Nightfall Chapter 344

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Bab 344: Lebih berat dari Blade dan Lebih Cepat dari Panah

Penerjemah: Transn Editor: Transn

Ning Que tahu bahwa Saudara Kedua adalah pria yang khusyuk dan benci disanjung. Atau bisa dikatakan, dia membenci sanjungan yang dangkal dan mudah dilihat. Itu sebabnya dia berpikir panjang dan keras tentang pujiannya dan mengatakannya dengan cara yang paling alami. Sayang sekali masih salah.

Rasanya seperti mencoba menepuk pantat Kuda Salju yang indah tetapi akhirnya mendapatkan segelintir pantat Kuda Hitam Besar. Itu sedikit canggung. Namun, kulitnya tebal dan dia tidak memerah walaupun dia terdiam sesaat dan menatap danau.

“Aku mendengar bahwa Addict Kaligrafi kembali ke Chang’an bersamamu?”

“Kakak Sulung telah mengakui dia sebagai saudara perempuannya yang bersumpah dan mengundangnya ke Chang’an untuk bersenang-senang. Itu tidak ada hubungannya dengan saya. ”

Kakak Kedua meliriknya dan berkata dengan dingin, “Apakah dia akan menikah dengan Kakak Sulung?”

Itu bukan kesalahpahaman, tapi mengejek sarkastik. Bahkan kulit tebal Ning Que tidak tahan serangan itu, dan dia hanya bisa menurunkan kepalanya dan melihat ujung sepatunya seperti apa yang gadis pemalu lakukan.

“Pergi untuk barang-barangmu.”

Kakak Kedua berjalan di jembatan menuju paviliun pertengahan danau setelah itu. Posturnya stabil, atau orang mungkin mengatakan itu keras kepala. Setiap langkah diukur dan tepat. Mahkota tinggi di kepalanya tidak bergerak sama sekali dalam angin sepoi-sepoi.

Ning Que melihat punggungnya yang mundur dan bertanya-tanya mengapa Saudara Kedua suka tinggal di paviliun.

Seseorang tidak akan mendapatkan jawaban untuk pertanyaan seperti ini. Dan bahkan jika seseorang memiliki jawabannya, dia tidak akan berani mengatakannya dengan keras. Dia mengangkat bahu dan membawa tas-tasnya yang berat ke arah bengkel dengan suara gemuruh yang tidak pernah berakhir.

Di ruang uap putih, Saudara Keempat, mengenakan seragam musim dinginnya, sedang bermeditasi di meja pasir dengan garis-garis jimat di dekat jendela-jendela gelap. Kakak keenam tidak memakai atasan dan memalu logam di dekat kompor.

Dua Saudara Senior berhenti dan berbalik ketika mereka mendengar langkah kakinya. Setelah menemukan bahwa Ning Que telah kembali, kegembiraan muncul di wajah mereka. Mereka bertanya, “Apakah panah itu bermanfaat? Bagaimana dengan bilahnya? ”

Ning Que berpikir bahwa kedua Saudara Senior itu senang pada reuni mereka, namun hanya untuk menemukan bahwa mereka bahkan tidak bertanya tentang bagaimana dia. Mereka hanya khawatir tentang hasil kerja mereka. Dia tidak bisa menahan senyum pahit. Dia membungkuk dalam-dalam ke tanah ke dua Saudara Senior, mengeksekusi yang paling formal dan khidmat dari semua busur.

Dia telah menemui banyak bahaya di Wilderness. Jika bukan karena dua Saudara Senior yang telah bekerja keras pada Primordial Thirteen Arrows dan bilah jimat siang dan malam, dia pasti sudah lama mati. Mereka telah menyelamatkan hidupnya, bagaimana mungkin dia tidak bersyukur?

Ning Que meletakkan tasnya dan mengambil Primordial Thirteen Arrows dari kotak besi. Dia meletakkan mereka di tanah dengan rapi dan berkata, “Primordial Thirteen Arrows sangat berguna. Saya sudah melihat mereka, dan mereka dapat digunakan lagi setelah beberapa perbaikan sederhana. ”

Kilatan kejutan melintas di wajah Saudara Keempat. Dia menghitung panah di tanah dan berkata dengan tidak percaya, “Kamu tidak kehilangan satupun dari mereka? Bagaimana Anda mengambil semuanya kembali? ”

Ning Que menjawab dengan jujur, “Kakak Sulung menemukan mereka untukku.”

Brother Keempat tersenyum, dan berpikir dalam hati, bahwa panah itu pasti tidak akan hilang karena Kakak Sulung ada di sana.

Panah jimat di tanah adalah puncak dari upaya semua orang di belakang gunung Akademi, terutama yang dari Saudara Keempat dan Keenam. Mereka telah menggunakan semua yang telah mereka pelajari dan hampir tidak tidur dan makan untuk membuat mereka.

Mereka semua telah mendengar bagaimana Pangeran Long Qing telah kehilangan taruhan dan tahu bahwa Ning Que menggunakan Primordial Thirteen Arrows untuk mendapatkan kemenangan. Mereka tidak berharap bisa melihat semua panah jimat lagi, tetapi terkejut melihat bahwa adik bungsu mereka telah kembali dengan seluruh set. Bagi mereka, itu seperti semua anak-anak mereka telah kembali dengan selamat, dan mereka secara alami sangat bahagia.

Saudara Keenam memandang Ning Que dan bertanya dengan sederhana, “Apakah Saudara Muda masih membutuhkan kita untuk melakukan sesuatu?”

Ning Que tertawa malu. Dia berpikir pada dirinya sendiri bahwa Saudara Keenam berurusan dengan kompor dan logam sepanjang tahun, dan tidak menyangka dia akan secara akurat menebak apa yang dia pikirkan. Kemudian, dia mengeluarkan tiga podao di punggungnya dan memberikannya padanya.

Telapak tangan Keenam Saudara sangat besar. Dia meraih ketiga podao dan bertanya, “Apakah itu tidak berguna?”

Ning Que memikirkan apa yang harus dikatakan dan berkata, “Agak terlalu ringan.”

Dia telah mengalami banyak pertempuran di Wilderness. Tiga podao telah membantu menebang banyak kepala ketika dia melawan Geng Kuda. Namun, ketika dia menghadapi pembangkit tenaga listrik budidaya seperti Lin Ling, Long Qing, Ye Hongyu, dan Master Lotus, podao tidak terlalu berguna bahkan dengan garis-garis jimat terukir pada mereka.

Dibandingkan dengan Primordial Thirteen Arrows dan kantong, penggunaan podao untuknya tidak sebesar. Namun, ia terbiasa pergi berperang dengan pisau dan tidak tahan untuk meninggalkan mereka, itulah sebabnya ia berharap bahwa Saudara Keenam dapat membantu memodifikasinya.

Kakak Keenam menundukkan kepalanya dan menatap ketiga bilah itu. Dia bertanya, “Bagaimana Anda ingin mengubahnya?”

Ning Que menatap tiga podaos ramping dan memikirkan banyak hal. Dia berpikir tentang bagaimana dia telah membunuh geng kuda di Danau Shubi dengan tiga bilah dan bagaimana dia membunuh pembunuh di Jalan Gunung Utara. Namun, ketika keterampilannya meningkat, dan posisinya di dunia berubah, banyak hal telah berubah juga.

Dia biasa membawa tiga bilah bersamanya sepanjang waktu, dan itu sudah menjadi simbol. Dia dulu selalu berpikir tentang bagaimana menghadapi tiga pembunuh yang bekerja di bawah Xia Hou. Dia bisa membunuh pembunuh itu dengan jentikan jari-jarinya hari ini. Dia tidak lagi membutuhkan tiga bilah.

Dia ingin membunuh Xia Hou, tetapi Xia Hou adalah satu orang. Dia hanya membutuhkan satu pisau.

Pisau besar dan berat.

Akan lebih bagus jika bilahnya bisa lebih besar dan lebih berat dari pedang melengkung berwarna darah yang dimiliki Tang Xiaotang.

Ning Que melihat tubuh familiar dari podaos ramping dan menekan keengganan dalam hatinya.

“Kakak Senior, tolong jadikan tiga pedang ini menjadi satu.”

…

…

Beberapa Saudara Senior bermain musik dan bernyanyi, beberapa bermain catur. Ada seorang kakak laki-laki yang mengubur bunga, dan seorang saudari senior menulis naskah kecil gaya rambut di jendela. Sarjana itu sedang belajar di luar gua dan Chen Pipi ada di suatu tempat di gunung. Kakak Sulung bepergian ke suatu tempat, dan dia tidak dapat menemukan siapa pun untuk bertanya tentang pertanyaan-pertanyaan penting itu.

Ning Que tidak berani berkultivasi di belakang gunung karena itu adalah pertanyaan yang sangat penting dan dia tidak punya jawaban. Dia tidak berani mempelajari pedang terbang Kakak Kedua atau jarum terbang Suster Ketujuh. Dia khawatir bahwa Roh Hebat di tubuhnya akan bergerak dan meledak dari atas kepalanya ke awan dan bahwa monster akan datang dan memadamkannya.

Jadi dia berkeliaran di belakang gunung dengan bosan. Dia berbaring di padang rumput dan menyaksikan angsa putih Saudara Kedua memberi makan ikan. Kemudian, dia tidak bisa tinggal lagi, dan meninggalkan Akademi dengan kereta kuda dan kembali ke Chang’an.

Dia berpikir bahwa dia harus menjadi tuan rumah, dan pergi mencari para murid Taman Tinta Hitam, ingin membawa mereka berkeliling kota. Namun, Mo Shanshan telah membawa beberapa gadis dari Kerajaan Sungai Besar ke istana kekaisaran dan tidak berada di tempat tinggal mereka.

Jadi dia kembali ke Lin 47th Street dan membawa Sangsang ke House of Red Sleeves.

House of Red Sleeves adalah salah satu tempat paling elegan dan mahal di dunia. Mereka tidak membutuhkan banyak bisnis untuk mendapatkan keuntungan yang layak. Itu sebabnya mereka biasanya tidak buka pada hari itu, terutama karena itu pertengahan musim dingin. Para wanita semua bersembunyi di lantai atas atau di halaman, menggigit biji dan bergosip. Bangunan itu bahkan lebih empuk daripada bagian belakang gunung Akademi.

Namun, Ning Que bukan tamu biasa. Dia telah memasuki Rumah Lengan Merah kembali ketika dia tidak punya uang, dan dia tidak menghabiskan banyak pada tahun-tahun berikutnya. Dia juga memiliki hubungan yang tidak mudah didefinisikan dengan tempat ini. Dengan meningkatnya statusnya, muncullah popularitasnya di House of Red Sleeves.

Pelayan berjubah biasa itu sedikit tidak senang melihat seseorang masuk. Dia berpikir pada dirinya sendiri bahwa itu pasti seorang pejabat yang baru saja kembali ke ibukota dan tidak tahu aturan yang tak terucapkan dari House of Red Sleeves. Ketika dia melihat wajah Ning Que, dia terkejut dan tersenyum lebar pada keduanya dan mengundang mereka masuk. Kemudian, dia meletakkan tangannya di sisi mulutnya dan berteriak, “Wanita di lantai atas, wanita di halaman, keluar dan hibur kami.” tamu!”

Ning Que terkejut, dan kemudian, merasa geli. Dia berpikir pada dirinya sendiri, bahwa meskipun dia mungkin tidak akan pernah mencapai keadaan seperti Kakak Sulung, setidaknya dia agak sukses di bidang lain. Dia memiliki prestise yang unik.

Langkah kaki gemuruh menari di seluruh Rumah Lengan Merah ketika para wanita mendengar bahwa Ning Que telah kembali ke Chang’an. Lusinan wanita melongok keluar dari pagar dan melambaikan saputangan ke tangan mereka dengan bersemangat sambil memanggil namanya.

Ning Que tidak bisa membantu tetapi ingat pertama kali dia datang ke House of Red Sleeves dan godaan yang terjadi ketika dia melihat itu. Dia membuka tangannya lebar-lebar dengan gembira seolah dia akan memeluk semua wanita. Dia berteriak, “Aku merindukan kalian semua sampai mati!”

…

…

Dewdrop mengambil handuk panas dari tangan pelayan dan meletakkannya di wajahnya. Dia berkata dengan marah, “Para tikus itu dulu berpikir bahwa kamu lucu dan menggoda. Sekarang status Anda berbeda, mereka tidak sabar untuk melahap Anda. Jika saya tidak datang lebih awal, saya ingin melihat bagian mana dari Anda yang tetap tidak tersentuh. ”

Suara Ning Que terdengar dari balik handuk panas, “Saya menyambut melahap mereka.”

Dewdrop berkata dengan sinis, “Sepertinya hatimu telah menjadi liar setelah setengah tahun jauh dari rumah. Perintah nyonya Jian masih ditegakkan. Jangan bermimpi ada orang yang benar-benar melahapmu. ”

Ning Que bangkit dari sofa dan menyeka wajahnya. Kemudian, dia melemparkan handuk ke pelayan dan menatap Dewdrop dengan alis berkerut, “Adikku yang baik, kapan dia akan membatalkan perintah itu?”

Dewdrop mendorongnya kembali ke sofa dan memijat kakinya. Dia berkata, “Kamu bisa pergi dan bertanya pada Nyonya Jian. Saya ingin membicarakan sesuatu yang serius dengan Anda. Salinan Kaligrafi Sup Ayam tidak terjual sebaik mereka. Meja itu lebih gelap dari bagian bawah pot. Bukankah seharusnya kamu menulis sesuatu untuk dijual padaku? ”

Dewdrop tidak pernah menerima pelanggan sejak dia mulai menjual salinan Kaligrafi Sup Ayam. Bahkan pejabat paling penting akan pergi ketika mereka mendengar bahwa dia mendapat dukungan dari Ning Que dan Tuan Yan Se.

Ning Que adalah satu-satunya murid Yan Se. Dia mengerti bagaimana perasaan setiap pria dan ingin dia menghentikan bisnisnya juga. Namun, ketika dia mendengar nada suaranya, itu terdengar seolah-olah dia tidak tahu bahwa Master Yan Se sudah meninggal dunia. Dia terdiam, dan kemudian memutuskan untuk tidak memberitahunya tentang hal itu. Dia tersenyum dan berkata, “Aku akan menulis sebanyak yang kamu inginkan.”

Dewdrop memeluk kepalanya dengan bersemangat dan menggosoknya dengan keras ketika dia mendengar itu.

Figur penuh Dewdrop adalah sesuatu yang sangat dia banggakan. Tubuhnya seperti tetesan embun dan Ning Que, yang terselip di pelukannya tertahan oleh dadanya yang meluap. Namun, ketika dia memikirkan fakta bahwa dia adalah istri hampir Tuannya, dia tidak berani menikmatinya, dan berjuang untuk menghindari pelukannya.

“Saya tidak berani menentang moralitas.” Ning Que berkata dengan panik.

Dewdrop berkata dengan marah, “Siapa yang tahu di mana guru Anda itu pergi. Moral apa yang kamu bicarakan? ”

Ning Que memaksakan senyum dan berkata, “Guru pergi ke Gunung Peach untuk berkultivasi. Saya tidak tahu kapan dia akan kembali. ”

Dewdrop merasa sedikit sedih dan hampir tidak bisa membuat dirinya tersenyum. Dia berkata, “Jangan bicara tentang dia. Katakan padaku, kesenangan apa yang kamu temui di Wilderness? Saya mendengar bahwa Anda telah berhasil menculik Addict Kaligrafi dan membawanya kembali ke Chang’an. Apakah dia cantik?”

Ning Que tertegun. Bagaimana kecepatan rumor bisa lebih cepat daripada Primordial Thirteen Arrows? Terlebih lagi, penculikan apa yang dia bicarakan?

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–