Nightfall Chapter 56

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Babak 56: Chao Xiaoshu! Chao Xiaoshu!

Penerjemah: TransN Editor: TransN

Mereka telah melihat bawahan mereka yang berani dihancurkan oleh pria paruh baya, yang, dengan lembut melambaikan lengan bajunya, semakin dekat dan semakin dekat. Dan terlepas dari malam yang romantis, Lord Meng, Jun Jie, dan Kucing Tua, yang adalah bos yang mengendalikan Kota Selatan dan Kota Barat, mulai bergetar sedikit dan tidak bisa menekan keinginan kuat mereka untuk mundur.

Namun, memikirkan bangsawan sejati yang berdiri di belakang mereka dan kedua ace di pemerintahan, mereka mengepalkan gigi mereka, memancarkan raungan paling sengit. “Semua orang menyerang dan mengelilingi dan membunuhnya! Lempar kapak! ”

Raungan hebat bergema di sepanjang jalan dan gang Spring Breeze Pavilion. Anehnya, setelah mendengar kata-kata “mengelilinginya dan membunuhnya”, orang-orang di kerumunan, yang telah menggunakan keberanian mereka yang tersisa untuk membawa pisau dan mengaum untuk maju, tersebar dari Ning Que dan Chao Xiaoshu dengan kecepatan tercepat mereka. Dengan kerumunan di depan menyebar, ada dua barisan orang kuat muncul. Mereka memiliki sabuk kain kasar diikat ke pinggang dan empat kapak kecil di dalam setiap sabuk kain, dan membawa dua kapak kecil di tangan mereka dan siap untuk melemparkannya!

Karena semangat prajurit dipromosikan di antara Tang dan atmosfer berani mengalir di pengadilan dan daerah pedesaan, membawa pedang resmi tidak dilarang di ibukota, Chang’an. Bahkan untuk senjata seperti podao, pedang lebar berduri panjang, pemerintah tidak akan mengganggunya selama dia tidak memamerkannya di tengah daerah dan jalan yang sibuk. Namun, untuk busur dan anak panah yang merupakan senjata jarak jauh, pengawasannya relatif lebih ketat. Terutama untuk panah panah yang sangat kuat; bahkan dilarang keras di kalangan orang awam. Sebagai akibat dari situasi itu, puluhan kapak terbang yang membelah udara telah menjadi senjata yang menakutkan!

Pada malam hujan yang penuh pembantaian ini, Chao Xiaoshu mengubah ekspresinya yang tenang untuk pertama kalinya. Melihat dua baris kapak terbang dari dinding yang jauh dan menunjukkan ekspresi tanpa rasa takut yang bahkan tidak memiliki kewaspadaan, dia hanya sedikit mengernyit, sepertinya merasa agak merepotkan. Dia menggelengkan kepalanya dan berkata, “Kamu tahu apa yang harus dilakukan.”

Kata-kata ini alami untuk Ning Que, tetapi Ning Que … tidak tahu apa yang harus dilakukan pada saat itu. Jika kapak musuh terbang keluar seperti hujan, dia yakin dia sendiri bisa melarikan diri, tetapi dia tahu bahwa Chao Xiaoshu tidak akan memilih untuk pergi sebelum membunuh atau mengalahkan semua orang. Tepat pada saat itu, melihat punggung Chao Xiaoshu, dia tiba-tiba teringat medan perang di Jalan Gunung Utara dan kata-kata Lv Qingchen Tua, dengan sedikit kejutan berkelebat di matanya.

Seolah mendengar suara keterkejutan dalam benaknya, pedang baja sian kesepian di tangan Chao Xiaoshu bersenandung dan bergetar dengan kecepatan yang sangat tinggi, membuat air hujan dan darah di tubuhnya berubah menjadi serpihan bubuk. Kemudian tiba-tiba menghilang menjadi bayangan abu-abu, buram, mengalir bergegas ke hujan untuk terbang menuju dua baris kapak terbang!

Meskipun seperti bayangan abu-abu, buram dan mengalir, itu benar-benar pedang yang cepat dan cepat dengan orbit bergerak yang halus dan cerdas. Di mana ada pedang yang lewat, ada mimpi-mimpi musim semi yang kacau seperti manik-manik hujan yang tertusuk menggantung di langit malam. Ia menembus lapisan terluar dari manik-manik hujan, menembus hati bagian dalam secara menyeluruh, dan kemudian menembus untuk menembus lapisan terluar kulit seseorang dan daging serta tulangnya. Akhirnya, ia menembus dengan jari-jari yang jatuh, yang dengan kuat memegang gagang kapak seperti akar lotus, satu per satu, dengan darah menyembur dari bagian yang terpotong!

Di depan dinding dan di antara lorong-lorong, hanya ada suara retakan ujung pedang lurus menembus hujan dan suara jari-jari yang terputus. Ada jari-jari yang tak terhitung jumlahnya yang dengan kuat memegang pegangan kapak menabur turun bersama dengan tetesan hujan. Kemudian kapak berat mengikuti, jatuh dan menabrak tanah yang dipenuhi air hujan dengan suara teredam, diikuti oleh suara lolongan celaka yang tak terhitung jumlahnya!

Dengan aksi dan reaksi tercepat, dua dari mereka sudah melemparkan kapak dari tangan mereka ketika Spring Breeze Pavilion Old Chao pertama kali mengangkat pedangnya. Namun, saat berikutnya, bayangan pedang abu-abu, buram, dan mengalir itu dengan mudah menyapu pergelangan tangan mereka dan menyebabkan angin puyuh darah. Mereka tiba-tiba melemparkan kapak dengan tangan mereka pada saat yang sama, mengeluarkan garis darah yang buruk, dan jatuh dengan mengerikan di lantai terdekat, yang tampak sangat berdarah!

Spring Breeze Pavilion terdiam di malam hujan ini. Berdiri di tengah-tengah hujan, Chao Xiaoshu memandang sekeliling pada ratusan kerumunan Chang’an dan mendengar lolongan sengsara yang disebabkan oleh pedangnya sendiri yang muncul dan menghilang secara bergantian, menunjukkan ketenangan di wajahnya.

Dengan wajah pucat, Lord Meng dari Kota Selatan menunjuk jari gemetar ke arah Chao Xiaoshu yang berdiri di luar paviliun dan berteriak seperti wanita gila. “Chao Xiaoshu! … Chao Xiaoshu! Bagaimana Anda, Chao Xiaoshu, menjadi … seorang kultivator? Kamu … kamu tidak bisa menjadi Master Pedang Hebat! ”

…

…

“Orang seperti apa yang kamu butuhkan di sekitarmu?”

“Jadilah cepat, kuat, dan cukup berani untuk membunuh orang dengan mata terbuka, dan kamu tidak pernah bisa membiarkan apa pun jatuh padaku.”

Menatap punggung Chao Xiaoshu, Ning Que melihat kedua tangan yang sedikit gemetar menggantung di luar lengan jubah nila dan tidak bisa membantu tetapi merasa sedikit kaku. Fakta bahwa pedang tipis itu berubah menjadi bayangan abu-abu yang tanpa suara akhirnya membuktikan apa yang dia duga dan membuatnya akhirnya memahami dialog di dalam toko dari sebelumnya.

Pada pertempuran di Northern Mountain Road, Master Pedang Hebat itu, yang telah diusir dari Akademi, memiliki prajurit perang sebagai pelayan pendamping yang dekat dengan sisinya. Setelah Lv Qingchen menggunakan skema untuk membujuk dan membunuh Master Pedang Besar itu, ia segera membunuh pelayan pendamping itu. Justru karena para pembudidaya seperti Sword Masters dan Psyche Masters paling takut didekati oleh para pembunuh dalam pertempuran, seperti Chao Old Spring Pavilion Pavilion, yang baru saja akhirnya menunjukkan kekuatannya yang sebenarnya.

Saat itu, kekuatan psikis Chao Xiaoshu dan Qi primordial sepenuhnya terikat pada pedang terbang yang kabur dan tak terduga itu. Meskipun terlihat kuat, dia sudah kehilangan semua kemampuan bertahannya tanpa pedang di tangannya. Jika seseorang dari pihak lawan bisa menerobos pedang terbang itu atau diam-diam mendekat untuk menyerang dia, dia akan jatuh ke dalam bahaya besar.

Dalam perkelahian sengit tahun-tahun terakhir, Chao Xiaoshu memiliki saudara-saudara sengit dikabarkan sebagai pelayan-pengawal di sisinya. Tetapi malam ini, saudara-saudaranya semua dikurung di kamp mereka oleh pejabat pemerintah. Jadi dia perlu menemukan seseorang, seseorang yang bisa dia percayai dan cukup kuat untuk melindunginya dari jarak dekat.

Oleh karena itu, dia pergi ke Lin 47th Street di tengah hujan rintik-rintik musim semi dan masuk ke toko kaligrafi bernama Old Brush Pen Shop, berdiri di tanah basah di luar ambang pintu dan melihat pemuda yang mendesah dan makan mie. Lalu dia berkata dengan sedikit senyum,

“Aku akan membunuh.

“Aku butuh pria di sisiku.”

Chao Xiaoshu hanya tahu apa yang telah dilakukan Ning Que di masa lalu tetapi tidak tahu orang seperti apa dia. Itu adalah pertaruhan, tidak diragukan lagi, untuk secara acak mempercayakan keselamatannya dan bahkan hidupnya kepada Ning Que.

Judi itu, atau mungkin kepercayaan, membuat Ning Que merasa sedikit tekanan di pundaknya. Dia mengambil napas dalam-dalam, menggenggam erat tangan kanannya di sekitar gagang di punggungnya yang mengarah ke langit, dan perlahan-lahan menarik keluar podao berkilau itu yang mengkilap dan tidak ada goresan.

…

…

Air hujan yang jatuh dengan cepat ternoda oleh debu yang terkumpul di tanah, berangsur-angsur berubah menjadi aliran menuju selokan trotoar jalan, dan kemudian dengan cepat berbau tanah kotor di sekitar. Justru lingkungan yang paling disukai tikus Chang’an. Seekor tikus dengan bisul di bulunya menggunakan dua cakar hitamnya yang kotor untuk merebut jari manusia yang telah dipotong dan dengan senang hati terus menggerogotinya, kadang-kadang beristirahat untuk menjilati darah dari bulunya. Tikus itu tidak ada hubungannya dengan orang-orang yang dibantai, masing-masing di atas cakrawala. Ia hanya berharap bahwa bayangan buram itu dapat memotong lebih banyak jari dan bahwa air hujan dapat mempercepat jari-jari itu tepat di depannya. “Saya Berharap untuk berkah Haotian Lord, untuk seluruh keluarga saya tergantung pada pemberian Anda hari ini.”

Dengan suara tepuk tangan, benjolan berdesir, menabrak tepat di depan tikus itu, memercikkan air kotor dan darah di tanah. “Apakah Tuan Haotian merasa bahwa aku terlalu rakus untuk menghancurkanku sampai mati?” Tikus yang terkejut dengan cepat lari, dan ketika ia kembali ke lubang tikus di bawah dinding halaman, ia berbalik, sedikit enggan, untuk melirik jari yang hampir digerogoti tulang, tetapi dengan tegas memutuskan untuk membalikkan ekornya, dan berlari ke dalam . Tetapi jika ia melihat ke belakang lagi dan menemukan bahwa benjolan itu memercikkan air dan darah kotor adalah kepala manusia, itu pasti akan menyesali keputusannya.

Tikus itu mengebor keluar dari lubang tikusnya dan tidak mendapat kesempatan untuk menyesalinya. Pada saat sepatu bot militer Tang yang kokoh telah menginjaknya menjadi berkeping-keping, mungkin ia menyesal tidak memberi tahu perusahaannya betapa enaknya daging manusia.

Seorang prajurit di pasukan elit Tang perlahan menarik kembali kakinya memakai sepatu bot militer, melirik daging berdarah tikus di kakinya. Dan mendengar suara di luar tembok halaman, dia kemudian perlahan kembali ke formasi untuk menggambarkan situasi pertempuran di luar kepada seorang rekan dengan gerakan tangan. Dia kemudian membungkuk untuk melirik panah panah di tangannya untuk memverifikasi bahwa air hujan tidak membawa masalah ke mata air mesin.

Mengenakan jubah hujan gelap, beberapa lusinan pasukan elit Tang diam-diam berdiri di belakang dinding halaman dan memegang panah panah di tangan mereka. Di luar tembok Spring Breeze Pavilion yang lusuh terdengar suara pembunuhan di sekeliling, mengguncang langit. Tetapi tidak ada yang menemukan mereka, karena para perwira ini diam seperti sekelompok ukiran batu, tidak ada sedikitpun ekspresi wajah yang berubah, terlepas dari angin dan hujan atau perkelahian yang sengit.

Di belakang pasukan elit Tang, dua orang duduk di dalam rumah di atas lantai kayu yang dilapisi oleh lapisan air hujan. Salah satunya adalah orang setengah baya dengan alis dan mata yang cerdas, dengan seluruh tubuhnya ditutupi jubah putih, dan di samping tubuhnya ada pedang yang tenang, agak kecil di lantai kayu. Orang lain mengenakan topi hujan bambu untuk menutupi wajahnya, tetapi dia pastilah seorang sadhu yang menilai dari jubah biarawan yang dia kenakan, sepasang kaki telanjang yang lebar, besar, dan kotor, dan mangkuk tembaga yang ada di depannya. , di bawah atap.

Pendekar pedang berjubah panjang sedikit mengernyit, memandangi hujan seperti tirai sutra di depan matanya, dan dengan lembut berkata, “Itu pasti Pedang Guru, tak heran kita berdua diperlukan.”

Sadhu itu menundukkan kepalanya tanpa mengucapkan sepatah kata pun, samar-samar mendengar suara dari luar dinding pedang terbang yang membelah udara dan memotong hujan. Dia menatap mangkuk tembaga di bawah tangga kayu, mengawasi air hujan di dalamnya karena terganggu oleh hujan yang baru datang, dan secara bertahap merasa bahwa Samudra Qi-nya sendiri menjadi sedikit terganggu. Karena itu, dia kemudian menundukkan kepalanya lebih banyak, tetapi lebih lambat dan dengan kuat meremas tasbih kayu besi di pergelangan tangannya dengan jari-jarinya.

Perkebunan ini adalah Chao Mansion, milik Spring Breeze Pavilion Old Chao. Bangunan kayu yang terbuka ini adalah Bangunan yang Menikmati Hujan untuk mendengarkan hujan, di mana Old Chao sesekali datang untuk bertindak seperti seorang sarjana dan mendengarkan hujan ketika dia diam. Pasukan elit Tang dan dua orang kuat ini menunggunya untuk kembali ke sini.

Di luar tembok halaman di sisi lain Chao Mansion, dua gerbong kuda berhenti di jalur pembukaan tempat hujan musim semi terus bersemi. Di depan gerbong kuda, satu kuda yang energik agak terganggu oleh hujan musim semi, yang kadang-kadang ingin meniup hidungnya tetapi tidak dapat mengeluarkan suara atau ingin menendang kedua kakinya ke depan tetapi tidak berani bergerak. Satu gerbong kuda berubah menjadi keheningan yang dalam, sementara di dalam gerbong lain terdengar suara batuk rendah dan dalam dari waktu ke waktu.

Tidak ada yang tahu siapa yang ada di dalam dua kereta kuda ini. Tetapi jika Chao Xiaoshu sekarang bisa melihat orang paruh baya, gemuk yang berdiri di samping kereta kuda, dia pasti bisa menebak bahwa orang di dalam kereta itu bukan orang biasa. Terlihat seperti orang biasa, orang gemuk setengah baya itu tidak terkenal di Chang’an. Dia tidak memiliki identifikasi peringkat resmi. Namun, banyak pejabat pemerintah akan menjilatnya ketika melihatnya, karena mereka semua tahu bahwa dia selalu berurusan dengan sesuatu yang tidak nyaman untuk dilakukan sang pangeran.

Tetapi bahkan jika orang ini, sosok yang bahkan lebih dahsyat dari Perdana Menteri Chamberlain, basah kuyup oleh hujan musim semi yang sedingin es, dia masih berani untuk tidak masuk dan duduk di kereta untuk menghindari hujan tetapi hanya berdiri di dekat gerbong dengan miliknya. punggung sedikit membungkuk, menunjukkan sikap yang sangat rendah hati.

…

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–