Nightfall Chapter 553

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Bab 553: Dua Pidato Kuat

Penerjemah: Editor Transn: Transn

Para pembudidaya di bawah pohon hijau besar telah memperhatikan pria dan wanita muda di tepi sungai. Mereka tahu bahwa Addict Kaligrafi itu lembut, tetapi jarang peduli dengan lawan jenis. Namun, dia mengobrol dengan pemuda itu dan mereka tampaknya rukun. Dengan demikian, para pembudidaya mulai berbisik di antara mereka sendiri, berspekulasi tentang identitas dan asal usul pemuda itu.

Mereka yang telah menebak identitas Ning Que terbukti benar dengan apa yang mereka lihat. Keterkejutan mereka tumbuh menjadi rasa hormat, dan mereka tidak tahu apakah mereka harus memberi hormat pada makhluk luhur dari Akademi atau tetap diam sehingga mereka tidak akan mengganggunya.

Bangsawan dari Kerajaan Jin Selatan merasakan perubahan di atmosfer dan melihat bahwa para pembudidaya yang berusaha untuk mentolerirnya sedikit tidak nyaman. Dia melihat kedua sosok di tepi sungai dari sudut matanya dan ekspresinya menjadi serius.

Dia berstatus bangsawan dan secara pribadi datang ke Kuil Lanke untuk menghadiri Festival Hantu Lapar Yue Laan. Selain mewakili bangsawan Kerajaan Jin Selatan dalam menunjukkan rasa hormat mereka kepada Master Qishan, yang telah melakukan bantuan besar kepada mereka, alasan paling penting untuk kunjungannya adalah karena ia tahu bahwa Kecanduan Kaligrafi akan datang. Dia ingin membuktikan ketulusannya melalui tindakannya dan bahkan diam-diam berharap jika dia berhasil membuat Master Qishan menyelesaikan keraguannya, dia akan bisa bertemu dengan gadis di Gunung Wa.

Keluarga kerajaan dari Kerajaan Jin Selatan telah secara pribadi menyelidiki tentang bagaimana perasaan Kaligrafi tentang ini tetapi ditolak. Bangsawan itu telah menulis beberapa surat padanya yang tidak dijawab. Dia tahu bahwa Mo Shanshan bukan wanita biasa, dan dia telah berusaha untuk tidak menyebabkan ketidaksenangannya dengan membuatnya merasa seolah-olah dia mengganggu dia setelah memasuki Gunung Wa. Dia telah menekan keinginannya untuk menjadi dekat dengannya dan berpura-pura tidak peduli sehingga dia akan meninggalkan kesan yang baik padanya.

Bangsawan mengangkat bahu dan mengobrol hangat dengan para pembudidaya sambil bertanya-tanya dengan gugup apakah Mo Shanshan diam-diam menatapnya sebagai penghargaan. Sama seperti dia pikir dia telah berhasil, dia tiba-tiba menyadari bahwa gadis yang dia kagumi tidak memperhatikannya, tetapi telah pergi ke sungai untuk mengobrol dan tertawa bahagia dengan seorang pria yang muncul entah dari mana.

…

…

Pandangan terkejut dan membisikkan spekulasi para pembudidaya di bawah pohon itu menarik perhatian Ning Que dan tidak luput dari indra tajamnya. Bangsawan besar dari Kerajaan Jin Selatan yang dia temui kemarin pagi di Kuil Lanke juga tidak luput dari pandangannya. Dia tidak bisa membantu tetapi sedikit cemberut.

Ketika dia memikirkan hal itu, dia harus mengakui, bahwa jika dia mengabaikan temperamen dan karakter moral pria itu, dan hanya menghakimi bangsawan Jin Selatan berdasarkan latar belakangnya; dia mungkin akan menjadi pasangan terbaik untuk Kecanduan Kaligrafi di dunia ini. Dan jika dia ingin membahas temperamen dan karakter moral, Ning Que tidak punya alasan. Namun, dia agak tidak senang ketika pikiran itu terlintas dalam benaknya.

Ning Que memandang bangsawan Jin Selatan di bawah pohon dan bertanya, “Apakah kamu datang dengan pria itu?”

Mo Shanshan menggelengkan kepalanya.

Untuk beberapa alasan, ketidaksukaan Ning Que terhapus ketika dia memastikan bahwa dia tidak datang ke Kuil Lanke bersama bangsawan. Dia berkata sambil tersenyum, “Tapi aku yakin dia mengikutimu ke sini.”

Mo Shanshan tidak tahu mengapa dia mengatakan itu.

Angin musim gugur yang dingin bertiup dari sungai dan berhembus ke papan catur batu. Pohon hijau besar berdesir. Namun, daun di puncak pohon itu lebat dan tidak memungkinkan angin apa pun berlalu. Angin mengangkat jubah bangsawan, menunjukkan sabuk kuning cerahnya.

“Saya tahu bahwa dia adalah Putra Mahkota Kerajaan Jin Selatan,” kata Ning Que.

Mo Shanshan sedikit terkejut.

Ning Que tersenyum dan berkata, “Saya bertemu dengannya di Kuil Lanke kemarin dan kami memiliki sedikit perselisihan. Tapi Anda tahu betapa lembutnya saya sekarang. Jadi saya tidak memberitahunya apa pun, apa pun yang dia tanyakan kepada saya. Di mataku, dia bahkan tidak apa-apa. Karena kita sudah melewati jalur sebelumnya. Dia pernah ingin membeli Kaligrafi Sup Ayam saya untuk menyenangkan Anda. Aku sudah mengalahkannya dengan baik, jadi tidak banyak kesenangan yang bisa kukumpulkan darinya sekarang. ”

Mo Shanshan melihat aliran gunung di bawah tebing dan tersenyum dengan kepala menunduk tanpa mengatakan apa-apa.

Ning Que berpikir bahwa dia tidak tahu tentang apa yang terjadi di pelelangan barang-barang yang dicuri dari Old Brush Pen Shop, jadi dia memberitahunya tentang hal itu dengan penuh semangat. “Bapak. Tiga belas tidak akan memberikan wajah Putra Mahkota Jin Selatan. Dia hanya ingin memberinya tamparan keras. ”

Mo Shanshan mendongak dan bertanya dengan sedikit senyum, “Apakah kamu senang?”

Ning Que memikirkannya dan berkata, “Saya sangat senang saat itu, dan saya masih cukup senang memikirkannya sekarang.”

“Maka kamu pasti sangat senang.”

Mo Shanshan mengangguk dan berkata, “Sebenarnya, aku tahu tentang ini.”

Ning Que merasa canggung, memikirkan bagaimana dia telah membicarakannya dengan penuh semangat meskipun dia sudah tahu.

Mo Shanshan menatap matanya dan berkata dengan senyum ambigu, “Haruskah aku berterima kasih karena mengusir salah satu pelamarku? Atau apakah Anda puas dengan saya memiliki pinus untuk Anda sepanjang hidup saya dan mati sendirian? ”

Ning Que menegang, tidak tahu bagaimana membalas.

“Hal yang paling menyusahkan adalah, semua orang di dunia tahu tentang ini. Lalu, bagaimana menurut Anda dunia akan memandang saya, dan bagaimana mereka memandang Anda dan cara Anda memperlakukan saya? ”

Mo Shanshan berkata dengan sedikit malu dan marah, “Karena kita tidak berhasil, maka tidak tepat bagimu untuk berperilaku seperti ini.”

“Saya salah. Saya benar-benar salah. Seharusnya aku tidak … ”

Ning Que membungkuk dalam-dalam padanya dan meminta maaf, “Saya telah melakukan kesalahan sejak itu, dan sampai hari ini. Saya harap Anda bisa memaafkan saya. ”

Permintaan maafnya tulus dan langka.

Namun, Mo Shanshan tidak ditenangkan. Matanya, yang seperti danau terang, bergetar sedikit kekecewaan dan kepahitan. Dia tersenyum dengan enggan, “Addict Tao itu benar, kamu adalah orang yang paling tak tahu malu di dunia. Anda mengakui kesalahan Anda lebih cepat dari siapa pun, begitu tulus sehingga Anda selalu membuat orang lain merasa seolah-olah mereka yang salah dan Anda yang tidak bersalah. ”

Ning Que tetap diam. Dia hanya menyadari bahwa bahkan wanita paling canggih pun tidak ada bedanya dengan gadis-gadis lain begitu mereka terganggu oleh hal-hal tertentu. Mereka akan selalu menemukan banyak alasan untuk marah.

Tentu saja, dia tahu bahwa dia hanya dapat menanggungnya karena dia memang salah. Setelah beberapa saat, dia berkata dengan serius, “Untuk membuat permintaan maaf saya lebih tulus, saya telah memutuskan untuk melakukan sesuatu.”

Mo Shanshan bertanya, “Apa itu?”

Ning Que tersenyum dan berkata, “Setelah Sangsang pulih, saya akan kembali ke Chang’an secepat mungkin. Kemudian, saya akan mendapatkan Kaligrafi Sup Ayam kembali dari istana Sekretaris Besar Wang dan mengirimkannya kepada Anda. ”

Mo Shanshan tersenyum sedikit dan berkata, “Sudah banyak karya kaligrafi Anda di ruang belajar oleh Danau Tinta.”

Ning Que berkata dengan sedikit pasrah, “Lalu bagaimana aku bisa membuatmu bahagia?”

Mo Shanshan menatap matanya dan berkata, “Penelitian oleh Danau Tinta masih tanpa memo yang telah Anda tulis.”

Ini adalah permintaan yang telah diulang berkali-kali, Mo Shanshan bahkan memandang rendah dirinya untuk itu. Wajahnya memerah karena malu, tetapi dia menatap matanya dengan berani dan penuh tekad.

Ning Que tidak berani menatap tatapannya. Dia berbalik ke arah aliran gunung tanpa mengatakan apa-apa.

Mo Shanshan menghela napas dalam hati pada dirinya sendiri dan tidak mengatakan apa pun. Dia melihat aliran gunung dengan tenang.

Pemandangan gunung sangat indah di musim gugur. Ada suara air yang deras mengalir di aliran gunung, namun semuanya tampak sunyi di tepi sungai.

…

…

Spekulasi para pembudidaya di bawah pohon semuanya menunjuk ke satu orang.

Teka-teki itu sederhana. Dalam semua kisah yang ditinggalkan oleh Kaligrafi Addict di dunia selama bertahun-tahun di luar sekte, hanya ada satu pria yang bisa berdiri di sampingnya dan mengagumi pemandangan dalam keheningan.

Spekulasi dikonfirmasi ketika orang yang menebak identitas Ning Que angkat bicara. Diputuskan bahwa pria yang berdiri di samping Addict Kaligrafi adalah Mr. Thirteen dari Academy yang legendaris, Ning Que! Teriakan terkejut terdengar di kerumunan. Tidak peduli seberapa keras mereka mencoba mengendalikan reaksi mereka, mereka tidak mampu.

Putra Mahkota Kerajaan Jin Selatan melotot ketika dia melihat kedua sosok di tepi sungai. Tangannya, yang berada di luar lengan bajunya bergetar karena marah dan cemburu. Dia tidak bisa mengendalikan emosinya walaupun dia ingin tetap tenang.

Setelah hening sesaat, dia tidak bisa menghentikan dirinya lagi dan berjalan menuju sungai. Karena seseorang telah memimpin, banyak orang mengikuti. Area di bawah pohon besar dikosongkan dalam waktu singkat.

Papan catur batu yang sebelumnya penuh sesak tiba-tiba sunyi. Pesaing dari Kerajaan Jin Selatan duduk di satu sisi papan catur dalam-dalam berpikir dan tidak memperhatikan. Sementara itu, biarawan berpakaian kuning yang menjadi wasit pertandingan merasakannya. Dia mengangkat kepalanya karena terkejut dan melirik ke sungai.

Ning Que merasakan ketika pembudidaya di bawah pohon hijau besar mengambil langkah pertamanya. Ning Que berbalik dan menyaksikan puluhan pembudidaya berjalan ke arahnya. Dia tidak bisa membantu tetapi membeku, dan menghitung dengan kecepatan tercepat apa yang harus dia dan Mo Shanshan lakukan ketika mereka bergegas agar tidak jatuh ke aliran gunung. Kemudian, dia melihat kereta kuda hitam dan memastikan bahwa Kuda Hitam Besar itu waspada sebelum dia merasa nyaman.

Para pembudidaya tidak benar-benar mendorong Ning Que ke aliran gunung. Sebaliknya, mereka semua mengamati rasa kesopanan dan bahkan memperlakukannya dengan hormat. Mereka semua berhenti serentak sementara mereka masih beberapa kaki jauhnya dari tepi sungai.

“Salam, Tuan Tiga Belas. Saya Taois Lee dari Kerajaan Song. ”

“Saya Lin Ruoyu. Salam, senior dari Akademi. ”

“Saya Hua Yun. Saya di sini untuk menyambut Sir Ning atas nama guruku. ”

Semua orang membungkuk dengan ramah kepada Ning Que dan memberi hormat kepadanya. Ekspresi mereka adalah campuran dari pengekangan dan kegembiraan. Beberapa suara mereka bergetar, dan beberapa suara mereka berubah nada karena kegembiraan mereka. Orang bisa merasakan bahwa mereka semua sangat bersemangat.

…

…

Ini adalah dunia Haotian. Sekte Haotian Taoism secara alami sangat dihargai. Sebagian besar pembudidaya yang datang ke Gunung Wa di belakang Kuil Lanke adalah pembudidaya Tao.

Persaingan yang tidak jelas antara sekte Taoisme Haotian dan Akademi terjadi dalam bayang-bayang sejarah dan antara para pembudidaya yang kuat. Itu tidak ada hubungannya dengan para pembudidaya biasa ini.

Mereka hanya tahu bahwa bagian belakang gunung Akademi adalah Tempat Unknown yang legendaris.

Murid inti Kepala Sekolah di belakang gunung itu adalah Makhluk-Makhluk Mahakudus yang tidak terkenal.

Bagi para pembudidaya di dunia, Makhluk-makhluk Sublim yang Tidak Duniawi ini berjalan di atas awan dan jarang muncul di dunia fana. Kebanyakan pembudidaya tidak akan memiliki kesempatan untuk bertemu dengan mereka.

Di antara semua Tempat Tidak Dikenal lainnya, Akademi adalah satu-satunya yang terhubung dengan dunia sekuler. Tetapi para pembudidaya di luar Kekaisaran Tang pada dasarnya tidak akan memiliki kesempatan untuk bertemu dengan para murid di punggung gunung Akademi.

Mereka akhirnya menemukan satu dari dekat. Mereka tidak menyaksikan Yang Mahatinggi yang Mahatinggi melambaikan pedangnya ketika dia terbang melewati mereka, dan bahkan bisa berbicara dengannya. Bagaimana mungkin mereka tidak bersemangat?

Apakah Lucky Chance ini akan menguntungkan mereka atau tidak di jalur panjang mereka untuk berkultivasi, mereka setidaknya akan dapat memberitahu keturunan dan murid mereka tentang apa yang terjadi satu tahun di Kuil Lanke di Gunung Wa sebelum tubuh mereka gagal dan mereka kembali ke rumah Haotian. cahaya ilahi. Mereka akan dapat berbicara tentang betapa mudahnya Mr. Thirteen dari Akademi didekati dengan bangga.

…

…

Ning Que tidak pernah memiliki kesadaran diri dari Mahluk Mahatinggi yang Tidak Duniawi. Setelah dia berhasil memasuki lantai dua Akademi, dia terus minum di House of Red Sleeves dan melakukan percakapan dengan tetangganya di Lin 47th Street. Dia telah berinteraksi dengan banyak orang di dunia ketika dia membawa para siswa dari Akademi ke benteng perbatasan utara. Namun, dia dapat dengan jelas merasakan bahwa cara dia diperlakukan telah berubah selama bertahun-tahun. Namun, dia tidak peduli karena dia tinggal di dunia fana dan tidak hidup dalam pengasingan di dunia super.

Ini ada hubungannya dengan memasuki dunia manusia atas nama Akademi, dan juga karena pengalamannya. Dia tidak bisa sepenuhnya memutuskan hubungannya dengan dunia sekuler sebelum dia membalas dendam. Dan meskipun dia telah membunuh Xia Hou, ini tidak berubah.

Itulah sebabnya Ning Que membeku ketika melihat ekspresi hormat dari para pembudidaya dari negara lain dan kegembiraan di mata mereka. Kemudian, dia tersenyum hangat dan membalas salam mereka dengan tenang.

Sementara ekspresinya tenang, hatinya tidak.

Dia selalu tahu posisi Akademi di dunia kultivasi. Namun, ketika dia sebelumnya memasuki dunia manusia, orang-orang yang berinteraksi dengannya adalah orang-orang senior yang gila dan sangat menakutkan dalam kultivasi. Itulah mengapa ini adalah pertama kalinya dia merasakan kekuatan sekte, serta rasa hormat dan kekaguman yang dimiliki para pembudidaya lain untuk Akademi.

Entah itu rasa hormat atau kekaguman, mereka berdua merasa sangat baik.

…

…

Meskipun ini adalah dunia Haotian dan kebanyakan pembudidaya yang dibudidayakan dalam Taoisme, Kekaisaran Tang masih merupakan negara terkuat di dunia. Banyak yang dipengaruhi oleh Kekaisaran Tang dan suka berpikir bahwa mereka berasal dari sekte yang dekat dengan Akademi. Seorang Master Pedang dari Great River Kingdom tidak ragu untuk berlutut di depan Ning Que bersama dengan Younger Brothers-nya dan membungkuk dengan anggun ke Ning Que. Kemudian, dia bangkit dan berdiri di tempat terdekat dengan Mo Shanshan dengan bangga.

Tindakan semacam itu agak menggelikan. Namun, sebagian besar pembudidaya lain tidak tertawa dan merasa itu wajar. Jika mereka adalah pembudidaya dari Kerajaan Sungai Besar, mereka akan menjadi yang tercepat untuk berlutut. Addict Kaligrafi lebih memesona daripada orang lain. Siapa yang akan menolak untuk dekat dengannya? Selain itu, mereka bisa mendekati makhluk luhur dari Akademi melalui koneksi-koneksinya.

Namun, seseorang tidak tahan lagi menonton. Dia tertawa terbahak-bahak dan merusak suasana di tepi sungai. Para pembudidaya yang membungkuk dengan panik berbalik dan bertanya-tanya siapa yang begitu berani melakukan itu.

Orang yang berani tertawa mengejek tidak takut pada Akademi, atau tentu saja. Istana Ilahi West-Hill tidak mengirim siapa pun keluar dan para biarawan dari Kuil Lanke masih di gunung untuk beberapa alasan. Satu-satunya orang yang memenuhi syarat untuk melawan Akademi, atau mungkin orang harus mengatakan, satu-satunya orang yang berpikir dia memenuhi syarat untuk melawan Akademi, adalah murid Pedang Garret Kerajaan Jin Selatan.

Sejak Sage Pedang, Liu Bai, muncul dan diakui sebagai lokomotif terkuat di dunia, Kerajaan Jin Selatan, yang memuji diri mereka sebagai negara terkuat kedua di dunia menjadi bangga. Kadang-kadang, mereka bahkan memandang rendah Kekaisaran Tang. Murid Liu Bai di Sword Garret juga melintasi dunia kultivasi dengan bangga.

Namun, banyak yang salah paham. Bahkan para murid dari Sword Garret tidak berani tidak menghormati seseorang dari Akademi. Bahkan jika mereka membenci Akademi karena mereka telah menyebabkan kebutaan Liu Yiqing, kebencian mereka hormat.

Orang yang tertawa mengejek memang seseorang dari Kerajaan Jin Selatan.

Tapi itu bukan murid Pedang Garret yang tertawa. Itu adalah Putra Mahkota Kerajaan Jin Selatan.

…

…

Putra Mahkota Kerajaan Jin Selatan menjadi marah setelah memastikan identitas Ning Que. Dia menembakkan tatapan penuh kebencian pada mereka karena kecemburuannya. Dia tahu apa arti Akademi bagi Kekaisaran Tang, dan bahwa dia seharusnya tidak menimbulkan masalah. Meski begitu, dia tidak bisa menahan diri setelah melihat para pembudidaya berperilaku begitu tanpa belas kasihan sebelum Ning Que.

Kerumunan terpecah untuk mengungkapkan Putra Mahkota Jin Selatan.

Ekspresinya melunak ketika dia melihat Mo Shanshan. Dia berkata dengan lembut, “Bagaimana bisa seseorang yang tidak berperasaan berdiri di samping Tuan Bukit? Master catur yang saya bawa adalah pemain peringkat nasional di istana kami. Dia akan bisa menyelesaikan papan catur dalam hitungan detik. Anda bisa naik gunung bersama kami nanti. ”

Semua terdiam oleh aliran gunung. Ekspresi wajah kultivator sangat kompleks. Banyak yang ingin tertawa tetapi tidak berani, dan wajah mereka berputar aneh, membuat seluruh adegan menghibur.

Selama bertahun-tahun, kisah cinta paling terkenal yang tersebar di dunia tidak lagi tentang kekasih masa kecil, Pecandu Bunga Kerajaan Yuelun dan Pangeran Long Qing. Alih-alih, itu adalah cinta segitiga antara Akademi Ning Que, Pecinta Kaligrafi dari Kerajaan Sungai Besar dan pelayan wanita kecil, Sangsang. Kisah ini telah menyebar di beberapa negara dan mendapatkan popularitas di kalangan massa.

Pada awalnya, deskripsi tentang Sangsang agak hambar. Tidak ada yang tahu siapa pelayan wanita itu dan tidak bisa mengerti mengapa Ning Que bersikeras memilihnya dan mengecewakan Addict Kaligrafi. Itu sebabnya semua orang mendukung Addict Kaligrafi dan mengamuk atas namanya.

Seiring berlalunya waktu, beberapa rahasia digali. Dunia kultivasi akhirnya tahu bahwa hamba perempuan, Sangsang adalah satu-satunya penerus dari Pendeta Agung Ilahi Cahaya sebelumnya. Situasi berubah, terutama ketika Istana Ilahi West-Hill secara resmi memberikan statusnya sebagai Nyonya Cahaya beberapa bulan lalu.

Bagi banyak orang, pelayan perempuan kecil itu, Sangsang akhirnya sama dengan Kecanduan Kaligrafi dalam kisah ini. Dengan demikian, ceritanya menjadi lebih menarik.

Para kultivator menyajikan semua pemikiran tentang cerita terkenal ketika mereka mendengar peringatan Putra Mahkota Jin Selatan. Kemudian, mereka secara alami memikirkan desas-desus bahwa Nyonya Cahaya akan selalu berada di sisi Ning Que.

Kemudian, mereka ingat bahwa ada kereta kuda hitam di dekat papan catur batu.

Semua orang berbalik untuk melihat kereta kuda hitam, sorot mata mereka berubah. Mereka bahkan lebih dicadangkan dibandingkan ketika mereka melihat Ning Que. Rasa hormat dan takut di mata mereka semakin kuat.

Salah satu dari mereka akhirnya sadar kembali, dan bergegas berlutut di depan kereta kuda hitam.

Seperti yang disebutkan sebelumnya, semua pembudidaya menghormati Istana Ilahi West-Hill, dan hal yang sama juga terjadi pada aliran gunung. Para pembudidaya bergegas ke gerbong kuda hitam dan berlutut di depannya.

Mereka semua berkata dengan saleh, “Selamat datang, Nyonya Cahaya, kepada dunia.”

Suara tenang Sangsang muncul dari kereta. “Bangun, kalian semua.”

Ning Que tersenyum. Dia tidak menyangka bahwa suara gadis itu bisa membawa begitu banyak kekuatan.

Semua pembudidaya bangkit, seolah-olah terbebas dari beban mereka. Namun, mereka tetap dalam posisi hormat mereka. Tidak ada yang berani membersihkan kotoran dan rumput di lutut mereka.

Ekspresi Pangeran Mahkota Jin Selatan menjadi jelek ketika dia melihat itu. Dia hanya menyadari saat itu, bahwa bahkan orang-orang di sekitar Ning Que sangat dihargai juga. Jika pelayan wanita di kereta kuda menjadi Imam Agung Ilahi Cahaya, maka statusnya akan lebih tinggi dari ayahnya, Raja!

Dia tidak bisa membayangkan apa yang terjadi selanjutnya akan membuatnya menyeberang dan mengundurkan diri.

Suara Sangsang terdengar dari kereta kuda sekali lagi. “Miss Addict Kaligrafi, maukah kau menemaniku naik gunung?”

Ekspresi Pangeran Mahkota Jin Selatan berubah drastis.

Ekspresi para pembudidaya tumbuh bersemangat.

Ning Que tumbuh cemas.

Dia mengerti Sangsang, dan dia tahu bahwa alamat Sangsang tentang Mo Shanshan sebagai Penguasa Bukit sebelumnya, dan memanggilnya Nona Addict Kaligrafi sekarang memiliki konotasi berbeda. Meskipun itu tidak berbahaya, dia tidak tahu apakah itu akan menyebabkan ketidaksenangan gadis lainnya.

Mo Shanshan tidak senang, namun, senyumnya tampak sedikit dipaksakan.

Dia bisa menebak mengapa Sangsang mengundangnya naik kereta kuda dan bepergian bersama.

Itu mungkin karena apa yang dikatakan Pangeran Mahkota Jin Selatan.

Pangeran Mahkota Jin Selatan mengatakan bahwa Ning Que tidak berperasaan.

Sangsang ingin membuktikan bahwa itu tidak ada hubungannya dengan Ning Que.

Ini antara dua wanita.

Pangeran Mahkota Jin Selatan telah mengundang Pecandu Kaligrafi ke atas gunung.

Sangsang juga bisa mengundang Pecandu Kaligrafi.

Dia akan mengundang Pecinta Kaligrafi dan menggunakannya untuk menampar wajah Putra Mahkota pada saat yang sama.

Sangsang bersedia melakukan banyak hal untuk membalas dendam kepada tuan mudanya, dan untuk memungkinkannya mempertahankan citra dan glamornya di hadapan para pembudidaya lainnya. Itu termasuk undangan yang tidak ingin dia sampaikan.

Mo Shanshan mendesah pelan dan berpikir tentang bagaimana Sangsang merawat Ning Que setiap saat. Dia akan melakukan apa saja untuk membuat Ning Que bahagia, yang merupakan sesuatu yang sulit dibayangkan. Bisakah dia melakukan hal yang sama jika dia Sangsang?

Pertimbangan itu mengambil sepersekian detik.

Sangsang sudah melakukan begitu banyak demi Ning Que.

Mo Shanshan berpikir, “Seberapa sulit untuk berjalan ke kereta kuda?”

…

…

Kerumunan menyaksikan Addict Kaligrafi naik kereta kuda hitam. Pandangan yang mereka berikan pada Ning Que telah berubah sekali lagi. Di antara pandangan hormat, juga iri. Ning Que tahu bahwa kebenaran itu sebaliknya. Dua wanita di gerbong kuda tidak berarti apa-apa. Namun, dia tidak menjelaskan, tetapi menepuk Kuda Hitam Besar untuk menandakan bahwa mereka harus pergi.

Kereta kuda hitam mulai bergerak perlahan.

Ning Que duduk di bantal lembut di depan gerbong. Dia melihat ekspresi makam dan memutar Putra Mahkota Selatan dan tiba-tiba gembira. Namun, kegembiraan ini tidak cukup.

Itu karena dia datang untuk menyembuhkan penyakit Sangsang. Dia tidak ingin menimbulkan masalah. Itu sebabnya dia tidak bereaksi selama pertemuan dan konflik verbal di Kuil Lanke kemarin pagi dengan Putra Mahkota, atau ketika dia diejek dan ditegur oleh pria itu sebelumnya. Dia tetap diam dan diam, tidak seperti dirinya yang biasanya.

Namun, dia masih tidak puas.

Kereta kuda hitam tiba-tiba berhenti saat melewati Putra Mahkota Jin Selatan.

Ning Que melihat ekspresi sedih Putra Mahkota dan mengeluh, “Kamu usil parker.”

Tawa berdering di udara ketika dia mengatakan itu.

Meskipun para pembudidaya yang waspada terhadap Kerajaan Jin Selatan memaksa diri mereka untuk tidak tertawa, ekspresi mereka berubah dari upaya.

Bagaimanapun, itu adalah urusan orang lain. Nyonya Cahaya telah meminta Addict Kaligrafi untuk naik kereta kuda. Bahkan jika dia adalah Putra Mahkota Jin Selatan, hak apa yang dia miliki untuk ikut campur? Dia menyukai Addict Kaligrafi, tetapi dia tidak menyukainya. Beraninya dia memilih hubungan antara Kaligrafi Addict dan Mr. Thirteen of the Academy, bahkan jika Lady of Light tidak mengatakan apa-apa?

Dia benar-benar menjadi tukang parkir yang usil, menyodok hidungnya ke hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan dia.

Pelayan dan murid Pangeran Mahkota dari Pedang Garret tidak tertawa. Namun, mereka tidak menjadi marah. Sebaliknya, mereka menunduk malu. Bagi mereka, Putra Mahkota layak mendapat penghinaan.

Kereta kuda hitam berlanjut dan melewati Putra Mahkota perlahan. Kemudian, Ning Que melanjutkan, “Ini bukan urusanmu.”

Pangeran Mahkota Jin Selatan gemetar karena marah. Ketika dia mendengar itu, semuanya menjadi gelap dan dia hampir pingsan.

…

…

Ning Que mengangkat tirai dan melihat bahwa warna Sangsang memang terlihat bagus, jadi dia tidak khawatir. Namun, dia menjadi cemas ketika dia melihat bahwa dia dan Shanshan duduk saling berhadapan dalam diam.

Dia menghibur dirinya sendiri, berpikir bahwa dia akan khawatir tentang hal itu setelah mereka menemukan Tuan Qishan. Dia menendang Kuda Hitam Besar dengan ringan, mengisyaratkannya untuk bergerak lebih cepat. Namun, kereta kuda itu berhenti di aliran Jumping Tiger sebelum bahkan menyeberangi jembatan.

Bukan Pangeran Mahkota Jin Selatan yang menghentikan gerbong kuda, tapi kalimat yang diucapkan dengan dingin.

“Meskipun kamu adalah murid Akademi, kamu tidak bisa mengabaikan peraturan. Apakah ini cara Kepala Sekolah mengajar muridnya? ”

Bhikkhu tua berpakaian kuning yang duduk di dekat papan catur di bawah pohon besar perlahan mengangkat kepalanya dan berkata dengan lembut.

Kereta kuda hitam berhenti di depan jembatan.

Ning Que terdiam sesaat.

Dia benci mendengar kata-kata penting seperti itu yang diucapkan oleh orang tua. Ini khususnya terjadi ketika bhikkhu tua itu menggunakan gurunya untuk melawannya. Namun, dia tidak mengungkapkan kekesalannya karena dia ingin meminta Kuil Lanke untuk menyembuhkan Sangsang.

Dia menatap bhikkhu tua itu dan bertanya, “Aturan apa?”

Biksu yang memakai pakaian kuning itu perlahan berdiri dan berkata, “Kamu hanya bisa menyeberangi jembatan setelah menyelesaikan permainan ini.”

Ning Que menggelengkan kepalanya dan berkata, “Aturan sudah mati, dan kita hidup.”

Dia telah mengatakan ini kepada Addict Kaligrafi sebelumnya.

Bhikkhu tua berambut kuning itu berkata, “Manusia hanya hidup jika kita hidup dengan aturan-aturan ini.”

Ada filosofi tertentu dalam kata-katanya. Namun, Ning Que tidak tahu apakah biksu tua itu tahu bahwa ia telah membawa Sangsang ke gunung untuk menyembuhkan penyakitnya dan menggunakannya untuk mengancamnya.

Dia sedikit mengernyit dan berkata, “Jika guruku datang, akankah kamu memintanya untuk menyelesaikan permainan sebelum bertemu Master Qishan?”

Bhikkhu tua yang berpakaian kuning itu berkata dengan tegas, “Jika Kepala Sekolah datang secara pribadi, Saudara Senior Qishan akan datang untuk menyambutnya. Hanya Kepala Sekolah yang bisa mengabaikan semua aturan di dunia ini. Sebagai muridnya, Anda tidak memiliki hak yang sama. ”

Ning Que menatap mata bhikkhu tua itu dan tiba-tiba berkata, “Sekte Buddhisme menghargai semua kehidupan dengan sama tidak peduli apakah mereka babi atau anjing. Bahkan jika perbedaan antara guru saya dan saya adalah babi atau anjing bodoh dan manusia, guru saya dan saya sama. Jika guru saya tidak harus mematuhi aturan, maka mengapa saya harus melakukannya? ”

Biksu tua yang berpakaian kuning itu berkata dengan acuh tak acuh, “Murid dari Akademi memang memiliki lidah yang fasih. Namun, saya tidak akan mendengarkan jika saya tidak mau. ”

Ning Que berkata, “Jadi itu turun ke tangan siapa yang lebih sulit. Peraturan bait suci Anda ada di sana untuk menghentikan mereka yang tidak memiliki kemampuan untuk melanggarnya. ”

Bhikkhu tua yang berpakaian kuning itu sedikit mengernyit dan berkata, “Apakah Tuan Thirteen berpikir bahwa dia memiliki kemampuan untuk melanggar peraturan dunia?”

Ning Que berkata, “Saya ingin mencoba.”

Dengan itu, dia memasukkan tangannya ke kereta kuda.

Sangsang sudah lama membuka kotak panah dan memasang busur besinya.

Ning Que mengambil busur dan menempelkan panah di atasnya. Dia menarik tali itu ke belakang dan mengarahkannya ke biksu berkuning-kuning di samping papan catur.

Kemudian, dia berkata, “Apakah kamu ingin mencoba?”

…

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–