Nightfall Chapter 350

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Bab 350: Tersembunyi di Kabut

Penerjemah: Transn Editor: Transn

Ning Que sengaja memilih aula utama Kuil Gerbang Selatan sebagai medan perangnya.

Perkelahian antara pembudidaya terlalu mengkhawatirkan dan tidak bisa dilakukan di jalanan. Dia tidak ingin terlalu banyak orang melihat caranya bertarung, jadi dia harus memilih ruang terbatas. Ruang itu harus cukup besar, karena ini adalah satu-satunya cara bagi pembudidaya sekte budidaya yang berbeda untuk merasa bahwa pertarungan itu adil.

Aula utama Kuil Gerbang Selatan itu sangat besar. Sinar hitam di atasnya tampak seperti garis yang menjangkau langit. Ruangan itu cukup besar untuk memuat satu pohon tinggi berusia milenium dan dapat menampung lebih dari selusin bebatuan. Namun, tidak ada pohon yang tinggi. Bahkan tidak ada meja atau kursi atau taman di aula, tetapi hanya balok yang menggantung tinggi dan pilar di samping, membuat ruangan terlihat sangat kosong.

Papan-papan kayu hitam di tanah tampak merentang tanpa henti.

Ning Que dan Guan Hai duduk bersila di atas tikar jerami di kedua ujung lantai hitam, saling berhadapan.

Keduanya saling mengangguk memberi salam.

Ning Que berkata, “Saya tidak memiliki pisau atau panah, hanya jimat. Aku akan bertarung dengan jimat hari ini. ”

Biksu Guan Hai berkata, “Saya memiliki Gesture Buddha yang penuh Emblematic. Dan Buddha akan melindungiku. ”

Aula itu terlalu kosong, dan suara mereka bergema di lantai hitam.

Biksu Guan Hai berkata, “Tuan Tiga belas sadar bahwa rasa hormatku pada Akademi itu nyata, dan begitu pula kekagumanku padamu. Namun, aku ingin memenangkan pertempuran hari ini karena aku melihat guruku sebagai Buddha, tetapi dia menganggap Kepala Sekolah Akademi sebagai Buddha. Saya marah setiap kali memikirkan hal ini. Dan untuk menyingkirkan amarah ini, aku harus mengalahkanmu hari ini. ”

Ning Que menatap biarawan di kejauhan dan berkata, “Jika Anda ingin mengalahkan saya, silakan, pergi dulu.”

Biksu Guan Hai berkata, “Tidak tepat bagi murid sekte Budha untuk marah, apalagi menyerang terlebih dahulu.”

Setelah beberapa saat hening, Ning Que berkata, “Jika saya menyerang lebih dulu, Anda tidak akan memiliki kesempatan untuk menyerang lagi.”

Biksu Guan Hai mengangkat telapak tangan kanannya di hadapannya dan tersenyum tanpa mengatakan apapun.

Ning Que tidak tahu bahwa gerakan biksu itu adalah pertahanan serius yang dibuat oleh Raja Kebijaksanaan Sekte Buddha, tetapi dia jelas bisa merasakan bahwa ada aura Buddha yang sangat murni di Kuil Tao yang kosong. Ketenangan memunculkan rasa damai.

Namun, karena itu adalah pertempuran, bagaimana mungkin damai?

Ning Que meletakkan tangan kirinya di atas lututnya dan perlahan mengangkat tangan kanannya. Ujung jarinya bergerak, dan kertas Fu kuning pucat melayang perlahan. Pintu dan jendela sudah lama ditutup dan tidak ada angin di aula. Namun, kertas Fu tergantung di udara karena beberapa alasan, seolah-olah itu adalah daun longgar yang mengambang di angin musim gugur. Itu berkibar dan terbang melalui seluruh aula, dan jatuh ke arah biksu Guan Hai.

Ketika selembar kertas Fu melayang sekitar dua kaki jauhnya dari biksu Guan Hai, dia tiba-tiba menekuk telunjuk kanannya. Dengan ini, ia menyempurnakan gerakan Raja Kebijaksanaan, dan aura di sekitar tubuhnya menebal beberapa kali.

Sepotong kertas kuning pucat tampak lemah di hadapan aura Buddha yang megah ini, seperti daun yang jatuh di angin musim gugur. Namun, tepat ketika keduanya bertemu, kertas Fu tiba-tiba terbakar dengan ganas. Itu menjadi bola api besar dalam waktu yang sangat singkat dan menyelimuti biksu Guan Hai.

Ekspresi biksu Guan Hai tidak berubah di hadapan api yang membakar. Dia bahkan perlahan-lahan menutup matanya, dan menekuk jari tengah kanannya sambil memegangnya di depan dadanya, memberi isyarat sentuhan lembut. Qi Langit dan Bumi di aula dipengaruhi oleh ketenangan dan jatuh dengan lembut, membentuk penghalang tipis di sekitar tubuhnya.

Api menyelimuti tubuh biksu Guan Hai dan membakar Qi tipis Surga dan penghalang Bumi. Itu membuat dengungan aneh, seperti suara membakar kayu bakar, atau ketel yang direbus kering. Namun, orang dapat dengan jelas melihat bahwa ekspresi biksu Guan Hai tenang; penghalang yang tak terlihat tetap stabil dan tidak terpengaruh sama sekali.

Kebakaran jimat tidak bisa bertahan lama.

Ketika jimat kehilangan kekuatannya, api yang menyelimuti biksu Guan Hai berangsur-angsur padam. Penghalang yang tak terlihat memantulkan api terakhir dalam banyak warna, seperti pecahan kaca pecah. Dalam penghalang, mata biksu Guan Hai terbuka dan dia mengarahkan pandangannya yang tenang dan tak tergoyahkan pada Ning Que, yang sedang duduk di tikar rumput yang berlawanan di aula.

Tampaknya inilah giliran bagi kelompok besar Sekte Buddhis ini untuk menyerang. Tetapi Ning Que telah mengatakan, bahwa jika dia menyerang lebih dulu, maka biksu Guan Hai tidak akan memiliki kesempatan untuk menyerang balik, dan ini persis seperti yang dia janjikan.

Saat api membakar penghalang tak terlihat yang terbuat dari Qi Surga dan Bumi di sekitar biksu Guan Hai, potongan kedua kertas Fu diam-diam melayang keluar dari lengan Ning Que. Itu melayang dekat dengan lantai berkilau gelap menuju biksu Guan Hai. Ketika api Fu yang terakhir akhirnya menghilang dan biksu Guan Hai membuka matanya dengan niat untuk mengembalikan serangan, kertas Fu melepaskan kekuatan Fu yang agung.

Badai petir yang megah turun dari langit di atas.

Namun, mereka berada di dalam kuil di bawah atapnya. Dari mana asal langit?

Badai petir datang dari udara 30 kaki di atas tanah di dalam aula kuil, dan kemudian jatuh dengan berisik.

Itu terlihat agak aneh.

Sikap pertahanan Biksu Guan Hai bisa menyingkat Qi Surga dan Bumi jauh ke dalam baju zirah Dewa Kebijaksanaan dan mengisolasi semua kekuatan tak berwujud seperti Kekuatan Jiwa atau api Fu. Namun, hujan di kuil yang dimulai di udara itu nyata dan tidak bisa dihentikan oleh penghalang tak terlihat. Biksu itu basah kuyup dari kepala sampai ujung kaki.

Air hujan yang dingin mengalir di jubah biarawan tipis Guan Hai dan wajahnya yang sedikit kecokelatan. Dia memandang Ning Que yang duduk di tikar rumput di kejauhan, rasa bingung yang kuat tumbuh dalam dirinya. Mengapa jimat kedua adalah jimat air?

Dia telah memastikan prestasi Ning Que dalam Talisman Taoism dari nyala api yang ganas. Seandainya dia belum dikultivasi menjadi status surgawi, dia akan berada pada posisi yang sangat tidak menguntungkan. Namun, air adalah salah satu benda terlemah dan terlemah di bumi. Jika seseorang hanya menggunakan jimat air untuk melawan musuhnya, ia harus menjadi Master Jimat Ilahi untuk mengumpulkan semua air di bumi dan membuatnya sekuat baja. Namun, Ning Que jelas masih jauh dari menjadi Master Jimat Ilahi.

Hujan mengalir turun ke wajah biksu Guan Hai, mencuci kebingungan dan keraguannya.

Hujan mungkin tampak megah, tetapi itu tidak menyebabkan bahaya baginya. Dia memutuskan untuk tidak memikirkannya. Jari tengah tangan kanannya memegang sebelum tubuhnya muncul, menjentikkan satu tetes hujan.

Bahkan, jari biksu Guan Hai tidak benar-benar menyentuh tetesan air hujan, itu adalah perasaannya yang telah menyentuhnya. Kemudian, tetesan air hujan memahami kehendaknya, dan dengan susah payah, menerobos udara di aula dan terbang ke arah Ning Que seperti panah!

Ning Que tampaknya tidak melihat tetesan hujan. Dia tidak bergerak untuk menghindar, tetapi hanya menundukkan kepalanya.

Biksu Guan Hai samar-samar bisa melihat tetesan hujan merembes ke rambut Ning Que melalui tirai hujan. Dia tidak bisa membantu tetapi sedikit membeku ketika dia bertanya-tanya bagaimana Kuil Lanke akan menjelaskan kepada Akademi jika dia benar-benar melukai Ning Que.

Tanpa diduga, tetesan hujan tampaknya tidak memiliki efek pada Ning Que. Dia diam-diam menundukkan kepalanya.

Koran Fu ketiga yang dikeluarkannya sudah melayang di depan biksu Guan Hai. Ini melepaskan semua kekuatan jimatnya tepat ketika hujan berhenti di tengah-tengah kuil Tao. Aura murni dalam kertas Fu meresap ke dalam setiap tetes air.

Badai telah berhenti, dan air hujan mengalir dari biarawan Guan Hai, dan di lantai berkilau gelap. Dengan rembesan kekuatan jimat, air hujan membeku pada kecepatan yang bisa dilihat oleh mata telanjang. Air di tanah membeku menjadi gletser mini, dan yang mendarat di biarawan Guan Hai berubah menjadi es miniatur!

Rasa dingin yang kuat menyelimuti aula kuil yang kosong.

Air hujan dalam jubah dan wajah biksu Guan Hai berubah menjadi es. Bulu matanya menjadi bubungan es di bawah atap di musim dingin. Tubuhnya ditutupi oleh lapisan es transparan yang tipis, dan dia tampak seperti patung es Buddha.

Air di antara patung Buddha pahatan es dan lantai hitam juga telah membeku. Mereka yang pernah hidup selama musim dingin akan tahu, bahwa pembekuan seperti itu lebih kuat daripada perlekatan aspal. Biksu Guan Hai telah benar-benar membeku di dalam es dan tidak bisa menggunakan kekuatannya. Dia tidak akan bisa keluar dari situasi ini dalam waktu singkat, dan hanya bisa menunggu untuk dengan mudah dikalahkan oleh Ning Que.

Namun, sementara Biksu Guan Hai tidak terkenal, ia, bagaimanapun, adalah murid inti dari sesepuh Kuil Lanke yang terpencil. Kultivasinya dalam seni Buddha berada di atas tujuh murid di Sekte Buddha. Apakah dia akan begitu mudah dikalahkan oleh jimat es?

Biksu Guan Hai tetap beku oleh es. Sementara dia tidak bisa menggerakkan tubuhnya, hatinya bisa. Bibirnya tidak bisa bergerak, tetapi pikirannya bisa. Ada aura tebal dan penuh kasih sayang yang keluar dari perutnya. Sulit dimengerti, tetapi sangat serius.

Itu adalah Nyanyian Buddha!

Saat Nyanyian Buddha berdering di aula kosong, kelopak mata biksu Guan Hai sedikit bergetar. Es di atasnya jatuh, dan baju besi es di sekitar jubah biksunya yang tipis pecah. Tangannya akhirnya dibebaskan ketika es di lengan bajunya meleleh.

Seorang bhikkhu akan menjalankan etika Buddhis dengan kedua tangan, itulah sebabnya tangan adalah bagian terpenting dari seni Sekte Buddhis.

Tangan Biksu Guan Hai akhirnya mendapatkan kembali kebebasan. Dia menyatukan kedua telapak tangannya tanpa ragu, dan dua isyarat Raja Kebijaksanaan di masing-masing tangan bertemu. Kekuatan kuat yang kuat meledak darinya, dan itu memecah es jimat di sekitarnya menjadi pecahan.

Puluhan ribu pecahan es menggantung di sekelilingnya, melayang di udara.

Sinar siang hari terakhir bersinar melalui celah-celah jendela dan dipantulkan dan dibiaskan oleh segudang es. Mereka berubah menjadi sinar cahaya keemasan, memandikan biksu Guan Hai dalam cahaya itu, dan gerakan Raja Kebijaksanaannya telah selesai!

Pada saat inilah ketika Ning Que mengangkat kepalanya dan memandangi biksu Guan Hai yang bermandikan cahaya Buddha. Tangan kiri yang telah bertumpu di lututnya tiba-tiba mengencang, menghancurkan kertas Fu yang diam-diam dipegangnya sejak lama.

Ning Que telah menggunakan kantong yang ditinggalkan Master Yan Se di dekat Danau Daming. Dia merasakan hatinya bergerak ketika dia merasakan kekuatan dalam Fu. Dia telah membuat niat pertamanya Fu dalam perjalanannya kembali ke Chang’an.

Itu Scatter Fu yang dia aktifkan sekarang!

Scatter Fu ini tidak melayang ke arah biksu Guan Hai karena itu adalah niat Fu. Ning Que tidak bisa menggunakan metode yang dia kuasai hari ini, di tepi danau di Gunung Yanming. Kekuatan Fu melayang, tampak sedikit lemah.

Sementara diselimuti cahaya keemasan, biksu Guan Hai mengerutkan alisnya saat dia merasakan kelemahan kekuatan Fu yang mendekat.

Aktivasi Ning Que dari Scatter Fu tidak ditujukan pada biksu, tetapi pada pecahan es di sekitarnya.

Kekuatan Fu di Scatter Fu diaktifkan, dan pecahan es yang pecah menjadi lebih kecil.

Debu sedikit lebih kecil dari pecahan es.

Es adalah air.

Air yang berubah menjadi debu akan menjadi awan atau kabut.

Kabut memenuhi kuil, seolah-olah dunia tiba-tiba melayang tinggi di awan. Asap mengaburkan segala sesuatu yang terlihat, bahkan mengganggu Qi Langit dan Bumi.

Pada saat itulah kabut mulai beriak.

Kabut menghilang sedikit, mengungkapkan Ning Que.

Dia berdiri di depan biksu Guan Hai.

Dia hanya berjarak dekat.

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–