Nightfall Chapter 279

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Bab 279: Bergabunglah dengan Iblis (Bagian VIII)

Penerjemah: TransN Editor: TransN

“Hanya ada keheningan mutlak, tidak ada suara sama sekali. Tidak ada semut yang merayap, tidak ada dedaunan berdesir. Tidak ada sama sekali. Telinga Anda akhirnya menjadi sangat sensitif karena Anda sangat ingin mendengar suara apa pun. Anda bahkan dapat mendengar tubuh di sekitar Anda membusuk. Anda mendengar bagaimana perut kembung dari mayat meledak dan mereka terdengar seperti guntur! ”

Suara melengking biksu tua itu bergema di ruangan yang sepi seperti deru guntur yang tidak pernah berakhir.

“Semua benda di ruangan itu sudah lapuk, atau mengering dan suara-suara ini telah berhenti. Suara-suara yang sebelumnya membuat Anda mual telah menjadi hal terindah dalam ingatan Anda. Apakah Anda tahu perasaan ini? ”

“Pada akhirnya, kamu bahkan bisa mendengar darahmu mengalir di pembuluh darahmu, otot-ototmu kehilangan kandungan airnya. Anda bisa mendengar perut Anda mengering dan menempel di usus Anda. Anda mendengar mereka merobek. Sangat menarik, bukan? Jika Anda mendengarkan untuk waktu yang lama, Anda pasti ingin muntah. Tetapi masalahnya adalah, Anda tidak bisa. ”

Mata bhikkhu tua itu kehilangan semua kilau. Dia mengenang puluhan tahun penderitaan seperti patung granit. Dia bergumam, “Bahkan para pembudidaya terkuat pun harus makan atau minum. Anda harus makan sesuatu, tidak peduli betapa menjijikkannya itu. Jika Anda meludahkannya, Anda akan mati. ”

Biksu tua itu tiba-tiba berteriak dengan nyaring, “Aku tahu bahwa hidup seperti ini bahkan lebih kejam daripada mati. Saya seharusnya bunuh diri ketika saya dipenjara oleh Ke Haoran. Tetapi orang ini, dia tampak berani dan tegar, tetapi dia memiliki hati yang lebih berbahaya daripada iblis itu sendiri. Dia tahu bahwa aku berpikir untuk hidup, dan dia membuatnya agar aku tidak akan pernah mati! Dia adalah iblis sejati! ”

Ning Que bertanya, setelah beberapa saat hening, “Apa yang Anda makan untuk bertahan selama beberapa dekade terakhir?”

Gunung tulang di bawah biksu tua itu terdiri dari mayat kering dan kerangka putih.

Tatapan Ning Que mendarat pada mereka, dan tidak bisa membantu mengerutkan kening.

Mo Shanshan mengikuti lintasan tatapannya dan menemukan bahwa ada beberapa perak tulang di gunung tulang. Ada tanda-tanda pada mereka yang tampak seperti binatang buas mengunyah mereka. Tiba-tiba dia mendapat pencerahan. Tubuhnya menegang dan wajahnya menjadi pucat.

Biksu tua itu tertawa keras ketika dia melihat reaksi mereka. Tawanya pahit dan melengking, dan itu terdengar seperti hantu yang sedih menangis sedih. Namun, air mata yang mengalir dari matanya berawan dan kerikil karena fakta bahwa ia mengalami dehidrasi parah.

Bahkan orang yang paling sulit sekalipun mungkin merasa simpati pada bhikkhu tua itu; memandangi sepasang mata tua yang berawan, mendengarkan hati yang memilukan, tawa gila, dan memikirkan bagaimana ia dipenjara di Gerbang Depan Doktrin Setan selama beberapa dekade, menjalani kehidupan yang lebih buruk daripada mati. Namun, Ning Que tidak merasakan hal seperti itu. Dia memandang bhikkhu tua itu dan berkata, “Simpati bukanlah sesuatu yang bisa dimohonkan.”

Tawa gila biksu tua itu berhenti. Dia memandang Ning Que dengan apa yang tampak seperti hantu api di matanya.

Ning Que menatap dinding batu dan melanjutkan setelah hening sejenak, “Itu pasti karena kenyataan bahwa aku telah melihat terlalu banyak bahaya sebagai seorang anak. Saya seseorang yang tidak memiliki rasa aman. Saya suka berpikir tentang apa yang akan terjadi pada saya jika sesuatu terjadi sepanjang waktu. Siapa yang akan membesarkan Sangsang? Apa yang akan terjadi jika Sangsang bertemu dengan kecelakaan? Bagaimana saya bisa meyakinkan diri saya untuk terus hidup? ”

“Jika seseorang memperlakukan Sangsang seperti yang Anda lakukan, saya akan berpikir panjang dan keras tentang bagaimana membalas dendam. Itu akan terlalu mudah bagimu jika aku membunuhmu dengan satu pukulan pedangku. Jika saya mematahkan lengan dan kaki Anda dan melemparkan Anda ke lubang kotoran, Anda mungkin tidak bertahan lama. Anda tidak akan menderita lama. Itu juga tidak akan membuatku bahagia. ”

Dia menarik pandangannya dan menatap biarawan tua itu. Dia tersenyum ringan dan menghela nafas. “Sekarang saya berpikir tentang bagaimana Anda telah menghabiskan beberapa dekade terakhir, saya menyadari betapa Paman Bungsu memang jenius yang fasih dalam kultivasi. Dia bahkan berbakat dalam metode penyiksaan. Aku tidak akan mengasihani kamu. Saya akan belajar dari metode seperti itu, dan saya hanya bisa berharap bahwa saya tidak harus menggunakannya di masa depan. ”

Bhikkhu tua itu tidak tahu siapa Sangsang, tetapi Mo Shanshan tahu. Dia melirik Ning Que.

Biksu tua itu tersenyum dan tidak mengatakan apa-apa lagi. Pertanyaan-pertanyaan yang dia ajukan sebelumnya sudah melepaskan kemarahan yang dia rasakan selama beberapa dekade terakhir. Dia memiliki sesuatu yang lebih penting untuk dilakukan sekarang.

Dia menurunkan kepalanya perlahan dan menempatkan bibirnya yang kering pada gadis di bawah telapak tangannya dengan lembut.

Ye Hongyu menatap biarawan tua itu dengan dingin. Namun, merinding muncul di kulitnya. Siapa pun akan merasa mustahil untuk menyingkirkan rasa takut di hati mereka ketika mereka akan tercabik-cabik dan dimakan perlahan.

Serangkaian bunyi chocking terdengar di ruangan gelap yang sunyi.

Ning Que telah mengeluarkan podao di belakang punggungnya. Dia melompat seperti harimau yang akhirnya menangkap mangsanya setelah sepanjang malam menunggu. Dia melompat ke arah biarawan tua di Gunung Bone.

Dia ditangguhkan di udara dan secercah cahaya memancar seperti badai.

Perasaan persepsi Ning Que dan Mo Shanshan terluka parah oleh biksu tua itu. Mereka tidak lagi bisa mengendalikan bagian tubuh mereka. Namun, mereka telah berhasil mengatasi ini melalui cara yang tidak diketahui dan dengan paksa mendapatkan kembali kendali atas tubuh mereka. Pada saat ini, biarawan tua itu akan menancapkan giginya ke daging Ye Hongyu dan tidak menyadari kejadian di sekitarnya. Ini adalah saat yang tepat bagi mereka untuk menyergapnya.

Biksu tua itu berhasil melihat cahaya yang memantul dari bilahnya dari sudut matanya. Podao di tangan Ning Que hanya setengah inci dari lehernya. Dia tidak akan bisa mencegah kematiannya yang akan datang tidak peduli dari sudut mana orang melihatnya.

Namun, sinar dari sudut matanya sudah cukup.

Bhikkhu tua itu melihat cahaya dari pedang dan kondisi mentalnya berdesir.

Selain kesucian Haotian, tidak ada yang lebih cepat dari kondisi mental seseorang.

Sebuah kekuatan yang, meski tidak kuat, ringan dan murni dalam kondisi terpancar dari tatapan bhikkhu tua itu. Banyak tulang putih di tumpukan tulang menjawab kekuatan dan terbang. Tulang paha yang kuat berdiri dan menghalangi mata pisau yang mengilat itu.

Tidak diketahui pembangkit tenaga listrik mana dari Doktrin Iblis yang dimiliki oleh femur yang kuat ini. Semangatnya telah lama hilang, tetapi kekuatannya masih ada. Itu bertabrakan dengan pisau dengan kuat. Pemahatan mendalam muncul, tetapi tidak pecah.

Seluruh ruangan dipenuhi dengan barisan taktik taktis yang dipasang oleh Paman Termuda saat itu. Karakter Fu yang dipasang di podao oleh kedua Saudara Senior tidak dapat menyerap Qi Langit dan Bumi. Dia tidak bisa bertarung melawan tulang yang dikendalikan oleh Kekuatan Jiwa biksu tua itu.

Ning Que mendengus. Kekuatan besar datang dari bilah, mematahkan pergelangan tangannya. Darah menyembur dari mulutnya saat dia didorong ke belakang dengan kekuatan besar.

Pecahan putih tulang yang diaktifkan oleh Kekuatan Jiwa biksu tua itu mulai memukuli tubuhnya seperti badai. Dia menderita ratusan dan ribuan pukulan berat dan darah memuntahkan dari tubuhnya tanpa henti. Tulang-tulang di tubuhnya pecah dan patah.

Ning Que jatuh ke tanah dengan suara keras. Lebih banyak darah berceceran di bajunya. Beruntung tulang-tulang itu jatuh ke tanah setelah meninggalkan Gunung Bone sebagai badai dan tidak menyerang lagi.

Rasa sakit yang terus-menerus menyebar dari seluruh bagian tubuhnya seolah-olah semua tulang di tubuhnya telah patah. Ning Que mengerutkan kening. Dia mengatur podao di tanah dan bersandar untuk bangkit, tetapi menyerah pada rasa sakit. Dia berlutut dengan berat.

Wajah biksu tua itu pucat dan pipinya cekung. Pupil matanya cerah dan tubuhnya goyah ringan. Jelas bahwa dia telah membayar harga yang sangat besar untuk melawan serangan mendadak dari Ning Que. Beberapa dekade kekuasaan dan gigitan daging yang dia konsumsi sebelumnya telah lama dikeluarkan. Namun, tidak peduli seberapa lemahnya dia, dia masih mengendalikan Ye Hongyu di bawah telapak tangannya.

…

…

Terpisah dari Qi Langit dan Bumi adalah keberadaan yang menakutkan bagi para pembudidaya. Ada beberapa prestasi Taoisme yang tidak dapat diselesaikan tanpa Qi Langit dan Bumi. Ini terutama karena Master Lotus sebelumnya telah melukai perasaan persepsi mereka dengan keadaannya yang tinggi. Mereka tidak dapat menggunakan persepsi mereka untuk mengendalikan tubuh mereka. Penggarap dalam situasi ini seperti kaligrafi tanpa sikat dan musisi tanpa instrumen mereka. Mereka sadar apa yang harus dilakukan, tetapi telah kehilangan semua kemampuan dan pasti akan jatuh dalam keputusasaan total.

Tapi Ning Que tidak seperti kebanyakan pembudidaya di dunia. Dia baru saja belajar tentang kultivasi. Dalam sepuluh tahun terakhir, ia berjuang di garis tipis antara hidup dan mati. Dia tidak bergantung pada Hukum Tao atau pedang terbang, tetapi pada tiga pedang di belakang punggungnya dan dirinya sendiri.

Bahkan dampak pada perasaan persepsinya oleh Master Lotus tidak bisa memaksanya menjadi putus asa total. Itu karena kontrolnya terhadap tubuh fisiknya lebih kuat daripada yang bisa dibayangkan siapa pun setelah banyak pertempuran. Dia bisa mengendalikan tulang dan ototnya. Dia telah mengencangkan dan mengendurkan otot-ototnya dengan kecepatan tinggi selama percakapan panjang mereka sebelumnya. Dia ingin merilekskan tubuhnya, meninggalkan kontrol yang dirasakan oleh persepsi.

Orang harus mengakui bahwa Ning Que benar-benar hebat dalam pertempuran. Ini terutama terjadi ketika dia berada dalam situasi yang tampaknya sama sekali tidak ada harapan, di mana dia lemah dan musuh kuat. Dia akan menjadi sangat tenang dan keinginannya untuk bertempur akan menjadi lebih kuat saat itu. Sangat disayangkan bahwa perbedaan kemampuan antara keduanya begitu besar sehingga bahkan keinginan untuk bertarung atau menganalisis tidak dapat membantu untuk memperbaiki kesenjangan.

“Kontrol yang kamu miliki atas tubuhmu begitu kuat?”

Biksu tua itu memandang Ning Que yang berlutut di tanah dengan ekspresi terkejut. Alisnya melayang di udara saat dia menghela nafas. “Meskipun Manusia Kesepian itu kuat dalam roh dan tubuh, tetapi hubungan antara tubuh dan persepsi mereka tidak sebagus milikmu. Sulit membayangkan bahwa ada musafir Akademi di generasi ini yang akan sangat cocok untuk berkultivasi dalam seni Iblis. Sayang sekali, sayang sekali. ”

Ning Que terluka parah dan tidak bisa lagi memegang gagang di tangannya dengan erat. Tubuhnya goyah, tapi akhirnya dia jatuh ke tanah sekali lagi. Dia tidak mendengarkan apa yang dikatakan biksu tua itu dengan jelas. Sebagai gantinya, dia menyeka darah dari bibirnya dan terbatuk dua kali dengan rasa sakit.

Segalanya terjadi terlalu cepat. Mo Shanshan sama sekali tidak siap secara mental untuk ini. Sekarang Ning Que berbaring di genangan darah, matanya dipenuhi dengan kekhawatiran. Namun, dia tidak punya cara untuk lebih dekat untuk melihat bagaimana keadaannya.

Ning Que melihat ekspresinya sebelum perlahan bermanuver melawan punggungnya dengan susah payah. Dia terbatuk dengan nyeri lagi sebelum berkata dengan suara lemah, “Aku tidak akan mati untuk saat ini, tapi aku benar-benar tidak bisa bergerak lagi.”

Biksu tua itu menatapnya dan menjadi lebih bahagia saat dia memandang. Dia berkata dengan kasihan, “Bakat yang bagus. Jika kau bukan murid Akademi, aku ingin mengajarimu semua keahlianku dan melihat bagaimana kau akan berakhir di masa depan. ”

Ning Que pernah berpikir bahwa dia adalah seorang jenius dalam kultivasi. Namun, dia hanya memasuki jalur kultivasi setelah banyak kesulitan. Begitu dia berada di jalan setapak, dia telah melihat terlalu banyak pusat kekuatan sejati. Ada Saudara Kedua, Chen Pipi dan orang aneh lainnya seperti mereka. Dan kemudian, dia bertemu dengan Addict Kaligrafi dan Addict Tao yang juga jenius. Saat itulah dia telah menyingkirkan gagasan bodoh dan menyadari bahwa dia hanyalah orang biasa dalam kultivasi.

Itulah sebabnya dia tidak dapat menahan perasaan bahwa ada sesuatu yang aneh ketika dia mendengar ratapan biksu tua itu. Ujung-ujung bibirnya bergerak dengan susah payah. Dia terengah-engah dan berkata dengan mengejek diri sendiri, “Saya hanya memiliki sepuluh titik akupuntur yang jelas di Gunung Salju dan Lautan Qi. Bagaimana saya bisa menjadi bakat? ”

Biksu tua itu menatapnya dan berkata dengan lemah, “Jika kamu ingin berkultivasi dalam seni Iblis, jadi bagaimana jika kamu hanya memiliki satu titik akupuntur yang jelas?”

Ning Que bersandar di punggung Mo Shanshan dengan lemah. Dia menatap bhikkhu tua di Gunung Bone dan tersenyum dengan susah payah. Dia berkata, “Tuan, saya bersedia berkultivasi dalam seni Iblis di bawah Anda. Apakah Anda akan membiarkan kita semua pergi? Kenapa kita harus bertarung sampai mati? ”

Biksu tua itu menatapnya dengan iba. Dia menjawab dengan lemah, “Apakah ini saatnya untuk membuat lelucon seperti itu?”

Ning Que terbatuk dua kali dan megap-megap, “Ini bukan lelucon, aku bisa bersumpah atas nama Kepala Sekolah Akademi.”

Biksu tua itu tersenyum dengan susah payah, “Ke Haoran dan aku telah menjadi musuh seumur hidup. Saya tahu kebenaran Akademi lebih baik daripada siapa pun di dunia. Aku mungkin mempercayai orang lain, tapi aku tahu tidak ada yang bisa dipercaya dari Akademi. ”

Ning Que tidak bisa menahan tawa keras ketika dia mendengar itu. Namun, rasa sakit membekap dadanya dan dia mulai batuk dengan keras lagi.

Biksu tua itu memandangnya dengan bingung, “Mengapa kamu memilih saat itu untuk menyerang jika kamu bisa menahannya? Meskipun waktunya tepat, itu masih terlalu dini. Bukankah lebih baik jika Anda menunggu saat ketika saya mulai melahap dagingnya? ”

Ning Que batuk darah segar dan menjawab, “Itu memang terlalu dini, tapi saya tidak suka menonton orang makan daging manusia.”

Ekspresi biksu tua itu berubah ganas ketika dia mendengar kata-kata “daging manusia”. Dia berkata dengan dingin, “Saya telah mengunyah tulang dan daging kering. Pada akhirnya, dagingnya berubah menjadi ampas kering. Apakah Anda pikir rasanya enak? ”

Bhikkhu tua itu memandangi pasangan muda yang bersandar satu sama lain dan berkata dengan getir, “Daging manusia yang saya makan ketika saya bepergian ke dunia adalah karena mereka adalah bagian dari rencana saya dan karena saya ingin membuat diri saya lebih kuat. Apakah Anda pikir saya seorang cabul gila yang suka makan daging manusia? Apakah Anda benar-benar berpikir bahwa daging manusia rasanya enak? ”

Biksu tua itu memikirkan jubah hitam yang telah melayang di Istana Iblis puluhan tahun yang lalu. Dia tersenyum agak gila dan berkata, “Ke Haoran menyegelku di penjara ini jauh dari dunia. Dia memaksa saya memakan daging manusia. Dan kemudian, ada seorang pria yang datang ke sini. Dia tidak akan melepaskan saya atau membunuh saya tidak peduli berapa banyak saya memohon. Sebagai gantinya, dia mendapatkan saya sepuluh mayat lagi dan meninggalkannya untuk saya makan. Dia mengatakan bahwa ini adalah hadiah dari Haotian. Jika saya seorang iblis yang memakan manusia, apakah mereka? ”

Dia menatap Ye Hongyu yang masih di bawah telapak tangannya. Wajahnya pucat ketika dia mengerutkan bibirnya dengan keras kepala, tidak mau mengemis atau menangis kesakitan. Dia memandang Ning Que dan berkata dengan dingin, “Wanita Taois ini adalah daging segar pertama yang saya makan selama beberapa dekade. Rasanya sudah lebih enak dari yang lain. Apakah Anda ingin mencobanya? ”

Ning Que menatap mata berhantu di wajah biksu tua itu. Dia berkata setelah hening sejenak, “Tidak, aku tahu rasanya tidak enak.”

Mo Shanshan yang bersandar di punggungnya dengan lemah tidak mengerti itu. Dia pikir dia hanya berbicara secara faktual. Semua orang tahu bahwa daging manusia tidak enak tanpa harus memakannya secara pribadi.

Namun, biksu tua itu mengerti. Kejutan memenuhi wajahnya yang lelah dan permusuhan di matanya berubah menjadi simpati dan kebajikan. Dia menghela nafas dengan kagum, “Akademi memang Akademi. Saya mengagumi mereka. ”

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–