Nightfall Chapter 239

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Bab 239: Hal-Hal Itu Dia Tidak Bisa Letakkan

Penerjemah: TransN Editor: TransN

“Aku peringkat tiga belas, jadi kamu bisa memanggilku Tiga Belas.”

…

…

“Kamu juga akrab dengan jimat?”

“Sedikit.”

…

…

“Kakak Senior Tiga Belas, apakah Anda juga akrab dengan kaligrafi?”

“Sedikit.”

…

…

“Saudara Senior Tiga Belas, apa pendapat Anda tentang Kaligrafi Sup Ayam ini?”

“Guratan di bagian ini tidak terkendali, muncul dengan santai tapi kurang dalam jiwa. Karya ini tampaknya novel, tetapi dalam kenyataannya, kaligrafi menggunakan beberapa trik licik untuk meniru metode yang tepat dalam melakukan kaligrafi. Itu tidak memiliki kejujuran dan keanggunan, sama sekali tidak layak disebutkan. ”

…

…

Seperti angin dingin Wilderness yang terus-menerus memasuki tenda, percakapan itu selama perjalanan mereka terus muncul dalam pikiran Mo Shanshan. Matanya yang bingung tampak semakin bingung, bahkan agak hilang.

Dia peringkat ketiga belas di Akademi. Siapa lagi yang bisa melakukannya selain dia? Selain pria itu, orang Tang mana yang berani menunjukkan penghinaan terhadap Kaligrafi Sup Ayam dan Bagian Bunga Mekar? Selain itu, dia mengakui sedikit tentang Talisman Taoisme malam itu. Kenapa dia tidak menyatukan dua dan dua? Dia mungkin sudah tahu tentang ini jauh di lubuk hati.

Dia melihat selembar kertas yang tampaknya ditandai dengan coretan anak-anak di atas meja dan mengulurkan tangan untuk mengubahnya menjadi gulungan kertas. Dia sangat malu dan marah sehingga dia tidak ingin ada yang melihatnya. Tetapi dia tidak tahu apakah perasaan ini berasal dari kaligrafi yang bengkok atau kehilangan hatinya. Namun, apa pun itu, rasa malunya dipenuhi dengan kekesalan saat ini.

Dia menemaninya sepanjang perjalanan panjang dan akhirnya bahkan tinggal di gerbongnya. Tetapi dia tidak tahu bahwa lelaki ini adalah lelaki itu. Dia bahkan mengakui menyukai Kakak Berusia Tiga Belas di depannya, meskipun dia tidak sadar bahwa dialah yang dia bicarakan dan dia tidak tahu lelaki yang dia sukai adalah orang yang sama di depannya. Namun, sekarang dia akhirnya tahu bahwa mereka adalah satu dan sama.

Addict Kaligrafi dikenal sebagai gadis yang berbiak baik dan sopan santun. Baginya untuk melakukan hal seperti itu, bagaimana mungkin dia tidak malu? Jika pria itu tahu yang sebenarnya, bagaimana mungkin dia merasa tidak ingin mati karena malu? Zhuo Zhihua bahkan ingin dia menjelaskan kepadanya, bagaimana mungkin dia tidak merasa kesal?

Dengan jari gemetar, dia mengeluarkan salinan yang terpelihara dengan baik dari sisi meja. Ketika dia melihat kata-kata di atas kertas, bulu matanya yang panjang dan tipis menyapu pipinya dengan lembut seolah-olah berusaha menyembunyikan rona merah di kulitnya yang putih.

Berita tentang kaligrafer Tang yang mengejutkan di Chang’an datang kepadanya pada musim semi. Dia menemukan ada kaligrafer muda yang telah menerima kekaguman mendalam dari Kaisar Tang di negara asing yang jauh. Dia biasanya memerintahkan diakennya untuk mengumpulkan salinan karya kaligrafer. Meskipun dia tidak melihat potongan Bunga Mekar legendaris, dia melihat salinan Kaligrafi Sup Ayam ini.

Kaligrafi muda legendaris diterima sebagai penerus posisi Jimat Ilahi hanya karena Tuan Yan Se mencintai Kaligrafi Sup Ayamnya. Sebagai seseorang yang telah belajar dari Jimat Ilahi dan Master Kaligrafi, Master Wang, Addict Kaligrafi secara alami tahu betapa ketatnya Master Jimat Ilahi ketika harus memenuhi persyaratan untuk penerusnya. Karena itu, dia telah lama mengamati Kaligrafi Sup Ayam ini sejak lama.

Dia tidak melihat potensi yang dilihat Master Yan Se di mesin kaligrafi, dia juga tidak meneteskan air mata seperti yang dilakukan gadis-gadis di Gedung Merah setelah mendengarkan Guru Yan. Dia mengambil arti dari karya kaligrafi itu. Tapi dia tidak jauh dari menjadi Master Talisman Ilahi sendiri sehingga dia bisa tahu ada banyak makna yang tersembunyi dalam tulisan kaligrafi ini.

Selain itu, dia juga melihat banyak salinan lain dari karya ini. Bangga seperti dia, dia harus mengakui kaligrafer muda dari Kota Chang’an menulis dengan sangat baik. Selain Master Calligrapher, tidak ada yang menjadi saingannya di dunia ini.

Ketika berita tentang tes pendakian gunung di Lantai Dua Akademi mencapai Kerajaan Sungai Besar, dia terkejut menemukan bahwa kaligrafer itu benar-benar mengalahkan Pangeran Long Qing dan menjadi murid Kepala Sekolah Akademi.

Dia dulu berteman baik dengan Addict Bunga dan mereka sering bertukar korespondensi. Jadi dia tahu betul bahwa Pangeran Long Qing adalah orang yang hampir sempurna, tetapi dia benar-benar kehilangan pria itu. Sekarang, bahkan Kepala Sekolah Akademi juga menerimanya sebagai siswa. Lalu … orang ini jelas layak dalam hal moralitas, temperamen, dan kefasihan berbicara?

Saat itu, dia melihat sesuatu yang berbeda dalam Kaligrafi Sup Ayam ketika dia melihatnya lagi. Di sudut ada memo sederhana yang ditulis. Meskipun bahasa dan sapuannya tidak teratur, namun hal itu memunculkan keramahan alam yang halus. Gaya yang pantas dan sederhana, gaya terbuka dan jujur; seolah-olah Cahaya Ilahi Haotian telah memancarkan guntur dari awan, memaksa dunia untuk terlihat seperti ini mulai sekarang.

Dia penasaran, dalam keadaan seperti apa yang mendorong pria itu untuk menulis kalimat seperti itu. Karena beberapa alasan tertentu, dia selalu percaya bahwa bodoh menilai orang dengan kata-kata mereka. Tetapi sejak musim semi tahun ini, dia tidak bisa menekan perasaan yang mulai dia miliki untuk pria muda yang jauh di Kota Chang’an karena kata-kata ini.

Perasaan seperti itu tidak rumit, tetapi sangat halus dan jernih.

Dia belum bertemu pria itu, hanya melihat kata-katanya. Tetapi pikiran mereka sebagai sesama kaligrafi selaras. Ketika dia melihat kata-katanya, dia merasa seperti sedang melihatnya secara langsung. Seolah-olah pria itu ada di sisinya.

Dari musim semi dan sampai musim panas, dia diam-diam melihat tulisan kaligrafi lelaki itu di samping Danau Tinta di bawah Gunung Mogan. Dalam legenda, danau itu dikatakan hitam tetapi, pada kenyataannya, jelas dan bersih. Air mencerminkan bintang-bintang di langit dan juga wajah gadis itu yang tenang dan tersenyum.

Pria itu ada di belakangnya, memandangi tulisan kaligrafi di tangannya dan wajahnya terpantul di air. Dia tidak berbicara dan dia juga tidak harus. Dia diam-diam mengawasinya di samping Danau Tinta.

…

…

Mo Shanshan melihat salinan Kaligrafi Sup Ayam itu dan dia berkedip perlahan. Siram di wajahnya berangsur-angsur pudar dan rasa malu di matanya telah lama berubah menjadi kebingungan dan kegelisahan. Dia melihat potongan itu untuk waktu yang lama sebelum bertanya dengan berbisik, “Jadi, kamu adalah dia. Siapa Sangsang yang disebutkan dalam bidak? ”

“Sangsang, tuan mudamu, aku, mabuk hari ini …”

Apakah Sangsang adalah hamba perempuan kecilnya? Apakah dia sudah bersama Anda selama bertahun-tahun? Jadi dia secara alami akan percaya dan mengandalkannya. Apakah itu karena kebiasaan atau ada sesuatu yang lain? Mengapa dia tidak mendengarnya menyebutkan tentang Sangsang sepanjang perjalanan? Oh benar, dia masih berpura-pura menjadi orang lain dan tentu saja tidak akan mengangkat ini. Tapi siapa sebenarnya Sangsang ini?

Master Yan Se bisa memahami kelupaan tujuan Ning Que dari karya itu. Dari sapuan kuas, gadis-gadis dari Rumah Lengan Merah bisa mencium aroma semangkuk sup ayam dari rumah mereka. Tapi dia bisa merasakan pentingnya orang itu, Sangsang, bagi kaligrafer.

Saat itu, Zhuo Zhihua mengangkat tirai dan masuk. Dia tidak bisa menahan senyum ketika dia melihat Mo Shanshan memegang dagunya di sebelah meja buku, dengan linglung. Dia sering melihat Hill Master-nya dalam kondisi ini oleh Danau Tinta tahun ini, jadi dia mengerti betul tentang perasaannya meskipun orang lain tidak.

“Lihatlah lagi setelah makan malam dan pikirkan apa yang harus dilakukan,” candanya.

Itu tepat karena Zhuo Zhihua dekat dengannya sehingga dia bisa menebak perasaannya. Itu sebabnya Mo Shanshan merasakan campuran kesal dan malu ketika dia menghadapinya.

Mo Shanshan merasa terganggu dan bingung dengan nama di awal Kaligrafi Sup Ayam, tetapi ketika dia mendengar kata-kata Zhuo Zhihua, dia tidak bisa menahan perasaan lebih malu. Dia tidak pernah malu akan hidupnya karena dia tidak pernah menyukai orang lain. Bagaimana mungkin dia tidak merasa malu sekarang karena pikirannya diketahui oleh Suster Senior yang tersayang?

Dia menggunakan tangannya untuk memegangi pipinya yang bulat dan merah muda, bulu matanya yang tipis dengan lembut menyapunya. Dia menekankan bibirnya yang merah dan tipis menjadi garis lurus. Melihat tumpukan barang yang dengan hati-hati disortir di sudut tenda, dia tiba-tiba berkata dengan marah, “Kirim tas-tas ini kepadanya.”

Zhuo Zhihua tersenyum. “Aku tidak punya waktu.”

Mo Shanshan berbalik dan menatap Gadis Kucing yang datang di belakangnya. Dia berkata dengan suara rendah, “Catty, kamu kenal dengan pria itu. Kirim kopernya ke kamp Tang untuknya. ”

Gadis Kucing menggaruk kepalanya dengan bingung. “Mengapa? Saudara bilang dia akan segera kembali. ”

Mo Shanshan sedikit mengerutkan alisnya. “Kenapa kamu punya banyak pertanyaan? Dia seorang Tang. Dia tidak bisa selalu tinggal di tenda kami. Kirim barang bawaan kepadanya. Lalu kita genap. ”

Kaligrafi Sup Ayam tipis itu masih ada di atas meja. Sosok samar itu masih tercermin di atas permukaan Danau Tinta. Pemahaman diam-diam tentang pertempuran berdampingan selama ribuan mil masih dalam ingatannya. Bagaimana dia bisa menghapus semuanya dengan mengembalikan barang bawaan?

Perasaannya bukan barang bawaan. Karena mereka tidak memiliki berat badan, sehingga sulit untuk disebutkan dan bahkan lebih sulit untuk diturunkan.

…

…

Pada saat itu, Ning Que tidak menyadari wanita muda berkulit putih itu sangat malu dan kesal di kamp Black Ink Garden sehingga dia siap untuk melikuidasi emosinya yang memalukan dan kenangan yang tak terkatakan. Jika dia tahu, dia akan terlalu bersemangat dan gugup untuk mengatakan sepatah kata pun. Meskipun dia melarikan diri dari jalan menjadi orang yang tidak mengenal Tuhan, dia masih kekurangan hati nurani untuk menjadi orang yang penting. Addict Kaligrafi naksir dia? Sial! Bagaimana ini berbeda dari Butterfly Sister yang menyukainya? Butterfly Sister yang sama yang masih mengenakan celana ketat untuk menari tarian eksotis!

Itu karena dia tidak tahu ini sehingga dia bisa minum teh dan beristirahat di kamp Tang pada saat ini. Dia terlihat sangat santai, karena itu memang tempatnya sendiri. Baik secara spiritual maupun fisik, ia akhirnya dapat beristirahat dengan baik di bawah perlindungan. Sayangnya, dia tidak bisa rileks sepenuhnya. Masih ada sesuatu yang penting yang perlu diperhatikannya.

Pada malam hari, sebuah perintah militer muncul di kamp Tang. Jenderal Shu Cheng mengumpulkan semua departemen dan mengumumkan hasil persidangan Aula Ilahi hari itu. Mereka juga membahas secara spesifik serangan pada suku Manusia Desolate musim semi berikutnya.

Urutan Kamp Militer Tengah agak aneh. Kekuatan utama yang bertanggung jawab untuk menyerang suku Man Desolate haruslah kavaleri elit dari Istana Tenda-Kiri. Bahkan jika tentara perbatasan timur laut Kekaisaran Tang akan bergabung dalam pertempuran, urusan pertempuran seharusnya tidak dibahas oleh Jenderal Shu Cheng dan pejabat kapten, yang tidak memiliki kualifikasi untuk melakukannya.

Namun, perintah militer sama beratnya dengan gunung di Kekaisaran Tang. Meskipun kavaleri yang ditempatkan di istana berada di bawah Tentara Front Timur Laut, tidak ada yang berani menentangnya karena perintah dari Kamp Militer Tengah. Dengan langkah kaki yang intensif, para kapten dari semua tingkatan bergegas ke Kamp Militer Tengah. Kavaleri patroli juga telah dikerahkan, hanya menyisakan pasukan defensif di pinggiran kamp.

Ning Que mengangkat tirai dan keluar, bergerak ke timur di kamp yang sepi. Dia berhenti di suatu tempat empat puluh langkah jauhnya dari tenda dan mengulurkan tangan untuk mengambil payung hitam besar yang dibungkus erat dengan kain dari punggungnya.

Tenda itu milik seorang jenderal di pasukan perbatasan utara Kekaisaran Tang. Ada aroma samar ramuan dan darah yang keluar dari tenda. Jika inderanya tidak berubah menjadi acuter setelah kultivasi, ia mungkin tidak akan melewatkan baunya.

Pria itu masih berdarah setelah beberapa hari. Ning Que benar-benar tidak tahu bagaimana dia berhasil bertahan hidup.

Dengan jentikan pergelangan tangannya, Ning Que membuka payung.

Dia memegang payung dan berjalan ke tenda.

Saat senja, langit diwarnai merah seperti darah ketika salju mulai turun dari awan yang menggantung di atas kemah.

Salju itu sangat kecil dan jarang. Beberapa kepingan salju jatuh di permukaan berminyak payung, tampak agak mungil.

…

…

Kepingan salju kecil jatuh di payung tanpa suara. Sepatu bot yang kuat menginjak rumput yang layu dan kuning, juga tanpa suara. Ning Que memegang payung dan berjalan ke tenda wakil jenderal.

Dia bertemu dengan pisau menampar wajahnya!

Seperti parang, pisau itu memiliki kekuatan yang kuat dan seterang salju.

Orang-orang di tenda tahu dia akan datang, jadi dia tidak bisa membuat serangan mendadak.

Ning Que tahu seseorang di tenda dan dengan demikian tidak terkejut dengan serangan ini juga.

Kerahnya tiba-tiba naik dengan udara, dia menendang kaki kanannya secepat kilat dan menginjak paha penyerang. Dengan bunyi teredam, penyerang itu melengkungkan tubuhnya seolah dia seekor udang. Parang itu meleset dari sasaran dan jatuh ke tanah.

Dengan suara yang mencolok, Ning Que melepaskan podao rampingnya dari sarungnya, memancarkan cahaya terang. Dia dengan lembut mengiris tenggorokan penyerang, menyebabkan semburan darah panas mengenai bagian atas tenda.

Dengan hembusan angin yang kencang, seseorang menyerangnya dari kanannya. Tanpa memalingkan kepalanya, dia mengangkat dua jari tangan yang memegang payung dan karakter Fu yang tidak berwujud muncul dari udara tipis. Kegelisahan yang tak bisa dijelaskan muncul di tenda.

Penyerang lain dari Gang Kuda mengepalkan parang dengan kedua tangan. Meminjam momentum dari melemparkan dirinya ke depan, dia melemparkan dirinya ke Ning Que dengan kecepatan luar biasa. Seolah-olah dia ingin membagi payung terlebih dahulu dan kemudian memotong Ning Que menjadi dua dari atas. Namun, ketika dia bergegas ke belakang payung, dia tidak menemukan payung itu. Sebaliknya, ia mendapati dirinya dalam lautan api putih yang menyala-nyala.

Api di udara atau membakar dan meredup di dalam tenda. Api di kepala penyerang masih menyala. Parang di tangannya tidak memotong payung atau siapa pun, hanya udara.

Ning Que telah lama memutar tubuhnya keluar dan menunggu di samping. Dia memperhatikan ketika wajah penyerang mulai meleleh dan berubah bentuk menjadi kobaran api. Dia memperhatikan ketika mata si penyerang berputar ketakutan dan bibir besarnya terbuka untuk mengeluarkan tangisan. Dia menurunkan tubuhnya, memegang pisaunya.

Dia memotong penyerang, mengirim kepalanya yang terbakar terbang ke tenda.

Darah menyembur dari leher iris si penyerang, mengenai bagian atas tenda dan bercampur dengan darah rekannya.

Dengan payungnya di tangan kiri dan pisau di kanan, Ning Que terus berjalan diam-diam menuju tenda.

Mayat tanpa kepala jatuh dengan gedebuk di belakangnya.

Tidak ada sedikit pun emosi di wajahnya di bawah payung.

Entah di masa lalu, sekarang, atau masa depan, dia tidak memiliki belas kasihan untuk orang-orang dari Geng Kuda atau mereka yang menyamar sebagai satu.

Kepala terbakar penyerangnya berguling-guling di tanah, mencapai tenda. Itu berhenti di suatu tempat di dekat tempat tidur, kobaran apinya berangsur-angsur mati dengan bau yang menyengat.

Ada seorang pria setengah baya pucat berbaring di atas tikar tidur tampak kurus dan lemah. Bahunya diikat erat dengan selembar kain. Darah masih bocor dari tubuhnya dan bahkan ada bau samar daging yang membusuk.

Pria paruh baya itu menatap Ning Que saat dia perlahan-lahan mendekat. Tiba-tiba ada kilau di matanya dan dia mulai gemetar hebat. Dia tampak sangat kesakitan, namun juga tampak memiliki tekad yang kuat.

Di tenda, Qi Langit dan Bumi tiba-tiba menjadi tidak teratur. Angin dingin yang tiba-tiba menyapu tempat tanpa sajak atau alasan, langsung meniup kepingan salju di payung Ning Que. Namun, seperti angin dingin, payungnya juga menghalangi Psyche Power pria paruh baya yang luar biasa itu, yang dibangun berdasarkan meditasi puluhan tahun dan juga tekad yang muncul dari situasi hidup dan mati.

Tidak sedikit pun kekuatan itu bisa menembus rasa persepsi Ning Que sama sekali.

“Karena kamu diperintahkan untuk membunuhku, kamu harus tahu betul siapa aku.”

Ning Que berjalan ke depan pria paruh baya dan menatapnya. “Aku akui Psyche Power-mu benar-benar kuat,” katanya dengan tenang. “Tetapi bahkan jika kamu benar-benar utuh dan tanpa cedera, di mana kamu menemukan keberanian untuk mencoba dan mengalahkan murid Lantai Dua dari Akademi ketika aku siap? Belum lagi kau terluka parah sekarang. ”

“Dan tidakkah kamu merasa lenganmu yang patah pulih terlalu lambat? Bahwa Anda tidak bisa menghentikan luka Anda dari bernanah bahkan jika Anda terus memotong daging Anda yang membusuk? Itu karena ada sesuatu di pisauku. ”

Ning Que mengangkat lengan kanannya dan mengarahkan podao ke wajah pria paruh baya itu. Podao bersinar dengan cahaya dingin. Selain prasasti jimat yang rumit, itu tampak sangat biasa.

“Baik kamu dan orang yang memerintahkanmu untuk membunuhku tahu aku adalah murid Lantai Dua dari Akademi dan penerus Master Yan Se. Itu sebabnya Anda berhasil menghentikan gerakan pembunuh saya di bawah padang rumput hari itu. Tapi sayang sekali kamu tidak tahu dua hal tentang aku. ”

“Aku sudah mencari nafkah sejak kecil dan memburu banyak binatang buas hidup. Jadi saya sesekali menggunakan racun dan membersihkan pisau saya dengan jus snakeroot dari Min Mountain. Ini bukan racun yang sangat kuat, tetapi bisa menyusahkan. ”

Pria paruh baya yang berbaring di tikar tampak sangat pucat di wajahnya. Dia tidak bisa lagi melawan setelah memaksakan Psyche Power terakhir dalam hal persepsi. Dia mendengarkan kata-kata tenang Ning Que dan takut tanpa sadar merayap ke matanya. Sebagai orang kuat dalam kultivasi, dia benar-benar tidak mengerti mengapa Ning Que, seorang murid inti dari Kepala Sekolah Akademi, akan menggunakan begitu banyak metode jahat selain cara kultivasi.

“Aku yakin kamu tidak akan memiliki kekuatan lagi untuk bertarung sekarang. Tapi Anda setelah semua Psyche Master di negara bagian tingkat superior Seethrough dan tokoh penting dalam tentara perbatasan timur laut Kekaisaran Tang. Saya harus tetap menjaga saya. Jadi tolong permisi dulu. ”

Dia melambaikan podao di tangannya, di mana itu bersinar sebentar. Pria paruh baya itu tidak mati, tetapi luka berdarah yang mengerikan muncul di bahunya. Bahkan lengan terakhirnya yang tersisa meninggalkan tubuhnya!

Pria paruh baya itu berusaha sangat keras untuk berbalik dan melihat bahunya, memastikan lengannya terpotong semua. Dia tidak bisa menahan rasa putus asa. Ketika dia merasakan rasa sakit yang membakar di bahunya naik ke otaknya, tangisan yang menyedihkan keluar dari bibirnya.

Ning Que meletakkan potao-nya kembali ke sarungnya dan menemukan beberapa kain di tenda. Dia memasukkan kain ke mulut pria paruh baya itu dan membungkus luka bahunya dengan yang lain. Luka segera berhenti berdarah berkat keterampilan Ning Que dalam berpakaian luka dan setelah dia membuang setengah botol obat di atasnya.

Dia menunduk dan dengan sungguh-sungguh memperlakukan pria paruh baya itu. “Sebelumnya aku menyebutkan ada dua hal yang tidak kamu ketahui tentang aku. Yang lain adalah bahwa saya seorang pria dengan karakter cacat. ”

“Meskipun saya baru saja memulai kultivasi saya, saya masih bukan orang supermundane. Ada banyak hal yang tidak bisa saya lepaskan. Misalnya, saya pasti akan membalas dendam sekarang karena Anda sudah mencoba membunuh saya. Misalnya, saya ingin tahu alasan Anda ingin membunuh saya. ”

Dia menyelesaikan pembalut luka dan duduk di sebelah pria paruh baya itu. Menghapus kain dari mulutnya, Ning Que berkata, “Anda pasti tidak akan bisa mengangkat apa pun di masa depan. Maka Anda harus belajar meletakkan hal-hal seperti hal-hal bodoh seperti kesetiaan dan sejenisnya. ”

Tidak ada yang akan memotong lengan orang lain dalam interogasi dengan penyiksaan, tetapi Ning Que telah melakukannya dan memaksa pria paruh baya itu ke dalam situasi putus asa. Baginya untuk mulai mengajukan pertanyaan pada saat ini … Tampaknya itu adalah perilaku berdarah dingin dan tidak masuk akal. Yang benar adalah itu sepenuhnya dibenarkan. Jika bukan karena dampak mental berdarah dingin dan tidak teratur, bagaimana dia bisa masuk ke dalam pikiran orang kuat kultivasi?

Pria paruh baya menutup matanya kesakitan dan menutup rapat bibirnya. Dia tampak sangat takut dia tanpa sadar akan mengungkapkan apa yang ingin diketahui Ning Que begitu dia membuka bibirnya.

Ning Que menatapnya dan dengan tenang berkata, “Tidak ada gunanya keputusasaan palsu. Anda masih akan memiliki harapan selama Anda masih hidup. Kamu masih bernafas jadi kamu masih berhutang penjelasan padaku. ”

“Misalnya, siapa kamu?”

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–