Nightfall Chapter 289

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Bab 289: Suatu Hal di Masa Lalu

Penerjemah: TransN Editor: TransN

“Kamu tidak berbakat dalam kultivasi. Kita dapat melihat bahwa tingkat Hukum Taois Anda baru saja meningkat dalam sepuluh tahun terakhir. Dan Anda tidak dapat mengambil posisi Nation Master of Tang, karena Anda bukan tipe orang yang tahu bagaimana berurusan dengan orang yang berbeda seperti pejabat sipil dan jenderal di pengadilan. Dalam hal ini, sebagai murid saya, Anda akan menghadapi situasi yang sangat buruk. Orang-orang yang membenci saya akan menentang Anda ketika saya mati, begitu mereka tahu Anda tidak di bawah perlindungan gelar Master Bangsa.

Li Qingshan menatap murid utamanya, matanya penuh kekhawatiran dan ketidakberdayaan.

He Mingchi menjawab, menunduk, “Saya tidak berbakat, tetapi saya sudah terbiasa dengan kehidupan melayani Anda dan paman, dan melakukan tugas seperti mengatur arsip. Jika Anda mati, saya akan menyelesaikan pekerjaan saya terlebih dahulu dan kemudian tinggal di dekat makam Anda dan berlatih Hukum Tao, bukan untuk meningkatkan negara saya menjadi Negara Tahu Takdir, tetapi hanya untuk hidup di dunia sedikit lebih lama. ”

“Kamu akan menjaga makam sendirian? Kedengarannya menyedihkan. ”

Li Qingshan tertawa. Lalu dia menatap serius dan berkata kepada He Mingchi, “Yang Mulia meminta Anda untuk mengawasi Pangeran saat dia belajar. Saya tahu Anda rukun dengannya, tetapi Anda harus berhati-hati, karena hubungan Anda suatu hari nanti akan membawa Anda masalah besar. Saya pikir Anda harus melakukan persiapan terlebih dahulu, kalau-kalau ini terjadi. ”

Pada saat ini, suaranya tiba-tiba menjadi dalam dan rendah.

He Mingchi diambil kembali; dia bergerak dua langkah ke depan. Wajahnya menjadi semakin serius dan matanya penuh kejutan. Dia mengangkat kepalanya tetapi tidak bisa mengatakan apa-apa.

Li Qingshan memandang muridnya, dan berkata dengan prihatin, “Beberapa tahun yang lalu, saya bertemu Yang Mulia di peramal. Dia tidak sekuat dulu seperti dia hari ini. Setelah persahabatan bertahun-tahun, dia selalu mengizinkan saya untuk melakukan hal-hal yang tidak masuk akal. Itu sebabnya saya harap Anda bisa menjadi teman dekat Pangeran Pertama. Anda adalah murid saya, dan ini adalah cara saya melindungi Anda. ”

He Mingchi terlalu tergerak untuk mengatakan apa pun.

Li Qingshan menatapnya dengan sayang dan berkata, “Sudah waktunya bagimu untuk pergi.”

He Mingchi pergi.

Li Qingshan berbalik untuk melihat ke luar jendela, di mana salju turun perlahan. Dia merenung dalam diam.

Semua orang tahu bahwa dia bukan siapa-siapa sebelum mengambil posisi kuat ini. Secara alami, mereka mengira dia orang yang tidak berotak dan kurang ajar. Tetapi sebagai Guru Nasional untuk waktu yang lama, dia harus berpikir dengan hati-hati tentang hal-hal penting yang terjadi di pengadilan.

Sangat jelas baginya bahwa keputusan Pangeran mana yang akan mewarisi tahta akan dibuat semata-mata oleh Raja. Selama Akademi menepati janjinya untuk tidak ikut campur dalam politik, tak seorang pun di kekaisaran akan berani mengatakan apa pun tentang keputusan itu, bahkan perdana menteri atau Departemen Militer.

Jika Yang Mulia memilih Pangeran Kedua, semuanya akan seperti hujan.

Tetapi jika Yang Mulia memilih Pangeran Pertama, akankah Permaisuri setuju dengan keputusan itu?

Setelah bertahun-tahun, masih sulit bagi Li Qingshan untuk memahami hubungan mendalam antara Kaisar dan Ratu. Tapi melihat itu percaya, dan Li Qingshan telah melihat betapa mereka saling mencintai. Namun, dia masih bertanya-tanya apakah permaisuri akan bersedia tinggal di istana ketika Kaisar meninggal.

Menatap salju, dia menghela nafas. Bisakah dia benar-benar mengandalkan kesempatan bahwa permaisuri, mantan Saintess of Diabolism, tidak akan mencoba untuk mendapatkan kekuasaan tertinggi atas Kerajaan? Lagipula dia adalah Master Kuil Gerbang Selatan Haotian.

…

…

“Bulan lalu, paman melempar jamuan makan, ingin memperkenalkan saya kepada beberapa pejabat di pengadilan. Tetapi beberapa pejabat mendengar saya akan pergi ke pesta dan memutuskan untuk tidak pergi, hanya agar mereka tidak harus bertemu dengan saya! Namun ketika wanita itu mengadakan perjamuan beberapa hari yang lalu, semua menteri mengirim istri mereka ke Istana untuk melayani dia. Mereka bahkan akan mengirim ibu mereka ke Istana jika itu mungkin. Maksudku, apa yang mereka pikirkan? Apakah mereka tidak tahu bahwa saya adalah Pangeran Pertama? ”

Di halaman yang sunyi, seorang pria muda berpakaian kuning sedang duduk di kursi, berteriak dengan marah ke salju. Tidak ada martabat di wajahnya, hanya kebencian dan kejahatan.

Lee Yu sedang duduk di sebelahnya dan menyaksikan salju. Dia mengerutkan kening. Dia baru-baru ini khawatir tentang hal-hal yang terjadi di pengadilan, dan komentarnya membuatnya semakin khawatir. Dia berkata dengan kasar, “Dia adalah ibu kita! Apa yang kamu maksud dengan wanita itu? Dan komentar kasar Anda tentang para pejabat sangat tidak dapat diterima! ”

Pria muda itu adalah Pangeran Pertama Li Huiyuan. Dia agak takut pada saudara perempuannya, tetapi masih memiliki keberanian untuk mengatakan, “Saudari, kita hanya punya satu ibu, dan itu bukan dia. Dia tidak memenuhi syarat untuk menjadi ibu kita. Para pejabat itu semuanya brengsek dan jahat. Apa yang salah dengan menunjukkannya? ”

Lee Yu menatap matanya dan berkata dengan serius, “Kamu adalah penerus Kerajaan, dan ada banyak mata yang memata-mataimu. Anda perlu memikirkan kata-kata dan perbuatan Anda setiap saat. ”

Li Huiyuan mencibir dan berkata, “Tapi ayah belum menunjuk saya sebagai Putra Mahkota.”

“Cukup!”

Lee Yu mengerutkan alisnya. Dia dengan cepat mengubah topik, “Bagaimana kamu belajar di Guozijian?”

Li Huiyuan mengangkat bahu. Ekspresi ceroboh terlintas di wajahnya. “Ayah mengirim He Mingchi untuk mengawasiku belajar setiap hari. Bahkan jika saya ingin bolos sekolah, itu tidak mungkin. Berhenti mengkhawatirkan. Semua Sekretaris Agung memuji saya karena belajar keras. ”

Lee Yu memperhatikan ekspresinya dan yakin bahwa dia tidak berbohong. Ini memperbaiki suasana hatinya, tetapi dia masih mengingatkannya, “He Mingchi sangat sibuk. Dia perlu menangani urusan di Administrasi Pusat Kekaisaran dan mengawasi Anda belajar. Ingatlah untuk tidak melampiaskan amarahmu padanya. ”

Li Huiyuan sedikit bingung dengan kata-katanya. Dia bertanya, “Aku rukun dengan Mingchi. Saya tidak akan pernah menyalahkannya karena kesalahan orang lain. Tapi mengapa kamu begitu peduli? ”

Melihat salju yang turun, Lee Yu berkata perlahan, “Beberapa hari yang lalu, Akademi, istana kekaisaran dan Kuil Gerbang Selatan membuat perjanjian. Ketika Ning Que memasuki dunia manusia di masa depan, ia tidak akan menjadi profesor tamu Kuil Gerbang Selatan, tetapi Guru Nasional. He Mingchi adalah murid terkasih Guru Nasional saat ini. Dia sangat penting jika kita ingin memenangkan dukungan dari Sekolah Selatan Taoisme Haotian. ”

“Aku tidak pernah bertanya padanya, tapi aku percaya dia akan mendukung kita karena hubungan kita.”

Li Huiyuan berpikir tentang bagaimana hal-hal akan terungkap di masa depan. Dia Mingchi akan mewarisi tuannya Li Qingshan, pengaruh Guru Nasional saat ini, tetapi dia tidak akan pernah menjadi Guru Nasional. Dia merasa sangat kasihan pada He Mingshan. “Ning Que mungkin akan menjadi orang penting bagi kita. Saya bertanya-tanya bagaimana kita bisa mendapatkannya. ”

Lee Yu menjadi marah lagi. Dia mengangkat alisnya dan menegur, “Aku bilang kamu harus hati-hati, tapi kamu berani mengatakan segalanya. Ning Que adalah murid inti dari Kepala Sekolah Akademi. Tidak ada yang berani mengatakan mereka ingin mendapatkannya. ”

Li Huiyuan tidak menyembunyikan harga dirinya. Dia berkata dengan sinis, “Bahkan jika aku tidak bisa melakukannya sekarang, di masa depan, aku akan memiliki tahta naga. Saya akan memiliki kartu As yang tak terhitung jumlahnya yang bertugas di Imperial Center Administration dan di pasukan. Saya tidak punya alasan untuk takut padanya. ”

Kemarahan Lee Yu tumbuh. Dia menatapnya dengan kecewa. “Itu adalah Kepala Sekolah Akademi yang membuat peraturan bahwa Akademi tidak diizinkan untuk mengganggu politik dan harus mematuhi hukum Kerajaan Tang. Pengadilan kekaisaran tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan Akademi. Jadi, jika Anda ingin mempertahankan takhta Anda, Anda harus ingat untuk menghormati Akademi setiap saat. Apakah kamu mendengarku? ”

Li Huiyuan dikejutkan oleh kemarahan di matanya. Dia mengangguk. Untuk membuatnya bahagia lagi, dia memegang tangannya dan menjabatnya dengan lembut. “Aku tahu, kakak. Saya tahu sekarang bahwa tidak ada yang diizinkan untuk mengatakan mereka ingin mendapatkan Akademi. Tapi saya tahu Anda cukup kuat untuk mendapatkan Ning Que. ”

Kata-katanya mengingatkan Lee Yu tentang perjalanan, kisah-kisah di samping api unggun dan pria dengan tiga pedang di punggungnya. Dia tidak bisa menahan tawa. “Aku takut aku tidak sekuat itu.”

Seorang pengasuh istana muncul dan berkata pelan, “Pangeran Kecil bangun dan Nona Sangsang menceritakan beberapa kisah kepadanya. Mereka sekarang sedang dalam perjalanan ke sini. ”

Lee Yu melirik kakaknya dan berkata, “Kamu harus kembali ke Istana dan belajar, kalau-kalau ayah memeriksa pekerjaan rumahmu malam ini.”

Lee Huiyuan menjawab, “Saya bisa tinggal lebih lama. Ayah tidak pernah menentangku untuk tinggal bersamamu. ”

Lee Yu mengerutkan kening. “Kamu benar-benar harus menghindari bertemu dengannya. Anda pemarah dan meskipun Sangsang tampaknya baik-baik saja dengan itu, ia memiliki pikiran yang jernih. Dia tahu semua yang Anda pikirkan. ”

Li Huiyuan tertawa karena marah. “Tapi dia hanya pelayan perempuan. Anda ingin saya pergi hanya karena dia? ”

Lee Yu tidak repot-repot menjelaskan. Dia meraihnya, mengangkatnya dari kursi, dan kemudian memanggil beberapa kasim untuk mengawalnya ke Istana.

Dia menyaksikan sosok kuning menghilang di gerbang batu halaman dan menggelengkan kepalanya. Dia tahu bahwa meskipun saudara lelakinya telah meningkat pesat dalam satu tahun terakhir, dia masih terlalu muda untuk memahami masalah secara menyeluruh.

Sangsang memang seorang hamba perempuan yang sederhana; statusnya jauh lebih rendah daripada Pangeran Tang. Tapi Lee Yu jelas bahwa Sangsang adalah kunci untuk mendapatkan Ning Que dan menjaga hubungan yang baik dengan Akademi.

…

…

Lee Yu meletakkan kuasnya di atas batu tinta. Dia melihat kaligrafinya, seluruh halaman naskah biasa dengan karakter kecil. Dia berbalik dan bertanya, “Apa pendapat Anda tentang tulisan saya? Apakah kamu menyukainya?”

Sangsang menggelengkan kepalanya. “Saya tidak pandai menghargai kaligrafi. Saya pikir selama itu bersih dan rapi, itu bagus. ”

Lee Yu tidak membelinya. Sambil tertawa, dia berkata, “Tetapi tuan muda Anda adalah salah satu kaligrafi paling terkenal. Setelah bersamanya begitu lama, kenapa Anda tidak tahu bagaimana menghargai kaligrafi? Bagaimana Anda menghargai kaligrafinya ketika Anda menemaninya saat dia menulis? ”

Sangsang memandang Lee Yu dengan serius. Matanya bulat dan bersinar. Dia berkata, “Tulisan tuan muda saya pasti bagus. Saya tidak perlu memikirkan kata-kata indah untuk menyanjungnya. ”

Lee Yu memikirkan kata-katanya dengan hati-hati dan mendapati hamba perempuan ini dan tuannya sangat menarik. Untuk mengolok-oloknya, dia bertanya, “Saya tidak tahu bagaimana Anda bergaul dengan baik satu sama lain, tapi saya tahu, di mata Anda, Ning Que adalah yang terbaik dalam segala hal. Katakan padaku, dia sudah lama keluar dari Chang’an, apa kau merindukannya di malam hari? ”

Sangsang dan Lee Yu telah mengunjungi satu sama lain secara teratur sejak mereka datang ke Chang’an dari Kota Wei. Mereka secara bertahap menjadi teman, mengabaikan perbedaan antara status mereka. Tetapi ketika Shangshang mendengar ini, dia merasa malu dan marah. Dia berbalik dan tidak menjawab pertanyaan Lee Yu, yang sangat jarang.

Lee Yu tersenyum, dia tahu betul bahwa hanya dengan mengolok-olok satu sama lain, mereka bisa menjadi lebih dekat. Dia juga tahu betul bahwa di bawah wajah yang marah dan malu, Sangsang menyukai apa yang disiratkannya.

Tetapi Sangsang terlalu muda untuk memahami perasaannya sendiri. Dia tidak benar-benar tahu mengapa dia merasa sangat malu. Ning Que sama. Dia juga tidak jelas dengan perasaannya.

Sangsang berdiri di samping danau dan memandangi salju. Sosoknya yang ramping dan latar belakang salju yang beterbangan membuat gambaran yang sangat indah, dari mana Anda bisa merasakan perasaan kesepian tetapi penuh harap.

Lee Yu melihat foto ini dan membayangkan Ning Que berdiri di sebelah hamba perempuan itu. Dia menemukan gambar ini lengkap dan harmonis, sehingga tidak ada satu pun bagian yang mengalami konflik.

Dia menghela napas dalam diam, berusaha melepaskan diri dari rasa iri dan penyesalan yang muncul di hatinya. Dia ingat sepotong berita baru-baru ini dan bertanya dengan lembut, “Saya mendengar bahwa Anda memendam seorang pria tua baru-baru ini di Toko Sikat Pen Tua.

Terkejut, Sangsang berbalik dan mengangguk.

Melihat wajahnya yang kurus dan gelap, Lee Yu merasa hatinya membengkak karena kasihan. Dia mengingatkan Sangsang dengan hati-hati, “Chang’an adalah tempat yang aman dan ada orang yang menjaga toko. Tapi tetap saja, harap berhati-hati tentang hal semacam ini. ”

Sangsang merasakan kepedulian dan cintanya. Dia menghibur Lee Yu, “Tidak apa-apa. Dia orang yang jujur. ”

…

…

Dia adalah pria yang bermasalah. Satu dekade yang lalu, dialah yang telah memimpin dua kasus berdarah dan membunuh orang tak bersalah yang tak terhitung jumlahnya, namun ia juga disebut Imam Besar Ilahi Cahaya dan melambangkan kemurnian. Apakah kata jujur benar-benar cocok untuknya adalah ketidakpastian.

Tetapi memang benar bahwa tidak ada yang salah di Toko Sikat Tua. Ning Que telah meminta bantuan beberapa kali dari banyak pihak sebelum dia pergi, jadi Lin 47th Street berada di bawah penjagaan ketat. Dengan demikian menjadi sangat bising; pengawal dari istana kekaisaran sering datang dan menonton toko, dan pelari pemerintah setempat memeriksa toko setidaknya lima kali sehari. Jangankan orang-orang dari Geng Naga-ikan, yang hampir tidak pernah meninggalkan toko, dan melindunginya dari pagi hingga malam. Semua ini menjadikan jalan sederhana ini sebagai tempat teraman selain Istana.

Namun ironisnya. Para pengawal dari istana kekaisaran, pemerintah daerah Chang’an, dan Geng Ikan Naga semuanya menjalankan perintah lain: temukan seorang lelaki tua. Tetapi tidak pernah terpikir oleh siapa pun bahwa pria yang mereka cari ada di toko yang mereka jaga.

Ketika malam tiba, Sangsang ingat bahwa sudah waktunya menyiapkan makan malam untuk lelaki tua itu. Dia meninggalkan Princess Mansion dan pulang.

Dia membuka gerbang toko dan berjalan ke halaman. Alisnya mengerutkan kening ketika dia menemukan pria tua itu berencana untuk memanaskan sisa makanan sebagai makan malam, seperti yang dia pikir dia akan lakukan. Dia membuka makanan kotak dari Princess Mansion dan berkata, “Datang dan makan ini.”

Dia telah mencoba mengajari orang tua itu untuk memasak beberapa hari yang lalu. Tetapi setelah menyaksikan buah dari masakannya, dia memutuskan untuk menghemat beras dan kayu dengan menyerah pada rencananya. Berasnya sudah terlalu matang sehingga berwarna hitam seperti batu bara dan setengah dari tumpukan kayu telah lenyap.

Saat mereka hendak makan, seseorang mengetuk pintu.

Sangsang berdiri. Dia akan menjawab pintu ketika dia tiba-tiba teringat sesuatu. Dia duduk kembali untuk makan.

Orang tua itu mengerti. Dia mengambil sedikit nasi dari pakaiannya dan pergi untuk menjawab pintu.

…

…

Gerbang Toko Pena Kuas Tua dibuka. Seorang bhikkhu berdiri di tangga.

Itu adalah seorang biarawan muda yang tampan, mengenakan jubah yang sangat tua, dengan perasaan keluar dari dunia fana.

Biksu itu terkejut melihat lelaki tua itu. Dia berkata, “Aku tidak mencarimu.”

Orang tua itu juga kaget, dia berbalik dan berkata, “Ini untukmu.”

Sambil memegang mangkuknya, Sangsang berjalan menuju gerbang. Dia berusaha sangat keras untuk mengingat siapa biksu muda ini dan akhirnya ingat bahwa dia pernah bertemu pria ini di luar gerbang Akademi ketika Ning Que pergi ke lantai dua Akademi.

Mata bhikkhu itu bersinar ketika dia melihat wajah gelap Sangsang. Dia berseru dengan suara bergetar bersemangat, “Oh, gadis tercinta, aku, Biksu Cinta Wudao, akhirnya menemukanmu. Saya telah membuatkan Anda beberapa puisi baru. ”

“Kamu adalah bunga yang indah di tebing, menungguku untuk menjemputmu. Anda adalah ikan langsing di danau, berenang melalui jaring rumput laut. Anda adalah penghalang terbesar di jalan saya, dan saya memilih untuk tinggal bersama Anda, tidak pernah memulai perjalanan lagi … ”

Sangsang melirik Ikan Bunga Kuning di mangkuknya ketika dia mendengar kata-kata bunga dan ikan.

…

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–