Nightfall Chapter 247

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Bab 247: Salju Putih dan Alis Hitam Tidak Pernah Berselingkuh

Penerjemah: TransN Editor: TransN

Hujan telah berhenti dan sinar matahari pagi berangsur-angsur muncul. Binatang buas mencari makanan sedang berjalan di antara hutan-hutan yang keras, dengan salju di pepohonan bergetar. Hitam asli pohon kekuningan menambahkan beberapa warna dan vitalitas ke lapangan salju yang luas. Namun, melihat noda darah tebal yang secara bertahap ditutupi oleh salju di luar tenda, wajah gadis muda itu masih pucat.

Mo Shanshan di Gunung Mogan tidak pernah membunuh seseorang sebelum tiba di lapangan salju. Kemudian dia mulai membunuh beberapa orang di lapangan salju. Meski begitu, dia tidak membunuh sesama sebelum semalam. Bagi seseorang yang percaya pada Haotian, orang-orang dari Aula Tuhan, tentu saja, adalah sesamanya.

Tuannya adalah profesor tamu dari Aula Ilahi dan dia juga percaya pada Haotian. Kali ini, dia diperintahkan oleh Balai Divine untuk menyelidiki situasi musuh di lapangan salju. Namun, dia secara tak terduga telah membunuh tiga diakon dari Departemen Kehakiman Aula Tuhan tadi malam.

Mo Shanshan tidak takut tetapi merasa sedikit bingung. Sulit baginya untuk menerima kenyataan ini secara mental. Setelah memikirkannya selama setengah malam, dia masih tidak bisa memahaminya. Mengapa situasi saat itu berkembang menjadi yang sekarang? Mengapa dia secara alami membakar diakon Departemen Kehakiman menjadi abu terbang oleh jimat pembakaran tanpa ragu-ragu, ketika Ning Que mulai berperang melawan mereka?

Memegang semangkuk kaldu, Ning Que berjongkok di pintu tenda dan menikmati meminumnya. Jelas, mayat para diaken hitam itu, yang tidak jauh darinya, tidak berpengaruh pada selera makannya.

Matanya jatuh pada wajah pucat Mo Shanshan. Ketika dia menyadari bahwa matanya yang longgar dan acuh tak acuh menjadi sedikit frustrasi dan tidak berdaya, dia tahu apa yang salah dengannya. Dia berdiri dan menghiburnya, “Jika kamu menyesali apa yang telah kamu lakukan, kamu tidak akan mencapai apa-apa selain menambahkan lebih banyak beban pada mentalmu.”

Mo Shanshan perlahan menggelengkan kepalanya, dengan alisnya yang indah berkedip lembut. Dia menatap matanya dan dengan serius berkata, “Introspeksi dapat mencegah kita melakukan lebih banyak kesalahan, atau Anda pikir introspeksi tidak perlu?”

“Jika kamu berbicara tentang pertempuran yang tidak bisa dijelaskan tadi malam …”

Ning Que mengangkat bahu dan minum mulut terakhir kaldu yang tersisa di mangkuk. Dia berkata, “Tentu saja tidak perlu introspeksi. Saya tidak akan mempertimbangkan apakah mereka petinggi Departemen Kehakiman di Aula Ilahi. Yang saya tahu adalah mereka ingin membunuh saya. Karena itu, wajar bagiku untuk bertarung melawan mereka. ”

Kemudian dia dengan serius menambahkan, “Ketiga diakon itu lebih lemah dari kita, tetapi mereka bermaksud untuk membunuh kita. Akibatnya, mereka dibunuh oleh kami. Secara umum, mereka membuat kesalahan karena kecerdasan yang rendah. Namun, jika kita terbunuh oleh mereka dalam situasi itu, itu adalah tentang kecerdasan emosional. Dalam situasi sebelumnya, itu disebut kebodohan, yang masih bisa disembuhkan dengan obat. Tetapi dalam situasi yang terakhir, itu dinamai simpleton, yang tidak dapat diperbaiki. ”

Mendengarkan kata-kata vulgar seperti itu, Mo Shanshan tidak bisa menahan cemberut. Setelah mengingat proses pertempuran tadi malam, dia dengan serius berargumen untuk orang mati, “Hukum Pengekangan Tao adalah semacam cara pasif seperti Qi Surga dan Bumi atau Taktis Array Lingkaran. Kemarin tiga diakon itu hanya ingin menaklukkan Anda, tetapi tidak segera membunuh Anda. ”

“Tapi kemudian pria itu ingin melumpuhkan kemampuanku.”

Ning Que tersenyum berkata, “Saya tidak terbiasa berunding dengan orang lain setelah dinonaktifkan. Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, kecerdasan emosional semacam itu tidak dapat disembuhkan. ”

Mo Shanshan berkata dengan hati-hati, “Karena aku ada di sana, tentu saja, aku tidak akan membiarkanmu dipukuli hingga cacat.”

Kata-kata biasa menunjukkan semacam kepercayaan diri. Gadis muda yang membunuh tiga diakon dari Departemen Kehakiman di Aula Ilahi membuatnya sedikit linglung, tetapi itu tidak menyatakan bahwa, dalam benaknya, tiga diaken lebih berkuasa darinya.

Kata itu, yang berarti melindungi seseorang kurang lebih, mungkin membuat banyak anak laki-laki berdarah panas tidak senang. Namun, ketika Ning Que mendengarkannya dan menatap matanya, dia tergerak dan entah bagaimana merasa sedikit gugup.

Untuk segera menghilangkan kegugupannya, dia menggelengkan kepalanya dan berkata, “Meskipun para diaken ini tidak dapat mengalahkan kita, apa yang harus dilakukan ibu dan putranya yang terpencil itu? Jika ketiga diaken itu ingin membunuh mereka, apakah Anda akan menghentikannya atau tidak? ”

Ning Que menatap gadis muda itu dan dengan tersenyum berkata, “Kamu memiliki hati yang hangat, jadi tidak mungkin bagimu untuk menjadi pengamat ketika mereka diganggu. Selain itu, mengingat kami ditawari begitu banyak daging kering oleh mereka, tidakkah Anda akan merasa malu jika Anda tidak membantu mereka? ”

Mo Shanshan sedikit menurunkan dan melihat berjinjit di bawah pinggiran rok katun tebal. Dia benar-benar tidak tahu apa yang harus dia katakan kepada anak ini. Dalam pandangannya, meskipun mereka berdua tidak takut dengan orang-orang dari Aula Ilahi, namun cara Ning Que berbicara tentang membunuh diakon Departemen Kehakiman sangat santai, seolah-olah mereka secara kebetulan membunuh dua domba di jalan.

Gadis muda itu berkata dengan suara rendah, “Tapi mereka adalah laki-laki dari Aula Ilahi.”

Ketika berhadapan dengan mayat-mayat tadi malam, Ning Que menemukan sepotong token ID dari diakon hitam, yang terbunuh menjadi dua bagian olehnya. Mo Shanshan mengkonfirmasi identitas diaken itu dalam warna hitam. Tampaknya dia berasal dari keluarga tokoh Aula Suci yang sangat penting. Namun, Ning Que tidak takut karena tidak ada yang bisa menyalahkannya jika tidak ada bukti atas pembunuhannya.

Seperti banyak orang di dunia, dia juga percaya pada Haotian. Namun, setelah mengalami kehidupan tanpa rumah dan sengsara di bagian bawah masyarakat sejak usia dini dan menyaksikan keburukan dunia, Ning Que tidak terlalu menghormati tempat legendaris seperti Divine Hall. Terlebih lagi, sejak dia kembali ke Chang’an dan diterima oleh Akademi, dia lama dan sangat dipengaruhi oleh kebanggaan dan narsisme di belakang gunung Akademi. Dengan demikian, penghormatannya terhadap Haotian dan Aula Tuhan menjadi semakin lemah.

Selain itu, pelayan perempuannya pernah mengagumi keindahan Pangeran Long Qing yang Ning Que memiliki dua pertempuran di Chang’an. Meskipun dia tampak sangat tenang ketika pelayan perempuannya menunjukkan kekaguman pada pangeran itu, dia sebenarnya merasa sangat tidak nyaman tentang hal itu untuk waktu yang lama. Selanjutnya, kedua pemuda itu bertarung berdarah di padang rumput belum lama ini. Akibatnya, rasa hormat Ning Que ke Aula Tuhan benar-benar memudar dan bahkan menghasilkan kebencian yang mendalam.

Dalam situasi seperti itu, ada sedikit perbedaan baginya antara membunuh tiga diakon dari Departemen Kehakiman di Aula Ilahi dan menyembelih tiga domba. Dengan demikian, itu tidak menimbulkan masalah atau kebingungan baginya dalam psikologi dan pikiran, dan dia bahkan memiliki mood untuk mengagumi wajah cantik gadis muda itu.

Ketika Ning Que sedang melihat ekspresi wajah Mo Shanshan yang polos dan tak berdaya, dia tanpa sadar ingin menyentuh pipinya yang cantik dan montok. Tiba-tiba, identitasnya sebagai Addict Kaligrafi terlintas di benaknya. Dia secara paksa tenang dan dengan penuh pertimbangan berkata, “Saya akan berurusan dengan mayat-mayat nanti. Tidak ada yang akan tahu tentang itu karena saya sangat pandai menutupinya. ”

Sangat disayangkan bahwa hanya ada satu Akademi di dunia, dan hanya Akademi yang memiliki kemampuan untuk mengajar siswa seperti Ning Que. Meskipun Mo Shanshan adalah Addict Kaligrafi yang terkenal, dia masih tidak bisa mengabaikan tokoh-tokoh Aula Tuhan dengan senyum santai seperti yang dilakukan Ning Que.

Melihat gadis muda yang masih diam dengan kepala tertunduk, Ning Que menggelengkan kepalanya dan kemudian berkata sambil tersenyum, “Jangan lupa apa yang terjadi di padang rumput. Bahkan, Adik Anda dibunuh oleh orang-orang dari Departemen Kehakiman di Aula Ilahi, meskipun mereka tidak melakukannya sendiri. Karena itu, dari perspektif emosional yang paling sederhana, Anda seharusnya tidak berada di pihak mereka. ”

“Jika seseorang menentangmu, kamu harus melawannya. Sekarang, Aula Tuhan telah melakukan sesuatu yang berbahaya bagi Anda, jadi Anda tidak perlu mempertimbangkan kematian mereka. Di masa lalu, Anda belum pernah bertemu Manusia Desolate, jadi Anda sebenarnya tidak perlu membantu Balai Ilahi membunuh Manusia Desolate, yang datang ke selatan sejauh seribu mil. Wanita itu dari suku Desolate Man tidak menewaskanmu dengan pisau saat dia melihatmu. Sebaliknya, dia menawarkan Anda sepotong daging dan sekarang dia membuat kaldu untuk Anda … Apakah Anda tahu apa yang dilambangkan dengan potongan daging ‘seribu tahun’? Itu semacam hubungan takdir! ”

Ning Que mengangkat tangannya dan dengan lembut menepuk pundaknya. Dia menoleh dan tersenyum, berkata, “Terima kasih banyak, kakak perempuan.”

Tirai dibuka. Wanita dari suku Desolate Man berjalan ke arah mereka dengan semangkuk kaldu dan beberapa potong roti gandum di tangannya. Dia mengangguk pada Ning Que dan tersenyum, “Sebenarnya, kami harus berterima kasih atas apa yang Anda lakukan untuk kami tadi malam.”

Tubuh Manusia Desolate sangat istimewa dan otot-otot mereka sangat kuat. Tadi malam, bahu wanita itu terluka oleh Pedang Tao diakon itu dengan warna hitam. Namun, dia bisa pulih dengan cepat setelah Mo Shanshan menggunakan jimatnya untuk menghilangkan kekuatan cahaya Haotian Divine yang tersisa di luka wanita itu.

Bersembunyi di balik tirai, bocah lelaki dari suku Desolate Man itu dengan penasaran menatap pemuda dan gadis muda dari Central Plains dan kemudian bertanya, “Kamu berasal dari Central Plains, tetapi mengapa kamu membantu kami membunuh orang-orang Central Plains itu?”

Dengan alis yang sedikit terangkat, Ning Que dengan penuh inspirasi berkata, “Karena kita adalah dua orang Central Plains yang baik.”

Bocah itu dengan bingung menggaruk kepalanya dan tidak tahu apa yang dimaksud orang Central Plains yang baik. Sebelum suku mereka berbaris ke selatan, negarawan senior mereka mengadakan pertemuan suku, tetapi kata benda semacam itu tidak disebutkan.

Tiba-tiba, dia teringat satu hal yang dikatakan seorang negarawan senior sebelumnya dan kemudian menepuk dahinya, seolah-olah dia sudah tahu apa yang sedang terjadi. Dia memandang Ning Que dan berkata, “Negarawan senior itu mengatakan Anda orang-orang Central Plains paling suka perselisihan internal. Apakah ini perselisihan internal? ”

Mendengarkan kata itu, Mo Shanshan merasa sedikit panas di pipinya dan tidak tahu bagaimana merespons.

Ning Que tidak merasa terkejut dengan apa yang dikatakan bocah itu, dan dia hanya tersenyum menepuk kepala pemuda itu.

…

…

Melalui permintaan dan kegigihannya yang kuat, Ning Que akhirnya berhasil membujuk gadis itu untuk bergabung dengan pembersihan mayat-mayat bersamanya. Itu bukan karena dia ingin melihat seorang gadis muda pucat gemetar ketika dia menghadapi mayat. Sebaliknya, dia benar-benar merasa bahwa Mo Shanshan adalah seorang gadis yang tidak bersalah dan tidak berpengalaman. Meskipun dia terkenal di dunia, namun dia masih seperti penjahat yang tenang di samping Danau Tinta, yang tidak tahan terhadap angin dan hujan deras. Jika Ning Que tidak membantunya tumbuh segera, dia lebih baik tidak mengharapkan bantuannya selama perjalanan, dan dia bahkan mungkin menjadi beban baginya.

Menurut pengalaman hidupnya, berurusan dengan mayat adalah cara tercepat kedua untuk membantu seorang gadis muda yang tidak bersalah dan tidak berpengalaman tumbuh dewasa. Adapun cara terbaik, dia berharap itu tidak terjadi padanya lagi.

Dengan marah menyeret beban berat dan koper, Kuda Hitam Besar berjalan menuju hutan jauh di dalam lapangan salju bersama anak muda dan perempuan itu. Di balik kulit yang kencang, ada mayat yang benar-benar mati dan dua yang tidak lengkap namun tidak berdarah di tanah dan seikat rumput batu yang menutupi jejak.

Mo Shanshan diam-diam berjalan di depan mereka. Pinggiran rok katunnya basah oleh salju, tetapi dia tidak menyadarinya karena dia masih terjebak dalam emosi yang rumit namun membingungkan. Sejak kecil, dia benar-benar mengagumi Haotian, jadi bagaimana mungkin untuk menghapus rasa hormatnya kepada Haotian dengan beberapa kalimat sederhana? Dia masih merasakan sesuatu yang salah pada hal ini, meskipun dia pikir apa yang dikatakan Ning Que sebelumnya memang masuk akal.

Bagi seorang gadis muda tak berdosa yang telah hidup damai di Danau Tinta selama lebih dari sepuluh tahun, tingkat kesulitan mengubah pandangan dunianya hanya lebih sederhana daripada mengubah pandangan cintanya. Melihat punggungnya, Ning Que merasa sedikit tidak berdaya dan lelah.

Saat berjalan di lapangan salju yang suram, pikirannya tiba-tiba terbang ke Chang’an yang jauh, ke toko di gang itu dan ke pelayan perempuan kulit hitam kecil itu. Dia berpikir bahwa jika Sangsang ada di sampingnya, semuanya akan jauh lebih mudah. Karena Sangsang tidak akan meragukan apapun yang dia katakan.

Tentu saja, pandangan Sangsang tentang dunia, kehidupan, cinta, uang, makanan, dan kematian hanyalah pandangannya.

…

…

Beberapa tikus pohon yang gagah dengan waspada melihat pemandangan di bawah pohon itu. Lubang alami yang menumpuk beberapa bagian tubuh manusia dan bau darah segar membuat mereka sedikit intranquil.

Ning Que melemparkan seikat rumput batu ke dalam lubang dan melihat wajah diaken yang pucat dan serius itu dengan warna hitam di samping kaki kanannya. Setelah keheningan singkat, dia dengan serius berkata, “Aula Tuhan perlu dihormati, begitu juga dengan Akademi. Bagian belakang gunung Akademi selalu menolak memasuki ranah manusia untuk waktu yang lama. Karena saya memasuki Wilderness kali ini, saya mewakili wajah Akademi. Namun, selama perjalanan, tampaknya orang-orang lain tidak begitu menghormati saya. ”

Dia menatap Mo Shanshan dan tersenyum berkata, “Jika Saudara Kedua saya diancam oleh Departemen Kehakiman dari Aula Ilahi, dapatkah Anda menebak apa yang akan ia lakukan? Dia pasti tidak membunuh beberapa orang seperti saya. ”

Sedikit mengernyit dan berpikir tentang Saudara Kedua dari Akademi, yang sangat bangga menurut rumor, Mo Shanshan berkata, “Apa yang akan dia lakukan? Apakah dia akan langsung membunuh Tao Addict atau Prince Long Qing? ”

“Saudara Kedua tentu tidak akan melakukan itu, karena orang-orang seperti Tao Addict dan Long Qing terlalu lemah di matanya.”

Ning Que tersenyum menggelengkan kepalanya dan berkata, “Saya kira dia mungkin langsung bergegas ke Gunung Peach dan bertarung melawan Imam Ilahi Besar dari Departemen Kehakiman. Idolanya adalah Paman Termuda. Jika tuanku tidak tegas padanya, aku takut dia telah bertarung melawan orang lain di mana pun jauh sebelumnya. Jika ada alasan seperti ini untuk bertarung, bagaimana dia bisa membiarkannya tergelincir? ”

Melihatnya dengan terkejut, Mo Shanshan berpikir jenis eksentrik macam apa yang hidup di lantai dua Akademi?

“Aku tidak begitu kuat dan perkasa, tapi kemuliaan adalah hidupku. Jika siapa yang berani mengabaikan keberadaan Akademi saya, saya akan bertarung melawannya dengan hidup saya. ”

Ning Que menatap langit dalam diam. Ada semacam campuran emosi dan tekad dalam nada bicaranya. Jika setetes air mata mengalir dari matanya atau serpihan salju yang diterbangkan ke alisnya sekarang, gambar itu pasti lebih indah.

Setelah menemaninya di sepanjang perjalanan, Mo Shanshan tahu disposisi Ning Que yang tak tahu malu, meskipun mereka tidak akrab satu sama lain seperti teman lama. Ketika dia tiba-tiba mendengar kata-kata tekadnya saat ini, dia tidak bisa menahan perasaannya.

Dia serius menatap wajah sampingnya dan tetap diam untuk waktu yang lama, tapi dia masih tidak bisa mempercayai hakimnya. Dia tanpa ragu bertanya dengan suara yang sangat rendah, “Apakah Anda berbohong atau bercanda?”

Ning Que tertawa dan berkata kepadanya, “Karena saya tidak perlu menipu Anda, itu pasti lelucon.”

Mo Shanshan tampak sangat tidak puas, dengan alisnya sedikit mengernyit, seolah-olah sikat langka dan berharga sangat terukir di atas kertas.

Ning Que berhenti tertawa seperti sebelumnya. Dia menatap matanya dan dengan serius berkata, “Tapi serius, aku tidak pernah berpikir Balai Ilahi memiliki kualifikasi untuk mewakili Haotian. Siapa yang dapat membuktikan bahwa Haotian memungkinkan Balai Ilahi untuk mewakilinya? Mungkin kita yang dipilih oleh Haotian dan keadilan dan kebenaran dunia perlu dipertahankan oleh kita. Karena itu, jika Aula Ilahi melakukan hal menjijikkan semacam itu lagi di masa depan, kita harus menolak ketidakpedulian dan berperang melawan mereka jika perlu. ”

Kata Ning Que masih terdengar menginspirasi, tapi kali ini Mo Shanshan tidak bingung olehnya. Sebaliknya, dia menatap matanya dan berpikir untuk waktu yang lama lagi. Kemudian dia mencoba memastikan dan bertanya, “Itu pasti … lelucon?”

Melihat ujung hidungnya yang sedikit kusut tapi indah dan kebingungan dan gugup di matanya yang kusam, Ning Que tidak bisa menahan tawa bahagia. Dia mengeluarkan selembar kertas Fu dan berkata, “Itu juga bisa disebut bohong.”

Mo Shanshan menatap punggungnya dan tiba-tiba bertanya, “Mengapa kamu suka berbohong?”

Tanpa berbalik, Ning Que hanya berkata, “Kebiasaan itu terbentuk pada usia saya yang sangat muda, karena kadang-kadang tidak mungkin bagi saya untuk bertahan hidup jika saya tidak berbohong.”

Mo Shanshan terus bertanya, “Apa tujuanmu datang ke Wilderness? Mengapa Anda mengajari saya hal-hal yang suram? Mengapa Anda mengajari saya cara membunuh orang? Mengapa Anda meminta saya untuk terbiasa dengan hal-hal ini? ”

Pertanyaan yang diajukan oleh orang yang sederhana dan tidak bersalah semuanya sangat sederhana. Mereka langsung karena kesederhanaan, sehingga mereka bisa langsung mencapai hati bagian dalam dengan menusuk baju katun sutra yang tak terhitung jumlahnya, seperti kebohongan dan lelucon.

Pertanyaan-pertanyaan ini sulit dijawab. Setelah diam-diam berpikir sejenak oleh lubang salju, Ning Que memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya. Dia memandangnya dan berkata dengan damai, “Saya perlu mengambil sesuatu yang penting di Wilderness. Seperti yang Anda sebutkan sebelumnya, tidak ada yang peduli tentang latar belakang saya di Akademi pada saat yang kritis. Pada saat itu, saya mungkin diintimidasi oleh orang lain seperti anjing, belum lagi mengambil benda itu dari mereka. ”

Mo Shanshan menatapnya dengan diam dan membiarkannya menyelesaikan pembicaraannya.

Ning Que membalik kertas Fu itu ke dalam lubang salju dan kemudian berkata dengan nada yang sangat serius, “Jadi aku butuh bantuanmu.”

Mo Shanshan sedikit menurunkan kepalanya dan melihat ke suatu tempat di lapangan salju. Setelah keheningan singkat, dia bertanya dengan suara rendah, “Apa yang ingin kamu ambil?”

“Satu dari tujuh volume Tomes of Arcane.”

Melihat bulu matanya yang agak berkedip dan merasakan perubahan emosinya sekarang, Ning Que berkata, “Kamu setuju untuk pergi bersamaku, dan aku bertanya-tanya apakah itu relevan dengan hal ini.”

Mo Shanshan perlahan mengangkat kepalanya dan diam untuk waktu yang lama. Kemudian dia dengan lembut berkata, “Tuan saya memberi tahu saya hal itu setelah dia mendengarnya. Saya tidak berharap berhasil meraihnya, tetapi saya sangat ingin tahu dan itulah sebabnya saya di sini. ”

Ning Que tertawa dan berkata, “Anda ingin tahu tentang Tomes of Arcane dan tokoh-tokoh perkasa yang mungkin mampu meraihnya?”

Mo Shanshan hanya tersenyum dan merasa mudah dan santai ketika berbicara dengannya, karena sepertinya dia bisa dengan benar mendengar apa yang dia pikirkan dalam benaknya.

Ning Que masih berniat mengatakan sesuatu.

Mo Shanshan dengan lembut menggelengkan kepalanya dan bertanya dengan serius ketika dia melihat matanya, “Aku tidak memberitahumu sebelumnya dan begitu juga kamu, jadi apakah itu dasi, bukan semacam saling selingkuh?”

Biasanya, cara berpikir sederhana semacam ini hanya ada di dunia anak-anak yang tidak bersalah, tetapi gadis muda itu secara alami dan langsung mengungkapkannya. Ning Que secara alami menerimanya dan mengangguk serius. Dia bahkan merasa sangat lega, karena dia memiliki beberapa teman dan tidak ingin kehilangan satu tanpa alasan.

Kemudian Ning Que menatapnya dan dengan serius berkata, “Tapi pola pikir Anda harus diperbaiki. Karena kita berada di Hutan Belantara, kita seharusnya tidak membiarkan kesempatan tergelincir jika kita mendapatkannya, jadi jangan katakan harapan apa pun. Jika kita tidak memikirkannya, pada akhirnya kita tidak akan mendapatkan apa-apa. ”

Mo Shanshan menatapnya dan dengan serius bertanya, “Apakah itu juga semacam pendidikan bagiku?”

Ning Que malu-malu tertawa dan berkata, “Ngomong-ngomong, saya sudah menghitung tentang hal itu. Jika kami berdua bisa bekerja sama dengan baik, bahkan Pangeran Long Qing mungkin bukan saingan kami. Kenapa kita tidak mencobanya? ”

Mo Shanshan tersenyum dan berkata, “Mari kita coba, tapi bagaimana cara berbagi jika kita berhasil?”

“Saat itu kita bisa menulis salinan. Anda membawa satu kembali ke Danau Tinta dan saya membawa yang lain kembali ke Akademi. Sebenarnya, saya belum bertemu dengan Kepala Sekolah Akademi sejauh ini. Jika aku bisa memberinya satu jilid Tomes of Arcane sebagai hadiah untuk pertemuan pertama, itu akan sangat menyenangkan … ”

Ning Que menjadi semakin bersemangat.

Gumpalan rasa malu tiba-tiba melintas di mata Mo Shanshan dan kemudian dia berkata, “Aku ingin yang kamu tulis.”

Ning Que melambaikan tangannya dan dengan murah hati berkata, “Kamu pilih dulu.”

Berdiri di atas lapangan salju, keduanya tertawa bahagia dan hanya ketika membayangkan masa depan yang cerah dan hampir mustahil.

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–