Nightfall Chapter 459

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Bab 459: Daun Kuning dan Bagian Catur Putih

Penerjemah: Transn Editor: Transn

The General’s Mansion tidak menyiapkan hidangan lezat untuk perjamuan malam ini. Meja panjang yang terletak di halaman di antara pohon-pohon musim gugur gelap. Dan di atasnya, ada beberapa hidangan normal yang menyimpan aura yang menakjubkan. Tidak ada banyak pelayan di meja juga. Sebaliknya, dua putra Xia Hou adalah yang mengatur piring di atas meja. Ini sangat berbeda dari pemborosan yang dikabarkan bahwa Jenderal Xia Hou menikmati.

Seluruh Chang’an menonton perjamuan itu. Namun, suasana di jamuan itu tidak bermusuhan seperti yang dibayangkan beberapa orang. Xia Hou dan Ning Que duduk di ujung meja dan makan dengan tenang. Mereka kadang-kadang akan berbicara tentang Wilderness dan apa yang terjadi di Gerbang Depan.

Perjamuan sederhana berakhir sederhana. Para pelayan perempuan mengalir satu demi satu dan mengeluarkan piring dengan diam-diam. Kemudian, mereka membawa dua teko biru.

Putra-putra Xia Hou menyajikan teh Ning Que dan kemudian berpamitan dengan sopan. Mereka berjalan keluar dari kebun dan meminta pelayan dan pelayan untuk mengosongkan daerah itu sebelum menjaga di luar diri mereka.

Teko dan cangkir teh berwarna biru. Mereka tampak berani tetapi ringan. Teh di dalamnya adalah teh hitam, teh lembut. Bahkan suhu tehnya pas.

Ning Que menatap teko dengan hati-hati. Dia mengulurkan tangan untuk menyentuh cangkir dan kemudian menatap Xia Hou. Dia menatapnya dengan intens seperti bagaimana dia memandangi teko atau bagaimana dia memandang Pangeran Li Peiyan ketika mereka bertemu untuk pertama kalinya di aula Akademi. Dia memandang Xia Hou seolah ingin menanamkan bayangannya di benaknya.

Xia Hou melihat daun teh yang mengambang di air. Dia tahu bahwa Ning Que menatapnya, dan sudut bibirnya bergerak ke atas. Dia berkata, “Apakah Anda ingin melihat dengan jelas seperti apa musuh Anda? Kamu tidak menatap dengan begitu terbuka di Kota Tuyang. ”

Ning Que tidak menyangkal atau mengakui apa yang dikatakan Xia Hou. Dia membalik cangkir teh biru di tangannya dan berkata, “Orang yang paling saya hormati di Kota Tuyang adalah Kakak Sulung saya, bukan Anda.”

Xia Hou perlahan mengangkat kepalanya ketika mendengar ini.

Daun teh terapung tenggelam ke dasar cangkir seolah-olah mereka sangat terpengaruh.

Ning Que menunduk.

Xia Hou menatapnya tanpa ekspresi.

Angin musim gugur berhembus di halaman, menyebabkan pepohonan bergemerisik. Banyak daun kuning tipis diterbangkan dari cabang dan mendarat di meja panjang dan tanah di depan keduanya. Dingin di atmosfer tumbuh.

Jika itu orang lain, mereka akan ketakutan atau bahkan gugup menghadapi kekuatan Jenderal Xia Hou dan dinginnya angin musim gugur dan dedaunan kuning. Mereka akan menjadi takut dan gugup memikirkan kebencian yang mendalam di antara keduanya. Namun, Ning Que tidak melakukannya. Wajahnya tanpa ekspresi.

Xia Hou menatap matanya dan tiba-tiba berkata tanpa peringatan, “Apakah Anda putra Lin Guangyuan?”

Ning Que melihat teh yang gelap di cangkirnya dan menggelengkan kepalanya.

Angin musim gugur dengan aura dingin berputar-putar di halaman, menyebabkan lebih banyak daun jatuh. Angin sepoi-sepoi menyapu daun-daun di meja ke tanah dan menyebarkan daun-daun di tanah ke segala arah.

Xia Hou berkata, “Saya telah membunuh banyak orang. Saya tidak peduli.”

Ning Que akhirnya mengangkat kepalanya. Dia memandang Xia Hou dan berkata, “Jenderal, Anda kuat.”

Daun kuning di tanah berserakan ke segala arah oleh angin dan berhenti di dinding. Mereka tampak seperti lapisan ombak yang menyentuh tepi sungai.

Xia Hou berkata, “Kadang-kadang, Anda harus mengatasi kebencian Anda, jika Anda tidak bisa.”

Daun yang jatuh menumpuk lebih tinggi dan lebih tinggi di dinding. Daun di bagian atas jatuh hanya untuk diaduk oleh angin sekali lagi. Aura dingin dan angin musim gugur tidak membiarkan daun keluar.

Sama seperti percakapan mereka. Tiga pernyataan terpisah Xia Hou tampaknya tidak memiliki hubungan satu sama lain, tetapi mereka memaksa mereka untuk maju tanpa memberi Ning Que kesempatan untuk mundur.

Ning Que melihat dedaunan yang berjuang di sudut dinding dan bertanya, “Tolong, ajari aku.”

Xia Hou menatapnya, mati-matian, “Anda tidak bisa menyentuh saya.”

Ning Que berbalik dan berkata, “Tapi kamu tidak berani menyentuhku.”

Seseorang tidak dapat disentuh dan seseorang tidak berani menyentuh. Keduanya tidak terdengar berbeda, tetapi perbedaannya sangat besar. Pernyataan pertama menyiratkan bahwa Ning Que tidak memiliki kemampuan untuk menyentuh dan yang kedua menyiratkan bahwa Xia Hou tidak cukup berani untuk disentuh.

Xia Hou berkata, “Itulah sebabnya kita harus menyelesaikan kebencian ini bahkan jika itu tidak bisa diselesaikan. Atau mungkin Anda bisa menunggu 20 tahun lagi sampai saya benar-benar tua dan lemah. ”

“Maka kamu pasti akan sekarat, dan kamu akan menikmati 20 tahun kehidupan yang baik.”

Ning Que menatapnya dan tersenyum, “Tentu saja, saya hanya menunjukkan fakta. Tolong jangan salah paham, umum. Sebenarnya, saya merasa bahwa karena Anda siap untuk pensiun, Anda seharusnya tidak mengatakan hal-hal buruk seperti itu. ”

Mata Xia Hou sedikit menyipit ketika dia mendengar itu dan emosi samar muncul di wajahnya yang kecokelatan. Dia berkata, “Tidak peduli istana kekaisaran atau West-Hill, mereka semua berpikir bahwa saya dapat pensiun dengan aman. Dan saya harus puas dengan itu. Namun, saya tidak. Kavaleri di bawah kendali saya dapat menyapu bersih negara ini. Selain itu, saya adalah seorang jenderal dengan banyak penghargaan, tetapi pengadilan kekaisaran dan Yang Mulia memperlakukan saya dengan dingin hanya karena insiden kecil yang terjadi saat itu. Kenapa lagi, kalau bukan karena ini, aku pergi ke Wilderness dan mencuri Tomes of Arcane? Apakah situasinya akan menjadi seperti sekarang ini? ”

Ning Que bertanya, “Jenderal, apakah Anda mencoba menjelaskan diri sendiri kepada saya?”

Xia Hou tidak menyembunyikan rasa jijiknya untuknya, dan berkata dengan mengejek, “Jika Anda tidak cukup beruntung untuk memiliki Kepala Sekolah sebagai guru Anda, hak apa yang harus Anda duduk di hadapan saya? Meski begitu, apa hak Anda untuk saya jelaskan kepada Anda? Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku sedang tidak dalam mood yang baik sekarang. ”

Ning Que berkata, “Jenderal, apa yang Anda katakan telah mengubah pembantaian di wilayah Chang’an dan Yan menjadi insiden kecil. Ini juga tidak membuatku dalam suasana hati yang baik. ”

Seseorang akhirnya berbicara tentang apa yang terjadi pada saat itu dalam percakapan.

“Aku tidak perlu peduli dengan perasaanmu.”

Xia Hou menatapnya dan dengan dingin berkata, “Saya sudah mengatakan, Anda tidak bisa menyentuh saya. Dan karena aku sedang tidak dalam mood yang baik, kamu harus peduli tentang itu. Itu karena jika kamu membuatku marah, aku bisa menghancurkanmu seperti semut. Saya menyarankan Anda untuk menjaga saya dalam suasana hati yang baik di hari-hari sebelum saya meninggalkan Chang’an. ”

Ning Que menggelengkan kepalanya, “Aku tidak bisa memikirkan bagaimana kau akan menghancurkanku.”

“Aku bisa melakukannya kapan saja di taman ini.”

Xia Hou berkata tanpa ekspresi, “Mr. Tiga belas dari Akademi ingin membunuh sang jenderal, tetapi gagal total dan dihancurkan oleh sang jenderal. ”

Ning Que minum teh hangat dan tersenyum, “Hancurkan aku … Jenderal, jika Anda melakukan itu, rumah Anda dan keluarga Anda yang Anda kirim kembali ke rumah akan dihancurkan oleh guru.”

Hanya ada satu orang di Kekaisaran Tang yang bisa membungkam Xia Hou. Itu tidak pernah Kaisar, tetapi Kepala Sekolah Akademi.

Xia Hou menatapnya dan berkata, “Seperti yang Anda katakan sebelumnya, saya tidak berani menyentuh Anda. Anda tidak dapat menyentuh saya, jadi saya memegang tangan atas. Jika Anda mencoba sesuatu sebelum saya meninggalkan Chang’an dan melakukan sesuatu yang tidak dapat saya tahan, saya akan mencoba menyentuh Anda. ”

Ning Que bertanya dengan serius, “Apakah ini ancaman?”

Xia Hou berkata, “Saya mengajar Anda, bahwa memiliki latar belakang yang berpengaruh tidak berguna sebelum hidup dan mati. Anda hanya bisa mempercayai kemampuan Anda. ”

Ning Que menatapnya dan tersenyum. Dia berkata, “Saat itu, Paman Bungsu telah menghancurkan Doktrin Iblis dengan pedang. Jenderal, Anda tahu, bahwa latar belakang Anda yang berpengaruh telah menghilang dengan itu. Apakah itu sebabnya kamu memunggungi sekte dan bergabung dengan West-Hill? Ini berbeda bagi saya. Kepala Sekolah bukan Lotus, dan Akademi juga bukan Doktrin Iblis. Jenderal, Anda dapat yakin. ”

Kata-kata Ning Que telah menjelaskan rahasia terdalam dan paling gelap Xia Hou. Rasanya seperti menampar wajahnya. Wajah Jenderal Xia Hou memerah.

Itu bukan karena dia mabuk.

Dia minum teh malam ini.

Wajah Jenderal Xia Hou memerah karena marah.

Ning Que berani mengejeknya karena dia tahu bahwa tidak peduli seberapa keras dan haus darah jenderal itu, dia tidak akan berani melakukan apa pun padanya karena dia berasal dari Akademi.

Memang, Xia Hou menatapnya diam-diam seperti dia adalah daun jatuh di atas meja. Rona merah di wajahnya mereda dan dia menenangkan diri. Dia berkata, “Silakan pergi.”

Ning Que dengan ringan mengibaskan daun yang jatuh ke seragam Akademi hitamnya. Dia tidak membungkuk atau mengucapkan selamat tinggal pada Xia Hou. Sebaliknya, ia menegakkan tubuh dan meninggalkan taman.

Angin musim gugur sepoi-sepoi dan dedaunan yang terdorong ke sudut dalam tumpukan menyebar terpisah.

Putra-putra Xia Hou berjalan ke kebun dan memandang ayah mereka dengan diam. Mereka ingin berbicara, tetapi berubah pikiran.

“Tidak apa.”

Xia Hou berkata dengan ekspresi tak terbaca, “Seseorang yang tidak berani mengakui keluarganya sebelum orang yang membunuh ayahnya mungkin cerdas, tenang dan rasional. Tetapi semua kualitas ini tidak ada artinya. ”

“Saya duduk di depannya, tetapi dia tidak berani membalas dendam kepada keluarganya. Ini adalah rasa malu terbesar dari semua, dan dia tahu itu. Itulah sebabnya dia merasa sangat malu dan menggunakan kata-katanya untuk mempermalukan saya. ”

“Dia datang hari ini untuk membuat dirinya merasa lebih baik. Tapi dia hanya tahu bagaimana menggunakan mulutnya dan bukan tangannya. Bagaimana bisa seorang bocah lelaki yang tidak memiliki keberanian yang diperlukan untuk menjadi pembangkit tenaga listrik bisa menjadi musuhku? ”

…

…

Jenderal Xia Hou mengundang Ning Que ke pesta adalah peristiwa penting di Chang’an. Beberapa petinggi mulai khawatir ketika Ning Que memasuki Rumah Jenderal. Ada banyak mata-mata pada acara tersebut yang kemudian melaporkan kembali ke istana dan beberapa tempat lainnya.

Tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi di perjamuan, tetapi karena Ning Que tetap hidup, tidak banyak yang terjadi. Jenderal Xia Hou tidak menyerang, dan tidak ada yang berpikir bahwa / itu mungkin bagi Ning Que untuk membunuh Xia Hou dan berjalan keluar dari rumah tanpa jejak darah padanya.

Dalam studi kekaisaran, Kaisar berpikir keras. Di aula tidak jauh, permaisuri dan Sekretaris Besar Zeng Jing saling memandang. Jenderal Xu Shi yang telah menunggu di Kementerian Militer mendengarkan laporan itu dan mengangguk. Menteri Persembahan lama Kabupaten Qinghe di rumah sensor merasa sedikit menyesal.

Di lantai atas Menara Wanyan, Nation Master Li Qingshan berdiri di dekat jendela-jendela batu dan melihat ke arah Istana Jenderal. Dia berkata, senang, “Saya selalu khawatir tentang karakter Ning Que. Sepertinya dia memang lebih peduli tentang gambaran yang lebih besar sekarang setelah belajar di bawah Kepala Sekolah begitu lama. Kakak Senior Yan Se benar untuk menyerahkan jubahnya dan mata array padanya. ”

Tuan Huang Yang tersenyum padanya dan tidak mengatakan apa-apa.

Li Qingshan berjalan menjauh dari jendela dan ke meja. Dia mendorong beberapa kitab Buddha pergi dan mengeluarkan beberapa bidak catur hitam putih dan melemparkannya dengan santai.

Dia belum pulih dari cedera, tetapi ingin melakukan sesuatu karena suasana hatinya yang baik. Ramalannya kali ini adalah santai, dan dia tidak ingin mengintip rahasia surga. Dia hanya ingin melihat apakah dia cukup beruntung untuk merasakan sesuatu.

Sepotong catur putih bersih mulai berputar. Berputar lebih cepat dan lebih cepat sampai meninggalkan meja dan jatuh ke tanah yang keras.

Terdengar bunyi berisik, dan bidak catur putih itu pecah menjadi dua.

Istirahat itu bersih seolah telah dibelah oleh pedang tajam.

Li Qingshan menatap bidak catur putih dengan bingung. Ekspresinya menjadi serius.

Huang Yang mengerutkan kening dan berkata dengan terkejut, “Itu adalah pedang yang menakutkan … mungkinkah Liu Bai telah datang ke Chang’an?”

…

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–