Nightfall Chapter 393

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Bab 393: Qi Terakhir

Penerjemah: Transn Editor: Transn

Hidangan utama untuk hari ini adalah daging babi yang direbus dengan saus cokelat.

Ning Que berjongkok di pintu masuk gua, memegang mangkuknya dan mengunyah daging babi berminyak. Dia melihat pemandangan tebing yang curam dan bertanya, “Chen Pipi pasti akan datang untuk makan gratis selama dia bisa mencium bau daging. Namun, dia datang menemui saya kurang dari sebelum bulan ini dan selalu pergi terburu-buru. Apa yang dia lakukan baru-baru ini? ”

Sangsang mendorong daging ke samping panci dengan sendok untuk menuangkan saus daging ke nasi. Kemudian dia memegang mangkuknya dan berjongkok di sampingnya. Dia berpikir sejenak dan menjawab, “Aku juga tidak tahu. Tetapi Tang Xiaotang memberi tahu saya bahwa dia membantunya dengan kesulitan berkultivasi ketika dia datang untuk bermain. ”

Ning Que bingung, mengingat kembali pembicaraan tentang siapa monster yang sebenarnya dua bulan lalu. Dia mencibir dan berkata, “Mengatasi kesulitan dalam kultivasinya? Akulah yang membutuhkan bantuannya, bukan gadis kecil itu. Taoisme dan Doktrin Iblis tidak dapat didamaikan. Sekarang siapa monster di belakang gunung? ”

Sangsang tidak dapat memahami apa yang ia bicarakan.

Ning Que berbalik dan menatapnya, “Saya mendengar bahwa Pendeta Ilahi Agung dari Wahyu telah mengunjungi Rumah Cendekia.”

Sangsang mengangguk dan terus makan.

Ning Que bertanya, “Kamu tidak kembali kali ini?”

Sangsang bergumam dalam konfirmasi.

Ning Que menatap dahinya yang gelap dan bertanya dengan suara rendah, “Apa rencanamu untuk ini? Aula Tuhan mungkin membawa Anda, penerus Pendeta Ilahi Agung Cahaya, lebih serius daripada penerus sebelumnya di masa lalu, mengingat bagaimana mereka telah mengirim Pendeta Ilahi Besar untuk menjemput Anda. ”

Sangsang bertanya, “Apa pendapatmu?”

Ning Que berpikir sejenak sebelum berkata, “Meskipun saya tidak suka Istana Ilahi West-Hill dan saya masih menganggap ini konyol, saya tidak pernah berharap Anda menjadi Imam Besar Ilahi Cahaya. Meskipun saya harus mengakui, itu benar-benar suatu kehormatan besar, akan sangat disayangkan untuk tidak menerimanya. ”

Sangsang tiba-tiba meletakkan mangkuk itu dan menatapnya dengan serius. “Yang harus kita perhatikan adalah bagaimana kamu bisa keluar dari sini.”

…

…

Bahkan burung yang paling mabuk akhirnya akan menemukan jalan keluar dari hutan, dan bahkan seorang idiot bisa mendapatkan kesuksesan jika dia berusaha cukup keras.

Meskipun didorong untuk kelelahan dan kegilaan selama berhari-hari, Ning Que menunjukkan ketekunan dan kesabaran yang luar biasa. Sama seperti ketika dia berjuang untuk bertahan hidup di Gunung Min, berjuang dengan budidaya di perpustakaan lama, dan mendapatkan inspirasi dalam hujan, dia akhirnya mencapai misi mustahil ini dan sepenuhnya menguasai karakteristik penting dari Qi Surga dan Bumi.

Itu berarti dia akhirnya bisa mengubah Roh Hebat di dalam dirinya menjadi Qi alami Surga dan Bumi. Dengan ini, dia akhirnya bisa berjalan keluar dari gua tanpa memicu penghalang yang ditetapkan oleh Kepala Sekolah.

Dia sepenuhnya yakin bahwa dia sekarang bisa melakukan ini.

Setelah berulang kali dibanting kembali ke gua oleh penghalang, ia secara bertahap menjadi semakin pucat dan putus asa. Namun dia juga mendapatkan pemahaman baru tentang manipulasi Roh Besar.

Dia benar. Aura yang ditinggalkan oleh Kepala Sekolah Akademi di pintu masuk gua tidak lagi bereaksi terhadap Roh Hebatnya. Namun, dia terkejut ketika dia kemudian menabrak dinding yang tak terlihat dan tidak bisa dihancurkan tepat saat kaki kanannya hendak melewati garis.

Apa itu sekarang?

Di gua yang dalam, Ning Que menundukkan kepalanya di antara kedua kakinya. Butuh waktu lama untuk menekan gelombang baru keputus-asaan dan rasa kasihan dalam hatinya sebelum dia bisa mulai berpikir dengan penuh perhatian sekali lagi.

Tiba-tiba, dia menemukan jawabannya. Namun pada saat berikutnya, dia menjadi kecewa sekali lagi.

Setelah aura yang ditinggalkan oleh Kepala Sekolah Akademi di pintu masuk gua merasakan Roh Besar atau aura yang tidak alami, itu akan memicu penghambatan, yang akan memanggil semua Qi Surga dan Bumi di sekitar tebing. Itu akan membekukan lautan luas dan membingungkan untuk menelan setiap orang yang mencoba menerobosnya.

Di sisi lain, itu akan berubah menjadi dinding atau pagar sebagai gantinya ketika seseorang tanpa Qi Surga dan Bumi yang tidak alami mencoba melewatinya.

Dibandingkan dengan laut Qi yang kacau, dinding statis ini tidak terlalu mengerikan. Namun, itu masih tidak mudah untuk melewati aura yang ditinggalkan oleh Kepala Sekolah Akademi.

Ada cara yang bisa semudah itu.

Meskipun hanya berada di Lower Seethrough State, Ning Que memiliki kesempatan untuk secara paksa menerobos penghambatan dengan meningkatkan Roh Hebat. Terlebih lagi, dia telah belajar bagaimana menyegarkan Qi sesuai dengan bagian terakhir Origin of Primordial Qi of Nature. Selama dia bisa meningkatkan Roh Hebatnya, meski sedikit, dia mungkin bisa menghancurkan dinding.

Dengan kata lain, apa yang perlu dia lakukan sekarang adalah memperkuat Roh Besar dalam dirinya sebanyak mungkin.

Namun, Roh Besar yang lebih kuat yang berada di dalam tubuhnya, semakin berbahaya ketika melewati penghambatan, dan semakin besar reaksi dari lautan Qi yang kacau setelah penghambatan dipicu juga.

Dia mampu mengubah semua Roh Hebatnya menjadi Qi Surga dan Bumi alam. Butuh tiga bulan baginya untuk melakukan ini, dan itu membuatnya lelah dan lelah. Dia tidak lagi memiliki energi atau tekad untuk mengulanginya, apalagi untuk mengakumulasi dan mengubah Roh Agung yang lebih besar lagi.

Begitu dia menyadari hal ini, dia berhenti memupuk Roh Besar. Dia mengakui bahwa jika dia terus melakukan ini, dia tidak hanya akan terus menderita, tetapi juga berakhir dengan cara yang sama seperti Paman Bungsunya.

Kemungkinan ini mengingatkannya dan bahkan membuatnya takut.

Ini adalah kontradiksi.

Ini adalah ujian terakhir yang ditinggalkan Kepala Sekolah untuknya.

Harapan putus asa, sementara bahaya besar ada dalam harapan.

Bagaimana dia membuat pilihannya?

Pilih untuk terus menunggu fajar hari yang baru, bahkan jika hari itu tidak pernah datang?

Atau untuk mempertaruhkan hidup Anda dengan berani mengambil satu langkah lagi ke dalam terang, terlepas dari bahayanya?

…

…

Duduk di tanah, Ning Que dengan susah payah merenungkan untuk waktu yang lama. Dia tidak bisa menemukan solusi apa pun, hanya merasa semakin kesal. Dia terus bergumam, “Apakah ini tidak cukup sekarang?”

Dia tidak tahu kepada siapa dia bertanya, apakah Kepala Sekolah Akademi atau Dewa.

Lalu dia berbicara dengan keras, “Apakah ini tidak cukup sekarang?”

Dia tiba-tiba berdiri dan melemparkan kursi bambu di sampingnya ke dinding. Kursi itu hancur berkeping-keping.

Ditahan di gua selama tiga bulan, mencari harapan tetapi selalu kehilangannya, dan mengulangi proses itu sampai dia putus asa, dia benar-benar hancur dalam menghadapi emosi yang menjemukan dan menjijikkan ini.

“BUKAN INI CUKUP SEKARANG?!?”

Ning Que menangis keras ketika dia melemparkan apapun yang dia bisa ambil ke dinding, termasuk kursi, mangkuk, baskom, panci, dan bahkan buku-buku. Tampaknya itu satu-satunya cara dia bisa mengabaikan semua amarahnya yang terpendam.

Segala sesuatu di gua itu hancur berkeping-keping, termasuk vas bunga liar yang telah diambil Sangsang dari bawah air terjun di atas gunung baru kemarin.

Dia jatuh di atas bunga-bunga itu, tampak sedih dan sedih, seperti bocah yang hilang yang kehilangan harapan untuk menemukan jalan pulang.

Tanpa sadar, dia ingat hari dia bertemu dengan Kepala Sekolah untuk pertama kalinya.

Mereka bertemu di balkon Building of Pines and Cranes, dan pertemuan mereka berakhir dengan serangan menyelinap yang tidak masuk akal dari Kepala Sekolah.

Ning Que tidak pernah tahu mengapa pria terhormat seperti dia akan menyerang muridnya sendiri seolah-olah dia adalah penjahat di jalan.

Sekarang, dia akhirnya memahaminya.

Serangan menyelinap Kepala Sekolah mengingatkannya pada hukum Akademi.

Para murid Akademi selalu diajarkan untuk membedakan dengan benar antara yang benar dan yang salah. Jadi ketika mereka berada dalam masalah, mereka akan tetap tak kenal takut dan terus maju, menggunakan segala cara yang diperlukan untuk melindungi kepercayaan mereka. Itu adalah hukum Akademi.

Dengan kata lain, ketika musuh Anda jauh melebihi Anda dan Anda tidak dapat berbicara masuk akal dengannya, maka itu tidak mengganggu.

Ning Que mengangkat kepalanya dan menyaksikan pintu keluar gua.

Pada saat ini, dia tidak melihat ke pendahulunya, karena satu-satunya di jalan di depannya adalah Paman Bungsunya, dan nasibnya tidak berakhir dengan baik.

Dia memikirkan para ahli Taoisme Haotian, dari Kecanduan Tao Ye Hongyu hingga para Imam Besar di Peach Mountain, dari World Wayfarer Ye Su hingga dekan biara Biara Zhishou, dan akhirnya, dia mengalihkan pandangannya ke langit biru. yang terletak di atas tebing.

“Saya akan terus menumbuhkan Roh Besar dan saya akan terus berusaha. Saya tidak peduli jika saya memicu penghambatan, atau apa konsekuensi yang mungkin terjadi di masa depan. ”

Dia bergumam, “Saya tidak ingin lagi dihukum di sini. Saya pasti akan pergi. Persetan kalian semua! ”

…

…

Sangsang sedang mencuci piring di gubuk sementara dia mendengar suara-suara dari gua. Dia baru saja berdiri untuk melihat apa yang terjadi ketika dia mendengar empat kata ini. Dia tidak bisa mencari tahu siapa yang telah menyinggung dia begitu parah sehingga dia mengutuk mereka seperti ini.

Dia pindah ke gua dan menemukannya berantakan di dalam ketika dia akan melangkah masuk. Namun, Ning Que duduk di tanah dengan damai seperti patung Buddha di reruntuhan kuno.

…

…

Selama hampir dua bulan, Ning Que telah mengubah Roh Hebatnya, jadi dia hanya memiliki kolam kecil yang tersisa di perut bagian bawahnya yang dalam karena tidak ada banyak Roh Hebat yang diselamatkan.

Tetapi sekarang, Roh Besar tampaknya merespons keputusasaannya ketika ia mulai bergolak.

Mungkin itu mandek untuk waktu yang lama, karena Roh Besar mulai bergolak dan berputar-putar dalam kecepatan ketika itu dipercepat, benar-benar mengabaikan Psyche Power Ning Que.

Akibatnya, topan di dalam dirinya mulai berputar dan berputar liar. Kolam yang dangkal akan mengaum dan menelannya dalam angin dan hujan.

Qi Langit dan Bumi di gua dipanggil dari mana-mana dan bergegas ke tubuhnya.

Ning Que jelas memperhatikan apa yang terjadi, dan dia tidak bisa menahan perasaan terkejut. Dia berpikir, “Saya mungkin mati jika saya menyerap begitu banyak Qi sekaligus, sama seperti para murid yang diambil oleh Doktrin Iblis, yang begitu sering mati pada awal kultivasi mereka.”

Untuk sesaat, dia bermaksud untuk menghentikan topan secara paksa.

Pada akhirnya, ia memilih untuk tidak melakukan apa pun. Dia tidak tahu apakah itu karena dia meragukan kemampuannya untuk menghentikannya, atau apakah dia bersedia mempertaruhkan nyawanya untuk sekilas kebebasan.

Merasakan Qi Surga dan Bumi bergegas ke tubuhnya, Ning Que berubah pucat dan gemetar, tapi dia terus duduk dengan kokoh di tanah tanpa bergerak satu inci.

…

…

Angin sepoi-sepoi yang bertiup di antara tebing-tebing itu tampaknya menyadari apa yang terjadi di dalam gua, karena semuanya mengalir melalui tebing dan meniup ke dalam gua dengan kekuatan dan kekuatan angin topan.

Sangsang memegangi dinding gua ketika dia hampir tidak bisa menahan diri. Dia khawatir melihat ke dalam, dan ingin membangunkan Ning Que, tapi dia bahkan tidak bisa membuka mulutnya di angin yang kencang.

Ning Que duduk di gua dengan mata tertutup dan fokus pada Roh Hebat di dalam dirinya. Dia tidak tahu apa yang terjadi di sekitarnya ketika pakaiannya diterbangkan seperti bendera di hutan belantara.

Angin menjerit-jerit di dalam gua saat meniup semua puing-puing dari barang-barang yang telah dia pecahkan. Mereka meledak di sekelilingnya, mengitarinya di udara dan ditumbuk menjadi potongan-potongan kecil ketika mereka menabrak dinding.

Meskipun dinding gua terlihat cukup solid, lapisan luarnya masih sangat hancur dan hancur karena serangan seperti ini.

Empat kata secara bertahap terungkap di salah satu dinding.

…

…

Qi Surga dan Bumi di sekitar tebing bergegas ke gua dengan angin dan menyuntikkan dirinya ke tubuh Ning Que. Itu meluap melalui semua titik akupresinya dari Gunung Salju dan Samudera Qi, kemudian mengalir di sekujur tubuhnya. Perlahan-lahan memaksa dirinya ke setiap sudut tubuhnya.

Ning Que merasakan tubuhnya mengembang seperti kantong anggur penuh. Dia bahkan bisa merasakan setiap rambut dan bulu mata di wajahnya dipenuhi dengan Qi Langit dan Bumi.

Badai di perutnya tumbuh lebih besar dan lebih besar karena berputar lebih cepat dan lebih cepat juga, yang membuatnya merasa seperti dia akan terkoyak hidup-hidup.

Dia tahu dia akan mati jika dia membiarkannya seperti ini, namun dia tidak pernah berhenti. Dia hanya menggumamkan empat kata di dalam hatinya ketika dia menunggu saat terakhir untuk datang.

Pada saat singkat ketika Qi yang mengisi tubuhnya akan melukainya, ia menahan mual dan rasa sakitnya yang tidak nyata tetapi mengerikan yang disebabkan oleh kejutan pada indra penglihatannya, kemudian memaksa Kekuatan Jiwa-nya mendarat di atas siklon dengan tangannya. tekad yang mengesankan.

Dalam keinginannya untuk berkultivasi, dia telah bermeditasi selama bertahun-tahun. Dia bermeditasi saat tidur. Dia bermeditasi sambil berpikir. Dia bermeditasi saat menulis. Dia bermeditasi sambil merawat Sangsang. Tidak peduli kapan atau di mana dia berada, jika dia bisa, dia akan bermeditasi.

Dia memiliki ketekunan dan keinginan yang jauh lebih besar daripada yang lain. Akibatnya, kegigihannya memberinya Kekuatan Jiwa yang jauh lebih berlimpah setelah dia akhirnya menembus ke dalam dunia kultivasi.

Karena itu, ketika Qi Langit dan Bumi menyuntikkan dirinya ke dalam persepsi, mengambil alih kepalanya, dan mengusir hampir semua Kekuatan Jiwa yang telah dia kumpulkan, dia masih bisa mempertahankan kejelasannya sampai saat-saat terakhir.

Begitu Psyche Power-nya menyentuh topan, dia dilanda kilasan inspirasi.

Itu membangunkannya segera.

Dia memikirkan aura sederhana yang ditinggalkan oleh Kepala Sekolah di gua.

Itulah yang memanggil Qi Langit dan Bumi dari tebing dan mengompresnya menjadi lautan keruh, mengisolasi gua dari luar.

Karena Qi Langit dan Bumi di depannya dapat dikompresi, Qi di dalam dirinya juga bisa.

Ingatan tentang tiga bulan dipenjara melintas di depan matanya.

Penghambatan gua, samudera Qi, buku bernama Origin on Primordial Qi of Nature di mana dicatat metode Qi Refreshing, buku lain tanpa nama di mana tercatat Roh Tanpa Batas Akademi, berbagai jenis-jenis Qi Langit dan Bumi — semua ingatan ini bertemu, disusun, dibagi, dan direformasi.

Jika ingin bebas, maka dia akan membiarkannya bebas.

Ning Que berhenti khawatir tentang apakah dia mungkin terkoyak dan tidak memperhatikan mual dan rasa sakit. Dia dengan tenang menyaksikan topan di dalam dirinya, membiarkannya bebas berputar dan berkembang dengan kecepatan tinggi.

Kemudian saat dia menunggu datang.

Qi yang perkasa dari Surga dan Bumi mengambil alih tubuh Ning Que.

Namun, gambar yang fantastis muncul.

Topan Roh Besar, yang telah meluas hingga batasnya dan hampir menerobos ruang angkasa, tampaknya menipis di tepiannya karena perluasannya yang ekstrem. Meskipun segera diisi kembali dengan lebih banyak Qi Langit dan Bumi, topan itu masih bergetar karena tidak bisa lagi menahan tarikan gravitasi di pusat pusaran.

Karena itu topan mulai menyusut.

Awalnya menyusut perlahan, tetapi segera dipercepat. Dalam binar, ukuran siklon berkurang setengahnya.

Ini bukan penyusutan lagi. Ini runtuh.

Badai besar Roh Besar runtuh ke pusatnya sendiri saat ia menjadi titik kecil yang gelap.

Roh Besar di dalam dirinya meninggalkan tulang, kuku, rambut, dan bulu mata karena semuanya disuntikkan ke dalam satu titik kecil itu.

Itu benar-benar sunyi dalam kehampaan, tanpa suara dan tanpa gerakan.

Itu mengambang di tengah kehampaan seperti setetes air kristal.

Tetesan itu tidak berwarna, kristal dan murni seperti air.

Ning Que menatap tetesan air, pikirannya menjadi tenang.

Tetesan air kristal mulai bersinar dengan cahaya keemasan.

Itu sangat indah.

Setiap sinar cahaya mengandung Roh Besar, dan itu memancar ke seluruh tubuhnya, membasahi setiap bagian kering di dalam dirinya seperti hujan musim semi.

…

…

Gua tebing kembali tenang.

Tidak ada lagi badai Qi Surga dan Bumi.

Angin yang berhembus melalui tebing berhenti.

Puing-puing kursi dan pot jatuh ke tanah.

Hanya kelopak bunga liar yang dipetik oleh Sangsang yang cukup ringan untuk terus menari di udara dengan angin di sekitar Ning Que, seperti banyak kaleidoskop kupu-kupu.

Ning Que membuka matanya.

Kelopak jatuh di atasnya.

…

…

Itu berantakan di dalam gua.

Ning Que mengambil kelopak di pundaknya dan berjalan ke dinding yang mengelupas.

Ada empat kata di dinding, tajam seperti pisau dan berdiri bangga.

Mereka ditorehkan oleh Paman Bungsunya ketika dia dipenjara di gua ini bertahun-tahun yang lalu, tetapi entah bagaimana itu ditutupi oleh lumut dan debu.

Ning Que telah mengatakan empat kata ini sebelum dia memutuskan untuk melakukan ini.

Sekarang, dia melihat karakter di dinding dan memikirkan bagaimana perasaannya ketika dia mengatakannya. Dia akhirnya menemukan kunci untuk memecahkan hambatan.

Dia selalu kekurangan bagian terakhir. Itu bukan tentang Qi Surga dan Bumi atau Roh Besar. Itu tentang keras kepala untuk mencari kebebasan melawan Tuhan.

Dia menatap dinding dan tidak bisa menahan tawa bahagia. Itu mengingatkannya pada Paman Bungsunya, yang sama keras kepalanya dengan dia bertahun-tahun yang lalu.

Dia berjalan keluar dari gua dan memeluk Sangsang dengan lembut.

Lalu dia bergerak menuju tebing dan melihat ke awan, ke lembah yang dalam dan langit biru di atas mereka. Dia memegang tangannya di belakang pinggangnya dan berteriak keras, “Persetan kalian semua!”

…

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–