Nightfall Chapter 616

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Bab 616: Dua Autumns

Penerjemah: Transn Editor: Transn

Hanya ada Sangsang di potret yang ditempel di mana-mana di kota. Tapi baik Sekte Budha dan Sekte Tao tahu bahwa Sangsang ditemani oleh Ning Que dan kereta hitam mencolok yang tidak mungkin untuk disamarkan.

Karena kereta hitam adalah warisan yang diberikan oleh Yan Se, Sekte Buddha dan Sekte Tao percaya bahwa Ning Que tidak akan pernah mau meninggalkannya. Mengambil keuntungan dari pemikiran ini, Ning Que meninggalkan kuda hitam dan kereta di luar kota dan pergi ke kota dengan Sangsang.

Dia memilih untuk bersembunyi sementara di Kota Chaoyang untuk menunggu kakak tertua. Selain itu, kondisi Sangsang tidak stabil, jadi dia khawatir dia tidak akan bertahan lama jika mereka terus melarikan diri hingga ribuan mil.

Bahkan jika dia tidak bisa bertemu dengan Kakak Sulung, dia masih harus pergi ke Kota Chaoyang. Dia percaya pada teori bahwa seseorang lebih aman saat lebih dekat dengan bahaya, dan yakin akan bakatnya untuk bersembunyi. Selain itu, ia berharap kuil-kuil Buddha di sini dapat membantu penyakit Sangsang.

Membawa Sangsang di Kota Chaoyang, Ning Que menemukan tujuannya segera. Itu adalah halaman yang kumuh dekat Istana Kekaisaran Kerajaan Yuelun, dari mana orang bisa melihat Kuil Menara Putih yang terkenal. Tapi itu terletak di daerah kumuh yang bising dan berantakan di mana orang bisa dengan mudah bersembunyi.

Alasan paling penting dan menentukan untuk mengambil halaman kecil ini adalah karena sangat lusuh sehingga pintunya tertutup debu, yang menunjukkan bahwa itu tidak dihuni untuk waktu yang lama. Selain itu, hening seperti rumah berhantu.

Ning Que tidak menanyakan tentang kisah halaman. Karena hubungan apa pun dengan orang lain akan mengarah pada hasil yang tidak terduga. Dia menyelinap ke kantor negara Kota Chaoyang untuk menyelidiki catatan itu. Seperti yang diharapkan, ada pembantaian berdarah di halaman tahun lalu.

Setelah kematian pemilik dalam pembantaian itu, penggantinya yang terobsesi dengan agama Buddha menolak untuk mengambil halaman yang penuh dengan dosa dan keluhan. Jadi halaman menjadi milik negara, meskipun tidak ada yang mau membeli atau menyewanya, bahkan biksu dan pejabat tentara bayaran tidak tertarik sama sekali.

Tentu saja, Ning Que tidak akan menyewanya. Ketika malam tiba, dia, membawa Sangsang di punggungnya, memanjat dinding di gang tanpa banyak usaha dan pergi melalui bangunan utama ke depan kamar tidur di halaman belakang.

Itu redup dan tenang dalam perjalanan ke kamar. Darah hitam masih berada di atas batu bata tua di tanah dan dinding, yang terasa menggelitik bahkan untuk tukang daging yang tidak terbiasa dengan darah, belum lagi orang biasa. Tidak heran semua orang menjauh dari halaman dan lebih suka meninggalkannya daripada menerimanya.

Setelah melihat begitu banyak orang mati dan adegan yang jauh lebih mengerikan sejak kecil, Ning Que dan Sangsang tidak takut sama sekali, bahkan tanpa sedikit pun perubahan dalam ekspresi mereka.

Tidak ada darah di kamar, hanya tempat tidur dan meja yang tertutup debu. Setelah berpikir sejenak, Ning Que keluar dari halaman lagi. Ketika dia kembali, ada beddings dan kasur di lengan dan plester yang dibutuhkan oleh pekerja kayu di tangannya.

Setelah menyapu singkat, Ning Que meletakkan selimut katun tebal dan lembut di lantai dan meletakkan bantal baru di atasnya. Kemudian dia pergi ke sumur yang ditinggalkan di halaman, dari mana dia mengambil air untuk membuat plester. Dia menutup jendela dengan plester tanpa meninggalkan celah dan menggantung kain hitam tebal di jendela dan pintu.

Ketika benar-benar gelap, dia menjatuhkan dua kain, lalu keluar dari ruangan dan berkata “Oke.” Ketika suara kecil tembakan dari kamar datang, dia mengamati dengan hati-hati, tidak menemukan cahaya yang keluar dari ruangan dan mengangguk.

Ini adalah kemampuan yang dia kembangkan ketika dia menyergap babi hutan di salju di malam hari di Gunung Min bersama Sangsang. Babi hutan itu sangat peka terhadap cahaya dan bau manusia, jadi dia belajar bagaimana membangun tempat sementara di salju yang darinya cahaya atau bau tidak bisa bocor. Karena itu, cukup mudah baginya untuk melakukan ini saat ini.

Malam itu gelap dan halaman masih suram. Tidak ada yang berani mendekat. Bahkan jika seseorang melakukannya, dia tidak akan melihat jejak orang selain pemandangan lusuh yang umum.

Sekte Buddhisme sedang mencari kereta hitam di mana-mana, berusaha menemukan Ning Que dan Sangsang. Sejumlah besar kekuatan Taoisme Haotian bersembunyi di hutan dalam perjalanan ke Kekaisaran Tang. Namun, tidak ada yang menduga bahwa Putri Yama berada di halaman dekat Kuil Menara Putih.

Seekor gagak hitam mendarat di pohon di halaman dan menatap bintang itu.

Potret Sangsang dapat dilihat di mana-mana di Kota Chaoyang. Orang-orang berkumpul di depan setiap kuil, mendengarkan kisah-kisah yang diceritakan oleh para biarawan tentang Dunia Bawah, kata-kata terakhir Buddha dan penampilan Putri Yama. Orang-orang Yuelun memiliki ekspresi yang bervariasi, beberapa ketakutan dan yang lain marah. Instruksi Buddha, untuk tidak marah, sepenuhnya ditinggalkan oleh mereka. Lambat laun, kerumunan menjadi semakin gelisah. Mereka mengayunkan tinju mereka dan berkata bahwa mereka akan menemukan Putri Yama dan membakarnya sampai mati.

Saat Ning Que melewati jalan, dia tidak dipengaruhi oleh diskusi yang marah dan kutukan setan dari orang banyak. Segera dia tiba di concierge.

Utusan diplomatik Kekaisaran Tang untuk Kerajaan Yuelun semuanya ada di concierge. Dia tidak masuk ke dalam tetapi berdiri di lorong yang tenang, mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang terjadi di dalam tembok, dan membuat keputusan kemudian.

“Ini bukan masalah mempertahankan diri, atau menyerah, tetapi benar atau salah. Sebagai pemimpin dunia, Kekaisaran Tang tidak perlu peduli dengan tekanan Kerajaan Yuelun. Bahkan Istana Ilahi West-Hill tidak bisa memaksa kita untuk menyerah. Aku tidak akan pernah berdiri untuk menyaksikan dunia akan mati. Ini adalah tugas yang harus dipikul Kekaisaran Tang. ”

Berdiri di luar tembok dengan tenang untuk waktu yang lama, Ning Que mendengar kata-kata paling berharga, yang dikatakan oleh utusan Kekaisaran Tang kepada Yuelun. Dia perlahan menurunkan kepalanya, dan kemudian berbalik.

Raut wajah Ning Que memberi tahu Sangsang bahwa situasinya tidak baik. Saat dia memegang tangannya, Ning Que berhasil tersenyum, “Tidak apa-apa. Saya hanya sedikit terkejut dengan sesuatu yang saya dengar. ”

Sangsang bertanya, “Ada apa?”

“Coba tebak sudah berapa lama sejak kita meninggalkan Kuil Lanke?” Ning Que bertanya.

Sangsang berpikir sejenak dan berkata, “Setidaknya lebih dari satu bulan.”

“Tidak. Sudah setahun. ”

Ning Que membelai wajah kecilnya yang dingin dan berkata, “Satu tahun telah berlalu sebelum kita mengetahuinya. Jadi saya cukup sabar untuk melewati setengah tahun lagi. Saya akan mengajak Anda untuk membaca sutra Buddha di Kuil Menara Putih besok. ”

Selama paruh pertama kehidupan mereka, mereka menjalani kehidupan yang gelandangan, penuh kesulitan dan kesengsaraan. Namun, itu karena hari-hari yang sulit bahwa mereka dapat menjadi siapa mereka hari ini, dengan keberanian, ketekunan, ketidakpedulian, dan kesabaran yang tak terbayangkan bagi orang-orang biasa.

Di kedalaman Gunung Min yang tertutup salju sepuluh tahun lalu, ketika Ning Que menyergap babi hutan di gudang salju bersama Sangsang, beruang musim dingin yang bangun dengan waspada muncul tanpa diduga. Setelah makan babi hutan yang halus, beruang musim dingin tampaknya menemukan bahwa ada makanan lain di sekitarnya, sehingga ia menolak untuk meninggalkan gudang salju dan tinggal di sana selama beberapa hari dengan memakan daging babi hutan yang tersisa.

Pada saat itu, Ning Que tidak cukup kuat dan Sangsang masih gadis kecil berusia enam tahun, jadi tidak mungkin bagi mereka untuk mengalahkan beruang serakah. Mereka tidak bisa melakukan apa pun kecuali bersembunyi di ruang bawah tanah salju, menunggu dan berdoa.

Doa untuk Haotian tidak akan pernah dijawab, tetapi daya tahan menunggu yang tidak biasa akhirnya berhasil. Pada akhirnya, beruang itu pergi dengan kesal, tidak mampu menahan rasa lapar lagi. Ning Que memanjat keluar dari ruang bawah tanah salju dengan Sangsang yang berada di ambang kematian di punggungnya. Mereka telah tinggal di ruang bawah tanah salju selama empat hari empat malam.

Karena Sangsang dan dia bisa bertahan dalam kasus itu, bagaimana mereka bisa gagal hidup sekarang? Ning Que berpikir sendiri sambil melihat awan yang semakin tebal di langit musim gugur yang jernih di luar jendela.

Seekor gagak hitam menggigit pohon di halaman kecil. Sangat tidak enak didengar.

Ning Que dan Sangsang menghilang lagi dari dunia. Mereka menghilang sekali selama setahun penuh. Pada saat itu, kedua sekte menduga bahwa mereka mungkin sudah mati atau berada di dunia papan catur yang ditinggalkan oleh Buddha. Tidak ada yang merasa terkejut dengan hilangnya mereka, dan mereka juga tidak akan berpikir itu luar biasa.

Namun, mereka menghilang lagi setelah meninggalkan dunia Buddha Papan Catur dan kembali ke dunia manusia. Kekuatan-kekuatan dari Sekte Buddhis dan Sekte Tao dan orang-orang yang tak terhitung jumlahnya di dunia gagal menemukan mereka terlepas dari semua upaya mereka, yang membuat mereka sangat terkejut dan waspada. Sudah diketahui bahwa bahkan Akademi sedang diawasi oleh banyak orang sekarang.

Seorang bhikkhu tua berjalan perlahan keluar dari lembah di kedalaman Wilderness Barat dan maju.

Biksu tua itu mengenakan topi bambu, menutupi wajahnya. Dengan tongkat seorang bhikkhu di tangannya, dia berjalan sangat lambat. Itu bukan kelambatan yang disengaja untuk menunjukkan ketenangan dan ketidakpedulian, tetapi yang wajar seolah-olah kakinya begitu erat terhubung dengan tanah luas yang sunyi sehingga setiap langkah sangat keras.

Tongkat di tangannya terus memukuli tanah, seolah-olah biksu itu sedang mencari sesuatu atau seseorang. Siapa yang bisa dia temukan dengan kecepatan lambat?

Namun, pada saat dia melangkah keluar dari baskom, dia sepertinya menemukan sesuatu dan berkata, “Istana.”

Lonceng jauh datang dari kuil kuning di antara gunung-gunung besar di tengah lembah.

Di Istana Raja Kanan, puluhan ribu mil jauhnya, seorang sarjana berdebu memandang Chanyu dan sekitar selusin pendeta istana yang tampak seperti menghadapi musuh yang kuat dan membungkuk kepada mereka. “Bisakah Anda memberi tahu saya apakah Anda telah melihat Adikku?”

Lebih dari selusin mil jauhnya, wakil Aula Penghormatan Kuil Xuankong bergegas ke istana, diikuti oleh tiga puluh biarawan pertapa.

Bhikkhu tua itu melanjutkan langkahnya yang lambat dan berhenti lagi setelah berjalan selama setengah hari. “Liuguan,” katanya.

Sekali lagi, bel yang jauh datang dari kuil kuning di antara gunung-gunung besar di tengah lembah.

Cendekiawan itu muncul di Liuguan, pusat perdagangan terkenal di tepi Wildness.

Seribu kavaleri padang rumput dan kavaleri dari Kerajaan Yuelun bergegas ke Liuguan di bawah perintah militer.

Bhikkhu tua itu terus berjalan dan berhenti lagi setelah satu hari. Lalu dia berkata tempat lain.

Kepala biksu dari Aula Penghormatan Kuil Xuankong diam-diam memandangi cendekiawan itu di bawah poplar yang tidak jauh dari sana.

Melihat kulit poplar yang kasar, Kakak Sulung menyadari apa yang terjadi.

Dia terus mencari Adiknya di mana-mana berdasarkan Negara Tanpa Batas terlepas dari bahaya jatuh ke negara bagian yang lebih rendah. Namun kedua sekte terus membuntutinya. Jadi, bahkan jika dia menemukan Ning Que, dia tidak bisa membawanya pergi tanpa sepengetahuan orang lain. Dia pasti akan menghadapi serangan mematikan yang terus menerus dari dua sekte.

Tidak ada kultivator yang bisa mengimbangi Negara Tanpa Batas. Untuk menemukan di mana dia akurat, dua syarat harus dipenuhi. Pertama, lawannya harus memiliki cukup banyak kekuatan dan pasukan untuk dipersiapkan di setiap tempat yang mungkin bisa dia datangi. Kedua, lawan harus mengetahui lokasinya sesegera mungkin.

Pada prinsipnya, sama sekali tidak mungkin untuk memenuhi kedua kondisi ini pada saat yang sama. Namun, jika semua orang di dunia mencari Sangsang dan jika sekte Budha dan sekte Tao bekerja sama, mereka benar-benar dapat mengirimkan cukup kekuatan dan pasukan dan kondisi kedua juga dapat dipenuhi oleh seseorang.

Meskipun Kakak Sulung terlihat lembut dan membosankan, dia sebenarnya adalah orang yang bijaksana. Tidak butuh waktu lama baginya untuk memahami semua hal dan mengkonfirmasi dugaannya sendiri: kepala biarawan yang berkhotbah dari Kuil Xuankong akhirnya datang ke dunia.

Dia memandang Qi Mei dan tersenyum. Kemudian dia duduk dengan punggung menghadap poplar dan mengeluarkan buku tua dari pinggangnya dan mulai membaca. Tidak ada kolam di sampingnya untuk diminum dengan sendok, tetapi dia masih terlihat tenang dan tidak tergesa-gesa.

Karena kedua sekte mencoba untuk menemukan Ning Que dan Sangsang melalui dia, dia memutuskan untuk tidak melakukan apa-apa selain membaca, makan, dan tidur sejak saat ini.

Tidak melakukan apa pun adalah metode terbaik untuk bersembunyi. Sebaliknya, semakin Anda menyembunyikan, semakin mudah Anda mengekspos. Meskipun dia tidak tahu kebenaran ini, dia membuat pilihan yang tepat dengan mengikuti kata hatinya.

Menjadi berpengalaman dalam bersembunyi dan melarikan diri, Ning Que tahu yang sebenarnya dan mengikutinya. Selain membawa Sangsang untuk membaca dan menyembuhkan di berbagai kuil, Ning Que tidak pernah keluar dari halaman dan bahkan tidak pergi untuk menemukan Kakak Sulung.

Penyakit Sangsang sedikit membaik, dan setidaknya tidak memburuk lagi untuk saat ini. Dia masih lemah dan lelah dan tertidur lelap setelah tengah hari.

Ning Que duduk di samping tempat tidur dan mulai membaca.

Buku itu adalah salinan tulisan tangan dari catatan Buddha yang ditulis sendiri di Kuil Lanke. Dia membuat kata-kata dalam Handscroll “Ming” Tomes of the Arcane sesuai dengan sidenote Buddha untuk mendapatkan wawasan yang lebih jelas. Tetapi dia gagal menemukan lebih banyak hal di dalamnya.

Ning Que datang untuk memiliki gagasan yang kabur tentang buku itu setelah membawa Sangsang ke kuil yang berbeda pada hari-hari ini. Ketika dia membacanya lagi, dia berbicara pada dirinya sendiri dengan sedikit mengernyit, “Malam jatuh ke bulan … Bukankah ini membalikkan sebab dan akibat? Bayangan malam tidak akan pernah terhapus begitu jatuh di bulan. Apa artinya?”

Kemudian dia menoleh ke Sangsang yang sedang tertidur lelap. Melihat wajah pucatnya yang mungil, dia mengulurkan tangan dan menyentuhnya, berpikir bahwa “bayangan gelap” dalam Handscroll “Ming” secara alami adalah Putri Yama, Sangsang.

“Bayangan malam tidak akan pernah terhapus begitu jatuh di bulan …” Mengenai arti literal dan situasi saat ini, “bulan” merujuk pada dirinya sendiri karena dialah satu-satunya di dunia yang telah melihat bulan.

Ning Que tampak bijaksana dan terinspirasi, tetapi masih bingung.

Beberapa cakar mengerikan datang dari luar jendela. Setelah memastikan bahwa tidak ada orang di halaman, ia membuka pintu dan keluar. Melihat beberapa gagak hitam di pohon, dia mengerutkan alisnya.

Seekor burung gagak datang ke sini pada malam pertama ketika mereka datang. Pada hari-hari berikutnya, satu gagak lagi datang setiap hari. Jumlah gagak berangsur-angsur meningkat sehingga cabang-cabangnya sekarang hampir tidak dapat menahan beratnya.

Aneh, apa pun yang terjadi.

Dia menatap langit dan menemukan bahwa awan di atas Kota Chaoyang meningkat. Mereka terus bergerak dan bergabung dengan kecepatan rendah, secara bertahap membentuk awan tebal yang bisa menutupi langit.

Dengan awan semakin tebal, orang-orang di kota merasa agak dingin. Musim gugur akhirnya akan berakhir.

Untuk Ning Que dan Sangsang, musim gugur yang lalu terkait dengan musim gugur ini. Dalam dua jatuh ini, mereka telah melalui banyak hal. Betapa menyesalnya itu!

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–