Nightfall Chapter 398

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Bab 398: Malu Akademi Yang Menolak untuk Menunjukkan Wajahnya

Penerjemah: Transn Editor: Transn

Setelah jamuan makan, Saudara Kedua berjalan ke sisi Ning Que dan berkata, “Master Pedang dari Kerajaan Jin Selatan masih menunggu Anda di luar. Karena ini sudah berakhir, kapan kamu akan keluar? ”

Ning Que tersenyum dan berkata, “Karena tidak ada yang tahu bahwa saya telah meninggalkan gua tebing, tidak ada terburu-buru. Biarkan saja dia menunggu. Biarkan saya beristirahat selama beberapa hari. ”

Saudara Kedua tidak marah, meskipun kata-kata Ning Que agak tidak tahu malu. Dia hanya dengan acuh tak acuh memandang Ning Que dan berkata, “Saya sudah memberi tahu instruktur halaman depan tentang akhir pengasingan Anda. Jangan pernah berpikir untuk mencoba mengulur waktu. Selesaikan masalah ini dengan cepat. Bagaimana Anda bisa membiarkan saudara laki-laki Liu Bai terus duduk di luar pintu Akademi? ”

Ning Que berpikir dalam hati tentang bagaimana ia harus berusaha keras untuk keluar dari gua tebing yang terpencil itu. Dia hanya punya cukup waktu untuk mengambil makanan, dia bahkan belum sempat mandi dulu. Bagaimana Saudara Kedua bisa begitu tak berperasaan sehingga melibatkannya dalam pertempuran sengit tanpa istirahat?

Ning Que menjadi marah, tapi dia cukup waspada untuk tidak menunjukkannya di wajahnya. Dia memandang Kakak Kedua dan berkata dengan sedih, “Baiklah, aku akan melihat si idiot sekarang.”

Chen Pipi mendatanginya dengan khawatir setelah Saudara Kedua pergi dan berkata, “Apa yang akan kamu lakukan? Orang itu telah menunggumu di luar Akademi di semua hari ketika kamu dipenjara di gua tebing. Keadaan dan kemampuannya tampaknya telah meningkat sejak dia pertama kali datang ke sini. Saya pikir Anda mungkin tidak bisa mengalahkannya. ”

“Aku tidak terlalu peduli. Biarkan aku istirahat dulu. ”

Ning Que menatap sosok menghilang Saudara Kedua, dan ekspresi wajahnya tumbuh kurang ajar. Dia mengejek sosok mundur dengan suara rendah, “Sekarang Kepala Sekolah kembali, apakah Anda pikir Anda bisa menakuti saya?”

Chen Pipi tertawa dan berkata, “Itu benar. Jika Saudara Kedua mencoba mendisiplinkan kita dengan keras seperti sebelumnya, kita dapat mengeluh kepada guru kita. Namun, yang tidak Anda ketahui adalah bahwa guru kami tidak pernah peduli dengan hal-hal seperti ini. Dia biasanya diam dan bermain bodoh. Namun, kita dapat menyesatkan Kakak Sulung dengan berpikir bahwa guru kita telah membuat keputusannya, dan dengan demikian membuat dia membantu kita melawan Saudara Kedua. Selain untuk masalah langka seperti urusan matrimonial Anda, Saudara Kedua tidak akan pernah berani melawan Saudara Sulung. ”

Pernyataan Chen Pipi agak berbelit-belit. Ning Que terdiam beberapa saat sebelum dia mengeluh, “Aku tidak pernah menyangka kau akan sama tak tahu malu seperti aku.”

Chen Pipi hendak membalas ketika dia tiba-tiba menghapus ekspresi sembrono di wajahnya. Dia meletakkan tangannya di belakang punggungnya dan memberi tahu Ning Que dengan lembut, “Kamu adalah adikku. Saya tidak akan berdebat dengan Anda. ”

Ning Que terkejut sejenak, tapi kemudian dia mendengar suara langkah kaki di belakangnya dan melihat Tang Xiaotang dari sudut matanya. Dengan senyum mengejek, dia memberi tahu Chen Pipi, “Kamu benar-benar punya nyali, ya?”

Chen Pipi tidak berani menatapnya, tetapi melihat Tang Xiaotang sebagai gantinya.

Tang Xiaotang tidak keberatan sama sekali. Dia berjalan lurus ke arah Ning Que dan berkata dengan suara yang tajam, “Ning …”

Gadis itu memikirkan sesuatu tepat ketika kata itu keluar dari bibirnya, dan dia dengan malu-malu menahan lidahnya.

Dia melihat sekeliling untuk memastikan bahwa guru Yu Lian tidak ada, dan hanya kemudian dia menepuk dadanya untuk menenangkan dirinya. Dia dengan manis mengeluarkan lidahnya dan melanjutkan, “Paman termuda, aku ingin mengajak Sangsang keluar untuk bermain.”

Di pagi hari, ada hujan musim semi yang lembut di belakang gunung Akademi.

Tang Xiaotang ingin membawa Sangsang ke gunung untuk mengambil jamur segar.

Ning Que melirik Sangsang dan berpikir kembali bagaimana gadis kecil itu menemaninya di gua tebing selama tiga bulan terakhir. Meskipun dia bisa meninggalkan gunung dan berjalan-jalan sesekali, dia pasti merasa tertahan. Dia menepuk kepalanya dan berkata, “Silakan.”

Chen Pipi kembali ke sisi Ning Que saat dia menyaksikan dua gadis berjalan menaiki gunung, bergandengan tangan. Memikirkan kehidupan mereka di masa depan, ia dengan emosional berkata, “Mereka telah menjadi teman baik sekarang. Haruskah kita mulai berkomunikasi dengan lebih baik sekarang sehingga kita tidak akan disiksa terlalu buruk begitu kita menikah? ”

“Kamu tidak berguna untuk apa-apa.”

Ning Que memandangnya dengan jijik dan berkata, “Saya selalu menjadi orang yang bertanggung jawab atas rumah tangga saya. Datang dan diskusikan masalah ini dengan saya jika dan kapan Anda bisa membuat Tang Xiaotang mencuci kaki Anda. ”

Dengan itu, dia berbalik dan berjalan menuju danau cermin.

Chen Pipi berteriak di punggungnya, “Apa yang akan kamu lakukan? Berhati-hatilah untuk tidak bertemu dengan Saudara Kedua. ”

Ning Que sangat marah. Teriakan Chen Pipi sangat keras, bukankah Saudara Kedua mendengarnya?

Dia berbalik dan berteriak pada Chen Pipi, yang hanya tiga langkah jauhnya. Dia berteriak seolah-olah sedang berbicara dengan seorang petani di tebing yang berlawanan, dengan suara cerah dan jernih yang bergema di bagian belakang gunung.

“Aku akan memeriksa barangnya! Jangan khawatir! Saya tidak akan memberi tahu Tang Xiaotang tentang hal itu! Bisakah kamu mendengarku?”

Chen Pipi bahkan tidak bisa berpura-pura tidak mendengarnya, karena kepahitan menggenang. Mengingat bagaimana Saudara Kedua, Kakak Ketiga, dan bahkan Tang Xiaotang mungkin pernah mendengar kebohongan Ning Que yang tak tahu malu, dia ingin menggali lubang di rumput dan melompat ke dalamnya.

Itu adalah podao yang tampak biasa.

Podao ramping gelap tampak seperti tembok istana dalam gelap. Garis-garis melengkung dan halus dan bilah memantulkan cahaya. Pegangan panjang yang dirancang untuk pegangan dua tangan memiliki tali rami halus yang diikatkan padanya. Hanya dengan penampilannya, itu tidak terlihat berbeda dari salah satu dari tiga podao asli.

Tapi Ning Que tahu bahwa itu adalah pisau baru ketika dia memegangnya.

Ada perasaan yang sama sekali berbeda yang datang dari pisau di tangannya. Podao ramping panjang itu berat melampaui imajinasi, tidak proporsional dengan ukuran dan panjangnya.

Orang bisa membayangkan betapa padatnya pisau itu berdasarkan beratnya. Dan tentu saja, orang bisa menebak seberapa kuat itu.

“Kamu bilang kamu ingin membuat tiga bilah menjadi satu, jadi aku menggabungkan ketiganya menjadi podao tunggal ini.”

Kakak Keenam memandang podao di tangan Ning Que seolah-olah sedang memandangi anaknya. Dia berkata dengan ekspresi tegang, “Saya pikir itu akan menjadi tugas yang mudah, tetapi ternyata sangat sulit. Mencairkannya ke dalam cetakan tunggal itu mudah, tetapi memaluinya menjadi bagian yang sulit. ”

Menggabungkan podao menjadi satu berarti dia harus mengintegrasikan tiga kali lipat jumlah logam ke dalam volume aslinya. Ning Que tidak bisa membayangkan bagaimana itu mungkin terjadi kecuali dipalu lebih dari seribu kali. Dia tidak bisa membantu tetapi merasa bersyukur kepada Saudara Keenamnya.

Kakak Keenam menyerahkan sarung pedang yang terbuat dari kulit dan berkata, “Garis-garis jimat pada pisau adalah sama dengan yang Anda rancang. Tetapi Saudara Keempat mengatakan akan lebih baik jika Anda mengukirnya secara pribadi. ”

Ning Que sebesar-besarnya berterima kasih kepada Saudara Keenamnya, lalu bersiap untuk mengukir jimat. Itu cukup sederhana setelah pengalaman membuat Primordial Thirteen Arrows.

Namun, dia terganggu oleh pikiran. Setelah terdiam beberapa saat, dia menyarungkan podao yang berat itu di sarungnya dan melihat ke saudara keenamnya. “Ayo kita lakukan nanti.” Dia berkata.

“Ini senjatamu, jadi kau mendapatkan keputusan akhir.”

Saudara Keenam berkata, “Saudara Bungsu, saya hanya punya satu hal untuk ditanyakan kepada Anda. Saya sangat puas dengan pisau ini. Jika Anda ingin menyebutkannya, harap pikirkan nama yang bagus. ”

Ning Que menegang saat dia mengingat bagaimana dia telah mengembangkan panah jimat bersama dengannya. Dia ingat berbagai nama eksentrik yang dia usulkan, seperti “Panah Perak”, “Panah Menusuk Awan”, dan “Panah Tiga Belas Primordial”, lalu segera memahami keprihatinan Saudara Keenam. Merasakan rasa persahabatan, dia berkata dengan tegas, “Yakinlah, Kakak Senior. Saya akan meminta nama guru untuk itu. ”

Kakak keenam ragu-ragu sejenak, lalu berkata, “Kakak bungsu, sebenarnya … guru kami juga tidak pandai memberi nama.”

Kedua bersaudara itu saling menatap. Akhirnya, mereka memutuskan untuk meninggalkan masalah penamaan pedang untuk saat ini.

Ning Que membuka kotak itu dan melihat benda lain yang dia minta keenam Saudara buat. Dia berkata dengan gembira, “Saya tidak pernah membayangkan itu bisa dipoles dengan sangat baik. Materi apa yang kamu gunakan? ”

“Membuat gadget ini tidak terlalu sulit,” kata Sixth Brother, “Saya meminta departemen pekerjaan untuk kristal hitam untuk membuat bingkai. Ada tiga pasang di sini, termasuk satu tambahan. ”

Ning Que ingin sebanyak mungkin dari mereka. Dia tiba-tiba teringat sesuatu. Dia melihat sekelilingnya untuk memastikan bahwa Sangsang tidak ada. Kemudian, dia naik ke Sixth Brother dan berbisik di telinganya.

Brother Keenam mengerutkan kening dan bertanya dengan tatapan bingung, “Kristal transparan mudah didapat, itu tidak sulit bahkan jika Anda meminta yang tanpa cacat. Namun, mengapa ia harus memiliki kelengkungan kecil jika itu hanya untuk mencegah debu? Akan sulit untuk memoles dan mengukir kristal seperti itu, dan kualitas akhir produk tidak dapat dijamin bahkan jika kita menggunakan air untuk memolesnya. ”

Ning Que ragu-ragu sejenak sebelum berkata, “Saya punya teman dengan penglihatan buruk. Visinya sedikit buram, dan mengenakan ini dapat membantu memperbaiki situasinya. ”

Kakak Keenam sedikit terkejut. Setelah berpikir sejenak, dia merasa bahwa Adik Bungsunya memang jenius untuk memiliki ide-ide luar biasa. Dia bahkan bisa menyembuhkan penglihatan yang buruk!

Tepat ketika dia akan melanjutkan pertanyaannya untuk mencari tahu bagaimana kristal transparan dengan kelengkungan seperti itu dapat membantu orang-orang dengan penglihatan yang buruk, tirai kulit tebal didorong terbuka dan Saudara Keempat berjalan masuk.

Saudara Keempat memandangi pisau di punggung Ning Que dan bertanya, “Apakah Anda mengukir jimat?”

Kakak Keenam menggelengkan kepalanya.

Ning Que menjelaskan, “Saya memiliki sesuatu untuk dilakukan dalam sedikit, saya akan mengukirnya nanti.”

Saudara Keempat sedikit mengerutkan kening ketika dia berkata, “Jadi, Anda sadar bahwa ada sesuatu yang harus Anda lakukan? Saudara Kedua memberi tahu Anda untuk segera menyelesaikan masalah ini, jadi apa yang masih Anda lakukan di sini? Meskipun kerumunan yang berkumpul untuk menonton pertunjukan tidak bisa masuk ke belakang gunung, aku masih merasa tidak nyaman hanya memikirkan semua orang acak di sekitar pintu Akademi. ”

Ning Que menggerutu pada dirinya sendiri tentang bagaimana Saudara Keempat mengutuknya untuk memperjuangkan hidupnya hanya karena saudara seniornya merasa tidak nyaman. Saudara-saudara Senior itu, tentu saja, akan merasa bahwa pembangkit tenaga listrik muda dari Kerajaan Jin Selatan ini tidak lebih dari serangga yang tidak berarti. Namun, pria itu masih merupakan adik dari Liu Bai, Sage of Sword, dan Ning Que mungkin belum tentu bisa mengalahkannya.

Dia memandang Keempat Saudara, yang sedang berjalan menuju Sandbox. Dia bertanya ragu, “Kakak Senior, di mana Saudara Kedua?”

Brother Keempat dengan tidak sabar melambaikan tangannya, memberi isyarat agar dia dengan cepat menyelesaikan masalah di pintu samping Akademi. Dia menjawab, “Saudara Kedua pergi memancing bersama dengan guru di Danau Barat.”

Kakak Senior bisa menikmati pemandangan dan kesenangan memancing di Danau Barat. Dia bahkan bisa menemani dan mengambil kesempatan untuk menyanjung gurunya. Betapa bahagianya itu! Namun, aku harus bertarung di pintu samping Akademi dan berjuang seperti ikan di kail.

Ning Que merasa itu benar-benar tidak adil dan enggan meninggalkan bagian belakang gunung. Namun, dia juga khawatir bahwa dia akan bertemu dengan Saudara Kedua jika dia tinggal. Itu lebih berbahaya daripada berduel dengan adik dari Sage of Sword.

Tiba-tiba dia ingat bahwa tempat paling berbahaya sering juga paling aman. Dia mengikuti suara air terjun dan diam-diam berjalan ke halaman Saudara Kedua. Dia meletakkan tangannya di dinding halaman yang rendah dan menjulurkan kepalanya untuk melihat. Dia hanya santai begitu dia yakin bahwa angsa putih besar yang menakutkan itu tidak ada.

Ning Que dengan santai mendorong pintu terbuka setelah menyapu kotoran di tangannya. Dia melihat hamba kecil yang muda dan imut di rumah dan berkata dengan cara yang sangat menyenangkan, “Saya ingin mandi dan tidur. Apakah ada air panas? ”

Pelayan kecil itu dengan polos menatapnya dengan mata lebar.

Semua orang di Akademi tahu bahwa pembangkit tenaga listrik muda dari Kerajaan Jin Selatan telah memberikan Ning Que tantangan. Selanjutnya, orang itu sedang duduk di atas futon di pintu samping Akademi dan telah menunggu Ning Que selama tiga bulan penuh.

Pembangkit tenaga listrik dari Kerajaan Jin Selatan telah dihajar angin dan hangus oleh matahari. Dia telah direndam dalam hujan dan tertutup debu. Dia telah menderita banyak dalam tiga bulan terakhir, dan penderitaannya bahkan mungkin lebih buruk daripada Ning Que, yang telah di pengasingan di gua tebing. Ning Que tahu ini dengan sangat baik, tetapi tidak segera menanggapi tantangan setelah keluar dari pengasingan. Dia bahkan punya keinginan untuk mandi dan tidur saja?

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–