Nightfall Chapter 595

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Bab 595: Kedua dari Akademi

Penerjemah: Transn Editor: Transn

Jun Mo menginjak anak tangga batu dan berjalan menuju interior Kuil Lanke.

Kaki kanannya mendarat di tangga batu dan kaki itu retak. Bayangannya yang panjang mendarat di gerbang kuil, dan gerbang itu terbelah. Ketika penglihatannya mendarat di dinding batu di belakang pintu, dinding batu itu hancur.

Sama seperti bagaimana dia telah melintasi gunung untuk tiba di kuil kuno ini, dia terus memilih jalan yang lurus dan paling langsung. Itu karena itu adalah jalan terpendek, jadi dia menerobos kuil.

Setelah memasuki kuil kuno, Jun Mo tidak naik tingkat tetapi tangga batu bengkok. Dia tidak mengambil koridor bundar, tetapi sebaliknya, dia berjalan lurus menuju kuil belakang. Apakah itu pintu kuil, dinding batu, atau kuil Budha yang kudus di hadapannya, tidak ada yang bisa menghentikannya. Ke mana pun dia pergi, dinding runtuh dan ubin pecah, membentuk jalan di depannya.

Angin musim gugur bahkan tidak menggerakkan mahkota kuno sedikit pun di kepalanya. Rambut hitamnya menari-nari di belakangnya seperti panah. Semua yang ada di depannya, termasuk patung-patung Buddha, semuanya dilemparkan ke udara oleh angin, apalagi manusia.

Jun Mo berjalan sangat cepat. Para pembudidaya yang mencoba menghentikannya semua dilemparkan ke udara. Beberapa dari mereka menggantung di atas ranting-ranting pohon musim gugur sementara beberapa jatuh dengan keras ke tanah hijau dan tidak membuat suara lagi. Ubin, balok kayu, dan kerikil beterbangan di udara bersama benda-benda yang telah ia lemparkan, membentuk awan debu yang menakutkan di belakangnya.

Qi Nian membeku ketika melihat awan debu yang mendekat dengan cepat. Dia samar-samar bisa mengetahui siapa itu dari aura yang datang melalui awan debu. Susunan taktis besar Cahaya Buddha telah rusak dan tidak ada seorang pun di kuil depan yang bisa menghentikan orang itu atau setidaknya memperlambat langkahnya. Orang yang paling dia waspadai harus datang sebelum awan debu.

Dia tidak bisa ragu lagi pada saat ini. Dia harus membunuh Ning Que jika dia ingin membunuh Putri Yama. Dia akan melakukannya bahkan jika itu akan melahirkan dendam yang tidak dapat didamaikan antara Sekte Buddhisme dan Akademi.

Melalui analisis Master Qishan, Ning Que tahu bahwa jika Kakak Sulung tidak bisa datang ke sisinya ketika array pecah, maka ia harus menghadapi serangan destruktif Qi Nian dan bahkan Ye Su.

Dia menginginkan agar Kakak Sulung akan muncul sebelum kereta kuda hitam. Dia sangat ingin melihat jubah tua dan penampilan kakak seniornya. Karena susunan taktis Cahaya Buddha telah rusak, Kakak Sulung seharusnya datang untuk menyelamatkannya segera setelah menghancurkan 17 lonceng. Kenapa dia belum datang?

Ning Que menyaksikan awan debu yang mematikan mendekati kuil belakang. Dia tahu bahwa dia akan melihat Kakak Kedua-nya kapan saja sekarang. Namun, dia juga tahu bahwa dia tidak bisa ragu lagi karena Qi Nian dan Ye Su tidak akan ragu. Mereka tidak akan membiarkan dia dan saudara laki-lakinya yang kedua benar-benar bertemu.

Itu sebabnya dia menyerang lebih dulu.

Busur besi di tangannya tiba-tiba melengkung. Sebuah panah besi nocked di tali busur dan ditembakkan dengan whoosh.

Qi Nain tahu dengan jelas bahwa siswa Akademi semua bebek aneh. Dia tahu bahwa Ning Que akan berjuang keras sampai akhir; itu sebabnya dia siap untuk menggunakan keterampilan Acala-nya sekali lagi.

Namun, panah Ning Que tidak menuju ke Qi Nian atau Ye Su.

Dia menembakkan panah di puncak gunung Tile, menuju patung batu Buddha di awan yang berputar-putar!

Panah besi gelap melintasi langit atap kereta kuda, mengikuti jalan Cahaya Buddha turun dari surga. Itu menantang gravitasi dan melesat ke atas, memancarkan serpihan Cahaya Buddha dari panah, dan terbang menuju puncak gunung Tile yang beberapa mil jauhnya.

Patung batu Budda berdiri di puncak gunung Tile; diselimuti oleh awan sampai ke dada patung, itu luar biasa tinggi. Diam-diam menahan angin dan hujan selama beberapa dekade, tampak luar biasa khidmat dan murah hati.

Patung Buddha itu raksasa. Tangan kirinya diletakkan dalam posisi berdoa di depan dadanya. Ujung jarinya bisa dengan mudah memungkinkan elang mendarat.

Tangan kanan patung batu itu menghadap dunia di bawah gunung. Jari telunjuk dan jempolnya saling berdekatan, nyaris tidak menyentuh, seolah memegang bunga. Jika itu benar-benar dapat menahan satu bunga, itu haruslah bunga terbesar di dunia.

Cahaya Buddha, yang bersinar di atas Sangsang dan menekannya sejak Yue laan Bell berdering, datang dari telapak tangan kanan patung itu.

Tiga Belas Panah Primordial mengikuti jejak Cahaya Buddha dan muncul di puncak Gunung Ubin dalam hitungan detik.

Di telapak kanan patung, sebuah lubang melingkar muncul karena panah. Retakan seperti web bisa dilihat di tepi telapak tangan, dan pecahan batu kecil terbang keluar melalui awan. Butuh waktu sebelum mereka mendarat di puncak lagi.

Cahaya Buddha terus bersinar. Namun, karena lubang di telapak tangan, itu tidak terkonsentrasi seperti sebelumnya. Itu sedikit menyebar, menyebabkan kekuatan di belakangnya jatuh.

Di belakang kuil Lanke.

Alis seperti besi Tang sedikit naik saat dia melihat Ning Que yang menembakkan panah. Tinjunya mengencang, tetapi dia tidak menyerang. Ekspresi Ye Su berubah sedikit; tangan kanannya muncul dari lengan tipisnya, dan dia mengarahkan jari ke dada Ning Que.

Jarinya adalah Pedang Tao yang kuat, dan itu menusuk dada Ning Que bukannya dahinya. Itu karena Ye Su tidak ingin membunuh seorang siswa Akademi. Dia hanya ingin melukai Ning Que dengan buruk sehingga dia tidak bisa terus melindungi Putri Yama.

Tangan kanan Ning Que muncul dari seragam Akademi hitamnya, dan dia melemparkan bola kertas kecil ke udara.

Ye Su berpikir itu adalah jimat, jadi ekspresinya tetap sama.

Namun, ketika bola kertas kecil melakukan kontak dengan gaya pedangnya, itu berubah menjadi kepulan asap hijau. Kemudian, gaya pedang dingin muncul dari dalam.

Bola kertas kecil itu bukan jimat yang ditulis oleh Ning Que, tapi surat yang ditulis dan dikirim Ye Hongyu padanya. Dia telah menggambar pedang di atas kertas.

Ye Su memperhatikan kebencian dalam gaya pedang, dan ekspresinya berubah sekali lagi.

Dua gaya pedang yang berbeda bentrok di udara dan berubah menjadi ketiadaan.

Kemudian, Tuan Qishan membalik papan catur di depannya!

Sinar Cahaya Buddha yang damai meledak dari permukaan papan catur, yang bukan emas atau batu. Di sisa-sisa tangga batu aula yang patah, sebuah lubang sekitar dua puluh kaki muncul. Sebuah terowongan yang dalam terlihat samar-samar di dalamnya.

Kuda Hitam Besar siap untuk ini. Itu meringkik dan menarik kereta kuda menuju Cahaya Buddha yang damai. Ia tahu bahwa mereka akan mendapatkan keselamatan sesaat setelah mereka bisa memasuki terowongan.

Kereta kuda hitam itu dekat dengan papan catur. Tidak akan butuh waktu lama untuk masuk. Namun, tidak akan lama bagi pembudidaya yang kuat seperti Qi Nian dan Ye Su untuk membunuh Ning Que, baik.

Kemudian, itu akan tergantung pada apakah Ning Que bisa menahan serangan terkuat mereka.

Bagaimanapun, itu sepertinya tugas yang mustahil.

Jubah biksu Qi Nian melayang di atas angin. Cahaya mengelilinginya dan terbentuk sesuai dengan sosoknya.

Cahaya ini adalah gambar meludah Qi Nian, hanya lebih besar. Satu-satunya perbedaan adalah pada ekspresi wajah. Wajah cahayanya tidak setenang dan setegas Qi Nian, tetapi dipenuhi amarah. Alisnya terangkat seperti pedang dan matanya gemuruh. Itu adalah gambar Acala, dan tidak ada kejahatan yang berani melihatnya langsung!

Saat terbenam dalam Cahaya Buddha, Qi Nian meletakkan kedua telapak tangannya dan mulai mengucapkan mantra.

Tampaknya seakan seluruh patung Buddha Acala dipanggil oleh mantranya. Dia mengangkat telapak tangan kanannya dan menghancurkannya seperti gunung terhadap kereta kuda hitam, dan reruntuhan aula bergetar!

Itu adalah kombinasi sempurna dari mantra Buddha dan gerakan lambang. Ini adalah gerakan simbol emblematik mantra Sekte yang sebenarnya.

Ning Que tidak memiliki kesempatan untuk menembakkan panah kedua, mengingat bahwa ia menghadapi kekuatan terkuat dari Sekte Buddhisme. Dia tahu bahwa menembakkan Panah Primordial lain akan sia-sia, karena Qi Nian tidak bisa mati pada saat ini.

Kemudian, Tuan Qishan berteriak, “Tak kenal takut!”

Seruan sang master membangkitkan Ning Que, dan dia mengingat kembali mantra lambang mantra yang dia pelajari selama malam-malam panjang di kuil Budha. Dia secara naluriah menempatkan dua tangan bersamaan di depannya, lalu menekuk jari-jarinya untuk membentuk Gesture Emblematic Festless Mantra. Dia mengangkatnya ke langit!

Gerakan Benar Emblematic dari Buddhisme Sekte harus seperti yang digunakan Qi Nian. Itu adalah kombinasi sempurna dari mantra Buddha dan Gesture Emblematic. Sementara Ning Que telah mempelajari Gerakan Emblematic, ia belum lama berkultivasi dalam agama Buddha. Bagaimana dia kemudian, bisa memahami kebenaran di balik mantra?

Pada prinsipnya, Mantra Emblematic Gesture-nya bukan tandingan Qi Nian, dan seharusnya sudah diratakan, dan kemudian, kereta kuda hitam akan dihancurkan. Namun, tiba-tiba, ketika Mantra Emblematic Gestures Ning Que dan Qi Nian bertemu, keduanya tidak langsung jatuh.

Ada ledakan yang menggelegar!

(Diperbarui oleh NovelFull.Com)

Darah mengalir dari bibir Ning Que sementara Qi Nian sedikit bergetar.

Di reruntuhan koridor kuil, suara tua Tuan Qishan berdering lagi.

“Matikan iblis!”

Ning Que menekuk jari tangan kanannya, dan mengulurkan tangan ke depan.

Angin sepoi-sepoi keluar dari kereta kuda hitam. Di lantai batu di depan kuil, sebuah khidmat, Gerakan Mantra Emblematic muncul, membiaskan Gerakan Mantra Emblematic kedua Qi Nian.

Bagaimana ini bisa terjadi?

Sementara Guru Qishan telah sakit selama bertahun-tahun dan kondisi kultivasinya lemah, ia masih seorang murid Buddha yang kuat. Dia telah berkultivasi selama bertahun-tahun, dan bakatnya dalam keterampilan Buddhis lebih kuat dari Qi Nian!

Bagaimana mantra master bisa lebih lemah dari Qi Nian!

Setelah Ning Que bergabung dengan Iblis, tubuhnya diasah oleh Roh Besar dan menjadi sangat kuat. Meskipun itu tidak sekuat Skill of Acala, itu sangat kuat ketika dikombinasikan dengan mantra Master Qishan.

Tuan Qishan memuntahkan darah, dan berteriak, “Buang semua pikiran!”

Ning Que mengatur tangannya untuk membuat Gesture Emblematic lain.

Susunan taktis besar sudah hancur, dan langit, yang telah tertahan untuk waktu yang lama akhirnya kembali ke keadaan semula. Hujan musim gugur turun perlahan dari awan, mendarat di reruntuhan halaman kuil tua.

Dalam hujan musim gugur, perpustakaan di seberang kuil runtuh dengan ledakan besar.

Qi Nian tampak bertekad. Dia mengabaikan Mantra Emblematic Gesture yang kuat dari Ning Que. Dan dengan keterampilan Acala, dia bergegas menuju kereta kuda hitam, ingin menghancurkannya.

Terdengar suara lembut. Ye Su akhirnya menarik pedang kayunya dari sarungnya. Pedang berubah menjadi sinar cahaya yang tidak terlihat dan netral. Itu menusuk ke arah kereta kuda hitam, targetnya adalah Sangsang yang ada di dalamnya.

Sekarang, kereta sudah sangat dekat dengan papan catur di depan Master Qishan. Kuku depan Kuda Hitam Besar sudah menginjak dunia Buddha Cahaya yang damai.

“Jari Ajaib Aliran Alam!” Ning Que mengulurkan jari telunjuk kanannya di hujan musim gugur. Dengan itu, wajahnya memucat, dan tampak jauh lebih kuyu dari sebelumnya.

Ekspresi Qi Nian berubah ketika dia mendengar kata-kata ‘Natural Stream Magical Finger’. Ini adalah keterampilan rahasia Biara Zhishou, jadi bagaimana Ning Que mempelajarinya? Dia berpikir, dalam jangka waktu singkat yang dia miliki, bahwa Chen Pipi pasti diam-diam mengajarkannya kepada Ning Que. Bahkan setelah terkejut, dia bertekad dan didakwa di kereta kuda hitam.

Ye Su tahu bahwa Chen Pipi tidak akan pernah mengajar Ning Que the Natural Stream Magical Finger. Dengan demikian, ekspresinya tidak berubah dan dia menuduh Sangsang dengan Pedang Niatnya!

Memang, Ning Que tidak tahu bagaimana cara melemparkan Natural Stream Magical Finger.

Tapi jari-jarinya tetap menunjuk pada hujan musim gugur. Dan dia menggambar, dari kiri ke kanan, dua garis yang tampaknya sederhana dan biasa.

Seragam Akademi hitamnya tiba-tiba jatuh, tercabik-cabik.

Dia telah menggunakan jimat, tapi itu terlalu kuat. Itu sangat kuat sehingga dia tidak bisa mengendalikannya.

Dia telah menggunakan Jimat Infinitif.

Dia telah menggunakan Jimat Ilahi.

Dia telah menjadi Master Talisman Ilahi dalam hujan musim gugur, di depan Kuil Teratai Merah. Jimat Infinitif pertama yang dia pelajari adalah dari Master Yan Se. Itu sama tajamnya dengan memotong majikannya.

Talisman Ilahi ini adalah keterampilan terkuat dan paling tersembunyi Ning Que. Sebelumnya di kuil, sebelum Tuan Boshu mengguncang lonceng Perdamaian, dia ingin menggunakan Jimat Ilahi. Namun, dia tidak punya waktu untuk melakukannya.

Ketika Qi Nian dan pembudidaya benar-benar kuat lainnya telah muncul, dia tahu bahwa tidak ada gunanya menggunakan Jimat Ilahi. Dia harus meninggalkannya sampai titik paling krusial. Sementara Jimat Ilahi tidak bisa mengalahkan Qi Nian atau Ye Su, itu bisa memberi dia dan Sangsang waktu.

Jimatnya hanya memiliki setengah dari niat Tuan Yan Se. Itu tidak akan bisa memotong segalanya di dunia, bahkan udara. Namun, karena relatif lebih sederhana, itu juga lebih tajam.

Jarinya menyentuh hujan musim gugur.

Niat jimat yang kuat dan kejam melintasi udara sebelum kereta kuda hitam.

Dua bilah tak terlihat samar-samar muncul di tengah hujan.

Persis seperti rantai yang tergantung di atas sungai besar.

Atau pedang tajam panjang yang tak terhingga.

Hujan musim gugur diiris menjadi dua sebelum kereta kuda hitam.

Keterampilan Acala tampaknya tidak bisa ditembus, tetapi dua garis hitam yang dalam muncul di dadanya.

Dua luka lurus muncul di dada Qi Nian, dan darah mengalir dari mereka.

Dua gouge putih yang dalam muncul di pedang kayu yang menusuk ke arah kereta kuda hitam.

Mereka yang menemukan dua bilah yang muncul dari Jimat Ilahi akan terbelah menjadi dua dan terluka dua kali lipat.

Jimat terkuat Master Yan Se adalah Jing Fu.

Ning Que hanya belajar setengahnya. Itulah sebabnya jimatnya disebut Jimat Dua Horisontal.

Itu berbagi karakter yang sama untuk ‘kedua’ di lantai dua Akademi.

Melihat kereta kuda hitam yang akan memasuki Cahaya Buddha yang damai, Tang sedikit membeku. Murid Ye Su menyusut sedikit. Mereka berdua telah melihat Ning Que di Wilderness. Saat itu, dia masih mencoba menerobos Alam Seethrough. Siapa yang mengira ia akan menjadi begitu kuat dalam waktu kurang dari dua tahun?

Ekspresi Qi Nian sangat serius. Tidak peduli seberapa kuat Jimat Ilahi Ning Que, dia tidak bisa mengalahkan mereka. Namun, dia bisa menjauhkan mereka sejenak. Di koridor, Tuan Boshu meraih Bel Perdamaian. Namun, dia telah kehilangan terlalu banyak darah untuk mengambilnya.

Gelombang pasang berubah dengan cepat di medan perang. Sama seperti semua orang khawatir tentang Tuan Pertama dan Kedua dari Akademi menerobos masuk ke kuil, Ning Que, yang telah diabaikan selama ini, tiba-tiba bertindak. Dan dia memang sangat kuat!

Tampaknya sudah lama berlalu. Namun, itu hanya beberapa detik sejak susunan taktis Cahaya Buddha telah rusak. Hujan musim gugur pertama bahkan belum mencapai dasar.

Kereta kuda hitam akan menghilang ke dalam Cahaya Buddha yang damai.

Kemudian, sebuah pedang datang terbang dari langit.

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–