Nightfall Chapter 768

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Bab 768: Betapa Indahnya Bukit Hijau

Penerjemah: Transn Editor: Transn

Ada jejak di belakang Jun Mo.

Selain Saudara Keempat yang memegang Sungai dan Mountain Sandbox, semua orang dari Akademi bergegas keluar dari bawah naungan besi.

Kakak keenam mengangkat palu, menatap Liu Bai dengan waspada yang berjarak lebih dari 100 kaki.

Beigong Weiyang dan Ximen Buhuo memegang sitar dan seruling mereka, berdiri di kedua sisi Jun Mo.

Mereka semua tahu bahwa meskipun Liu Bai terluka parah, selama dia mengayunkan pedangnya, mereka akan mati jika mereka meninggalkan tempat perlindungan besi. Namun, mereka semua bergegas ke sini meskipun begitu.

Karena Saudara Kedua membutuhkan mereka.

Wang Chi memegang kotak obatnya dan membuat persiapan dengan wajah pucat.

Mu You memegang jarumnya, akan menghentikan darah yang mengalir dari Jun Mo. Namun, tangannya gemetar terlalu parah. Dia melihat anggota tubuhnya yang patah dan merasa seolah-olah lengannya sendiri yang telah terputus. Dia merasakan sakit yang luar biasa.

Jun Mo melihat tetesan air mata di bawah bulu matanya. Kemudian, dia mengangkat tangan kirinya dan meletakkannya di atas lukanya.

Jari-jarinya bergerak ringan, saat air matanya jatuh. Qi Murni Surga dan Bumi menutupi bahunya yang patah dengan jaring yang tak terlihat, segera membekukan darah. Itu seperti tindakan seorang resi medis.

Wang Chi sedikit santai ketika dia menuangkan obat ke luka dan bersiap untuk mengikatnya.

Liu Bai melihat adegan yang berjalan 100 kaki darinya dan tidak melakukan apa pun.

Dia tiba-tiba mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang mengapa Akademi begitu kuat.

Dia berkata, “Saya punya beberapa pertanyaan.”

Jun Mo memberi isyarat kepada Saudara Keenam untuk pergi dan memandang Liu Bai. Dia berkata, “Ya, tolong.”

Liu Bai bertanya, “Saya memberi Anda kesempatan untuk mundur di awal. Kenapa tidak? ”

Jun Mo menjawab, “Saat itu, ketika kamu menantang Dewa Pedang di Laut Selatan, kamu jelas bukan lawannya. Jadi mengapa kamu tidak mundur? ”

Setelah hening sejenak, Liu Bai berkata, “Itu masuk akal.”

Jun Mo berkata, “Itu masuk akal, jadi aku tidak mundur.”

Liu Bai menghela nafas dan berkata, “Kamu telah membayar harga yang sangat buruk tetapi pada akhirnya tidak membunuhku. Kamu tidak bisa melakukannya?” Bahkan saya merasa itu tidak layak. ”

Jun Mo berkata, “Aku menggunakan lenganku untuk menukar cederamu sehingga kamu tidak akan bisa bertarung lebih jauh. Itu sepadan dengan pendapat saya. ”

Liu Bai berkata, “Tidak peduli seberapa parah cederanya, saya masih bisa pulih, tetapi Anda tidak akan pernah bisa mendapatkan kembali lengan Anda. Saya mungkin tidak bisa bertarung sekarang, tapi itu hanya sementara. Anda telah kehilangan tangan kanan yang memegang pedang. Dan itu seumur hidup. ”

“Saya telah kehilangan pertukaran seluruh hidup saya untuk temporalitas. Tetapi dalam pertempuran Verdant Canyon, saya telah menang karena meskipun saya hampir mati, saya telah berhasil mengamankan ngarai dan Anda harus pergi. ”

Jun Mo menatapnya dan berkata, “Karena kamu terlalu kuat, kamu memiliki banyak hal yang ingin kamu lakukan. Itulah mengapa Anda berpikir untuk tetap hidup itu penting. Karena itu, kamu akan kembali ke Sword Garret untuk memulihkan diri karena kamu terluka parah. ”

Liu Bai menatapnya diam-diam dan tiba-tiba tersenyum. Dia tidak menyangka lawannya akan melihat apa yang dia inginkan bahkan ketika mereka berdua kalah dan terluka. Dia berkata, “Maka kamu juga harus menghargai hidupmu juga.”

Jun Mo bertanya, “Kenapa?”

Liu Bai menjawab, “Kekaisaran Tang seribu tahun hanyalah momen yang singkat dalam kultivasi. Karena itu, apa lagi yang harus kita perhatikan selain tubuh kita? ”

“Kita semua memiliki janji untuk diri kita sendiri. Dan dengan mengutamakan diri kita sendiri, kita juga memberi arti penting pada janji itu. ”

Jun Mo melihat melewati Liu Bai dan kereta kuda yang tenang. Tatapannya mendarat di massa pasukan tentara Divine Hall dan berkata, “Saya berjanji tidak akan ada yang melewati Ngarai Hijau selama saya masih berdiri.”

Liu Bai berkata, “Sayang sekali jika Anda mati di tangan mereka.”

“Aku akan melakukan yang terbaik dan tanpa mempertanyakan masa depan. Saya tidak menyesal. ”

Jun Mo berkata, “Selanjutnya, kamu gagal membunuhku, siapa lagi yang bisa?”

Liu Bai memandang Jun Mo yang bermandikan darah sambil membawa pedang besinya. Dia tiba-tiba merasa seolah sedang menatap orang yang berbeda.

“Aku merasa seperti sedang menatap Tuan Ke.”

Liu Bai berkata, “Kemarin, saya menyesal dan merasa bahwa saya seharusnya membunuh Anda di awal pertempuran di Ngarai Lama. Namun, saya senang sekarang. Anda harus menunjukkan kemegahan Anda di dataran ini sebelum Anda mati. ”

Dengan itu, dia berbalik dan berjalan kembali ke kereta kuda yang sunyi.

Kereta kuda itu ditarik. Jun Mo memalingkan muka dan ke tangan kirinya.

Ada benang merah di sekitar jari manisnya. Itu basah oleh darah dan terasa agak kencang.

Pandangannya terus menurun dan mendarat di lengannya yang patah dan pedang besinya.

Mungkin dia telah kehilangan terlalu banyak darah, atau menghabiskan terlalu banyak Kekuatan Jiwa-nya; dia terlihat sangat pucat.

Dia terdiam untuk waktu yang lama ketika dia melihat lengannya yang patah dan pedang besi. Tidak ada yang tahu apa yang dia pikirkan.

Pada titik pertempuran Verdant Canyon ini, para murid Akademi dan kelompok-kelompok kekuatan Taoisme Haotian tewas atau terluka. Situasinya sangat tegang dan pada titik puncaknya. Namun, dengan pasukan di selatan, semua orang bisa melihat bagaimana pertempuran akan berakhir.

Namun, Istana Ilahi West-Hill tidak puas. Mereka tidak pernah berpikir bahwa akan sangat mahal untuk melewati Verdant Canyon. Selain itu, mereka tidak menyangka bahkan Pedang Sage Liu Bai gagal.

Harapan akhirnya berubah menjadi kekecewaan. Ini sulit dipahami oleh beberapa orang dan mereka bahkan menjadi curiga.

Salah satunya adalah Su Chen, komandan penjaga ilahi Istana West-Hill Ilahi yang baru.

Su Chen adalah orang kepercayaan dekat Hall Divine Hierarch Lord. Dia telah mengambil posisi setelah Luo Kedi dibunuh oleh panah Ning Que di Wilderness. Dia sekarang memiliki posisi tinggi di Istana Ilahi-Bukit Barat dan berada di peringkat di bawah dua Imam Agung.

Melihat kereta yang bergerak perlahan, ekspresinya menjadi jelek.

“Tuanku, Pedang Sage, aku butuh penjelasan.”

Su Chen memandang kereta dan berkata, “Kamu masih bisa bertarung, mengapa kamu mundur?”

Para murid Sword Garret yang sedang menuju ke arah kereta menatapnya dengan marah ketika mereka mendengar itu.

Ekspresi Su Chen dingin karena dia marah dan kecewa.

Jika Liu Bai terluka parah oleh pedang Jun Mo, apa yang dia takutkan?

Selanjutnya, pedang Liu Bai telah patah.

Seorang pria tanpa pedang tidak bisa lagi disebut Sage Pedang.

Liu Bai tetap diam untuk waktu yang lama, namun dia tidak bisa mendengar suara Liu Bai keluar dari kereta.

Kemudian batuk keluar.

Liu Bai terluka serius dengan darah mengalir ke paru-parunya. Rasa sakit dan penderitaan tampak jelas pada batuknya.

Jejak mengejek bersinar di mata Su Chen.

Liu Bai terus batuk, semakin keras.

Murid-murid Su Chen tiba-tiba menyusut, dan ekspresinya mengejek tiba-tiba berubah menjadi ketakutan dan putus asa.

Karena garis darah telah muncul di antara alisnya.

Batuk berlanjut di kereta kuda yang tenang.

Setiap kali Liu Bai batuk, garis darah muncul di tubuh Su Chen.

Meskipun dia mengenakan baju besi yang dilapisi dengan rune emas dan meskipun pedang telah muncul di tangan kanannya tanpa ada yang memperhatikan.

Dengan setiap batuk, garis darah muncul.

Ada keributan keras.

Su Chen dan kuda perang yang dia duduki berubah menjadi beberapa potong daging dan darah, berhamburan ke dataran.

Darah mengalir ke segala arah.

Liu Bai akhirnya selesai batuk. Dia berkata, “Ayo pergi.”

Para murid Sword Garret berkumpul di sekitar kereta kuda dan mereka bergerak menuju kamp militer.

Mereka memandang sekeliling mereka dengan waspada.

Beberapa pasang mata mengikuti kereta kuda.

Tidak ada yang berani menghentikannya atau berbicara. Bahkan, tidak ada yang berani bahkan melihat kereta dengan ragu.

Liu Bai dan Jun Mo sama-sama terluka dalam pertarungan mereka.

Jun Mo mengatakan bahwa dia terluka parah dan tidak bisa lagi berperang. Tapi dengan pertarungan yang dia maksud adalah pertarungan antara mereka berdua.

Itu adalah percakapan antara dua pendekar pedang paling kuat di dunia.

Itu tidak ada hubungannya dengan orang lain.

Goshawk bertarung di langit biru selama beberapa hari dan malam, menumpahkan bulu, meneteskan darah, dan menurunkan paruhnya. Sangat lelah dan tampak seperti akan mati. Namun, itu masih bukan lawan yang bisa dikalahkan semut.

Liu Bai terluka parah, dan dia tidak memiliki pedang di tangannya.

Tapi dia masih orang yang paling kuat di dunia.

Melihat kereta yang perlahan-lahan keluar dari kamp Militer, orang-orang dari Pasukan Koalisi Balai Divine memiliki banyak emosi yang berbeda bermain di wajah mereka. Beberapa dari mereka tampak seolah-olah mereka kagum sementara lebih dari mereka terlihat putus asa dan ketakutan.

Bahkan para imam di Istana Ilahi West-Hill berada dalam suasana hati yang sama. Prajurit terkuat mereka Liu Bai sudah terluka dan telah pergi. Apa yang akan mereka lakukan dengan Verdant Canyon?

Ye Hongyu melihat kereta yang menarik melalui voile. Dia tidak mengatakan apa-apa.

Puncak dari pertempuran Verdant Canyon adalah pertempuran antara Liu Bai dan Jun Mo. Dia percaya bahwa tidak mungkin untuk melihat pertempuran seperti itu antara dua pedang selama bertahun-tahun yang akan datang.

Adapun bodoh itu, Su Chen, kematiannya sama sekali tidak mengganggu dia. Yang dia khawatirkan sekarang adalah apa yang akan terjadi setelah klimaks. Dia sangat ingin tahu berapa banyak waktu yang masih dimiliki Jun Mo setengah mati.

Kuda itu meringkuk sekali lagi saat kavaleri bersiap untuk bertempur sekali lagi. Kemudian, kamp Militer Tentara Koalisi berbaris seperti air yang mengalir dan bertemu di tengah dataran. Mereka membentuk gelombang tenang namun kuat yang bergegas menuju Verdant Canyon.

Kavaleri Tentara Koalisi tidak mempercepat. Sebagai gantinya, ia mendekati Verdant Canyon perlahan-lahan.

Mereka takut akan suara sitar yang mengerikan dan seruling. Dan orang yang paling menakuti mereka terluka parah, sehingga mereka dapat dengan sengaja memperlambat dan menghancurkan lawan mereka seperti gunung yang bergerak.

Ini adalah kesempatan terbaik yang harus diambil oleh Tentara Koalisi, jadi serangan ini secara pribadi dipimpin oleh marshal Bai Haixin dan hampir semua prajurit kavaleri elit dikerahkan. Mereka bertekad untuk menang.

Ribuan kavaleri berhenti di depan Verdant Canyon. The Forward Camp dekat dengan tempat penampungan besi, dan berada pada jarak yang paling cocok untuk menyerang balik. Selanjutnya, jika sitar dan seruling terdengar, kavaleri bisa turun dan bertarung kapan saja.

Bai Haixin mengangkat armornya dan melihat Verdant Canyon di dekatnya. Dia memandang pria yang berlumuran darah dan tempat berlindung besi, tatapan mengejek melintasi wajahnya yang dingin.

“Kamu dinonaktifkan sekarang.”

Dia memandang Jun Mo dan berkata, “Itulah sebabnya saya tidak akan menerima penyerahanmu. Mati.”

Ekspresi Jun Mo tidak berubah ketika dia mendengar itu.

Mu You terlihat sangat marah.

Bai Haixin adalah marshal dari Tentara Koalisi. Dia seharusnya tidak datang secara pribadi.

Namun, dia berpikir bahwa pembangkit tenaga listrik yang paling menakutkan pun akan sangat lemah dengan lengan terputus. Ini adalah kesempatan terbaik untuk Pasukan Koalisi Istana Ilahi-Bukit Barat dan itu harus disita.

Masalahnya adalah, moral tentara Pasukan Koalisi Istana Ilahi-Bukit Barat berada di dasar.

Naiknya Kepala Sekolah ke surga telah secara serius mempengaruhi moral pembangkit tenaga listrik budidaya dari Sekte Buddhisme. Kegagalan Pedang Sage Liu Bai untuk membunuh orang itu telah menurunkan moral Pasukan Koalisi ke level terendah.

Dengan demikian, Bai Haixin secara pribadi memimpin kavaleri elit untuk menyerang Lembah Verdant.

Dia juga sengaja mengucapkan kata-kata yang memalukan.

Tentu saja, dia telah membuat persiapan yang sangat hati-hati untuk ini. Ada lusinan pembudidaya militer yang kuat dan penjaga dengan perisai besar di tangan mereka. Dia tidak khawatir terbunuh oleh pedang besi yang mengerikan itu.

Jun Mo menatap jenderal di pasukan itu.

Dia tidak tahu siapa dia, tetapi dia tahu bahwa dia pasti seseorang yang penting.

Itu sebabnya dia harus membunuh pria itu.

Seandainya semuanya normal, dia akan berjalan ke arah pria itu dengan pedang besinya tanpa berpikir dua kali.

Tapi dia terluka serius dan menghabiskan sebagian besar Kekuatan Jiwanya. Dia kelelahan.

Itu sebabnya dia tetap diam di tempatnya, menonton Bai Haixin.

Dia mulai merenungkan masalah ini.

Bagaimana dia bisa membunuh orang ini?

Dia memiliki banyak cara di masa lalu.

Tetapi dia harus menemukan cara baru sekarang.

Dia tiba-tiba teringat saat Liu Bai mundur.

Gambar itu melintas melewati matanya dengan cepat dan kemudian melambat menjadi beberapa gambar yang tumpang tindih.

Dia telah melihatnya dengan jelas.

Dia mengangkat lengan kirinya. Pedang besi memanggil angin musim gugur di depan Verdant Canyon.

Qi Langit dan Bumi pada pedang bergetar dengan gelisah dan angin dingin bertiup.

Sungai itu keluar dari tepiannya dan banjir.

Tubuhnya seperti bulu, mengambang di permukaan air, menyapu ratusan meter dalam sekejap.

Dia memandang Bai Haixin di depan dan melambaikan pedangnya.

Kemudian dia kembali, mendarat di tempat aslinya.

Bai Haixin memandang Verdant Canyon dan sedikit mengernyit. Dia tidak tahu apa yang terjadi. Dia hanya merasa bahwa pemandangan di depannya kabur, dan tidak tahu bahwa banyak garis darah muncul di lehernya.

Kemudian, dia melihat bawahannya di sampingnya.

Itu adalah gerakan memutar sederhana, dan dia memutar kepalanya sendiri.

Kepalanya terpisah dari tubuhnya dan mendarat di tanah.

Darah menyembur ke mana-mana.

Jeritan khawatir dimulai.

Jun Mo bergetar sedikit, wajahnya semakin pucat.

Energi dan Psyche Power-nya semakin menurun dengan gerakan depan dan belakang yang sederhana ini.

Dia bisa jatuh kapan saja.

Dia sudah membunuh marshal oposisi.

Dia tidak pernah memancarkan rasa keganasan.

Tapi dia benar-benar pejuang yang ganas.

Seorang prajurit sejati akan bertarung dengan ribuan tentara dan mengambil nyawa sang jenderal, bahkan jika dia akan mati.

Ada seruan sedih dan kuku kuda yang menggelegar.

Kerumunan kavaleri yang besar dan gelap mulai menyerang.

Suara sitar dan seruling mulai, seperti gumaman air mancur.

Dari waktu ke waktu, kavaleri akan jatuh dari punggung kuda, dan seekor kuda perang akan jatuh dengan menyedihkan dan diinjak-injak menjadi tumpukan bubur dan darah oleh rekan-rekannya. Kavaleri tidak terdiri dari pembudidaya, dan mereka tidak bisa menggunakan jimat. Mereka hanya bertahan dengan hidup mereka.

Beigong Weiyang dan Ximen Buhuo juga bertahan.

Kakak Sulung telah memperbaiki senar pada sitar Cina dan membuka kunci seruling bambu vertikal. Mereka telah terluka oleh Imam Besar Ilahi dari Penyingkapan, dan meskipun Saudara Sulung telah menyembuhkan mereka, mereka tidak dapat pulih sepenuhnya dalam waktu yang singkat.

Mereka menundukkan kepala dan memainkan instrumen dengan fokus.

Senar sitar diwarnai dengan darah dan darah mulai menetes dari seruling.

Mu You berdiri di bawah naungan besi, memegang beberapa anak panah di tangannya. Dia melihat kavaleri banjir.

Kakak Keenam berdiri di depan, di luar tempat berlindung. Dia memegang palu berat dengan erat, otot-otot di lengannya hampir meledak keluar dari kemejanya.

Saudara Keempat memegang Sandbox Sungai dan Gunung. Lengannya gemetar dan wajahnya pucat. Dia tahu bahwa Akademi menghadapi bahaya terbesar pada saat itu dan mereka semua mungkin mati di dalamnya. Namun, dia tidak dapat membantu Saudara-saudari Muda-Nya.

Jun Mo mengayunkan pedang.

Dia memegang gagang pedang di tangan kirinya, tampak megah.

Darah beterbangan di mana-mana, kuku-kuku patah dan kepala terbang.

Tidak ada yang tahu berapa banyak kavaleri yang ditebang oleh pedang besi.

Namun, prajurit kavaleri yang bergegas menuju Ngarai Verdant jumlahnya terlalu banyak. Jun Mo baru saja kehilangan lengannya dan terluka parah. Meskipun dia tidak mundur melawan kerumunan, dia tidak bisa menghentikan gelombang naik dan membanjiri mereka.

Sosok Jun Mo akhirnya ditelan oleh kavaleri.

Lusinan kavaleri menyeberangi pedang yang secara bertahap gelap dan tiba di depan Verdant Canyon.

Mu You melihat wajah kavaleri yang bengkok. Tangannya menekan dengan lembut, dan dia mematahkan panah di tangannya.

Qi murni Surga dan Bumi meluap dari tempat perlindungan besi ke dataran.

Lima jurang yang dalam tiba-tiba muncul di permukaan dataran yang dipenuhi dengan panah dan darah.

Kelima jurang itu mengitari pintu keluar Verdant Canyon.

Jurang-jurang itu dalam, hitam, dan tak berdasar. Namun, mereka tidak lebar, dan hanya cukup untuk memegang kuku kuda.

Kaki depan kuda perang melangkah ke jurang dan terputus oleh kekuatan besar muatannya.

Meringkik tragis kuda terdengar satu demi satu, dan dalam sekejap, lebih dari sepuluh kuda perang jatuh ke tanah.

Beberapa bellow terdengar dari pasukan kavaleri Aula Ilahi, dan mereka terus maju.

Mereka tahu bahwa ini adalah kekuatan dari susunan taktis. Mereka harus membunuh wanita yang menyalakannya sesegera mungkin.

Saudara keenam memegang palu dan berdiri di depan tanpa suara. Sosok bulking-nya melindungi kakak juniornya sepenuhnya.

Beberapa panah ditembakkan ke arah mereka, tetapi ekspresinya tidak berubah.

Panah yang tajam menembus dadanya yang telanjang, tetapi hanya meninggalkan beberapa titik putih di kulitnya yang kecokelatan.

Sebuah kavaleri menerjang dengan berani, melintasi lima jurang karena keberuntungan dan dia bergegas ke depan tempat perlindungan.

Kuda perang itu sangat cepat, melaju kencang melawan angin.

Saudara keenam mengangkat palu dan menurunkannya.

Dia telah melakukan tindakan ini sepanjang hidupnya.

Bahkan pembangkit tenaga listrik dari Doktrin Iblis mungkin tidak dapat menghindari palu.

Apalagi kavaleri biasa.

Palu yang berat mengenai kepala kuda-kuda dengan akurat.

Setelah retakan yang tajam, kepala kuda itu pecah, menyemburkan darah ke mana-mana.

Kuda perang jatuh dengan keras ke tanah, menyebabkan awan debu naik ke udara.

Saudara keenam mengangkat palu lagi ke arah musuh berikutnya.

Pertempuran di depan Verdant Canyon berlangsung untuk waktu yang tidak dapat ditentukan.

Matahari musim gugur berangsur-angsur bergerak ke barat dan angin dingin semakin dingin.

Suara sitar dan seruling semakin lemah.

Beigong Weiyang dan Ximen Buhuo pucat dan mereka terus batuk darah.

Mu You tumbuh semakin kuyu.

Wang Chi bersembunyi di balik tungku cemas. Dia memandangi langit dari waktu ke waktu, seolah sedang berdoa.

Hanya Kakak Keenam yang terus melambaikan palu. Tanah itu dikotori oleh kuda perang mati dengan kepala terbelah.

Kilau pedang besi tidak lagi terlihat di antara banjir kavaleri. Hanya anggota badan dan darah yang terbang membuktikan bahwa pria yang memegang pedang besi itu masih hidup dan bertarung.

Malam itu berangsur-angsur menjadi lebih gelap.

Istana Ilahi West-Hill menyalakan obor mereka dan terus menyerang Lembah Hijau.

Di bawah latar belakang obor yang tak terhitung jumlahnya, malam itu tampak seterang siang hari.

Suara sitar dan seruling sebelum Verdant Canyon semakin kacau.

Beigong dan Ximen tidak lagi pucat. Pipi mereka diliputi dengan cahaya yang sangat tidak menyenangkan.

Mereka tidak lagi batuk darah karena tidak punya darah lagi.

Rambut Mu You berantakan dan tidak terawat, Psyche Power-nya hampir habis.

Bahkan lengan berotot Saudara Keenam mulai bergetar, palunya bahkan mulai terlihat cacat.

Saudara Keempat menatap Sungai dan Mountain Sandbox dengan diam-diam.

Wang Chi sudah berdiri dari belakang tungku. Dia melihat Night Dome dan bergumam pada dirinya sendiri.

Mereka belum melihat sosok Saudara Kedua dalam waktu yang lama.

Tetapi mereka tahu bahwa dia masih berjuang.

Pedang besi itu masih ada di sana.

Karena Verdant Canyon masih ada di sana.

Seluruh malam telah berlalu.

Kisah-kisah yang terjadi malam itu dan tekad yang dimainkan sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata.

Murid-murid Akademi yang menjaga Verdant Canyon dan pasukan kavaleri penyerang Divine Hall dekat dengan titik puncaknya.

Fajar tiba, tetapi siang hari masih suram.

Wang Chi terus memandangi langit, lehernya terasa sakit. Namun, dia tidak merasa banyak.

Tiba-tiba dia berteriak.

Saudara keenam mendengarnya dan berhenti sebentar. Dia melemparkan palu yang rusak dan menabrak kavaleri sebelum berjalan menuju tempat perlindungan dengan cepat.

Tangan kiri Brother Keempat meninggalkan Sungai dan Mountain Sandbox dan meludahkan darah dengan puf. Namun, Sixth Brother mengabaikannya dan dengan cepat mengambil kertas jimat, menggunakan Psyche Power-nya untuk mengubahnya menjadi mudah.

Angin sepoi-sepoi mencapai tungku.

Saudara keenam menggerakkan angin dengan kekuatannya yang terbaik.

Angin dingin berangsur-angsur berhenti.

Kemudian, angin muncul dari Verdant Canyon.

Angin semakin kencang.

Wang Chi telah mengawasi arahan angin yang dia butuhkan sepanjang hari dan malam.

Angin utara telah tiba.

Dia mengambil bubuk obat yang sudah disiapkan dari tangannya, membuka bungkusnya dengan tangan gemetar dan menaburkannya ke atas api.

Aura yang sedikit manis memenuhi naungan besi saat bubuk itu diuapkan oleh api yang panas. Kemudian, itu melayang ke arah dataran dengan angin utara.

Pasukan kavaleri dari Divine Hall masih terus menuju ke Lembah Verdant tanpa henti.

Mereka tiba-tiba mencium aroma manis yang samar.

Dan mereka mulai berdarah.

Darah mengalir dari mata dan hidung mereka.

Darah yang mengalir keluar dari mereka agak manis dan harum.

Seorang kavaleri tiba-tiba ingat sebelum dia meninggal, bahwa dia pernah mencium aroma seperti itu.

Dia masih berada di kota asalnya, dan ada seorang wanita cantik yang menjual bunga putih ini di jalanan.

Ini adalah aroma bunga.

Aroma bunga gardenia.

Ternyata aroma bunga benar-benar bisa menyerang seseorang.

Itu benar-benar bisa membunuh.

Pedang besi muncul sekali lagi di depan Verdant Canyon.

Itu membosankan, dan ada beberapa pelanggaran pada titik pedang.

Tetapi ketika pedang besi muncul, itu membawa kematian.

Kavaleri terus jatuh.

Beberapa flek darah terbang ke langit dan kemudian jatuh seperti hujan darah.

Di tengah hujan darah, Jun Mo terus membunuh.

Angin datang dan pergi, dan aroma bunga berangsur-angsur hilang.

Kavaleri berangsur-angsur mundur, dan sebidang tanah yang jernih akhirnya muncul di depan Verdant Canyon.

Jun Mo berdiri di sana dengan pedang besinya.

Mayat mengotori tanah di sekitarnya.

Kavaleri tidak terus menyerang.

Gelombang hitam berubah menjadi laut yang tenang.

Seorang jendral Kerajaan Jin Selatan memandangi gambar tragis di depannya dan tiba-tiba merasa sangat lelah.

Banyak yang mati malam itu.

Dia tahu bahwa jika mereka terus menyerang, mereka yang dari Akademi tidak akan bisa menjaga Verdant Canyon.

Aroma bunga tidak bisa bertahan lama, dan pria yang memegang pedang besi itu akhirnya akan jatuh.

Tetapi dia tidak memerintahkan bawahannya untuk terus menuntut.

Karena semua orang sudah letih dan putus asa.

Pasang surut bisa bersikeras mengalahkan terumbu selama ribuan tahun.

Tapi tidak ada yang bisa bersikeras seperti itu.

Jenderal memperhatikan bahwa beberapa Komandan di bawah komandonya, yang terkenal karena keberanian mereka, sedang melihat kemah di selatan. Dia tahu bahwa orang-orang ini, seperti dirinya, sedang menunggu perintah untuk mundur.

Namun suara itu tidak datang.

Mereka ingin bertarung lagi, tetapi mereka tidak memiliki keberanian.

Tidak diketahui siapa yang memulainya. Itu mungkin seorang prajurit kavaleri biasa. Kuku kuda terdengar lembut, meninggalkan Ngarai Merah diwarnai dengan darah, menuju ke selatan. Kemudian, semakin banyak tentara kavaleri meninggalkan Verdant Canyon dalam diam.

Jun Mo memegang pedang sendirian di depan perbukitan hijau.

Dia bermandikan darah dan kotoran. Wajahnya pucat, tetapi ia tampak sama tenangnya.

Seseorang biasanya menggambarkan gunung dan hutan sebagai yang mulia dan berkembang.

Tetapi kadang-kadang, kata sifat ini dapat digunakan untuk menggambarkan disposisi dan penampilan seseorang.

Sama seperti bagaimana dia sekarang.

Melihat ribuan kavaleri yang secara bertahap meninggalkan Verdant Canyon, pedang besi di tangannya akhirnya jatuh perlahan.

Dia berbalik dan memandangi anak-anak di bawah naungan besi dan mengangguk pada mereka dengan tenang.

Lalu dia menatap bukit-bukit hijau.

Dalam cahaya pagi, bukit-bukit hijau itu indah.

Bukit-bukit hijau pasti berpikir bahwa dia juga cantik.

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–