Nightfall Chapter 223

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Bab 223: Api dan Air Laut

Penerjemah: TransN Editor: TransN

Mendengarkan teriakan terus-menerus dari kamp, komandan pasukan kavaleri Divine Hall sedikit mengernyit.

Dia bisa memahami ketidakpedulian siswa Black Ink Garden dari Great River Kingdom, tetapi dia tidak peduli. Sebagai gantinya, dia hanya mengabaikan mereka dan memberi isyarat kepada bawahannya untuk menyapu medan perang dengan mengangkat tangan kanannya.

Pedang pedang yang dingin dan indah menusuk leher Horse Gang. Kepala mereka ditebang oleh gerakan kecil pedang, dan kemudian dilemparkan ke dalam tas besar, terlepas dari mata di kepala terbuka atau tertutup.

Pasukan kavaleri Aula Divine mulai mengumpulkan kepala Geng Kuda.

Meskipun banyak anggota Geng Kuda di sekitar pinggiran kamp benar-benar meninggal karena serangan balik pertama di pagi hari, dari tembakan jimat itu dan dari pertarungan tim kamp yang putus asa, namun saat ini tidak ada seorang pun di kamp yang akan memperjuangkan eksploitasi militer dengan kavaleri ini dari Balai Ilahi.

Orang-orang di kamp hanya sibuk merawat dan menyembuhkan orang-orang yang terluka parah, memindahkan mayat, membersihkan kerugian, menyelamatkan sedikit perbekalan kiri dan mencerna kesedihan dan kemarahan di hati mereka.

Dengan batas yang rusak dan hitam sebagai batas, dua dunia berbeda terbentuk secara alami di dalam dan di luar kamp.

Melihat kamp seperti reruntuhan dan jejak pertempuran yang jelas, komandan pasukan kavaleri Divine Hall tidak bisa tidak menunjukkan kekaguman ketika dia membayangkan pertempuran berdarah dengan Geng Kuda sebelum bala bantuan datang.

Matanya, sedikit menyipit, terpaku pada puing-puing kereta di tengah-tengah kamp, tetapi dia tidak menemukan sosok master jimat muda dan bayangan hitam itu.

Setelah keheningan singkat, ia sedikit menendang perut kudanya dan mengendarainya ke tempat pembukaan di belakang para siswa Taman Tinta Hitam, yang sibuk merawat dan menyembuhkan orang yang terluka parah. Kemudian komandan bertanya, “Siapa pemimpinmu di sini?”

Zhuo Zhihua secara paksa membalut potongan darah lengan pekerja yang rusak dengan selembar kain. Dia dengan lembut mengangkat rambutnya yang bercampur darah di dahinya, dan kemudian berbalik untuk melihat komandan di atas kuda, tetapi tidak menjawab pertanyaannya.

Mendengarkan pertanyaan itu, seorang siswa Black Ink Garden tanpa sadar melihat kembali ke kereta di kamp.

Tiba-tiba memikirkan tugas yang ditugaskan Ning Que kepadanya, Gadis Kucing memberikan obat kepada Suster Senior di sampingnya dan kemudian berlari ke luar kamp.

…

…

Selain kereta bagal, tim perlengkapan memiliki tiga gerbong kuda. Kereta kuda dari Master Talisman wanita muda itu telah hancur berkeping-keping akibat efek awal Half Divine Talisman, sementara dua kereta kuda lainnya masih utuh.

Pada saat ini, Kuda Hitam Besar sedang lelah menunggu di luar gerbong kuda. Cahaya di dalam kereta kuda redup, dan itu akan menjadi sedikit lebih cerah hanya ketika sudut tirai kereta dinaikkan oleh angin musim dingin dari Wilderness. Ada bungkusan diam-diam duduk di papan tulis. Dari tingkat papan yang tenggelam, dapat dengan jelas dinilai bahwa berat paket tidak sesuai dengan volumenya.

Ning Que menyeka darah yang mengalir dari mulut dan hidungnya, dan kemudian membersihkan tangannya dengan meregangkan tangannya ke dalam air dari baskom di sampingnya. Kemudian dia mengambil alih sebuah kotak perunggu kecil dan, setelah melihat jenis benda lusuh di dalamnya, mau tak mau menggelengkan kepalanya.

“Bagaimana mungkin seorang gadis hanya memiliki sedikit kosmetik?”

“Itu milik mereka, bukan milikku.”

Mo Shanshan, duduk di seberang Ning Que, menatapnya dengan konsentrasi penuh, seolah-olah itu satu-satunya cara bagi matanya yang longgar dan acuh tak acuh untuk secara akurat fokus pada wajahnya. Jelas, matanya mengandung kebingungan saat ini.

“Seperti yang aku tahu, gadis-gadis muda dari Kerajaan Sungai Besar memperhatikan makeup. Tahun lalu, jenis riasan mata yang menjadi populer di Chang’an dan saya mendengar bahwa itu berasal dari negara Anda. Bagaimana kalian bisa tidak peduli pada makeup? ”

Ning Que menggiling rouge kosmetik dengan menundukkan kepalanya, dan gerakannya tampak sangat terampil dan berpengalaman.

“Seorang kultivator, tidak perlu peduli dengan riasan dan penampilan.”

Mo Shanshan diam-diam menatapnya dan menemukan bahwa dia tidak ingin membahas topik itu lagi. Dengan alis hitamnya yang perlahan-lahan terangkat, dia bertanya, “Kenapa aku perlu rias wajah sekarang?”

Ning Que mengangkat kepalanya dan membelai rambutnya di depan dahi. Beberapa gerakan sederhana dan kasualnya berhasil dan cepat membuat rambut hitam seperti air terjunnya menjadi bentuk, dan kemudian dia mengambil jepit rambut kayu yang sangat halus di sampingnya untuk memperbaiki rambutnya.

“Karena sekarang kita membutuhkan Mo Shanshan yang gagah.”

Dia dengan hati-hati memilih ukuran pemerah pipi dan dengan santai menjelaskan, “Orang-orang di Aula Tuhan semuanya dalam gangguan mental. Dengan rasionalitas, mereka tidak akan gila kapan saja, meskipun mereka memang tidak tahu malu. Namun, tidak ada yang bisa memastikan bahwa mereka tidak akan melakukan sesuatu yang lebih gila untuk menutupi rasa tidak tahu malu mereka. ”

Ning Que mengambil gumpalan pemerah pipi dengan kuku dan membuatnya perlahan meleleh dan kemudian dicelupkan ke saputangan kapas putih bersih. Kemudian dia memberi isyarat kepada Tuan Jimat muda untuk membalikkan wajahnya dan berkata, “Di tim kami, kamu adalah satu-satunya orang yang dapat menakuti mereka, jadi kamu harus terlihat lebih bersemangat. Kamu tidak bisa terlihat sangat lemah seperti sekarang, yang sepertinya mati kapan saja. ”

“Apa hubungan antara dua hal ini?” Mo Shanshan bertanya dengan sungguh-sungguh.

“Meskipun identitasmu sebagai Addict Kaligrafi yang terkenal dapat membuat kagum kelompok kavaleri Divine Hall itu, namun itu dapat merangsang beberapa orang gila dengan lebih mudah jika kamu berada dalam kondisi yang terlalu lemah. Setelah mereka menjadi gila, mereka tidak akan lebih peduli tentang identitas Anda seperti salah satu dari Tiga Ketergantungan atau seorang murid Master Kaligrafi Lord Wang … Saya tahu sulit untuk menjelaskan faktor-faktor psikologis semacam ini, tetapi Anda hanya perlu tahu bahwa banyak pembunuhan sengit dan intens hanya karena pandangan sekilas dari satu ke yang lain. ”

Sebenarnya, dari ketika mereka melihat biru gelap di Danau Musim Dingin bersama-sama beberapa hari yang lalu hingga perjalanan bersama dan pertempuran di Hutan Belantara, Ning Que telah menemukan identitas asli Mo Shanshan, tapi itu adalah pertama kalinya untuk mengatakannya dengan benar.

Di dunia ini, hanya ada satu Master Talisman wanita muda yang bisa menggambar Half Divine Talisman.

Itu karena hanya ada satu Addict Kaligrafi di dunia.

…

…

Mo Shanshan telah belajar dari Master Calligrapher di Mountain Mogan sejak dia masih sangat muda. Selama lebih dari sepuluh tahun ini, dia kecanduan buku dan jimat, jadi dia memiliki sedikit pengalaman dalam urusan sekuler. Ketika melanjutkan dengan Ning Que, yang hidup di garis bawah masyarakat dan harus membunuh orang lain untuk bertahan hidup sejak usia sangat muda, dia secara alami bisa belajar banyak hal yang bermanfaat.

Tidak pasti apakah dia mengerti kata-kata Ning Que. Bagaimanapun, dia membalikkan wajahnya dengan lugas.

Di wajah mungilnya, kedua pipinya sedikit menonjol dan mata serta alisnya seindah gambar. Meskipun pucat dan lelah sekarang, dia masih terlihat sangat cantik.

Memegang saputangan kecil yang dicelupkan dengan pemerah pipi dan melihat wajah kecil di dekatnya, Ning Que sedikit terkejut dan kemudian tersenyum.

Dua tahun yang lalu, dia masih sibuk membunuh Gang Kuda, berjudi, minum dan menggoda Sangsang di Kota Wei. Bagaimana dia bisa membayangkan ada suatu hari ketika dia tinggal dengan Kaligrafi Addict, salah satu dari tiga Addicts, di gerbong yang sama dan dia akan mematuhi instruksinya tanpa keberatan?

Pemerah pipi tersebar di wajahnya dan perlahan-lahan menyebar dengan jari-jarinya bergerak perlahan.

Itu bukan makeup tebal atau yang ringan.

Di bawah jari Ning Que, wajah pucat Mo Shanshan secara bertahap menjadi kemerahan.

Sentuhan oleh jari-jari lembut di wajah gadis kecil itu terasa tenang nyaman. Terutama ketika jari-jarinya mengalir ke pipinya yang sedikit bengkak, itu menyentuh melar, lembut dan montok.

Mo Shanshan hanya duduk diam untuk membiarkan dia dengan bebas melanjutkan riasan di wajahnya, dengan kepala menunduk dan alis sedikit gemetar.

Segera, riasan selesai dan wajah pucat gadis muda itu menjadi segar dan cantik. Wajah kemerahan itu tampak sangat nyata.

Ning Que berpikir ketika kemampuan riasnya menjadi sangat terampil? Kemudian, dia berniat untuk pensil alisnya, tetapi ketika dia melihat alisnya yang tipis dan hitam sama cantiknya dengan gambar yang indah, dia dengan lembut meletakkan pensilnya setelah berpikir sebentar.

…

…

Mo Shanshan menatapnya dan tiba-tiba bertanya, “Apakah kamu sering melakukan hal-hal ini?”

Ning Que mengingat kembali kehidupan sehari-harinya setelah menjadi kaya di Chang’an, dan juga memikirkan tumpukan bubuk rouge dari Chenjinji Cosmetics Store di bawah tempat tidurnya di Old Brush Pen Shop. Dia hanya dengan lembut tersenyum dan berkata, “Saya telah melakukan hal ini berkali-kali karena ada seorang gadis di rumah.”

Mo Shanshan berhenti bertanya, dengan alisnya yang panjang dan sedikit berkedip. Dia berbalik dan membuka tirai kereta untuk melihat ke luar. Tampaknya wajahnya, yang telah berubah menjadi kemerahan sekarang, menjadi pucat lagi.

Orang-orang di dalam kamp sibuk membawa mayat-mayat dan mengumpulkan bahan-bahan kayu. Mereka mungkin bermaksud untuk mengkremasi orang mati mereka. Di luar kamp, pasukan kavaleri Divine Hall, yang sibuk mengumpulkan kepala Geng Kuda, juga hampir menyelesaikan pekerjaan mereka, dengan baju besi hitam dan ukiran emas mereka ternoda darah. Tas itu berisi sejumlah kepala yang tidak diketahui jelas membengkak.

Diperintahkan oleh Istana Ilahi West-Hill, pasukan gabungan Central Plains masuk ke Wilderness untuk membantu pasukan Yan. Kecuali tentara Tang di front barat, kontribusi tentara di front timur bergantung pada jumlah kepala. Hari ini, pasukan kavaleri dari Divine Hall mencapai kontribusi besar karena mereka mengumpulkan setidaknya tiga ratus kepala.

Sebenarnya, kontribusi ini terutama dikaitkan dengan para siswa Black Ink Garden dan para prajurit dan petani dari Kerajaan Yan, tetapi pasukan kavaleri dari Divine Hall tanpa curiga mencurinya. Meskipun Mo Shanshan tidak peduli tentang itu, namun dia jelas bisa merasakan bahwa kemarahan orang-orang yang secara diam-diam mempersiapkan kremasi di kamp semakin kuat dan kuat.

Komandan pasukan kavaleri dari Divine Hall memandangi Master Talisman wanita yang masih muda dan tidak bisa tidak terkejut ketika dia melihat kondisinya yang baik. Dia pikir itu sulit dipercaya bahwa dia bisa memulihkan kekuatannya begitu cepat setelah secara paksa dan berisiko melampaui kondisi kultivasi untuk melakukan Jimat Ilahi. Tidak heran dia bisa disebut sebagai salah satu dari tiga Addicits, sama seperti Imamnya.

“Kami tidak tahu bahwa Hill Master adalah pemimpin di sini, jadi kami menawarkan bantuan yang terlambat. Saya harap Hill Master dapat memaafkan kami. ”

Komandan kavaleri Divine Hall berada dalam kondisi damai. Hanya dengan satu kalimat, ia mengabaikan kesalahannya karena tidak mengambil tindakan dan menjadi pengamat ketika kamp diserang sebelumnya. Setelah menunjukkan rasa hormatnya kepada Addict Mo Shanshan Kaligrafi dengan menyapa busur dengan tangan terlipat di depan, dia berkata, “Tuanku sedang duduk di kereta kuda di padang rumput sekarang, dan dia memerintahkan saya untuk mengundang Guru Bukit untuk bertemu di sana.”

Penjaga Kepausan barat secara langsung diadministrasikan oleh Departemen Kehakiman. Tuannya pasti Pecandu Bunga itu, dia bukan Tao Addict Ye Hongyu. Mo Shanshan mengetahuinya dengan jelas, dan dia juga tahu Kecanduan Bunga ada di padang rumput.

“Diperintahkan oleh Aula Ilahi, Taman Tinta Hitam memiliki tanggung jawab untuk mengawal ketentuan ke istana. Jadi, saya lebih baik tinggal di sini untuk melakukan tugas saya. ”

Kata Mo Shanshan, menatap komandan di atas kuda.

Komandan hanya tersenyum dan berkata, “Tuanku dan Tuan Bukit belum pernah bertemu selama beberapa tahun, jadi dia sangat menantikan untuk bertemu denganmu.”

Kata itu damai dan emosional, tetapi juga secara alami memancarkan semacam undangan yang kuat.

Mo Shanshan menatapnya dan berkata tanpa ekspresi, “Dia bisa datang ke sini untuk menemuiku sekarang, jika dia benar-benar ingin berkumpul denganku. Karena dia memilih untuk tetap di padang rumput, aku pikir tidak perlu bertemu denganku sekarang. ”

Kata itu damai dan ironis, tetapi juga secara langsung memancarkan semacam ketangguhan yang lebih kuat.

Komandan merasa sedikit kesal dan hanya diam-diam menatapnya yang duduk di depan kereta kuda. Tidak ada yang tahu apa yang dia pikirkan, tetapi akhirnya dia hanya berbalik untuk pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Ketika dia tiba di luar kamp, seorang kavaleri Divine Hall datang ke depan kudanya, dengan dua podao di tangannya.

Sang komandan memandangi garis-garis dan pola-pola rumit yang terukir pada kedua podao. Meskipun dia tidak bisa langsung memahami maknanya, namun sebagai seorang kultivator yang perkasa di Seethrough State, dia secara naluriah dan takjub merasakan keindahan dan keadaan yang tersembunyi di dalamnya.

Saat dia siap untuk mengambil kedua podao ini sebagai trofi dan bermaksud mempelajarinya dengan cermat suatu hari, ada suara yang jelas namun sangat marah datang dari jarak yang tidak jauh.

“Mereka milik kita!”

Gadis Kucing dengan marah memelototi komandan di atas kuda, dengan wajah penuh keringat dan pakaiannya dipenuhi debu dan darah kotor. Jelas sekali, dia sudah lama mencari dua podao di luar kamp.

Komandan itu hanya sedikit tertawa dan bersiap pergi dengan kudanya ditarik dengan lembut. Dia benar-benar tidak peduli dengan suaranya.

Gadis Kucing berlari ke depan kudanya seperti embusan angin. Dengan memegangi pegangan kayu hitam tipisnya dan menatapnya, dia menolak untuk menyingkir dan tanpa disadari menunjukkan kebenciannya di mata jernihnya.

Beberapa pasukan kavaleri dari Divine Hall dengan kasar mendatanginya dan mencoba mendorongnya.

Dengan suara ‘Ling’, Gadis Kucing menghunuskan pedangnya dan tidak takut ketika dia menghadapi beberapa kavaleri Divine Hall yang jauh lebih tinggi darinya. Dia berkata dengan suara yang sedikit bergetar namun marah, “Kamu sudah memotong kepala Geng Kuda, dan sekarang kamu masih ingin merampok senjata kita?”

Komandan kavaleri Divine Hall dengan dingin menatapnya dan berkata, “Siswa Black Ink Garden menggunakan jimat atau pedang. Kapan Anda mulai menggunakan podao? ”

Melihat pertengkaran di sini, siswa lain dari Black Ink Garden, termasuk Zhuo Zhihua, bergegas ke tempat itu. Ketika mereka melihat adik perempuan mereka yang mungil dikelilingi oleh pasukan kavaleri Divine Hall yang tak tahu malu, kemarahan mereka, yang telah lama tertekan, dengan cepat meletus. Dengan suara pedang terhunus yang intens terdengar di udara, para siswa Black Ink Garden berada dalam konfrontasi militer dengan pasukan kavaleri Divine Hall.

Suasana tiba-tiba menjadi sangat tegang. Murid-murid yang lelah di Black Ink Garden tidak mundur setengah langkah berdasarkan semangat tabah dan tangguh mereka, meskipun kekuatan dan jumlah pasukan kavaleri dari Divine Hall memimpin.

Angin musim dingin bertiup di padang rumput. Mo Shanshan datang dengan langkah lambat tapi percaya diri, dengan gaun putihnya dilambai oleh angin. Ekspresi wajah dan matanya acuh tak acuh. Dengan tidak sabar memandangi kavaleri Divine Hall dan komandan di atas kuda, dia dengan dingin berkata, “Teman-temanku di Taman Tinta Hitam dapat menggunakan podao jika kita mau. Apakah kita harus melaporkan hal semacam itu ke Aula Ilahi? ”

Komandan diam-diam menatapnya dan kemudian tiba-tiba berkata, “Kata-kata Hill Guru tampak sedikit kasar dan tidak masuk akal.”

Mo Shanshan berkata, “Apakah Balai Ilahi saat ini berpikir mencuri juga ada benarnya?”

Komandan merasa sedikit cemberut dan terhina. Melihat dia dan murid-murid lain dari Taman Tinta Hitam yang memegang pedang di depan kudanya, dia dengan dingin berkata, “Betapa tidak sopannya kamu membandingkan Balai Ilahi dengan mencuri! Apakah Anda ingin Departemen Yudisial bertanya kepada Master of Calligrapher bagaimana ia mengajar murid-murid? ”

Mo Shanshan dengan tenang menjawab, “Atas nama guruku, aku sedang menunggu bimbingan Dewa Departemen Kehakiman.”

Meskipun komandan jelas tahu bahwa Addict Kaligrafi berpura-pura bersemangat sekarang, dia masih tidak berani menyinggung perasaannya. Menatap mata wanita muda Jimat Guru, dia tiba-tiba berkata, “Guru Bukit diinstruksikan oleh Aula Ilahi untuk mengawal perbekalan ke istana, yang berhubungan dengan negosiasi damai kedua belah pihak. Namun, ketentuan itu benar-benar hancur sekarang. Saya tidak tahu bagaimana Hill Guru akan menjelaskan kecelakaan itu ke Aula Ilahi dan pasukan gabungan. Jika negosiasi damai kedua belah pihak rusak karena itu, saya bertanya-tanya apakah Guru Bukit bisa bertanggung jawab untuk itu. ”

“Bagaimana menjelaskan ke Aula Ilahi dan pasukan gabungan adalah urusan saya, yang bukan urusan Anda,” Mo Shanshan, dengan alisnya sedikit berkedip, dengan lembut berkata, “Bahkan jika saya tidak menjelaskan, tidak mungkin bagi Anda untuk membunuhku di sini … ”

Mengangkat kepalanya dan diam-diam menatap mata komandan, dia berkata, “Atau bunuh semua orang di sini.”

Komandan kavaleri Divine Hall sedikit mengernyit.

Setelah dengan lembut membelai rambutnya ke belakang bahunya, dia dengan damai berkata, “Sekarang kamu tidak bisa membunuh kita semua, apa yang masih kamu lakukan di sini? Letakkan podaos dan pergi sekarang. ”

Setelah keheningan yang lama, komandan itu secara acak melemparkan kedua podao itu ke atas pelana ke tanah. Dia menatapnya dengan senyum dan kemudian berkata, “Semoga aku bisa bertemu Hill Master lagi di istana.”

Gadis Kucing menyarungkan pedangnya, mendorong kavaleri Divine Hall di depannya, dan kemudian bergegas ke samping kuda komandan untuk mengambil dua podao. Dia dengan erat memegang mereka di lengannya, seolah-olah mereka adalah bayinya, dan menatap pasukan kavaleri dalam kewaspadaan.

Tanpa menjawab undangan komandan, atau ancaman, Mo Shanshan langsung berbalik dan berjalan kembali ke kamp.

…

…

Di Wilderness akhir musim dingin, matahari akan menghilang segera setelah itu muncul di sepanjang langit rendah selatan. Pertempuran dimulai pada pagi hari, tetapi ketika mereka selesai membersihkan medan perang, hari sudah hampir senja dan cahaya menjadi redup.

Gumpalan intens di padang rumput terdengar seperti guntur, dan kemudian suaranya perlahan menurun. Para kavaleri Aula Tuhan, yang mengawal Bibi Quni Madi dari Kerajaan Yuelun, gadis muda di kereta kuda dan tokoh-tokoh lain dari Lembaga Penyingkapan dan Kuil Menara Putih, melanjutkan perjalanan mereka ke istana, meninggalkan barisan asap dan debu.

Senja seperti darah menutupi kamp, membuat noda darah di tanah dan papan kereta lebih disukai. Papan carriage yang rusak, puing-puing carriage dan rumput kering ditumpuk bersama, seolah-olah mereka akan dibakar di bawah matahari terbenam.

Setelah beberapa saat, hal-hal ini memang dinyalakan. Karena angin hutan belantara, api menjadi sangat tiba-tiba dan perlahan-lahan menelan mayat-mayat.

Dengan bunyi “pipipapa”, beberapa gambar mencair, pingsan, dan distorsi, yang bisa membuat orang sangat frustrasi dan kompleks, terlihat samar-samar. Udara mulai menyelimuti aroma empyreumatic yang menjijikkan dan menakutkan.

Orang-orang yang selamat di sekitar tanah kremasi menundukkan kepala mereka dan mulai menyanyikan lagu Taoisme Haot bersama-sama. Dengan suku kata monoton yang diulang-ulang, mereka berdoa agar jiwa-jiwa dalam api dapat berhasil kembali ke pelukan Haotian. Pada awalnya, suara itu berisik dan tidak teratur, tetapi lambat laun menjadi semakin teratur, membuat suasana penuh depresi dan kesedihan.

Ning Que tidak turun kereta kudanya karena luka serius. Dia menarik tirai kereta, diam-diam memandang ke api yang jauh dan mendengarkan suara nyanyian orang yang rendah. Tiba-tiba dia mengangkat kepalanya untuk melihat langit yang tinggi dan jauh.

Langit di Padang Gurun masih bersih seperti biasanya dia tahu. Saat ini, bagaimanapun, itu secara alami dibagi menjadi dua dunia yang sama sekali berbeda di bawah sinar matahari terbenam. Satu sisi di dekat malam itu biru seperti samudra, sementara yang lain di samping hari itu berkobar seperti api.

Di dunia ini, dia tidak bisa menjelaskan mengapa semua yang dia lihat dan dengar di Chang’an di masa kecilnya adalah kepercayaan pada Haotian. Terlebih lagi, tuannya, Master Yan Se, adalah Menteri Persembahan di Gerbang Selatan Haotian dan seorang Imam Ilahi Agung yang memiliki kursi di Istana Ilahi Bukit-Barat.

Karena itu, ia secara alami percaya pada Haotian seperti yang dilakukan kebanyakan orang di dunia.

Namun, pada saat ini, di depan jiwa-jiwa yang tak terhitung jumlahnya dalam api dan di bawah lautan-dan-api, pandangan Ning Que ke dunia ini secara bertahap dan tak tertahankan berubah.

…

…

Orang-orang berkumpul di padang rumput lagi dan menghabiskan malam yang panjang dan dingin di sini. Keesokan paginya, puluhan kavaleri selamat dari Kerajaan Yan membawa rekan-rekan mereka yang terluka ke selatan. Mereka adalah pasukan langsung Pangeran Chongming, dan mereka jelas tahu mengapa pasukan kavaleri Divine Hall berperilaku sebagai penonton ketika mereka diserang kemarin. Dalam situasi seperti itu, bahkan jika mereka pergi ke istana, mereka tahu mereka tidak bisa mendapatkan keadilan sama sekali, bahkan mungkin dihukum oleh Aula Ilahi. Jadi, mereka secara alami memilih untuk pulang.

Tidak ada siswa dari Taman Tinta Hitam Kerajaan Sungai Besar kembali dengan kavaleri Yan. Sebaliknya, mereka berangkat ke timur laut ke istana Left-Tent dengan mengambil dua kereta kuda dan beberapa kuda.

Melihat pemandangan yang sunyi di luar jendela kereta dan salju kiri di rumput tipis, Ning Que terbatuk dan kemudian mengeluarkan saputangan yang disiapkan Sangsang. Setelah menyeka darah di sudut mulutnya, dia berbalik dan bertanya pada gadis muda berbaju putih di seberangnya, “Mengapa kamu masih pergi ke istana?”

“Lagi pula, diperlukan penjelasan tentang masalah tim penyediaan, dan …”

Dengan matanya sedikit menunduk dan alisnya bergetar lembut, Mo Shanshan berkata setelah diam lama, “Aku sangat marah.”

Melihatnya, Ning Que tersenyum dan kemudian berkata, “Saya merasa saya seperti Anda.”

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–