Nightfall Chapter 295

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Bab 295: Diam-diam, Tetap Bersama

Penerjemah: TransN Editor: TransN

“Jangan tambahkan bawang merah.”

“Jangan tambahkan cuka.”

“Lebih banyak mie.”

Orang yang meminta permintaan terakhir jelas-jelas adalah Chen Pipi. Saat dia melihat papan catur, yang telah dikembalikan ke keadaan semula, alisnya yang tebal melompat dengan cepat. Depresi dan rasa malu memenuhi wajahnya segera, bahkan membuatnya lupa tentang situasi berbahaya saat ini. Bagaimana dia bisa bangga dengan otaknya dan menyebut dirinya jenius dibandingkan dengan pelayan perempuan kecil, yang mampu menghafal posisi semua bidak catur hanya dalam satu tatapan?

Melihat Master Yan Se, Wei Guangming tersenyum dan berkata, “Siswa perempuan saya ini sangat bagus.”

Menyaksikan sosok kurus menghilang dari belakang halaman, Tuan Yan Se berkata dengan emosi, “Dia memang luar biasa.”

Keunggulan Sangsang yang dipuji oleh kedua lelaki tua itu tidak ada hubungannya dengan otaknya yang menakjubkan, dan itu mengejutkan Chen Pipi. Mereka merujuk pada semacam watak yang hanya bisa dirasakan oleh para tetua tingkat tinggi seperti mereka. Disposisi khusus ini mampu mencerminkan dunia dengan tepat dan jelas karena transparansi absolutnya, meskipun tampak sedikit membosankan.

Tuan Yan Se menarik perhatiannya dan berkata kepada Wei Guangming, “Kami berdua sudah tua. Bahkan jika kita tidak memiliki pertarungan yang serius, kita pasti dekat dengan kematian alami kita. Mari kita makan semangkuk mie karena ini adalah pertemuan terakhir kita. ”

Tiga mangkuk mie lezat dengan telur goreng dibawakan kepada mereka — satu tanpa cuka, satu tanpa bawang merah, dan satu dengan mie meluap di tepi mangkuk.

Setelah makan mie, kedua tetua menyelesaikan permainan catur mereka. Mereka tidak mencatat skor, jadi tidak ada yang tahu siapa yang menang atau kalah.

Kemudian, mereka menolak hadiah Sangsang untuk semangkuk mie lagi dan satu lagi permainan catur. Mereka baru saja mulai mengingat kembali sejarah mereka.

Sangsang dibuat ulang tiga mangkuk teh. Masing-masing dari mereka duduk di bangku kecil, dia dan Chen Pipi dengan hati-hati mendengarkan ingatan mereka seperti dua siswa.

Yan Se dan Wei Guangming adalah milik generasi tertua di Taoisme Haotian. Selama 14 tahun terakhir, yang satu bersenang-senang di dunia sementara yang lain dipenjara di belakang gunung Peach Mountain. Namun, dibandingkan dengan durasi kenalan mereka, 14 tahun ternyata sangat singkat. Karena itu, ingatan dan pengalaman bersama mereka sangat panjang dan penuh warna.

Mereka mulai mengingat kembali dari saat menjadi pendeta taois kecil, untuk bermain trik di Institut Penyingkapan, dan kemudian diangkat sebagai Imam Agung di Biara Zhishou. Kedua tetua sibuk berbicara bersama untuk waktu yang lama.

Tentu saja, Tuan Yan Se menghabiskan sebagian besar waktunya dengan omelannya. Imam Besar Ilahi Cahaya hanya tersenyum dan mendengarkan dengan damai. Dia sesekali menyela dan berdebat sedikit untuk menghindari beberapa kesalahpahaman dari dua junior. Sebagai contoh, janggut kepala sekolah dari Revelation Institute sebenarnya dibakar oleh Lord Hierarch saat ini, tetapi tidak olehnya dengan Divine Skill-nya. Selain itu, dalam perjalanan mereka ke Biara Zhishou tahun itu, dia menderita diare karena Yan Se telah menggunakan jimat dingin padanya secara diam-diam, dan bukan karena dia gugup.

Para pendeta Tao kecil yang nakal di masa lalu kemudian menjadi petinggi di dunia. Pria yang pernah bercanda membakar janggut kepala sekolah dari Institut Penyingkapan telah menjadi hierarki yang kuat dari Aula Ilahi, sementara yang satu menjadi Tuan Yan Se dan yang lainnya menjadi Dewa Cahaya. Namun, ketika mengalami momen-momen menarik seperti itu, siapa yang bisa menahan godaan untuk sesekali mengingat ingatan mereka?

Kenangan ini sangat manis, bersama dengan semacam kenangan unik saat senja.

The Great Divine Priest of Light tidak menyadari bahwa waktu tanpa sadar telah berlalu begitu cepat sampai dia melihat sinar senja yang hangat di luar Old Brush Pen Shop. Hari sudah senja.

Keheningan mengepung Toko Sikat Tua di senja, dan tidak ada suara yang bisa terdengar di Lin 47th Street.

Pria tua yang tersenyum itu hanya melihat keluar tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

“Pada waktu itu kami masih sangat muda dan nakal, tetapi kamu selalu yang paling pintar dan berperilaku baik.”

Master Yan Se memandangnya dan berkata, “Setelah Anda mengingatkan saya, saya baru menyadari bahwa gadis kecil ini, Sangsang, memang sangat mirip dengan bagaimana Anda berada di usia muda itu. Dia lucent, luar dan dalam, tanpa kotoran. ”

Pria tua itu menatap Sangsang, yang duduk di kursi, dan berkata, “Dia lebih baik daripada saya.”

Master Yan Se berkata dengan emosi, “Apakah semua yang bisa menjadi Dewa Cahaya harus transparan? Apakah itu yang membuat mereka lebih dekat dengan sifat Haotian daripada kita? Tetapi apa yang dilambangkan transparansi? Bisakah itu mencerminkan penampilan asli dunia? Jika dunia gelap, apakah Anda juga akan gelap? Apakah itu sebabnya begitu banyak Dewa Cahaya tersesat pada akhirnya? ”

Pria tua itu menggelengkan kepalanya dan berkata sambil tersenyum, “Transparansi berarti tidak memiliki warna, tetapi kegelapan tidak mewakili warna dan tidak ada cahaya. Di dunia Haotian yang cerah di mana Anda dan saya tinggal, transparansi berarti cahaya dan adalah musuh kegelapan. ”

Saat Tuan Yan Se mendengar kata-kata ‘”musuh kegelapan”, dia terdiam lama. Setelah beberapa saat, dia perlahan mengangkat kepalanya dan serius memandang Wei Guangming dan bertanya padanya, “Apakah kamu ingat Lotus?”

Pria tua itu merasa sedikit terkejut dan berkata dengan cemberut, “Bagaimana saya bisa melupakannya?”

Tuan Yan Se bertanya, “Apakah dia mewakili terang atau gelap?”

Pria tua itu menggelengkan kepalanya dan berkata, “Tahun itu, dia adalah Dewa Keadilan dan aku adalah Dewa Cahaya. Sebenarnya, aku mulai meragukannya ketika aku melihat darah kotor keluar dari Black-Jade Seat. Namun, sebelum saya mengeksposnya, dia telah meramalkan nasibnya dan meninggalkan Gunung Peach, dan akhirnya dibunuh oleh Tuan Ke. Mempertimbangkan reputasi dan kemasyhuran Taoisme Haotian, Aula Ilahi diam sepanjang waktu dan tidak menyebut-nyebutnya sama sekali. Dalam pandangan saya, Liansheng 32 hanya terbuat dari tanah dan lumpur dengan warna merah muda, tidak peduli seberapa mempesona dan seperti kristal mereka terlihat. ”

Menatap matanya, Tuan Yan Se berkata dengan suara yang dalam, “Setelah runtuhnya Doktrin Setan, Aula Ilahi mendaftarkan banyak penggarap Ajaib Setan yang hebat. Jika cahaya tidak bisa meninggalkan peluang bagi kegelapan, lalu bagaimana Anda menjelaskan hal ini? Jika pilihan Anda untuk merencanakan kasus-kasus pembunuhan tahun itu hanyalah cara paksa Anda untuk menghancurkan Dark Shadow, bagaimana dengan bayangan di Aula Ilahi sekarang? ”

Orang tua itu berkata, “Itu berbeda. Bayangan Gelap itu adalah keturunan Yama. ”

Tuan Yan Se menjadi marah dan memukul meja dengan keras dan berkata, “Mengapa kamu begitu keras kepala? Dunia Bawah hanyalah legenda dan tidak pernah muncul! Tahun itu Anda memodifikasi dekrit hierarki dan menyebabkan darah turun di Chang’an, tetapi pada akhirnya Anda gagal menemukan apa yang disebut Anak Yama. Kenapa kamu masih begitu konyol hari ini! ”

Orang tua itu berkata, “Sebenarnya, baik dekan biara dan hierarki percaya apa yang dilihat mataku saat itu.”

Master Yan Se menatap matanya dan dengan dingin berkata, “Tapi itu menyebabkan Anda dikurung di Penjara You!”

Pria tua itu memandangi Tuan Yan Se dengan damai dan berkata, “Aku adalah cahaya dunia. Mereka yang mengikutiku tidak akan berjalan dalam kegelapan dan seharusnya mencapai cahaya kehidupan. Sebaliknya, mereka yang meragukan saya harus berjalan dalam kegelapan dan tidak akan pernah bebas. ”

Marah pada sikap keras kepala Wei Guangming, Tuan Yan Se dengan marah melambaikan lengan bajunya dan mencelanya dengan keras. “Jadi tolong beri tahu aku di mana Dark Shadow berada! Di mana Anak Yama! Siapa yang ingin kamu bunuh di Chang’an! ”

Pria tua itu berkata dengan suara rendah, “Aku juga tidak tahu.”

Mendengarkan jawaban itu, Tuan Yan Se sedikit terkejut, dan senyum pahit muncul di wajahnya. Dia memandang lelaki tua itu dan berkata dengan suara gemetar dan sedih, “Hanya karena orang yang tidak dikenal dan Putra Yama yang ilusi, seorang Imam Besar Ilahi Cahaya, yang dulunya transparan seperti kaca dan seterang cahaya, menjadi seorang pembunuh jahat. Selain itu, Anda bahkan rela dipenjara di Penjara You selama 14 tahun, yang membuat banyak orang berduka. Tidakkah kamu menyesal sama sekali? ”

Setelah diam lama, sedikit kebingungan setelah introspeksi kadang-kadang muncul di wajah lelaki tua itu, dan kemudian kebingungan itu dengan cepat berubah menjadi semacam stabilitas yang damai. Dia berkata, “Tapi yang mengganggu saya adalah saya tahu keberadaannya.”

Dengan mengerutkan kening, Tuan Yan Se menatapnya dan berkata, “Siapa dia?”

Melihat kegelapan malam yang berangsur-angsur menutupi Toko Sikat Tua, lelaki tua itu dengan tenang berkata, “Karena dia adalah Anak Yama, tentu saja, dia bersembunyi dalam-dalam. Dan mungkin, bahkan dia sendiri belum menyadari identitas aslinya. Jika Anda bertanya siapa dia, saya tidak bisa menjawab Anda sekarang. Namun, sejak saya melihatnya di Chang’an, dia pasti ada di dunia. Dia adalah orangnya, terlepas dari apakah dia berhasil melarikan diri dari Istana Jenderal atau selamat dari mayat-mayat di desa wilayah Yan. ”

Tiba-tiba, pria tua itu mengerutkan kening ketika dia memandang Sangsang dan bertanya, “Ada apa?”

Wajah hitam Sangsang menjadi sedikit pucat dan kedua tangannya yang kecil memegang erat pakaiannya, tetapi ekspresinya masih terlihat damai. Dia menjawab pertanyaan lelaki tua itu, “Aku entah bagaimana merasa sedikit lelah sekarang.”

Dengan kasihan, pria tua itu berkata, “Kalau begitu pergilah tidur sekarang.”

Sangsang melihat kembali pada Tuan Yan Se dengan bibirnya mengerucut tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Tuan Yan Se berkata sambil menghela nafas, “Jika muridku tahu bahwa kamu tidak beristirahat dengan baik karena aku, dia pasti tidak akan memaafkanku. Tidur saja. Kami dua orang tua tidak akan berkelahi saat Anda sedang tidur. Jika kami memutuskan untuk memiliki pertempuran terakhir, kami akan membangunkanmu. ”

Wei Guangming memandang Chen Pipi dan berkata, “Langit telah berubah gelap, dan pria yang Anda tunggu telah datang, jadi pergilah.”

Chen Pipi menyeka keringat dari dahinya, yang sepertinya mengalir tanpa henti hari ini. Setelah dengan hormat membungkuk dalam pada kedua tetua, dia mendorong membuka pintu dan berjalan keluar dari Toko Pen Brush Lama.

…

…

Ranting pinus yang digunakan untuk daging asap masih merokok. Asap menjadi lebih tebal karena Sangsang telah melupakannya untuk sementara waktu. Mungkin karena itu, mata Sangsang sedikit memerah oleh asap.

Setelah diam-diam mencuci muka dan kakinya, dia naik ke tempat tidurnya dan merangkak di bawah selimut dingin. Melihat cahaya berbintang di luar jendela, dia membayangkan bahwa Ning Que mungkin akan mulai menggumamkan omong kosong jika dia melihat bintang yang sama sekarang.

Tempat tidurnya agak dingin karena berhemat. Selain itu, cuaca di Chang’an tahun ini lebih dingin daripada tahun lalu. Dia telah berbaring selama beberapa waktu dan masih tidak merasa hangat, oleh karena itu, dia tidak bisa menahan diri untuk meniupkan dua suap udara panas ke tangan kecilnya.

Cahaya bintang bersinar ke telapak tangannya, yang ditutupi dengan noda darah karena terjepit oleh kuku jarinya.

Ketika dia mendengarkan gurunya berbicara tentang Rumah Jenderal dan desa wilayah Yan sebelumnya, dia merasakan ketakutan yang sangat besar di hatinya. Jika dia tidak secara paksa menekan pikirannya dengan rasa sakit, mungkin tubuhnya akan terus bergetar saat itu.

Dia tidak mendengar tentang insiden di Rumah Jenderal dari Ning Que secara langsung. Dia tidak bertanya, tetapi dia tahu tentang itu. Dia tahu bahwa Ning Que telah membunuh sensor Zhang Yiqi dan pandai besi itu. Selain itu, dia bahkan menulis puisi umum. Tapi, dia masih belum menanyakan hal itu.

Ning Que tidak ingin membicarakannya, jadi dia tidak bertanya. Tapi seperti yang dikatakan Ning Que sebelumnya, dia tidak bodoh, hanya sedikit membosankan. Selain itu, jika dia membutuhkan kecerdasan, dia bisa lebih pintar daripada siapa pun, karena itu, Sangsang tahu segalanya.

“Anak Yama … kedengarannya seperti hal yang sangat mengerikan.”

Ketika Sangsang menggosok wajah kecilnya di bantal dingin, dia melihat cahaya musim dingin di depan jendela dan berkata pada dirinya sendiri, “Tapi aku sudah tinggal bersamamu selama bertahun-tahun, mari kita hidup bersama secara diam-diam. ”

…

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–