Nightfall Chapter 482

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Bab 482: Tombak

Penerjemah: Transn Editor: Transn

“Apakah ini semua tipuanmu?”

“Apakah kamu pikir kamu bisa membunuhku begitu saja?”

“Saya belum menunjukkan kartu truf saya. Jangan bilang kamu sudah selesai. ”

Teriakan nyaring bergema di sekitar danau. Xia Hou berjalan menuju tepi selatan Danau Yanming. Dia berjalan perlahan karena cedera kakinya, dan suaranya bergetar ketika dia berbicara. Namun, langkahnya stabil dan sikapnya mengesankan.

Ning Que yang berdiri di tepi tebing menatap Xia Hou yang berjalan ke arahnya perlahan. Wajah Ning Que tanpa ekspresi, sementara emosinya ada di semua tempat. Dia merasakan hawa dingin yang ditimbulkan oleh angin dan salju.

Dia telah menggunakan semua Primordial Thirteen Arrows di dalam kotak. Ratusan surat kabar Fu yang dia kumpulkan dengan susah payah selama dua tahun terakhir telah berubah menjadi air terjun berwarna kuning dan badai yang bergejolak. Ceret besi kecil yang terkubur di danau telah diledakkan, dan sepertinya dia telah menggunakan kartu trufnya. Namun, dia belum berhasil membunuh Xia Hou dan tidak bisa menghentikannya untuk maju menuju bank selatan.

Itu adalah kekuatan dari kelompok besar di negara bagian Puncak Seni Bela Diri, bukan?

Salju yang jatuh ke tembok kota menipis.

Kakak Sulung dengan cemas memandang ke arah Danau Yanming. Jubah katun lamanya bergetar sedikit, seolah-olah sedang mempertimbangkan apakah akan terbang atau tidak.

Ye Su memandang dengan serius. Dia tidak berpikir bahwa situasi seperti itu akan terjadi pada pertempuran di danau ini. Dia tidak menyangka Xia Hou akan diserang, dihentikan, dan bahkan terluka parah.

“Saya harus mengakui bahwa Ning Que telah memberi saya banyak kejutan. Murid Kepala Sekolah memang luar biasa. Tapi sangat disayangkan dia akan mati malam ini. ”

Dia memandang Kakak Sulung dan berkata, “Kecuali kamu bergerak.”

Kakak Sulung mengerti apa yang dia maksud dengan itu.

Kekuatan-kekuatan dunia berkumpul di Chang’an malam ini. Hanya Jun Mo dan dia datang untuk mewakili Akademi untuk membuat semuanya adil bagi Ning Que. Jun Mo bertanggung jawab untuk mengawasi Tang Militer sementara dia bertanggung jawab untuk menonton jenius ini dari sekte Taoisme Haotian. Sebaliknya, Jun Mo dan dia sedang diawasi juga.

Jika dia bergerak, Ye Su pasti akan mengikuti.

Ekspresi Kakak Sulung berangsur-angsur melunak, dan dia menjadi tenang ketika dia memikirkan sesuatu.

“Guru selalu mengatakan kepada saya untuk belajar dari Saudara Bungsu, dan saya selalu bertanya-tanya apa yang harus saya pelajari. Ketika saya memikirkannya hari ini, dia ingin saya belajar dari sikapnya dalam kesulitan. ”

Dia melihat ke arah Danau Yanming dan berkata, “Hal yang paling mengagumkan tentang Saudara Bungsu adalah dirinya sendiri. Dia menciptakan dunianya sendiri dan dia selalu bersedia mengambil tantangan. Ketika semua orang di dunia berpikir bahwa dia tidak bisa melakukannya, dia masih akan melangkah maju dan naik ke langkah lain. Begitulah ketika dia memasuki Akademi, ketika dia memasuki perpustakaan tua, dan ketika dia naik jalur gunung ke lantai Dua. Apakah malam ini akan berbeda? ”

Ada beberapa obor yang menyala di luar kamp penjaga Yulin Royal, menerangi sekeliling. Jembatan yang diselimuti salju di luar kamp tampak seperti sabuk giok dan pria dengan mahkota tinggi di jembatan tampak seperti dewa yang berdiri di sabuk giok.

Waktu berlalu ketika salju melayang.

Kebuntuan di jembatan berlanjut sepanjang hari dan sampai larut malam.

Saudara Kedua dari Akademi, Jun Mo telah duduk di jembatan yang tertutup salju.

Jendral Pembela Negara, Xu Shi, dan Pengawal Kerajaan Yulin yang kuat tetap berada di bawah jembatan.

Jenderal Xu Shi bersandar di pagar di bawah jembatan dan memandang Kakak Kedua yang duduk bersila di salju di jembatan. Dia terbatuk-batuk dengan sakit hati dan siad, “Pertempuran Ning Que melawan Xia Hou adalah tantangan melawan Militer Tang bagiku. Itulah mengapa saya ingin menghentikan pertempuran ini terjadi. ”

Saudara Kedua memandang ke atas dan ke arah pemimpin militer Tang. Salju yang telah mendarat di alisnya jatuh ketika dia berkata, “Sejak pertempuran telah dimulai, kamu tidak perlu mengatakan apa-apa.”

“Memang, itu tidak perlu lagi.”

Alis putih Xu Shi melayang di udara saat dia berkata, meredam amarahnya, berkata, “Jadi kamu ingin Ning Que mati, bukan?”

Saudara Kedua berkata, “Karena pertempuran sudah dimulai, seseorang akan selamat dan seseorang akan mati. Anda adalah seorang prajurit militer Tang, tidakkah Anda mengerti alasan sederhana seperti itu? ”

Setelah beberapa saat, dia berkata dengan dingin, “Selain itu, Xia Hou bukan orang yang istimewa. Siapa yang berani mengatakan bahwa Saudara Bungsu saya pasti akan kalah? ”

Bagi Saudara Kedua dari Akademi, Jenderal Xia Hou dari Kerajaan Tang mungkin bukan lawan yang menakutkan. Namun, itu adalah Ning Que yang ditentang oleh Xia Hou.

Xu Shi berpikir begitu, dan kemudian, dia berkata dengan sungguh-sungguh, “Tidak ada keajaiban di dunia.”

Saudara Kedua menatapnya dan berkata dengan serius, “Akademi adalah tempat di mana keajaiban akan terjadi.”

“Jika dia masih tidak bisa membunuh orang itu setelah 15 tahun persiapan, maka yang tersisa hanyalah nasib. Namun, guru telah mengatakan, bahwa tidak ada yang namanya takdir di dunia. ”

Ning Que berdiri di tebing dan berpikir begitu juga. Dia menatap langit dan kemudian ke bawah pada orang yang berjalan ke arahnya di danau. Alisnya terangkat sedikit ketika dia bertanya, “Bisakah kita … benar-benar berhasil?”

Sangsang membuka matanya begitu kotak panah dikosongkan. Dia memegang payung hitam besar dan menatap mata Ning Que, mengangguk dengan penuh semangat. Dia berkata, “Kita harus berhasil.”

Ning Que tersenyum saat dia setuju dengan Sangsang. Tidak peduli apakah nasib ada di dunia, atau apakah dia bisa berhasil, dia harus berhasil. Dia seharusnya tidak memikirkan hal lain selain kesuksesan.

Dia melihat sosok yang mengesankan di danau dan berkata, “Kamu dibiarkan dengan sepasang kepalan lemah dan tubuh yang rusak. Aku masih memiliki pisau segar, jadi mengapa aku tidak bisa membunuhmu? ”

Di danau bersalju, Xia Hou melambat.

Pada saat itu, Ning Que mengulurkan tangan kirinya dan menggenggam gagang angin dingin. Jari-jarinya merasakan sensasi rami yang akrab, tiba-tiba mengencang.

Ada suara bentrok ketika dia mengeluarkan podao-nya dari sarung.

Ning Que telah terbiasa membawa tiga bilah bersamanya untuk bertarung melawan tim pembunuh tiga orang Xia Hou. Ketika dia tidak lagi harus melawan para pembunuh itu, dia harus melawan Xia Hou. Karena itu, dia telah meminta Saudara Keenam untuk menggabungkan ketiga bilah itu menjadi satu.

Bilah ini ramping tapi berat. Garis-garisnya halus tetapi tidak indah. Bilahnya tidak cerah tetapi praktis. Itu adalah pisau yang digunakan untuk membunuh orang.

Ning Que memegangnya di satu tangan dan bergegas menuruni tebing.

Dinding tebing curam dan dia berlari lebih cepat dan lebih cepat, berubah menjadi buram hitam.

Sedikit tertinggal di belakang blur hitam adalah pedangnya.

Untuk alasan yang tidak diketahui, Ning Que bersikeras tidak mengukir garis jimat pada bilahnya. Sebagai gantinya, ia menyimpannya dalam kondisi aslinya. Itu sangat halus.

Mungkin dia ingin menggunakan metode pedang paling sederhana.

Karena dia percaya bahwa yang paling sederhana juga yang paling kuat.

Dia bergegas menuruni dinding tebing dan menuju pria di danau, menurunkan pedangnya.

Dia masih lebih dari seratus kaki dari Xia Hou.

Tapi pedangnya sudah muncul.

Dia menyerbu ke depan dan kemudian menyeberang. Dia mengangkat bilahnya, dan kemudian menjatuhkannya.

Ning Que telah mempersiapkan ini.

Dia tahu bahwa Xia Hou dapat melihat bahwa dia telah menyiapkan ini.

Dia ingin tahu bagaimana reaksi Xia Hou.

Jika Xia Hou benar-benar menangkis, maka dia percaya bahwa dia kesempatannya telah datang.

Xia Hou tidak bersiap untuk menangkis tembakan Ning Que. Dia tidak bereaksi dengan tinjunya seperti biasa, dan dia tidak memperlakukannya seperti bagaimana dia memperlakukan pembunuh dari Kerajaan Yan ketika dia berada di kamp militer. Pada saat itu, dia mengeluarkan suara yang keras seperti guntur dan menyebabkan dua pembangkit tenaga listrik di Negara Bagian Seethrough menjadi kaget menjadi idiot.

Xia Hou telah terluka oleh Tang, dan zirahnya telah dihancurkan oleh bilah darah Doktrin Setan. Kekuatan di balik tinju Tang masih bisa dirasakan di tubuhnya. Dia tidak berada di puncaknya. Selain itu, ia juga terluka parah oleh badai jimat Ning Que, panah dan bunga.

Xia Hou juga tidak memilih untuk menghindari pisau. Sebagai pembangkit tenaga listrik di negara bagian Puncak Seni Bela Diri, ia paling terampil dengan pertempuran jarak dekat. Bagaimana dia bisa takut pada pedang sederhana?

Dia telah mengatakan sebelumnya bahwa bahkan trik yang paling kuat pun tidak berguna.

Dia akhirnya pindah.

Dia berdiri di danau dan menutup matanya. Tangannya, yang masih berdarah, terbentang di depannya di udara dingin yang dingin. Kekuatan Jiwa-Nya dalam indera persepsinya meledak keluar melalui Samudra Qi-nya dan Gunung Salju. Berputar dengan Qi Surga dan Bumi di Danau Yanming, diuleni bersama untuk membentuk utas melintasi kejauhan dan mendarat di tepi utara.

Ada bendera militer berwarna darah di luar perkebunan di tepi utara Danau Yanming.

Itu adalah bendera umum Xia Hou.

Bendera berkibar tertiup angin dan tiba-tiba mengulurkan seolah-olah telah mendengar perintah. Dia melambai dengan marah ke pintu perkebunan, mencondongkan tubuh ke depan seolah-olah hendak melompat dari tiang dan menuju binatang untuk membunuhnya.

Ketika Xia Hou telah memasuki perkebunan, dia telah mengibarkan bendera dengan dalam ke tanah batu. Beberapa retakan muncul di tiang. Gerakan-gerakan gila dari bendera itu menyebabkan tiang itu bergetar dan bergetar. Retakan di tanah batu melebar dan menyebar ke segala arah, tampak seperti jaring laba-laba.

Ada beberapa suara berderit saat tanah di bawah tiang bendera retak. Kerikil terbang ke segala arah ketika bendera militer berwarna darah berjuang untuk mengangkat tanah dan terbang menuju Danau Yanming.

Tiba-tiba ada angin kencang di depan halaman.

Bendera darah terkoyak oleh angin dan jatuh ke tanah.

Di awan dataran rendah di atas Danau Yanming, dengungan mengerikan bisa didengar. Bayangan samar bisa terlihat.

Seolah-olah seorang bijak berjalan di awan berdiri di atas pedangnya.

Ning Que tidak tahu apa yang terjadi di halaman rumahnya sendiri. Dia tidak tahu tentang pemandangan yang mengerikan, robekan tiba-tiba bendera militer berwarna darah, meninggalkan tiang bendera di awan.

Dia bergegas menuruni dinding tebing. Dia hanya memiliki mata untuk Xia Hou, yang berdiri beberapa ratus kaki jauhnya. Namun, tiba-tiba dia merasakan perasaan yang tidak menyenangkan. Sebuah tambalan dalam indra persepsinya tiba-tiba menjadi cerah.

Dia melangkah berat di atas batu yang menonjol dari tebing dengan kaki kanannya, mengambil keuntungan dari kekuatan untuk membalikkan tubuhnya di udara untuk menghadapi awan. Roh Besar dalam tubuhnya mengalir ke lengannya, dan dia memutar podao yang berat dan kokoh di depannya, menyebabkan batu karang yang bersentuhan dengannya terbang.

Awan di atas danau tiba-tiba dalam kekacauan ketika bayangan besar seperti batang menembus awan, jatuh ke tepi tebing dan menabrak podao-nya.

Ada ledakan keras.

Ning Que merasakan kekuatan yang kuat mentransfer melalui podao kepadanya.

Tubuhnya masih di udara, dan dia menerima pukulan mundur sebelum jatuh dengan cepat. Dia menabrak danau salju di bawah tebing, membangkitkan gelombang salju.

Ning Que berdiri dari tumpukan salju dan menyeka darah di sudut bibirnya. Dia melihat benda berbentuk batang gelap di tangan Xia Hou dengan waspada.

Xia Hou menatapnya dengan mata menyipit, seolah-olah dia telah menemukan sesuatu yang aneh.

Ning Que bertanya, “Apa ini?”

Xia Hou berkata, “Tombak.”

Bendera berwarna darah itu hanya tersisa dengan sebuah tiang.

Tiang bendera adalah tombak.

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–