Nightfall Chapter 414

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Bab 414: Di Bawah Banyan, Di Samping Kolam

Penerjemah: Transn Editor: Transn

Di sebuah desa kecil di tepi Kerajaan Sungai Besar, seorang pria paruh baya duduk dengan pancing di bawah pohon beringin di samping kolam kecil.

Matanya yang terluka terbungkus rapat, mencegahnya melihat gelembung yang menunjukkan lokasi ikan atau gerakan apa pun pada garisnya. Orang biasa akan menjadi gelisah dan tertekan dalam situasi seperti itu, tetapi ia tampak tenang dan damai saat memegang pancing dengan kuat.

Tiang bambu tipis sedikit terkulai dan melengkung menjadi lengkung. Tali pancing menjadi kencang, dan gerakan tiba-tiba mengejutkan kadal di dekatnya. Suara ekor yang meliuk-liuk melintasi lumpur danau bisa terdengar saat ia bergegas pergi.

Pria paruh baya itu mengencangkan tangan kanannya saat dia menarik tangkapannya. Seekor ikan ramping diangkat keluar dari air, mati-matian berjuang untuk melarikan diri kembali ke keselamatan kedalaman. Dia menarik tongkat dan mengulurkan tangannya untuk mengambil ikan dari kail, lalu melemparkan ikan ke keranjang di sampingnya. Dari gerakan lincahnya, orang bisa mengatakan ini adalah tindakan biasa baginya.

Seorang wanita mengenakan pakaian sederhana berjalan ke punggungnya dan dengan senang hati memuji dia ketika dia melihat tangkapan hari itu di keranjang. Wanita itu tampak biasa saja, hanya agak halus. Pakaiannya sederhana dan polos, namun bersih. Dari hanya penampilannya, dia tampak lebih dari 20, tetapi sesekali terlihat lelah dan mati rasa yang muncul di matanya yang cerah menambahkan lebih dari sepuluh tahun ke usianya.

Wanita itu berbicara kepadanya sejenak, lalu mendukungnya ketika mereka berjalan ke belakang pohon besar.

Di belakang pohon beringin ada halaman kecil, dengan pagar miring dan atap jerami layu. Itu terlihat seperti tahun-tahun yang lebih baik. Namun, halaman dan rumah itu tampak rapi, memancarkan perasaan yang sama yang diberikan wanita itu kepada orang lain.

“Sepertinya kamu benar-benar menyukai ikan. Jika masih ada sisa tangkapan hari ini, saya bisa menukarnya dengan beberapa ragi penyuling di kota. Saya pernah mendengar bahwa itu adalah umpan yang bagus untuk ikan. ”

Wanita itu mulai berbicara ketika mereka sampai di rumah.

Laki-laki itu menjawab, “Sebenarnya, saya tidak begitu tertarik dalam memancing. Saya hanya menggunakannya untuk menenangkan diri ketika saya merasa bermasalah. Sudah cukup lama sejak saya terakhir bisa melihat apa pun, jadi saya cenderung cemas. ”

“Dokter Song telah menyebutkan bahwa matamu akan pulih hari ini jika tidak ada masalah dengan perawatannya.”

Wanita itu membantunya duduk di kursi dan dengan gugup memandangnya. Dia ingin melepaskan perban tetapi menahan diri untuk tidak melakukannya, ketakutannya pada hasil menahannya.

Meskipun pria paruh baya itu tidak bisa melihat apa-apa, dia tampaknya telah merasakan kecemasannya. Dia tersenyum dan menghiburnya, “Jika mataku tidak sembuh, aku akan menerimanya sebagai takdirku. Jadi, teruskan saja! ”

Jari-jari wanita itu berputar dengan gugup ketika dia memarahinya, “Berhentilah mengucapkan kata-kata yang tidak menyenangkan! Anda akan baik-baik saja, mata Anda akan melihat dunia sekali lagi. ”

Dengan jari-jarinya yang gemetar, ia mulai membuka perban, mulai dari belakang kepalanya dan dengan hati-hati melewati pembalutnya. Satu demi satu lapisan, perban perlahan-lahan terlepas.

Matahari melemparkan cahayanya ke halaman kecil dari atas beringin, menerangi wajah Chao Xiaoshu. Bagian yang tertutup perban tampak agak pucat, karena sudah lama tersembunyi dari sinar matahari.

Alisnya diikat erat, mata tertutup. Meskipun dia bisa menghibur wanita itu dengan mengatakan bahwa itu akan menjadi takdirnya, terlepas dari sifatnya yang santai, dia masih tidak bisa menghilangkan kegugupannya sendiri.

Wanita itu dengan gelisah mengamati matanya dengan kepala menunduk. Dia menghiburnya dengan suara lembutnya, “Tidak apa-apa. Buka matamu. Mungkin Anda bisa melihat. ”

Dengan mengibaskan bulu matanya, pria paruh baya itu perlahan membuka matanya untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama. Di rongga matanya yang dalam, seseorang bisa melihat sepasang mata yang lesu.

Wanita itu kecewa, pakaiannya tampak basah karena keringat yang disebabkan oleh kegugupannya yang besar. Dia tanpa sadar melonggarkan kerahnya saat dia bertanya dengan sedikit harapan, “Bisakah kamu melihat sekarang?”

Pada saat itu, angin sepoi-sepoi melewati cabang-cabang pohon beringin, menyebabkan kilauan sinar matahari yang berkilauan.

Seberkas cahaya menyinari matanya yang redup, menolak untuk meninggalkan kontur irisnya, dan dengan demikian matanya menjadi lebih cerah dan lebih cerah. Sama seperti getaran pancing yang menyebabkan riak di air, semuanya menunjukkan kehidupan yang bangkit kembali.

Hal-hal di depan matanya menjadi lebih jelas dan lebih jelas.

Dia melihat seorang wanita yang tampak halus dan pakaian polosnya dalam gaya Kerajaan Sungai Besar. Dia melihat kegugupan dan kegelisahannya, serta tetesan kristal keringat yang meluncur turun di lehernya ke antara payudaranya yang montok.

Dia dengan damai menatapnya, berkata, “Aku bisa melihat.”

Wanita itu bersemangat. Tiba-tiba dia melihat matanya menempel pada payudaranya, jadi dia memalingkan muka dengan malu-malu dan bergegas merapikan pakaiannya, mencoba melepaskan pandangannya.

Dia menatapnya dengan senyum, matanya dipenuhi rasa terima kasih.

Jika bukan karena perawatannya yang hati-hati, dia mencari obat-obatan dan dokter, dan ketahanannya di bawah mata aneh penduduk desa itu, matanya tidak akan pernah bisa pulih secepat ini.

Tapi dia masih tidak tahu siapa wanita ini. Ini adalah pertama kalinya dia benar-benar melihatnya. Dari percakapan mereka sebelumnya, dia hanya tahu dia adalah seorang janda.

“Terima kasih telah merawatku.”

Dia berkata dengan tulus.

Wanita itu merapikan pakaiannya dan perlahan berbalik, dengan lembut berkata, “Aku masih tidak tahu namamu.”

Dia menjawab, “Saya Chao Xiaoshu. Chao dengan karakter untuk dinasti, dan Xiaoshu dengan karakter untuk pohon kecil. ”

Wajahnya yang tampan dan dewasa membuatnya bingung dan kecewa. Dia merasa bahwa dia pasti pria dengan latar belakang yang cukup di belakangnya, dan mungkin akan pergi begitu matanya sembuh.

“Ini semua uang yang tersisa.”

Dia memikirkan sesuatu dan dengan cepat mengambil segenggam tael perak, menyerahkannya kepada Chao Xiaoshu.

Memikirkannya, Chao Xiaoshu menerima tael perak, tidak mengatakan apa-apa.

Wanita itu merasa agak bahagia, melihat bahwa dia tidak mencoba untuk memberikan tael perak sebagai cara untuk menunjukkan rasa terima kasihnya. Dia memintanya untuk istirahat yang baik, lalu pergi untuk memasak air untuk membuat makan malam mereka.

Setelah makan malam, Chao Xiaoshu dengan hati-hati mandi, pertama kali dia mandi sejak matanya terluka. Dia merasa sangat segar. Dia kemudian mengenakan pakaian biasa seorang petani, yang telah diserahkan kepadanya oleh wanita itu, yang tampak sangat malu pada saat itu.

Berjalan keluar ke halaman, ia mengamati awan yang mengalir di langit yang gelap, serta lingkaran cahaya yang tampak di sekitar mereka. Dia tahu itu akan membutuhkan waktu untuk matanya pulih sepenuhnya, meskipun dia bisa melihat segalanya dengan cukup jelas sekarang.

Chao Xiaoshu menyipitkan matanya saat memikirkan serangan pedang yang tiba-tiba dari langit. Lalu dia menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, menyesalkan bahwa Liu Bai, Sage of Sword, memang tak ada taranya.

Meskipun dikalahkan di bawah pedangnya, Chao Xiaoshu tenang, atau bahkan senang, karena itu hanya diharapkan dalam pendapatnya.

Berbeda dari anak-anak muda seperti Long Qing, Chao Xiaoshu telah tenggelam di dunia bawah di Chang’an selama bertahun-tahun. Meskipun dia adalah raja dunia bawah yang nyata, dia tidak pernah bersikeras mengejar gelar yang terkuat, jadi dia tidak pernah takut kalah. Sebaliknya, selama dia tidak mati setelah dikalahkan, dia akan belajar dari kegagalan dan membuat kemajuan.

Tiba-tiba, rintik-rintik pitter yang lembut membangunkannya dari memori pertarungan melawan Liu Bai. Itu adalah suara aliran air yang mengalir di kulit halus wanita itu.

Chao Xiaoshu tidak berbalik untuk melihat ke dalam rumah. Tentu saja, dia tahu bahwa jika dia berbalik sekarang, dia mungkin akan melihat siluet yang indah dan menawan dibingkai di atas kertas jendela.

Dia diam-diam mendengarkan suara dengan senyum, agak terbenam di dalamnya.

Setelah mandi, wanita itu berjalan ke halaman dan mendekatinya.

Aroma harum dari tubuhnya dengan lembut menguasai indera penciuman Chao Xiaoshu.

Air menetes dari rambutnya yang basah.

Pakaiannya basah, namun memancarkan kehangatan tubuhnya.

Suasana itu gerah dan samar-samar.

Melirik ke sisi wajahnya, dia tiba-tiba memeluknya dan berkata dengan gemetar, “Bisakah kau berbagi cerita denganku?”

Chao Xiaoshu diam-diam menatapnya dengan kepala menunduk dan menjawab, “Ceritaku sangat membosankan.”

Wanita itu membenamkan kepalanya ke dalam pelukannya dan bergumam, “Tapi ini adalah kisah dunia luar. Saya ingin mendengarkannya. Paling tidak, saya ingin memiliki beberapa cerita untuk diingat setelah Anda pergi. ”

Chao Xiaoshu mengangkat tangannya dan dengan lembut membelai rambutnya yang basah, merasakan tubuhnya menjadi semakin panas.

Wanita itu diam-diam menggigit bibirnya. Kemudian dia mengambil hati untuk mengangkat kepalanya saat dia mengencangkan tangan di sekelilingnya. Dia mengulurkan tangan kanannya ke pakaiannya, gemetar saat dia dengan canggung membelai dia. Lalu dia mengangkat dirinya ke ujung jari kakinya untuk menyentuh bibirnya.

“Aku memilih untuk tidak bermoral.”

Dia bergumam dengan cibiran.

Chao Xiaoshu dengan lembut mengisap bibirnya saat tangan kanannya perlahan-lahan bergerak naik dari pinggangnya. Dia menggenggam dadanya yang berdenyut melalui pakaiannya yang tipis sambil bertanya, “Apakah kamu masih mendengarkan ceritaku?”

Wajahnya memerah, namun dia tidak melepaskannya. Dia dengan penuh gairah menciumnya kembali, bergumam, “Aku tahu kamu akan pergi. Saya tidak ingin mendengarkan cerita. Yang saya inginkan adalah kenangan dengan Anda. ”

“Aku tidak akan segera pergi.”

Chao Xiaoshu dengan lembut mendorongnya sedikit, mencium dahinya, dan bertanya dengan senyum canggung, “Bagaimana kalau menceritakan kisahku dulu?”

Angin malam yang sejuk melewati pagar miring dan meraba-raba pakaian tipisnya. Rasa dingin di kulitnya yang terbuka membuatnya sadar. Ketika dia menyadari betapa tak berperasaan dia baru saja berperilaku, wajahnya berubah menjadi rona merah tua. Namun, ketika dia menikmati rasa yang tersisa dari bibirnya dan dadanya yang hangat, dia tidak mau pergi.

“Apakah kamu tidak perlu kembali ke rumah?”

“Saya sedang tidak buru-buru.”

Chao Xiaoshu menjawabnya dengan tenang. Meskipun Chang’an adalah rumah yang baik, di mana ada teman-temannya, Yang Mulia, dan ayahnya, dia tidak terburu-buru untuk kembali sekarang. Karena di sini damai. Di sini terbentang beringin yang luar biasa itu. Dan di sini hidup wanita yang mencintainya.

Dia dengan setengah hati membantah, “Tapi keluargamu akan mengkhawatirkanmu.”

Chao Xiaoshu menjawab, “Aku akan menulis surat kepada mereka.”

Wanita itu merasa malu sampai batas tertentu, mengingat bagaimana dia telah memeluk dirinya sendiri namun ditolak. Jadi, memutar jari-jarinya, dia berbalik dan buru-buru memasuki rumahnya dengan alasan membuat tempat tidur untuknya.

Cahaya lampu redup menyinari sosok wanita cantik itu.

Dengan mata yang baru pulih, Chao Xiaoshu dengan tenang mengagumi sosok memikat dan menawan di hadapannya.

Malam itu, mereka masih tidur di tempat tidur yang berbeda, tetapi tidak diketahui siapa di antara mereka yang bergolak dan berbalik, dan yang berkubang dalam penyesalan. Satu-satunya fakta yang pasti adalah bahwa kicauan serangga itu lebih lembut dan lebih lembut daripada sebelumnya. Seringkali ada derit papan tempat tidur, yang terdengar seperti erangan.

Saat fajar, keramaian dan hiruk pikuk yang tiba-tiba memecah keheningan dan kelembutan halaman kecil itu.

Lebih dari selusin penduduk desa, dipimpin oleh beberapa penatua, mengelilingi halaman kecil dengan garpu rumput, cangkul, dan alat-alat lainnya di tangan mereka. Kemudian mereka dengan kasar membajak pagar yang sudah miring.

Wanita itu sudah menyiapkan sarapan. Dia menyeka tetesan keringat di dahinya dan dengan gugup memandangi sesama klannya, gemetaran dan mencoba untuk bermain-main dengan mereka, “Tuan ke empat, apa yang bisa saya lakukan untuk Anda?”

Dia sedang berbicara dengan pria berambut abu-abu di bagian paling depan kerumunan. Dia adalah pemimpin klan, dan dia memegang otoritas mutlak atas desa dan bahkan seluruh kota.

Pemimpin klan tidak menjawabnya. Sebagai gantinya, dia hanya memelototinya dengan acuh tak acuh, seolah-olah dia sedang melihat orang mati.

Dia malah dijawab oleh seorang pria berotot dan beberapa gumpalan lumpur.

“Perempuan jalang yang berzina!”

Pria berotot itu sangat memarahinya.

Gumpalan lumpur yang tajam itu telah dilemparkan langsung ke arahnya, mengotori pakaiannya yang bersih dan menodai penampilannya.

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–