Nightfall Chapter 605

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Bab 605:

Datang dan pergi

Penerjemah: Editor Transn: Transn

Angin bertiup kencang dan ada beberapa orang di selatan Chang’an. Sinar matahari menyinari awan, tetapi cuacanya masih sangat dingin. Dua orang mengucapkan selamat tinggal di paviliun. Mereka adalah Chen Pipi dan Tang Xiaotang.

“Tidak ada yang bisa mewakili Akademi di dunia sejak Ning Que hilang atau mati. Dalam situasi tegang ini, kita perlu membangun gengsi. Para idiot dari Kabupaten Qinghe baru saja datang pada waktu yang tepat. Selain kamu, aku yang termuda di Akademi yang sempurna untuk melakukan ini. ”

“Kamu juga bilang situasinya tegang. Akademi tidak takut pada mereka, tetapi kami tidak ingin mengacaukannya. Mengapa Anda bersikeras pergi pada saat ini? ”

Chen Pipi menatap wajahnya yang cantik dan berkata, “Pernikahan kami masih membutuhkan persetujuan orang tua dan saya ingin tahu sikap ayah saya terhadap ini.”

Karena dia tahu ayah Chen Pipi adalah orang yang legendaris, Tang Xiaotang memiliki perasaan yang sangat kompleks. Seiring waktu berlalu, dia menjadi lebih tenang, jadi dia berkata, “Bagaimana jika ayahmu tidak mengizinkan?”

Kisah Cinta antara putra Dekan Biara Zhishou dan seorang gadis dari Doktrin Iblis, dalam hal apa pun, tampaknya akan berakhir seperti kisah Liang Shanbo dan Zhu Yingtai.

Chen Pipi berkata, “Sebagai putranya, saya membutuhkan izinnya. Karena Guru mengizinkan, pendapatnya tidak penting sama sekali. Jika dia tidak setuju dengan saya, saya akan kembali. Jika dia tidak ingin dipukuli oleh Guru lagi, saya pikir dia tidak akan berani menjatuhkan saya. ”

Tang Xiaotang tersenyum dan berkata, “Beraninya kau menertawakan ayahmu sendiri seperti itu?”

Chen Pipi menyeringai dan berkata, “Aku mengatakan yang sebenarnya.”

Tang Xiaotang bertanya, “Apakah Anda menuju ke Laut Selatan, atau pergi ke Biara Zhishou dulu?”

Chen Pipi menegakkan wajahnya dan menjawab, “Biara Zhishou. Kemudian saya akan pergi ke Istana Ilahi West-Hill untuk mencari tahu apa yang terjadi tahun lalu di Kuil Lanke. Istana Ilahi West-Hill akan mengungkapkan identitas Sangsang dan jika mereka melakukannya ketika Ning Que dan Sangsang kembali, mereka akan diburu selamanya. Saya ingin mencoba dan menghentikannya sedikit. ”

Tang Xiaotang mengangguk dan berkata, “Kapan kamu bisa kembali?”

Tiba-tiba langit menjadi gelap dan angin dan hujan datang setelah itu. Chen Pipi memandang hujan dan berkata, “Aku akan kembali sebelum hujan musim semi pertama tahun depan.”

Tang Xiaotang berkata, “Hati-hati.”

Chen Pipi berkata, “Ingat untuk memberi tahu saya ketika Ning Que kembali.”

“Bagaimana?” tanya Tang Xiaotang.

Chen Pipi berkata, “Kamu bisa memberi tahu Kuil Gerbang Selatan. Mereka dapat menyampaikan pesan dengan cepat. ”

Tang Xiaotang berkata, “Kalau begitu, berhati-hatilah.”

Chen Pipi berbalik dan berjalan keluar dari paviliun, tetapi dia berbalik sebelum pergi ke hujan.

Tang Xiaotang menatapnya, tersenyum dan berkata, “Bisakah hujan kecil ini membuatmu sakit?”

Chen Pipi menatapnya dan dengan serius berkata, “Tidak bisa, tetapi Anda bisa.”

Setelah mendengar ini, Tang Xiaotang memerah dan mulai menyingsingkan lengan bajunya sebagai refleks.

Chen Pipi ketakutan dan berkata, “Kamu menyuruhku untuk menjaga dua kali. Sepertinya kamu benar-benar ingin aku pergi. ”

Tang Xiaotang menggigit bibirnya dan menolak untuk berbicara.

Chen Pipi hendak pergi, tetapi dia merasa enggan, jadi dia mengambil keberanian dan melangkah maju untuk memeluknya.

Meskipun dia memegang gadis itu di tangannya, dia tidak kehilangan perhatiannya. Dia terus mengawasi tangannya sampai dia menemukan, meskipun, mereka sedikit gemetar tetapi tanpa tanda-tanda mengambil tindakan. Dia sedikit lega dan perlahan menunduk.

Waktu yang lama berlalu, dan mereka berangsur-angsur berpisah.

Chen Pipi dengan penuh semangat memasuki hujan dan melambaikan tangannya tanpa melihat ke belakang.

Tang Xiaotang memandang punggungnya dan melambaikan tangannya juga.

Dia merasa kesal, tetapi dia tidak tahu apakah itu berasal dari angin suram atau pria yang baru saja pergi.

Beberapa orang pergi sementara beberapa orang kembali.

Tidak lama setelah itu, pasangan berjalan ke paviliun dengan payung biru di tengah hujan.

Sang istri adalah seorang gadis muda yang cantik, dengan kepuasan di matanya. Dia mengabaikan kota Chang’an dari kejauhan dan berkata, “Ini sangat tinggi.”

Mendengar ini, suaminya, seorang pria paruh baya, tersenyum.

Dia mengenakan jubah pirus dan terlihat lembut, menunjukkan keanggunannya dengan setiap gerakannya. Jika dia tidak membawa seorang gadis kecil di punggungnya, dia akan menarik banyak gadis muda di Chang’an.

Gadis kecil itu berusia sekitar dua tahun yang dengan erat menggenggam pakaian ayahnya dan mencoba melihat dinding dari jarak jauh. Matanya begitu cerah sehingga mereka berkelap-kelip.

Hujan hampir berhenti. Pria itu meninggalkan paviliun bersama istri dan putrinya dan menuju ke gerbang selatan Kota Chang’an. Langkahnya menjadi lebih ringan saat dia mendekati kota.

Gerbang selatan sepi, tetapi ada banyak orang menunggu di luar gerbang.

Mereka adalah perwira lapis baja, petugas berseragam, banyak pria berjubah biru yang tampak membunuh, dan bahkan seorang kasim.

Saat melihat ini, pria paruh baya itu tidak menghentikan kakinya tetapi mengangguk. Istrinya, meskipun dia telah tinggal di Ibukota Kerajaan Sungai Besar selama dua tahun dan telah memperluas pengalamannya, masih seorang gadis desa dan mau tak mau menjadi gugup.

Melihat keluarga tiga datang ke pintu gerbang, orang banyak secara bertahap menjadi bergolak. Beberapa mata pria berjubah biru bahkan basah. Seorang pria yang mengenakan seragam Batalyon Kavaleri Valiant memimpin untuk membungkuk kepada pria paruh baya itu, begitu pula yang lainnya.

“Selamat datang kembali, Pemimpin.”

“Selamat datang, Kakak.”

“Saudara Chao, selamat datang.”

“Bapak. Chao, tolong datang ke istana bersamaku. Yang Mulia sangat ingin melihat Anda. ”

Keluarga yang memasuki Chang’an di tengah hujan adalah Chao Xiaoshu bersama istri dan putrinya. Dia seharusnya kembali musim gugur lalu, tetapi karena penyakit serius putrinya, dia harus menunda sampai musim gugur ini.

Chao Xiaoshu tidak pergi ke istana bersama Kasim Lin. Setelah melihat saudara-saudaranya, ia langsung pulang untuk menemui orang tuanya. Kasim Lin tidak bisa berbuat apa-apa selain merasa kasihan pada Yang Mulia.

Setelah mereka memasuki rumah tua keluarga Chao, ayahnya, tuan tua Chao, tidak memperhatikan putranya. Dia dengan gembira membawa cucunya untuk memetik buah dari halaman belakangnya dan meninggalkan menantu perempuannya kepada istrinya.

Melihat saudara-saudaranya di aula dan mengetahui bahwa mereka baik-baik saja selama tahun-tahun ini, Chao Xiaoshu merasa lega. Karena mereka sudah lama tidak bertemu, mereka harus merayakan pertemuan itu. Namun, ia menemukan bahwa penasihatnya, Chen VII tetap diam sejak mereka bertemu.

Chao Xiaoshu tahu bahwa kesunyiannya berarti sesuatu yang menyusahkan, tetapi dia tidak ingin membicarakannya malam ini; dia bahkan tidak berencana membahasnya sama sekali.

Dia diam-diam melihat gelas anggur di tangannya dan tiba-tiba bertanya, “Apakah Toko Pen Brush Lama masih ada di sana?”

Setelah mendengar ini, orang-orang di ruangan itu semua terdiam. Mereka semua berbalik ke Chen VII, kecuali Tuan Qi yang mengangguk untuk menunjukkan pendapatnya yang berbeda.

Chen VII tahu dia bertanya padanya, jadi dia menjawab sambil memutar cangkir anggur di tangannya, “Semua sewa di Lin 47th Street telah kedaluwarsa, jadi aku membawanya kembali untuk mencegah agar tidak diperhatikan.”

Chao Xiaoshu dengan tenang berkata, “Saya tidak peduli dengan yang lain. Saya menyewa Toko Sikat Tua untuknya; jika dia tidak kembali, saya ingin menyimpannya untuknya. Tidak ada yang bisa mengambilnya kembali. ”

Qi akhirnya menemukan kesempatan untuk menyela dan berkata, “Keuntungan kasino masih dihitung dan disimpan untuknya. Rumah di Danau Yanming juga dipertahankan. ”

Chao Xiaoshu mengangguk.

Melihat Chao Xiaoshu, Chen VII meletakkan gelas dan berkata, “Jika rumor itu benar … Faktanya, itu 90% benar. Kita harus istirahat bersih dengan Ning Que sebelum ada yang tahu. Kami tidak berhutang padanya, jadi kami tidak boleh terlibat. ”

“Saudaraku, kamu selalu yang paling cerdas di antara kita. Terima kasih kepada Anda, kami dapat selamat dari tuntutan hukum terhadap Kementerian Pendapatan dan Kementerian Militer. Bahkan Yang Mulia mengagumi Anda. Jika bukan karena catatan kriminal, Anda seharusnya sudah masuk Kementerian Militer. Kamu benar. Tidak akan salah untuk berhati-hati.

Chao Xiaoshu mengangkat gelas untuk bersulang dan kemudian perlahan-lahan minum anggur.

Chen VII sedikit menghela nafas. Dia mengenal saudaranya dengan sangat baik. Jika dia mengatakannya seperti ini, dia telah mengambil keputusan. Dia tidak bisa melakukan apa-apa selain minum anggurnya.

Tidak mengherankan, Chao Xiaoshu menambahkan, “Karena Lin 47th Street adalah milik pribadi saya, saya ingin tetap seperti itu.”

Chen VII dengan enggan menatapnya dan dengan cemas berkata, “Ini terlalu serius bagi kita; bahkan pengadilan dan Akademi tidak dapat menanganinya. ”

Chao Xiaoshu meletakkan gelas dan berkata, “Tidak semuanya tentang bisa atau tidak bisa. Ini tentang harus atau tidak. Saya mengundang Ning Que untuk membunuh orang di Spring Breeze Pavilion tahun itu, dan dia tidak bertanya siapa saya. Jadi kali ini, aku juga tidak ingin tahu siapa dia. ”

Ning Que dan Sangsang telah hilang selama setahun. Mereka menghilang begitu saja dan tidak ada yang tahu ke mana mereka pergi. Secara umum, mereka seharusnya mati. Bahkan hakim prefektur dari Kota Chang’an mengeluarkan sertifikat kematian mereka. Namun, banyak orang percaya mereka tidak mati.

Beberapa tidak mempercayainya karena mereka belum menemukan mayat Ning Que dan Sangsang sementara yang lain tidak ingin mereka mati. Yang manapun, Mereka masih tidak dapat menemukan mereka atau mencari tahu ke mana mereka pergi.

Bahkan Kepala Sekolah tidak tahu apakah Ning Que dan Sangsang meninggal atau di mana mereka berada.

Di tebing di punggung gunung Akademi, Kepala Sekolah sedang makan kepiting, minum anggur kuning, dan menikmati krisan. Meskipun krisan berada di suatu tempat yang jauh dari Chang’an, dia masih bisa melihatnya dengan jelas.

Jika di papan catur, ada dunia atau ruang lain, Ning Que dan Sangsang akan mati karena papan hancur. Jika Qi Nian telah mempercepat aliran waktu, satu tahun di luar berarti tiga masa hidup untuk dua orang kecil yang malang di papan tulis.

Kepala Sekolah mengambil ketel kecil dan menghirup, menyeruput. Dia berkata, “Bagaimanapun, itu tidak berakhir dengan baik. Berita baiknya adalah, sebagai senjata penyelamat yang ditinggalkan Sang Buddha kepada para biksu Kuil Xuankong, itu tidak akan mudah dihancurkan. Saya tidak percaya Qi Nian bisa mempercepat waktu untuk membalik papan. Jadi mereka harus hidup dan tidak tinggal lama di sana. Saya hanya tidak tahu kapan mereka bisa keluar. ”

Setelah mendengar hal ini, Jun Mo, yang duduk di atas tumitnya dan mengupas kepiting di sisi gurunya, berkata, “Tuan Qishan mengatakan pada Addict Kaligrafi bahwa Anda adalah satu-satunya yang dapat membuka papan. Namun, kami masih tidak tahu di mana sekarang. ”

Kepala Sekolah berkata, “Papan itu ada di dalam papan.”

Jun Mo segera mengerti artinya dan dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya, “Bukankah ini loop kematian?”

Kepala Sekolah menggelengkan kepalanya dan berkata, “Lingkaran itu harus tidak terbatas, bagaimana bisa mati? Papan itu sendiri dapat mengasimilasi malapetaka. Saya hanya perlu tahu bagaimana Qishan mengatur waktu. ”

Jun Mo berkata, “Istana Ilahi West-Hill akan mengumumkan kepada dunia bahwa Sangsang adalah Putri Yama dalam tiga hari dan dekrit sudah siap. Mereka akan memanggil semua orang percaya di Haotian untuk memburunya. Mereka bahkan akan menerbitkan sketsanya. Tapi mereka tidak akan menyebut-nyebut Akademi atau Saudara Muda. ”

Dia berhenti setelah beberapa saat dan menambahkan, “Kakak Sulung telah mencari mereka selama setahun. Bisakah dia menemukan mereka atau bisakah dia menemukannya sebelum umat Buddha dan Tao melakukannya? ”

Kepala Sekolah memandang langit yang hujan dan berkata, “Itu harus menjadi kehendak Tuhan jika mereka menemukannya terlebih dahulu.”

Jun Mo baru saja selesai mengupas kepiting dan menaruhnya di atas piring di depan gurunya.

Kepala Sekolah melihat kepiting lengkap yang sebenarnya sudah dikupas dan berkata, “Kegembiraan memiliki kepiting adalah dengan mengupasnya sendiri. Bagaimana saya bisa mengalami sukacita jika Anda melakukan ini untuk saya? ”

Seorang sarjana meninggalkan Kuil Lanke musim gugur lalu dan muncul di kedalaman barat Wilderness. Di depannya ada ratusan biarawan yang kuat. Mereka takut melihat sarjana yang lembut tapi berdebu.

Suara agung terdengar di hutan belantara yang meneriakkan keras. Dia bertanya, “Selamat datang, Pak Pertama. Apa yang bisa kami lakukan untuk Anda? ”

Kakak Sulung menjawab, “Saya senang melihat Anda, Kepala Pengkhotbah. Saya ingin tahu apakah Anda telah melihat Adikku? ”

Selama tiga hari berikutnya, bel berbunyi nyaring, Cahaya Buddha bersinar, dan angin bertiup kencang di kuil. Sarjana itu tidak menemukan apa pun dan pergi.

Dia kemudian mengunjungi 72 kuil di Yuelun di musim semi ini dengan sketsa di tangannya. Dia bertanya kepada setiap bhikkhu di setiap kuil, “Apakah Anda melihat Adik Laki-laki kita dan gadis kecil ini?”

Kemudian, pada musim panas, ia mengunjungi kuil Tao di Song dan tidak menemukan apa pun.

Pada musim gugur, dia kembali ke Kuil Lanke. Dia meminta Guan Hai, kepala biara Kuil Lanke, untuk memobilisasi ribuan pekerja pedesaan untuk membersihkan reruntuhan. Dia melihat puing-puing di reruntuhan dan terdiam lama.

Dia selalu menganggap kehidupan Adiknya sebagai tanggung jawabnya sendiri.

Setelah beberapa saat, dia datang ke kuil yang bobrok dan mengetuk dengan sopan. Setelah memasuki kuil, ia menunjukkan sketsa itu kepada seorang pendeta Tao tua dengan suara serak, “Jika Anda datang dari kota di bawah gunung Tile, apakah Anda melihat dua orang ini?”

Pendeta Tao tua itu tidak tahu apa yang dia bicarakan atau mengapa dia tahu dia berasal dari gunung Tile, jadi dia dengan bingung menggelengkan kepalanya. Sarjana itu tidak mengungkapkan kekecewaan di wajahnya. Dia berterima kasih kepada Tao tua dan pergi ke tujuan berikutnya.

Ada lebih dari 300 hari dari musim gugur yang lalu hingga musim gugur ini. Dia telah mengunjungi 400 kuil Buddha, 2.100 kuil Tao, dan 47 kota. Dia telah melakukan perjalanan sejuta mil. Meskipun dia kelelahan dan kuyu, dia tidak pernah berhenti.

Hujan di Chang’an malam ini.

Seekor kucing berjongkok di dinding Old Brush Pen Shop, basah kuyup. Kemudian benda itu menjerit ke langit, melompat ke halaman, dengan sigap memasuki kamar dan jatuh di tempat tidur setelah menggosok tubuhnya dengan selimut.

Halaman itu telah lama ditinggalkan. Mengingat pemuda yang suka menghancurkannya dengan batu telah pergi, ia merasa bahagia untuk kehidupannya sekarang.

Ia mencoba segala macam postur untuk tidur di tempat tidur; berbaring, terbalik, menunjuk ke atas, dan meletakkan ekornya di antara kedua kakinya, dan akhirnya merasa sedikit bosan.

Kucing itu menekuk kaki depannya dan menyandarkan kepalanya pada mereka, menatap pintu. Rasanya sedikit kesepian karena mulai mengharapkan seseorang mendorong pintu pada saat berikutnya.

Para pelayan di rumah oleh Yanming Lake telah dipecat dan kembali ke Grand Sekretaris Manor. Seluruh rumah cukup sepi tanpa lampu. Daun teratai di danau layu dan bergoyang dalam hujan. Tidak ada yang tahu jika dedaunan bisa mengingat ledakan pada hari itu atau hal-hal yang terjadi pada tahun itu.

Ada matahari yang dingin di atas Wilderness.

Rumput kuning membeku. Ada dua ikan kecil yang terjebak di kolam yang akan dibekukan. Tiba-tiba, kolam yang dangkal tiba-tiba menjadi dalam.

Roda menderu lewat.

Sebuah kereta hitam datang entah dari mana dengan kekuatan besar dan jatuh dengan keras di tanah yang kasar. Itu terus berlari begitu cepat sehingga seolah mengejar matahari.

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–