Nightfall Chapter 416

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Bab 416: Ayo Bertemu di West-Hill dalam Tiga Tahun

Penerjemah: Transn Editor: Transn

Para Penjaga Kerajaan Yulin dari Tang dan pengawalan Aula Ilahi berdiri di sekitar gerbong ilahi. Mereka memiliki ekspresi serius dan mata mereka bergerak dengan waspada di antara kelopak yang jatuh.

Tidak ada sisa-sisa Doktrin Setan, atau massa pun. Namun, di mana pun Pendeta Agung Ilahi dari Wahyu lewat, itu menarik perhatian banyak orang. Beberapa wanita dan penatua yang saleh terus berlutut dan bersujud, sementara yang berdiri dengan hormat menundukkan kepala dan membungkuk. Mereka bahkan tidak berani melihat pria tua di balik tirai kereta ilahi.

Kereta ilahi memasuki Lin 47th Street dan kemudian berhenti di depan Old Brush Pen Shop, menyebabkan diskusi panas di antara kerumunan di gang. Mereka sangat iri pada pemilik toko. Sulit bagi mereka untuk percaya bahwa Pendeta Agung Ilahi dari Wahyu sebenarnya ada di sini. Bahkan, mereka bahkan tidak tahu bahwa Pendeta Ilahi Agung lain dari West-Hill pernah bekerja sebagai buruh upahan di toko.

Pengawal Kerajaan Yulin mengatur barisan penjaga di pintu masuk gang, menjauhkan kerumunan orang. Para pengawal Aula Suci menempati beberapa tempat penting di depan Toko Pena Kuas Tua. Dengan tirai diangkat, Imam Agung Ilahi dari Wahyu perlahan-lahan berjalan keluar dari kereta ilahi.

Ning Que dan Sangsang, yang berdiri di ambang pintu toko, menyambut pria tua itu.

Hanya Pendeta Ilahi Agung dari Wahyu dan Cheng Lixue yang pergi ke Toko Pena Kuas Tua.

Ning Que mengundang Imam Agung untuk duduk. Dia ingin meminta Sangsang untuk membuat teh untuk mereka tetapi berpikir untuk tidak melakukannya, karena Cheng Lixue pernah mengatakan kepadanya meminta Sangsang untuk melakukan pekerjaan seperti itu adalah semacam penghujatan bagi West-Hill dan Taoisme.

Empat cangkir teh tergeletak di atas meja, dengan uap perlahan-lahan berkumpul dan kemudian menyebar.

Imam Besar Ilahi dari Wahyu, yang keriputnya seperti gunung dan sungai, tampak seperti sesepuh yang sangat biasa. Hanya jubah ilahi yang cantik ini yang mengungkapkan statusnya yang terhormat.

Ning Que telah bertemu banyak petinggi, tapi itu masih pertama kalinya dia akan bernegosiasi dengan seseorang yang sama agungnya dengan Imam Agung Penyingkapan. Karena itu, dia merasa sedikit gugup dan tidak tahu cara memecahkan es.

Sangsang juga gugup. Meskipun Ning Que telah menjelaskan aturan pewarisan yang dimiliki oleh Pendeta Agung Ilahi Cahaya tadi malam, Sangsang masih bingung. Dia tidak bisa mengerti mengapa Balai Divine masih bersikeras mengambilnya kembali, karena gurunya telah berbalik melawan Istana Ilahi West-Hill pada akhirnya.

The Great Divine Priest of Revelation memandang Ning Que dan pelayan wanita kecilnya, dan tiba-tiba tersenyum. Saat dia tersenyum, kerutannya semakin dalam dan matanya yang sedikit cekung menjadi tenang dan dalam sekaligus; seperti sumur tua di bukit layu ditutupi oleh batu yang tidak teratur.

Menghadapi mata Imam Besar Ilahi dari Wahyu, Ning Que merasa telanjang, seolah pakaiannya telah lenyap. Nalurinya mengatakan kepadanya bahwa lelaki tua itu telah melihatnya.

Itu bukan tentang tubuh. Alih-alih, disimulasi yang disengaja di hatinya telah terlihat, dan bahkan jejak nasibnya juga telanjang saat ini. Tidak ada tempat untuk bersembunyi!

Ning Que mengendalikan kewaspadaannya dan berkata, “Saya Ning Que dari Akademi. Salam, Imam Besar Ilahi dari Wahyu. ”

Imam Besar Ilahi dari Wahyu menjawab, “Duduk saja.”

Ning Que mengambil tempat di seberang Imam Agung Ilahi.

Itu diam di Toko Sikat Tua. Sebagai pemilik, Ning Que tahu bahwa ia harus menjadi orang pertama yang berbicara, tetapi ia benar-benar tidak tahu harus berkata apa tentang masalah ini.

Uap yang keluar dari cangkir teh berangsur-angsur menghilang, dan sepotong daun teh hijau melayang dari bagian bawah cangkir teh.

Tenggorokan Ning Que terasa kering dan dia berkata dengan suara keras, “Bisakah kita mengambil lebih banyak waktu untuk memikirkannya?”

Cheng Lixue, yang berdiri di belakang Pendeta Ilahi Agung dari Wahyu, mengerutkan kening dan dengan sedih berkata, “Kamu masih perlu berpikir? Mr. Thirteen, tolong berhentilah menunda, oke? ”

Imam Besar Ilahi dari Wahyu mengangkat tangan kanannya untuk menghentikan Cheng Lixue, dan kemudian dia berkata, “Aku harus kembali ke Bukit-Barat karena beberapa urusan, tetapi keputusan harus dibuat sebelum aku meninggalkan Chang’an.”

Tanpa memperhatikan urusan di West-Hill yang disebutkan oleh Great Divine Priest, Ning Que memikirkan hal-hal lain. Dia tersenyum dan berkata, “Tuanku akan pergi? Sudahkah Anda membeli produk lokal? ”

Wajah Cheng Lixue tampak jelek.

Tetapi Imam Besar Ilahi dari Wahyu hanya tertawa dan menggelengkan kepalanya.

Senyum di wajah tuanya berangsur-angsur menghilang, dan kerutan yang dalam itu mulai meregang. Imam Besar Ilahi dari Wahyu dengan damai menatap mata Ning Que dan berkata, “Kamu sadar akan pentingnya dia di Aula Ilahi.”

Sangsang menatap ujung sepatunya di luar hemline roknya dan diam-diam bergerak dua langkah di belakang Ning Que. Dia berharap dia bisa menghalanginya tetapi tidak terlalu berhasil.

Imam Besar Ilahi dari Wahyu memandang Sangsang dengan penuh kasih dan berkata, “Dia penerus cahaya.”

Ning Que berkata dengan ragu, “Sangsang masih sangat muda. Jika dia mengambil jabatan Imam Besar Ilahi Cahaya di West-Hill, statusnya akan sama dengan milikmu. Kedengarannya agak tidak pantas. ”

Cheng Lixue melirik Imam Agung Ilahi dari Relasi dan kemudian menjelaskan dengan suara rendah, “Suksesi Tuhan adalah proses yang panjang. Sangsang harus mempelajari doktrin Taoisme terlebih dahulu di West-Hill, dan kemudian mengalami segala macam hal di dunia biasa selama latihan di kuil-kuil Tao di seluruh dunia. Hanya setelah menyelesaikan prosedur ini dia dapat mewarisi jabatan Imam Besar Ilahi Cahaya. Persiapan ini disebut pelatihan administrasi. ”

Kemudian dia melanjutkan untuk menjelaskan lebih lanjut, “Karena Sangsang membutuhkan waktu lama untuk menjadi Imam Besar Ilahi Cahaya, Balai Ilahi begitu cemas dan tidak sabar sekarang. Akan lebih baik jika dia bisa memulai periode pelatihannya sesegera mungkin. ”

Ning Que tiba-tiba bertanya, “Apakah dia diizinkan liburan?”

Karena sedikit terkejut, Cheng Lixue berpikir dalam hati bagaimana Balai Ilahi mengizinkan pengaturan seperti itu seperti sekolah biasa lainnya?

Namun, sebelum dia mengatakan apa-apa, Imam Besar Ilahi dari Wahyu tersenyum dan berkata, “Ya.”

Ning Que memandang Imam Besar Agung Wahyu dan bertanya, “Berapa lama?”

Imam Agung Ilahi dari Wahyu berkata, “Selama dia menghabiskan lebih dari setengah waktunya di Peach-Mountain of West Hill.”

Ning Que bertanya lagi, “Dan dia bisa meninggalkan West-Hill selama liburan?”

“Iya.”

“Bisakah aku pergi ke West-Hill untuk mengunjunginya?”

“Iya.”

“Jika dia menjadi Imam Agung Ilahi Cahaya, apakah dia masih bisa menikah?”

Imam Besar Ilahi dari Wahyu, setengah tersenyum, menatapnya dan berkata, “Ya.”

Cheng Lixue menatap Imam Ilahi Agung dengan terkejut.

Ning Que berhenti mengajukan pertanyaan Imam Besar Ilahi dari Wahyu.

Ning Que berkata, “Jika ini benar, saya akan setuju.”

Suasana di Old Brush Pen Shop menjadi sedikit lebih santai. Tanpa diduga, Ning Que menambahkan, “Tapi itu tidak berarti dia setuju dengan itu, bahkan jika saya setuju. Sekarang, Anda perlu membujuknya. ”

Cheng Lixue menjadi marah dan menegurnya dengan suara yang dalam, “Berani-beraninya kau bersikap kasar kepada Imam Besar Ilahi!”

Ning Que berkata, “Aku tidak bersikap kasar ke Divine Hall. Jika Great Divine Priest mengatakan tidak pada salah satu item yang saya sebutkan sebelumnya, saya tidak akan membiarkan Sangsang pergi ke West-Hill. Namun, persetujuan saya tidak berarti saya akan membuatnya pergi. Itu hanya berarti saya akan mendukung keputusannya. ”

Benar-benar mengabaikan percakapan antara Ning Que dan Cheng Lixue, Imam Besar Agung dari Wahyu hanya menatap Sangsang dengan tenang.

Sangsang menundukkan kepalanya dan dengan lembut berkata, “Aku tidak ingin pergi sekarang.”

The Great Divine Priest of Revelation memandang ke arah Ning Que dengan tenang.

Ning Que berkata, “Saya sudah lama mendiskusikan ini dengannya. Bagaimanapun, dia hanya seorang gadis kecil berusia lima belas tahun, jadi aku benar-benar akan merasa tidak enak jika dia meninggalkanku sekarang. Bagaimana kalau pergi ke West-Hill setelah dia mencapai dewasa? ”

Imam Agung Ilahi dari Wahyu tersenyum berkata, “Tahun depan?”

Ning Que menggelengkan kepalanya dan berkata, “Dalam tiga tahun.”

Imam Besar Ilahi dari Wahyu berkata, “Menurut hukum Kekaisaran Tang, seorang wanita dianggap sebagai orang dewasa ketika dia mencapai enam belas tahun.”

“Hukum Kerajaan Tang menunjukkan bahwa seorang wanita bisa menikah ketika dia berusia enam belas tahun, tetapi itu tidak berarti dia sudah dewasa.”

Ning Que berkata, “Dalam pandangan saya, seseorang memiliki pengalaman hidup dan kebijaksanaan yang cukup untuk mengatur kehidupannya di masa depan hanya setelah dia mencapai usia delapan belas tahun. Itu sebabnya saya bersikeras dia pergi ke West-Hill dalam tiga tahun. ”

“Tiga tahun…”

The Great Divine Priest of Revelation menghela nafas ringan dan memandang Sangsang yang ada di belakang Ning Que.

Itu adalah pandangan yang membuat kerutan di wajahnya lebih dalam, seolah-olah gunung dan sungai dibentuk kembali oleh badai besar dan menjadi lebih terjal. Matanya tampak lebih tenang dan lebih dalam. Sumur tua, yang diam-diam bersembunyi di kedalaman gunung, juga menjadi beberapa meter lebih dalam.

Sangsang dengan gugup menunggu jawaban.

Ning Que lebih gugup darinya.

Imam Besar Ilahi dari Wahyu memandang Sangsang dan tersenyum, “Kita akan bertemu dalam tiga tahun di West-Hill.”

Setelah mengucapkan kata-kata ini, Imam Besar Ilahi dari Wahyu berdiri dan berjalan keluar dari Toko Pena Kuas Tua.

Imam Besar Ilahi naik kereta ilahi, disertai oleh pengawalnya. Suasana khusyuk dibiarkan menggantung di udara.

Master dan pelayan wanita kecil di Toko Pena Kuas Tua saling memandang.

Itu dia?

Ning Que tidak mengerti mengapa Imam Besar Agung Wahyu mengatakan kata-kata terakhir dengan sangat pasti.

Kami akan bertemu di West-Hill dalam tiga tahun.

Imam Besar Agung yakin bahwa Sangsang pasti akan pergi ke Bukit-Barat?

…

…

Mengikuti Imam Besar Ilahi, Cheng Lixue juga meninggalkan Toko Pena Kuas Tua.

Dia naik kereta ilahi dan menurunkan tirai, berlutut di belakang Imam Agung. Dia berkata dengan suara rendah, “Saya tidak mengerti. Haruskah kita kembali ke Bukit-Barat? Kami bahkan belum mendapat janji dari Sangsang. ”

“Tidak ada kekuatan dalam janji-janji verbal.”

Imam Agung Ilahi dari Pengungkapan mengambil sapu tangan putih dari lengan bajunya dan dengan lembut menggosok canthi-nya. Ketika saputangan seperti salju menyentuh kulitnya, kerutan di kantonya seperti bunga, berhamburan.

Cheng Lixue menunduk dan berkata dengan bingung, “Karena kita sudah ada di sini, mengapa kita pergi begitu cepat?”

Melihat saputangan yang seputih salju di tangannya, Pendeta Agung Ilahi dari Penyataan berkata setelah keheningan singkat, “Karena masalah tentang Departemen Kehakiman lebih serius daripada yang saya pikirkan sebelumnya.”

Cheng Lixue mengangkat kepalanya dan berkata, “Tetapi menurut apa yang Anda katakan beberapa hari yang lalu, insiden serius dari Departemen Kehakiman itu mungkin tidak buruk bagi Aula Ilahi. Departemen Penyingkapan baru saja melaksanakan perintah Haotian. Jika kita mencegah kecelakaan sebelumnya, itu akan sama dengan tidak mematuhi Haotian. ”

Imam Besar Ilahi dari Wahyu berkata, “Kami tidak akan mencegah hal itu terjadi setelah kembali ke West-Hill. Sebaliknya, kami akan memastikan bahwa semuanya kembali ke jalurnya setelah kejadian. ”

Mata Cheng Lixue jatuh pada sapu tangan Imam Besar Ilahi, tubuhnya menjadi kaku, karena ada beberapa bercak darah di sapu tangan itu!

Dia menemukan bahwa canthi Imam Besar Ilahi berdarah!

“Aku sudah melihat cahaya di Peach Mountain dalam tiga tahun.”

“Jadi dalam tiga tahun, dia akan pergi ke West-Hill.”

Imam Besar Ilahi dari Wahyu terus menggosok darah yang mengalir dari kanthi dengan tenang.

Cheng Lixue, bingung dan kaget, bertanya, “Apa lagi yang dilihat tuanku?”

“Light adalah mitra terdekat kita. Sekilas saja membuatku buta. Apa lagi yang mungkin saya lihat? ”

Imam Besar Ilahi dari Wahyu tersenyum ketika dia mengatakan ini.

Dia melipat saputangan putihnya dan kemudian menghapus darah dari matanya.

Saputangan putih secara bertahap diwarnai merah oleh darah di matanya.

Kerutan-kerutan yang dalam pada canthiya juga memerah.

Mereka lebih seperti tanah tandus yang dibasahi darah.

…

…

Sebelum korps diplomatik dari Bukit-Barat meninggalkan Chang’an, Ning Que berkunjung ke Kuil Gerbang Selatan. Dia mendapat informasi yang sangat penting dari Cheng Lixue bahwa serangan Sword Garret memang relevan dengan Departemen Kehakiman.

Dia semakin khawatir tentang keselamatan Chao Xiaoshu. Saat dia berpikir apakah akan pergi ke Kerajaan Jin Selatan untuk mencari Chao Xiaoshu, dia tiba-tiba menerima surat dari Kerajaan Sungai Besar.

Dia pikir itu dari Mo Shanshan dan mau tak mau harus bersemangat.

Kemudian dia menemukan itu diposting oleh Chao Xiaoshu, yang membuatnya kecewa dan kekhawatirannya berubah menjadi kemarahan.

“Mengapa kamu tidak menulis beberapa surat kepada kami terlebih dahulu jika kamu selamat dan hidup? Dia bersenang-senang di luar sana sehingga dia berani melupakan ayahnya! Betapa bodohnya!”

Pria paruh baya berjubah kuning cerah melambaikan lengan bajunya dengan marah dan memarahi.

“Mungkin Chao Xiaoshu tidak mau kembali setelah tertarik pada janda cantik di sebuah desa kecil. Memang, hanya orang idiot yang bisa melakukan hal seperti itu! ”

Melihat surat di tangannya, Ning Que mencemooh Chao Xiaoshu dengan getir.

Jauh di dalam ruangan istana Tang, suara seseorang yang berteriak ‘idiot’ dapat terdengar dari waktu ke waktu.

Melihat ekspresi marah Yang Mulia dan Ning Que, Yang Mulia tidak bisa menahan tawa.

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–