Nightfall Chapter 369

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Bab 369: Tidak Bisa Membantu Mencintainya Bahkan Tanpa Melihatnya

Penerjemah: Transn Editor: Transn

“Dia telah mengirim tael perak ke orang-orang di Kota Wei dan tahu bagaimana cara merawat Sangsang. Aku pikir dia akan selalu menghormatimu dan Jun Mo, dan akan selalu mempertahankan rasa memiliki di Akademi. ”

Kepala Sekolah Akademi melihat kembali ke arah Ning Que yang tidak sadarkan diri, dan berkata sambil tersenyum, “Tentu saja ini adalah masalah sepele, tapi saya pikir mereka dapat mempengaruhi pilihan anak itu di masa depan.”

Kakak Sulung mengerutkan kening ketika mendengar nama Sangsang, tetapi dia tidak berkomentar tentang hal itu. Sebaliknya, dia tiba-tiba berkata, “Muncul tanpa noda dari kotoran. Saya selalu ingat kalimat dalam artikel Anda ‘On the Love of Lotus’. ”

Kepala Sekolah Akademi berhenti, lalu berbalik untuk melihat magang pertamanya yang tercinta, dan berkata perlahan, “Artikel itu sebenarnya menceritakan kisahmu.”

Kakak Sulung menundukkan kepalanya dan berkata, “Aku malu dengan pujian yang tidak patut.”

Kepala Akademi menjawab, “Tidak ada orang yang sempurna di dunia. Sehubungan dengan moralitas, Anda lebih baik dari saya, lebih baik dari Paman Bungsu Anda dan lebih baik daripada siapa pun yang saya temui selama bertahun-tahun. Tapi kamu tidak cukup perhatian dan tidak bertindak sebaik Jun Mo, sehubungan dengan hal yang terjadi beberapa hari yang lalu. ”

Kakak Sulung mendengarkan dengan hormat kritik dari gurunya, dan berkata, “Saya khawatir murid-murid Sekte Buddhisme telah mengetahui bahwa ada sesuatu yang mencurigakan tentang payung hitam besar yang dibawa oleh Saudara Bungsu kita, kita harus lebih bijaksana. . ”

Kepala Sekolah Akademi menatapnya dengan diam, lalu dia tiba-tiba menjentikkan lengan bajunya. Daun-daun mati dengan tidak teratur terbang di jalan dan melonjak lurus ke langit malam yang dalam, seolah-olah meninggalkan beberapa jejak di belakang bintang-bintang.

“Mereka bahkan belum menemukan Dunia Bawah, bagaimana mereka bisa menemukan Yama?”

“Selain itu, jika mereka tidak dapat menemukan Yama sendiri, bagaimana mereka dapat menemukan anak Yama?”

“Bahkan aku tidak bisa tidak menyukainya, apalagi adikmu yang termuda, si gila.”

Kepala Sekolah Akademi memandang Ning Que yang masih tak sadarkan diri dan tersenyum.

Lalu dia berkata dengan tenang, “Saya sudah katakan sebelumnya bahwa tidak ada yang bisa menilai hal-hal yang tidak diketahui dan tidak dapat dikonfirmasi sebelumnya, atau memotong perkembangan segala kemungkinan hanya untuk memberantas kemungkinan hasil buruk, karena kehidupan itu sendiri adalah sekumpulan banyak kemungkinan. ”

Kakak Sulung teringat argumennya dengan Kakak Bungsunya di belakang gunung Akademi dan kata-kata yang dia gunakan saat itu; dia tiba-tiba menyadari bahwa dia lupa pelajaran yang diajarkan oleh gurunya. Keringatnya menyembur keluar dari banjir dan merendam jaket tua di tubuhnya; tidak jelas apakah ini disebabkan oleh kelelahannya membawa Ning Que di punggungnya, atau karena keheranan yang dirasakan di hatinya.

“Guru, saya salah.”

Kepala Sekolah Akademi tersenyum dan membalikkan tubuhnya ke depan sementara Kakak Sulung membawa Ning Que di punggungnya dan mengikuti gurunya. Itu adalah malam yang paling dalam di akhir musim dingin; seorang guru sedang menuju ke depan di jalan Chang’an dengan dua muridnya yang terkasih, tetapi tidak diketahui kemana mereka pergi.

…

…

Ketika malam tiba di Chang’an, sebagian besar lampu padam. Selain lampu-lampu di dinding istana kekaisaran, hanya kasino dan rumah bordil yang ramai di Kota Barat yang masih menyala, sementara Kota Selatan, yang dipenuhi para menteri dan pengusaha kaya, dijaga ketat dan biasanya sudah diselimuti kegelapan di waktu itu. Namun, ada satu rumah besar yang masih memiliki lampu malam ini.

Di dalam mansion Sekretaris Besar Perpustakaan Kekaisaran, Ny. Zeng terus-menerus menyeka air matanya di kursi bundar ruang belajar. Ada ekspresi jelas kecemasan dan kasihan di wajahnya yang lembut.

Sekretaris Besar Zeng Jing menatapnya dan menghela nafas, “Sekarang putri kami akhirnya kembali, mengapa Anda masih begitu sedih? Wajar kalau dia merasa terasing sekarang, dan aku yakin suatu hari dia akan memanggilmu ibu, jadi jangan terburu-buru. ”

Nyonya Zeng mengangkat kepalanya dan menjawab suaminya dengan perasaan sentimental, “Tentu saja saya mengerti, dan saya tidak akan memaksa putri kami untuk bertindak seperti yang saya harapkan hari ini. Aku hanya patah hati sebagai ibunya, memikirkan penderitaannya selama bertahun-tahun, aku terutama tidak bisa menahan air mata ketika aku melihat penampilannya yang kurus. ”

Sekretaris Besar Zeng Jing heran dan bertanya, “Apa yang terjadi padanya?”

“Bangunan kecil di Jingmin Garden dilengkapi dengan empat pelayan dekat dan empat pembantu pendukung untuk putri kami. Tetapi ketika saya pergi ke sana, saya menemukan bahwa delapan gadis telah diusir dari gedung oleh putri kami. Saya bertanya kepadanya mengapa, dan putri kami memberi tahu saya bahwa ia sudah biasa melayani seseorang selama ini, dan tidak terbiasa menunggu. ”

Air mata keluar dari mata Ny. Zeng ketika dia memandangi Sekretaris Besar dan berkata, “Apakah Anda tahu apa yang saya rasakan sebagai ibunya ketika saya mendengar kata-katanya? Dan jangan mencoba menyembunyikan apa pun dari saya, saya tahu alasan mengapa Anda ragu-ragu kemarin. Anda hanya khawatir bahwa Yang Mulia bermaksud untuk menarik Akademi dari sisinya dan tidak mau melihat putri kami memutuskan hubungannya dengan tuannya yang terkutuk. ”

Laporan dari pengurus kamarnya membuat Zeng Jing lebih terkesan pada Sangsang. Putrinya yang sudah bertahun-tahun tidak dilihatnya sebenarnya adalah seorang gadis yang tenang, manis, dan berbudaya baik meskipun fakta bahwa dia tidak banyak bicara dan tidak tampak menyenangkan. Dia menganggukkan kepalanya dan merapikan janggutnya, lalu mengingat resep Yang Mulia, dan berkata setelah beberapa saat hening, “Bagaimanapun dia adalah putri kami, aku tidak akan membiarkannya meninggalkan kami sekali lagi tidak peduli apa yang ada di Her Pikiran Majesty. Jangan khawatir. ”

Tiba-tiba ada gumpalan kuda yang tiba-tiba dan tergesa-gesa di jalan di luar Rumah Sekretaris. Akademi itu jauh dari pintu depan; Namun, clipping itu sangat keras, jelas dan bahkan menggetarkan hati di tengah malam.

Sekretaris Besar Zeng Jing mengerutkan kening dan berdiri untuk melihat ke luar ruang kerja.

Dengan langkah tergesa-gesa, pelayan dari Rumah Sekretaris membawa seorang kasim ke ruang kerja.

Melihat si kasim, Zeng Jing sedikit mengernyit, kemudian dia melambaikan tangannya untuk memecat semua pelayan, menuangkan secangkir teh dan mengirimkannya ke kasim. Dia membuka mulutnya tetapi tidak berbicara.

Semua terdiam di dalam ruang kerja.

Zeng Jing berasumsi, secara keliru, bahwa Yang Mulia ingin menanyakan tentang kembalinya Sangsang dari Toko Pen Brush Lama, dan telah membuat persiapan mental yang menyeluruh. Namun, sebelum dia memiliki kesempatan untuk berbicara, kasim itu berkata kepadanya dengan tersenyum, “Tuan Zeng, ini adalah dekrit Yang Mulia.”

Zeng Jing menyadari bahwa tamu itu adalah Kasim Lin, kemudian ia jatuh dalam kebingungan. Sangat jarang melihat dekrit mendadak seperti ini pada malam hari sejak era Tianqi, ketika Kekaisaran Tang makmur, para pejabat pemerintah jujur dan jujur, dan orang-orang berdamai. Bahkan jika sesuatu terjadi di perbatasan, Yang Mulia tidak akan mengirim seorang kasim untuk memanggilnya ke istana. Dan sida-sida itu, di luar dugaannya, adalah kepala kasim favorit Yang Mulia yang memiliki pangkat tertinggi.

Kasim Lin tidak menyisakan terlalu banyak waktu untuk Zeng Jing untuk memikirkan semuanya, dan kemudian berkata dengan lembut, “Yang Mulia senang dengan reuni keluarga Anda. Saya kira besok akan ada dekrit, jadi saya datang malam ini untuk mengucapkan selamat. ”

Tidak perlu baginya untuk datang di malam hari, Zeng Jing tahu pasti ada cerita lain di balik dekrit ini.

Seperti yang diharapkan, Kasim Lin melanjutkan, “Ada satu hal, Sangsang masih menjadi hamba perempuan dari Ning Que pada daftar rumah tangga. Untuk mencegah ketidaksetujuan di antara orang-orang, Yang Mulia menyarankan Anda mengirimnya kembali ke Old Brush Pen Shop malam ini. ”

Zeng Jing marah dengan ini, berpikir itu tidak masuk akal bagi Yang Mulia untuk memberikan dekrit seperti ini untuk memisahkan seorang gadis dari orang tuanya. Kemudian dia berkata dengan suara rendah, “Saya perlu melihat Yang Mulia di istana.”

Sepertinya Kasim Lin sudah menduga bahwa Sekretaris Zeng akan bertindak seperti ini dan menunjukkan sedikit kejutan. Dia melangkah maju dan berbisik di telinga Sekretaris Zeng, “Ini adalah keinginan Kepala Sekolah Akademi.”

Zeng Jing tercengang dan bertanya dengan sangat hati-hati, “Kepala Sekolah Akademi … telah kembali?”

Kasim Lin menghela nafas, “Itu benar, Kepala Sekolah tidak mengirim pesan ke istana selama bertahun-tahun. Anda pasti tahu kekuatan kata-katanya. Bahkan jika dia mengatakan kepada Yang Mulia untuk merobohkan Istana Daming, Yang Mulia akan mengikuti instruksinya, karena Yang Mulia menganggap dirinya sebagai murid seumur hidup Kepala Sekolah dan tidak pernah melanggar perintahnya. ”

Zeng Jing ragu-ragu.

Pada saat itu, Nyonya Zeng tiba-tiba meledak dengan suara bergetar, “Saya sudah kehilangan dia selama lebih dari sepuluh tahun, jika anak saya tidak mau pergi, tidak ada yang bisa membawanya pergi dari saya.”

Zeng bukan berasal dari keluarga kelas atas dan tidak memiliki hubungan dengan rumah tangga besar di Kabupaten Qinghe. Dia hanya gadis sipil biasa sebelum menikah dengan Zeng Jing. Dan di Kerajaan Tang, warga sipil biasalah yang memiliki perasaan dan pandangan pahala yang paling sederhana dan paling ditentukan.

Kekuatan dan kekuatan akan kehilangan daya tariknya di hadapan orang-orang dengan perasaan dan pandangan seperti itu. Tidak masalah jika itu adalah Kepala Sekolah Akademi atau Yang Mulia, mereka berdua harus minggir untuk saat ini.

Kasim Lin dilanda kepanikan untuk sementara waktu dan mengembangkan rasa hormat yang menyedihkan terhadap istri Sekretaris, dan menjawab dengan lembut, “Nyonya, Anda salah tentang keputusan itu. Tentu saja, terserah pada Miss Sangsang sendiri. Yang Mulia hanya menyarankan agar kalian berdua tidak menghentikannya. Jika saya boleh berbicara langsung dengan Miss Sangsang? ”

Sekretaris Zeng dan Mrs. Zeng saling bertukar pandang; mereka berdua tahu bahwa mereka seharusnya tidak bertindak terlalu keras sekarang karena kehendak Yang Mulia. Jadi mereka mengirim pelayan ke Jingmin Garden untuk memeriksa apakah Sangsang tertidur.

Sangsang tidak tidur nyenyak karena dia tidak di Old Brush Pen Shop. Dia menatap pola rumit dan indah di tirai sepanjang malam kemarin, sementara malam ini dia terpana, duduk di samping jendela.

Dia datang ke ruang belajar.

Kasim Lin hanya mengatakan satu kalimat, “Ning Que terluka parah.”

Sangsang terdiam beberapa saat, kemudian dia berbalik dan berjalan keluar dari ruang kerja seolah-olah dia tidak mendengar apa-apa.

Segera setelah itu, dia kembali memegang tas bepergiannya.

Dia membungkuk kepada Sekretaris Zeng dan Mrs. Zeng, dan kemudian berkata dengan suara rendah, “Aku akan pergi menemuinya dan aku akan kembali besok.”

Kemudian dia berpikir sejenak, dan menambahkan, “Aku akan kembali begitu dia baik-baik saja.”

…

…

Hutan bambu di dalam Reception Yard itu seperti laut hijau hitam, dan rumput air lebat di Danau Ink bergoyang selama angin malam musim gugur yang dalam. Para murid Black Ink Garden tidak tahu apa yang dibicarakan oleh Senior Brother Ning Que dan Hill Master, atau apa yang terjadi pada siang hari, dan tertidur di kamar mereka.

Mo Shanshan belum tidur. Dia sedang melihat potongan-potongan kaligrafi di depannya di bawah cahaya lilin. Potongan-potongan ini ditulis oleh Ning Que pada siang hari; Meskipun tinta pada mereka sudah kering, tetap segar seolah-olah masih membawa bau pada saat itu.

Zhuo Zhihua berjalan masuk dengan pakaian tipis menutupi bahunya. Dia menatap Mo Shanshan dan bertanya dengan cemas, “Apa yang telah terjadi? Mengapa kita harus meninggalkan Chang’an terlebih dahulu? ”

Mo Shanshan tersenyum dengan mata tertuju pada kaligrafi di bawah cahaya lilin. Bibir merahnya yang tertutup rapat seperti garis merah di pohon willow, yang melambangkan pernikahan di Kerajaan Sungai Besar.

“Dikatakan bahwa Ning Que telah terluka sebelum datang ke sini hari ini.”

Mo Shanshan mengerutkan kening, dan bertanya dengan singkat, “Siapa lawannya?”

“Biksu Daoshi dari Kerajaan Yuelun. Dia menantang Ning Que di sisi jalan dan kepalanya dipotong oleh Ning Que. ”

Zhuo Zhihua berkata setelah ragu-ragu, “Saya pernah mendengar bahwa Biksu Daoshi telah meneriakkan kitab suci dan menghormati Buddha di Kuil Xuankong selama bertahun-tahun. Keadaan kultivasinya tinggi, jadi saya kira Ning Que pasti terluka parah. ”

Mo Shanshan berdiri, lalu dia duduk lagi setelah diam.

“Kamu sudah terluka ketika menulis kaligrafi, mengapa kamu tidak memberitahuku?”

Candlewick, yang sudah lama tidak dipangkas, meringkuk sedikit dan bersinar redup. Cahaya itu berwarna kuning primrose di rok putih gadis muda itu, tetapi gagal menyembunyikan pucat di wajahnya.

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–