelah beberapa saat kebingungan. Dia dengan gemetar berkata, “Kamu … akan pergi?”

Pria tua itu diam-diam menatapnya. Soket matanya telah lama pulih seperti biasanya dan kemuliaan suci membuat matanya memiliki aura yang lebih acuh tak acuh dan kekosongan. Dia sedikit menggigil bibirnya yang layu dan tanpa emosi berkata, “Kamu akan mati. Banyak orang akan mati. ”

“Ada banyak orang di Aula Ilahi yang, seperti saya, bersedia mengorbankan hidup mereka.”

Imam Ilahi setengah baya tidak ragu-ragu dan berkata dengan ketekunan, “Agar cahaya bisa mendarat di bumi.”

Dia telah dipenjara selama empat belas tahun. Karena kegelapan malam yang dilihatnya, ia akhirnya memutuskan untuk melarikan diri dari Penjara Anda di Balai Ilahi. Pria tua itu diam-diam menyaksikan Pendeta Ilahi setengah baya berlutut di luar pagar, seolah melihat pendeta Tao muda yang matanya penuh kekaguman dan penyembahan bertahun-tahun yang lalu. Kerutan di wajahnya menjadi lebih dalam dan lebih dalam, diisi dengan aura belas kasih dan belas kasihan.

…

…

Semalam.

Pria tua itu bangkit dan berjalan ke pagar kayu yang tampaknya longgar dan rendah. Dia diam-diam menonton pagar yang telah menemaninya selama 5.000 hari dan malam untuk waktu yang lama, dan kemudian mengatakan beberapa patah kata.

“Karena aku tidak memiliki kurungan di hatiku, bagaimana kurungan itu bisa menghentikanku? Karena Hati Tao saya merindukan cahaya, bagaimana bisa cahaya menghentikan saya? ”

Setelah kalimat ini, lelaki tua itu meraih pagar kayu dengan tangannya. Tindakannya biasa dan biasa saja, seolah tidak melarikan diri dari kurungan bertahun-tahun tetapi hanya karena meninggalkan rumah untuk mendorong pintu kayu yang berderit itu di rumah.

Jari-jarinya yang dulu menyentuh pagar kayu. Pagar kayu itu diam-diam dipecah menjadi bubuk dan berubah menjadi butiran debu bersinar yang tak terhitung jumlahnya melayang di mana-mana, dan kemudian seperti sekelompok kunang-kunang keluar dari gua batu kecil itu.

…

…

Imam Ilahi Agung Penghakiman diam-diam duduk di kursi giok ilahi Laut Selatan tiba-tiba menegang tubuhnya.

Dua titik kecil tiba-tiba muncul di matanya yang sedalam laut.

Engah! Darah tebal menyembur dari bibirnya, membasahi gaun merah tua.

…

…

Kunang-kunang keluar dari gua kecil dan pergi ke kabut malam, seolah minyak dituangkan ke api unggun dan menyalakan semua hal di sekitarnya, terutama partikel-partikel kecil di kabut.

Lembah gelap yang belum pernah melihat cahaya tiba-tiba terbakar.

Pembakaran ini tidak memiliki suhu atau kekuatan penghancuran, hanya kecerahan.

Kabut bukit yang terbakar langsung menyebar ke atas ke selatan Gunung Peach, ke banyak Kuil Taoisme.

Di malam yang gelap pekat, seluruh Peach Mountain terbakar.

Khususnya di Aula Cahaya Ilahi, suara Tao bergema, berbelas kasih dan khusyuk. Dan itu bersinar dan menonjol di bawah cahaya.

…

…

Ada Aula Divine putih bersih di titik tertinggi Gunung Peach.

Raungan gemuruh terdengar di dalam Divine Hall.

Didampingi oleh gemuruh yang menggelegar, nyala api yang tak terlihat di Peach Mountain berangsur-angsur padam.

Raungan di Aula Suci paling suci semakin rendah.

Raungan samar bertahan di dalamnya.

…

…

Di paling tenggara tenggara diposisikan sebuah pulau.

Badai lautan ini lebih dahsyat dari pada lautan badai. Tidak ada kapal nelayan atau pedagang yang pernah ke sini sebelumnya.

Belum pernah ada jejak kaki manusia di pulau ini sebelumnya.

Seorang Tao yang kurus di indigo berdiri di atas batu tinggi.

Ombak yang mengerikan terus-menerus mengepakkan dasar karang, mengeluarkan suara gemuruh dan membuat pulau itu bergetar. Namun, dia sepertinya tidak merasakan apa-apa sama sekali.

Sang Tao di indigo diam-diam menyaksikan kedalaman laut dan kabut panas yang membumbung yang terbentuk oleh penguapan meleleh vulkanik bawah laut.

Tiba-tiba, dia sepertinya merasakan sesuatu dan melihat kembali ke tanah yang jauh tidak terlihat.

Setelah waktu yang lama, Taois di indigo menghela nafas dan menggelengkan kepalanya.

…

…

Malam itu, empat belas Pendeta Ilahi berubah menjadi abu dalam cahaya di Peach Mountain.

Malam itu, total tiga ratus orang dieksekusi di Aula Cahaya Ilahi.

Malam itu, Imam Besar Ilahi Cahaya yang telah dipenjara selama empat belas tahun berhasil melarikan diri dari Istana Ilahi West-Hill.

Dia adalah tahanan pertama dalam sejarah yang bisa melarikan diri dari Penjara You di belakang Peach Mountain.

…

…

Di musim dingin, itu adalah waktu terhangat saat matahari terbenam di Wilderness. Matahari merah terbenam di atas rerumputan panjang di kejauhan memancarkan cahaya terakhir hari itu. Meskipun tidak bisa melelehkan salju, itu menambahkan sedikit kemerahan di pipi para pelancong.

Suara panah terbang dan suara benda berat jatuh ke tanah terdengar di Wilderness.

Orang-orang yang berkemah di sini semalam mendengar teriakan terkejut Gadis Kucing dari kejauhan. “Kakak senior, kemampuan panahmu sangat bagus!”

Seseorang mengambil mangsanya. Ning Que memberi makan Kuda Hitam Besar dan siap untuk istirahat. Ketika dia melewati kereta kuda, dia menemukan Mo Shanshan diserap secara tertulis oleh sinar matahari terakhir di sebelah jendela.

“Jaga matamu.”

Dia berdiri di dekat jendela kereta dan berkata dengan ramah.

Mo Shanshan menatapnya dengan mata dinginnya, seolah-olah dia seperti udara.

Mereka telah berada di Hutan Belantara selama beberapa hari. Ning Que mau tidak mau merasa agak tidak senang ketika dia menemukan bahwa gadis ini sebenarnya sangat bangga karena tidak melihat dirinya sendiri dengan matanya. Dia berpikir bahwa dia bahkan tidak peduli tentang kebanggaan Putri Kekaisaran Tang dan bagaimana dia bisa dikalahkan olehnya.

Jadi dia juga terlalu malas untuk menatapnya dengan matanya, tetapi menyipitkan matanya dengan bersandar ke jendela. Penglihatannya tidak jatuh di atas kertas, tetapi jatuh di wajahnya. Kemudian dia menemukan bahwa wajah bundar mungilnya penuh dengan konsentrasi dan ketidakegoisan.

Salah satu yang paling indah saat itu adalah ketika seseorang serius. Ning Que setuju dengan pernyataan ini. Dan begitu dia mengambil kuas, dia sering lupa tentang segala sesuatu di sekitarnya. Jadi ketika dia melihat gadis itu berkonsentrasi menulis kaligrafi, perasaannya menjeratnya sedikit meningkat.

“Aku tidak pernah menyangka bahwa kamu masih lelaki yang kecanduan kaligrafi. Perilaku menulis Anda sangat mirip dengan perilaku saya. ”

Ketika anak-anak Kerajaan Sungai Hebat melakukan kegiatan fisik dan bertanggung jawab atas kemah dan mengelompokkan, Zhuo Zhihua dan murid perempuan lainnya menumpuk kayu bakar dan memasak. Ketika mereka mendengarkan komentar Ning Que, mereka benar-benar tertawa tanpa alasan.

Mereka menutup mulut mereka dan tertawa. Mereka memandang Ning Que, tetapi tidak memberi tahu mengapa mereka tertawa.

Ning Que merasa sedikit malu. Untuk menutupi kecanggungan ini, dia memandang ke langit dan menemukan bahwa beberapa bintang mirip biji muncul di tepi Wilderness. Dia melihat matahari terbenam di sisi lain langit dan secara tidak sadar mengeluh. “Masih belum ada bulan.”

Di dalam jendela kereta, Mo Shanshan meletakkan kuas di atas batu tinta, mengikuti pandangannya, dan dengan bingung bertanya, “Omong kosong apa?”

Ning Que sedikit kaget dan ingat beberapa hal. Senyumnya perlahan melayang di pipinya.

Mo Shanshan menatap wajah sampingnya melalui jendela. Angin sepoi-sepoi di Wilderness meniup rambutnya dan di dalam rambutnya muncul lesung pipit kecil yang lucu. Dia tiba-tiba menemukan bahwa pria ini memiliki senyum yang tulus pada saat ini.

Tiba-tiba telapak Ning Que menangkap jendela, mendorong tubuhnya bergerak ke atas. Lalu dia menghilang.

Di atas kereta kuda, suara lembut terdengar. Mo Shanshan mendongak, bertanya-tanya mengapa dia melakukannya.

Di angin Wilderness, Ning Que berdiri di atas kereta kuda, menyaksikan debu yang jauh di bawah matahari terbenam yang bulat. Dia secara bertahap mengerutkan alisnya dan merentangkan tangannya ke bibirnya untuk meniup peluit tajam.

Tiba-tiba suasana menjadi sunyi di tanah perkemahan dan kuda-kuda prajurit mulai bergerak.

…

…

Ditemani matahari terbenam, Sangsang sendiri sedang makan mie bergizi dengan telur goreng.

Tidak ada bawang hijau cincang di mie, karena dia tidak suka makan bawang. Alasan mengapa dia memasukkan bawang ke dalamnya adalah karena seseorang menyukai.

Dia sendiri yang berbaikan dengan bubuk Chenjinji Cosmetics Store di depan cermin dan tidak lagi melihat seseorang menertawakan dirinya di samping.

Dia tidur sendirian, berguling dari kiri ke kanan dan dari kanan dari kiri. Tempat tidur tampak jauh lebih besar.

Di tempat tidur, dia menendang kakinya dan merentangkan tangannya seperti yang dia inginkan dan tidak lagi khawatir mengenai memukul seseorang.

Kehidupan seseorang yang tinggal di Kota Chang’an sangat nyaman dan sangat tidak nyaman.

Sangsang berbaring di ranjang memandangi pohon di luar jendela dan bintang-bintang di dedaunan, memikirkan mengapa tidak ada bulan. Apa sih bulan yang dikatakan tuan muda itu? Di mana tuan muda sekarang?

Mungkin karena tempat tidur tiba-tiba menjadi lebih besar dan dia tidak terbiasa dengan itu, Sangsang tidak tidur nyenyak sepanjang malam seperti hari-hari sebelumnya. Dia telah melemparkan sampai fajar. Kemudian dia menguap dan meremas wajah kecilnya untuk bangkit. Dia mendorong pintu terbuka dan pergi ke gang untuk membeli semangkuk sup mie asam dan panas, dan kemudian duduk di ambang toko Brush Brush Lama.

Dalam cahaya terang di pagi hari, dia hambar makan sendirian.

…

…

Di benteng perbatasan selatan Kekaisaran Tang, sangat bising di sana, karena banyak karavan menunggu masuknya mereka.

Ada kereta kuda biasa yang berbaris rapi.

Ada seorang lelaki tua dengan rambut kering dan mata dalam di kereta, yang sedang beristirahat dengan mata tertutup.

Dia membuka matanya dan melihat ke arah Chang’an, sebuah kota yang jauh di utara. Matanya penuh dengan cahaya lembut dan megah.

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–