Nightfall Chapter 296

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Bab 296: Mengepung Gang

Penerjemah: TransN Editor: TransN

“Aku dengar mereka bermain catur.”

“Permainan sudah berakhir sejak senja.”

“Tapi aku sudah membiarkanmu melanjutkan permainan catur kami bersamaku.”

“Yang Mulia, permainan catur selalu berakhir.”

“Karena aku tidak bisa tidur malam ini, aku harus mencari cara untuk menghabiskan waktu.”

Di dalam ruang belajar kekaisaran jauh di dalam istana, Li Zhongyi, kaisar Kekaisaran Tang, dengan marah mengatakan ketika dia melihat papan catur di depannya. Permainan sudah berlangsung sejak siang hari, tetapi bahkan belum selesai di tengah malam. Dengan demikian, situasinya memang membuatnya tidak sabar.

Biksu Huang Yang tidak berdaya tersenyum dan menjawab, “Yang Mulia, orang-orang seperti Pendeta Ilahi Cahaya dan Tuan Yan Se, dianggap sebagai tokoh supermundane. Tidak peduli bagaimana kita waspada dan menanggapinya, beberapa hal akan berubah di sana. ”

Suasana Chang’an malam ini gelisah dan depresi. Selain toko di Lin 47th Street, istana kekaisaran secara alami adalah tempat yang paling dijaga ketat. Sesuai dengan aturan, karena Tuan Bangsa Li Qingshan tidak berada di dekat kaisar sekarang, Biksu Huang Yang, adik kaisar, akan menemani Yang Mulia setiap saat.

Yang Mulia menyebarkan potongan-potongan catur di depannya dengan tangannya dan berjalan keluar dari ruang belajar kekaisaran. Dia berdiri di samping pohon, bunga, dan salju. Saat dia dengan tenang melihat kota di bawah kegelapan, dia tiba-tiba berkata, “Apakah kamu percaya kisah tentang invasi Underworld?”

Bhikkhu Huang Yang menyatukan kedua telapak tangannya dalam keheningan dan menggelengkan kepalanya.

Setelah hembusan angin malam, Yang Mulia mulai batuk dan suaranya menjadi semakin keras. Akhirnya, kaisar dengan susah payah menekuk pinggangnya karena batuk terus menerus. Dia melambaikan tangannya dan mengusir para kasim dan pelayan istana yang datang kepadanya karena batuknya. Setelah dengan lembut menggosok sudut mulutnya dengan sapu tangan, dia melihat kegelapan dan berkata, “Aku hanya berharap itu akan datang lebih awal jika itu bukan hanya dongeng.”

Biksu Huang Yang mengenali makna tak menyenangkan yang tersembunyi di balik kata-kata kaisar. Pernyataannya dan batuk sebelumnya membuatnya mengerutkan kening. Dia memandang ke kaisar dan dengan cemas berkata, “Yang Mulia menderita penyakit flu sekarang, jadi lebih baik kembali ke kamar.”

Kaisar perlahan menggelengkan kepalanya dan berkata, “Kepala Sekolah Akademi pernah berkata penyakit dingin di dalam tubuhku tidak terlalu serius. Selama saya bisa menekannya, itu tidak bisa mengancam saya. Jika saya gagal, itu akan menjadi takdir saya. ”

Huang Yang adalah adik lelaki kaisar dinasti Tang, tetapi dia tidak seperti Tuan Bangsa Li Qingshan, yang telah bersama Yang Mulia selama bertahun-tahun. Jadi, dia tidak tahu cerita lama itu. Misalnya, dia tidak tahu cerita antara kaisar Tang dan gadis muda Doktrin Setan. Mendengarkan kata-kata kaisar, dia merasa khawatir dan bingung. Mungkinkah bahkan Kepala Sekolah Akademi tidak mampu sepenuhnya menyembuhkan penyakit dingin di dalam tubuh kaisar?

…

…

Ketika Chen Pipi berjalan keluar dari pintu, warna terbakar di Lin 47th Street langsung menghilang, hanya menyisakan topi kuno tinggi yang tersisa. Menutupi kepalanya, dia hanya berjalan ke arah itu dan dengan sopan berdiri di belakang pemilik topi.

Melihat pintu Toko Brush Brush yang tertutup, ekspresi Brother Kedua menyendiri dan damai. Namun, matanya menjulang penuh dengan api yang menggairahkan, seperti topinya yang tinggi seolah-olah terbakar di senja.

Tidak ada seorang pun di gang, dan pintu-pintu toko barang antik dan toko kelontong palsu itu semuanya tertutup. Bangku persegi entah bagaimana muncul di dinding abu-abu putih di bawah pohon musim dingin. Kakak Kedua duduk dengan kaku di atasnya, setegas pinus di tebing. Terlebih lagi, bocah lelaki muda yang imut itu diam-diam menemaninya di satu sisi, seperti batu putih di bawah pinus.

Melihat pintu yang tertutup, Kakak Kedua tiba-tiba bertanya, “Mereka masih belum bertarung?”

Chen Pipi menunduk dan dengan sopan menjawab, “Mereka mengenang masa lalu mereka.”

Ada beberapa ekspresi tidak menyenangkan yang muncul di wajah serius Saudara Kedua. Dia berkata, “Orang-orang tua selalu melakukan hal-hal dengan cara dilatory. Karena keduanya bersikeras pada sudut pandang mereka sendiri, hasilnya pada akhirnya akan bergantung pada kepalan tangan dan kekuatan mereka. Tidak perlu menghabiskan waktu yang lama untuk mengenang. Mereka tidak pantas disebut “Tuan-tuan” karena gaya pelepasan semangat mereka. ”

Chen Pipi mengusap keringat dinginnya yang tersisa di dahinya dan tidak mengatakan sepatah kata pun.

Alis kedua Brother yang benar-benar lurus tiba-tiba mengerutkan kening. Dia dengan lembut mengangkat bagian depan gaunnya dan kemudian mengepakkannya. Setelah menyesuaikan topinya yang kuno yang sebenarnya tidak bergerak sedikit pun, dia berkata, “Mereka masih tidak bertarung. Apakah saya harus menunggu sepanjang malam untuk itu? ”

Melihat gerakan Kakak Kedua, Chen Pipi tahu bahwa Kakak Kedua yang tidak sabar tidak ingin menghabiskan waktu menunggu yang tidak berarti dan siap memasuki Toko Sikat Tua. Chen Pipi langsung terkejut dan keringat segera membasahi pakaiannya lagi.

Di Toko Pena Kuas Tua saat ini, dua tokoh hebat, Imam Besar Ilahi Cahaya dan Tuan Yan Se, berada di jalan buntu. Jika Saudara Kedua bergabung, siapa yang tahu apa yang akan terjadi kehancuran pertarungan dan apa yang akan dilakukan untuk merusak jalan?

Berpikir tentang situasinya, Chen Pipi, terlepas dari penghormatannya yang teratur terhadap kebiasaan Saudara Kedua dan Saudara Kedua tetap berpakaian rapi, menggenggam lengan baju Saudara Kedua dengan erat. Dengan suara gemetar dan sedikit serak, dia dengan tulus memohon, “Kakak Senior, tolong jangan masuk ke sana.”

Sambil melirik ke sudut lengannya yang kusut, Saudara Kedua bertanya tanpa ekspresi, “Kedua orang itu bisa masuk, mengapa aku tidak bisa?”

Menurut pemikiran sebenarnya dalam hati Chen Pipi yang dalam, angin, hujan, cahaya, dan warna bisa memasuki Old Brush Pen Shop, tetapi Kakak Kedua tidak bisa. Alasannya sangat sederhana. Meskipun dua tetua di toko itu pernah membunuh banyak orang, setidaknya situasi saat ini damai. Chang’an akan berada dalam keadaan damai jika mereka bisa berpikir dua kali sebelum membuat keputusan. Namun, jika Kakak Kedua memasuki Toko Sikat Tua, dia, yang tidak fleksibel dalam tata krama dan berkelahi untuk bertarung, pertempuran yang mengguncang bumi pasti akan terjadi di toko!

Selain itu, Chen Pipi telah menyaksikan api yang membakar di mata Saudara Kedua, meskipun Saudara Kedua berpura-pura serius dan serius. Sebenarnya, Saudara Kedua telah mengumpulkan banyak keinginan untuk bertarung di dalam tubuhnya, karena dia ditekan oleh Kepala Sekolah Akademi dan Kakak Sulung sepanjang waktu dan dia harus memimpin urusan Akademi selama dua tahun ini. Hari ini, Dewa Cahaya adalah lawan yang cocok untuknya, jadi bagaimana ia bisa membiarkan peluang besar itu lolos?

Namun, apa yang dipikirkan dan diketahui Chen Pipi tidak penting. Dia tahu bahwa jika dia menasihati Kakak Kedua dengan cara ini, dia pasti akan sangat diganggu dan Kakak Kedua masih akan memasuki Old Brush Pen Shop pada akhirnya. Karena itu, dengan tubuh imutnya yang gemetaran, Chen Pipi menasihati dengan sungguh-sungguh, “Dilatorisme bukanlah kesalahan. Ketika Kakak Sulung melakukan sesuatu dengan lambat, kita masih tidak punya pilihan selain menunggu. ”

Saudara Kedua dengan sedih berkata, “Bagaimana orang lain bisa bersaing dengan Saudara Senior kita?”

Memperhatikan bahwa penyebutan Kakak Sulung masih tidak berhasil, Chen Pipi dengan berat dan erat menggenggam lengan baju Saudara Kedua dan mengucapkan dua kalimat dengan suara rendah. (Catatan)

Saudara Kedua sedikit mengernyit dan melambaikan tangannya menandakan bocah laki-lakinya yang manis, yang diam-diam menunggu di sampingnya, untuk kembali ke Akademi. Setelah menyesuaikan topi dan pakaiannya yang kuno, dia hanya menutup matanya dan dengan tenang menunggu di bangku di bawah pohon.

…

…

Dari senja hingga tengah malam, banyak orang datang ke luar Lin 47th Street.

Jenderal Huaihua, yang tampak mengesankan dan kuat, datang mewakili kementerian militer yang mewakili Tang. Sensor yang tampak tangguh, atas nama pengadilan kekaisaran, ada di tempat. Selain itu, Master Bangsa Li Qingshan, yang wajahnya sedikit pucat, juga tiba.

Tokoh-tokoh ini mewakili berbagai kekuatan Kekaisaran Tang yang berkumpul di sini hanya untuk satu tujuan. Dengan kata lain, mereka datang ke sini untuk pria tua reyot di Old Brush Pen Shop, untuk kasus-kasus berdarah di wilayah Chang’an dan Yan yang disebabkan oleh pria tua tahun itu, serta untuk kasus makar Xuanwei General bertahun-tahun yang lalu .

Selama lebih dari sepuluh tahun, kekaisaran tidak menyelidiki secara mendalam hal itu karena keterlibatannya terlalu dalam dan luas. Itu relatif terhadap pangeran dan Jenderal Xiahou, bahkan ke Istana Ilahi West-Hill dan beberapa asal yang lebih misterius.

Namun, Pendeta Ilahi Cahaya, yang menyusun rencana tahun itu, telah mengkhianati Aula Ilahi sekarang dan tiba di Chang’an secara langsung. Bagaimana mungkin kaisar dan pejabat Tang mengizinkannya meninggalkan Chang’an dengan aman?

Dalam acara besar seperti hari ini, orang-orang dari Pemerintah Daerah Chang’an dan Geng Ikan Naga bahkan tidak memiliki hak untuk muncul.

Sosok-sosok besar dan bawahan mereka sendiri semuanya tanpa ekspresi duduk di bawah payung besar di pintu masuk dan ujung gang. Tidak ada yang tahu situasi di dalam Old Brush Pen Shop, jadi tidak ada yang pergi ke toko.

Beberapa orang telah lama memperhatikan bahwa seorang aneh dengan topi tinggi sedang duduk dan seorang pemuda yang sangat gemuk berdiri di samping dinding abu-abu itu. Namun, setelah mengetahui identitas mereka, tidak ada yang berani mempertanyakannya.

Waktu mengalir sedikit demi sedikit dan bintang memenuhi langit malam. Li Qingshan perlahan berjalan dari pintu masuk gang dan menyapa busur dengan tangan terlipat di depan mereka berdua. Setelah itu, dia, seperti kedua pria itu, hanya diam-diam melihat ke pintu yang tertutup dari Toko Pena Kuas Tua juga.

…

…

Sangsang tidak tahu ada begitu banyak orang perkasa dan petinggi sekuler di sekitar Old Brush Pen Shop. Di satu sisi, dia hanya menutup matanya atau ingin tidur, karena dia pikir tertidur dapat meringankannya. Di sisi lain, dia berpikir jika tuan mudanya tahu pelaku utama yang harus bertanggung jawab atas kematian seluruh keluarganya duduk di halaman toko, apakah dia akan sangat sedih?

Sangsang hanya memikirkannya antara bangun dan bermimpi, dan kemudian dia melihat orang tua kandungnya dalam mimpi.

Sangsang tidak tahu siapa orang tuanya, dan dia sangat ingin tahu tentang atau melewatkan perasaan itu. Lagi pula, Ning Que hanya empat tahun lebih tua darinya, jadi sulit untuk sepenuhnya menggantikan peran orang tua.

Akhirnya, dia bertemu dengan seorang lelaki tua di Chang’an, yang jaket berlapis kapas diwarnai dengan sup irisan mie panas dan asam. Dia merasa lelaki tua itu secara alami dekat dengannya. Dia bisa melihat cinta yang tidak masuk akal dan tanpa syarat di matanya, seperti cinta Ning Que untuknya. Karena itu, dia pikir dia bertemu keberadaan yang sama dengan orang tua. Kemudian, dia mulai memanggilnya guru.

Sangsang bangun dengan kaget dan pipinya agak basah.

…

…

Keheningan memenuhi sepanjang malam, seperti lampu minyak yang sekarat. Di luar pintu toko, cahaya pagi semakin terang.

“Aula Divine tidak mengirim orang ke sini, dan Anda tahu gaya kerja Kekaisaran Tang.”

Tuan Yan Se berkata sambil menghela nafas, “Kami tidak bisa membunuhmu dengan pasukan kavaleri di kota. Jika orang-orang seperti kita menggunakan kekuatan kita, itu hanya akan menyebabkan banyak kematian dan penderitaan yang tidak bersalah kepada orang lain. Namun, istana kekaisaran tidak mungkin membiarkanmu pergi, jadi sekarang jalan buntu. ”

Pria tua itu diam. Dia jelas tahu bahwa karena dia ditemukan oleh Kekaisaran Tang hari ini, itu pasti tidak akan memungkinkannya untuk melarikan diri lagi. Dia adalah Imam Ilahi Cahaya yang ajaib dan kuat. Namun, dia masih akan terjebak pada akhirnya, jika kekaisaran yang kuat menggunakan semua kekuatannya untuk memburunya dan dia tidak menggunakan perlindungan kota dan massanya.

“Tahun itu, kudengar kau mengatakan kau pernah bertaruh di biara kumuh di Kerajaan Song.”

Master Yan Se menatapnya dan berkata dengan damai, “Buat taruhan untuk hidup atau mati sekali lagi. Jika Anda menang, Anda dapat terus mencari bayangan Nightfall. Jika Anda kalah, Anda harus meninggalkan hidup Anda di Chang’an, yang juga merupakan kesimpulan dari hal lama tahun itu dan penghiburan bagi hampir seribu orang tak berdosa yang secara tragis mati karena Anda. ”

Orang tua itu masih diam.

Master Yan Se menatap matanya dan tiba-tiba berkata, “Taruh saja denganku untuk murid perempuanmu itu.”

Setelah berpikir panjang, lelaki tua itu berdiri dan berkata, “Masuk akal, mengagumkan, dan layak.”

Ada tiga kata dalam kalimat ini. Kata ‘mengagumkan’ adalah untuk Yan Se, yang, dalam rangka mencari peluang untuk bertarung melawannya, bersedia menyerahkan cadangan Chang’an, Array taktis yang memukau Tuhan. Bahkan, sebagai pengontrol array, Yan Se tidak bisa dikalahkan selama dia berada di Chang’an. Tidak peduli seberapa kuat lawannya, array setidaknya bisa memastikan keselamatannya.

Kata ‘layak’ disebut Sangsang. Menang atau kalah taruhan itu relatif terhadap nyawa atau kematiannya, tetapi itu masih layak untuk diterima selama itu untuk Sangsang. Adapun kata ‘masuk akal’, itu sebenarnya adalah catatan untuk kata ‘layak’: lelaki tua itu adalah cahaya dan dia ingin meninggalkan cahaya di dunia Sangsang, jadi dia harus membuat pilihan luciferous terakhir tetapi nyata nyata.

Singkatnya, semua ini untuk Sangsang. Ini mungkin tampak tidak masuk akal bagi banyak orang, tetapi di mata lelaki tua ini, itu sangat masuk akal. Banyak orang akan berpikir itu tidak layak, tetapi di matanya, itu sangat layak.

Sangsang adalah seorang hamba perempuan kecil dengan kulit hitam dan rambut kekuningan. Dia tidak tampan, belum lagi cantik. Selain itu, dia terlihat sangat tidak mengesankan dan karakternya tidak dicintai oleh orang lain juga.

Orang-orang yang tidak menghargainya hanya akan menganggapnya sebagai batang rumput yang berayun yang mungkin mati dalam angin dingin kapan saja. Namun, mereka yang benar-benar bisa menghargai dia akan memperlakukannya seperti harta. Sejauh ini, hanya dua orang di dunia, tuan mudanya, Ning Que dan gurunya, Imam Besar Ilahi Cahaya, telah benar-benar dapat menghargainya.

Oleh karena itu, setelah Pangeran Long Qing tersenyum mengancam keselamatannya, Ning Que dengan cemas dan diam-diam mencoba untuk menghancurkan dunia oleh Danau Daming, dan kemudian langsung menembakkan satu panah ke arah sosok muda dan terhormat dari Bukit-Barat dan melumpuhkannya.

Ketika Wu Dao membuatnya tidak bahagia dan mencoba untuk melecehkannya, Imam Besar Ilahi Cahaya, yang menyerahkan sepatu kuning di atas meja dan pergi ke gang tanpa ragu-ragu, secara langsung dan mudah membutakan rahib dari Tempat Tidak Dikenal.

Cahaya pagi datang ke Chang’an dan kemudian jatuh di Old Brush Pen Shop di Lin 47th Street.

Akhirnya, Master Yan Se dan Imam Agung Ilahi Cahaya mengakhiri kenang-kenangan dan negosiasi mereka yang tersembunyi dalam kata. Mereka memutuskan untuk memecahkan kebuntuan dengan cara sederhana, yang juga merupakan kesimpulan dari sejarah selama lebih dari sepuluh tahun.

Tangan tua itu perlahan mendorong pintu toko. Ketika lelaki tua itu menoleh ke belakang, ia menemukan bahwa Sangsang berada di belakangnya.

Dia berada di antara terjaga dan bermimpi sepanjang malam. Dia segera terbangun ketika dia mendengar suara-suara kecil dari halaman dan bergegas.

Pria tua itu diam-diam menatapnya dan kemudian tiba-tiba bertanya, “Mau lihat?”

Sangsang mengangguk dengan panik.

Pria tua itu melirik Tuan Yan Se.

Tuan Yan Se tertawa dan berkata, “Sejujurnya, dia memang saksi mata yang paling cocok.”

Melihat wajah kecil Sangsang, lelaki tua itu tersenyum berkata setelah jeda singkat, “Bawalah guci baru itu. Itu belum digunakan untuk sup tonik ayam dan tidak berminyak, jadi harusnya cocok untuk mengandung cremain. ”

Mendengarkan kata-katanya, Tuan Yan Se berkata, “Jika Anda memiliki guci tua, bawalah juga. Kamu telah menghasilkan banyak tael perak dengan Kaligrafi Sup Ayam saya, tetapi saya bahkan belum minum sup ayam yang Anda buat. ”

Sangsang menundukkan kepalanya dan berkata dengan suara rendah, “Jika kalian berdua tidak pergi ke luar, aku akan merebus sup ayam untukmu hari ini.”

Pria tua itu menatapnya dengan lembut dan menggelengkan kepalanya. Kemudian dia memandang Yan Se dan berkata, “Ada minyak di guci tua, jadi kremasi akan dengan mudah menempel ke dinding.”

Master Yan Se dengan lembut melambaikan lengan bajunya dan berjalan keluar dari Old Brush Pen Shop dengan tawa nyaring, “Jubah Taoisku selalu ternoda oleh kotoran berminyak sepanjang hidupku, tapi aku tidak pernah menghindarinya. Apakah Anda pikir saya akan peduli pada benda yang mungkin terkontaminasi oleh tanah berminyak setelah mati? ”

…

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–