Nightfall Chapter 801

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Bab 801: Tertawa Keras (Bagian II)

Penerjemah: Transn Editor: Transn

Angin gelap, datang dari podao Ning Que, bertiup melalui jalan panjang, merobohkan Biara Dean, melemparkannya ke danau seperti ikan mati. Namun, itu tidak berhenti dan melanjutkan ke selatan.

Ada dua ribu kavaleri di luar kota yang tidak tahu tentang apa yang terjadi di dalam Chang’an. Mereka masih bermimpi tentang cara merampok orang kaya ketika mereka memasuki kota.

Hanya ada beberapa orang di Istana Ilahi-Bukit Barat yang menyadari rencana Biara Dean, dan Long Qing adalah salah satunya, yang, dalam arti, adalah murid terakhir Biara Dean.

Dia berpikir bahwa dia telah mengetahui apa yang terjadi di dalam Chang’an — dia mencoba yang terbaik untuk mencapai di sini dengan cara apa pun, untuk bekerja sama dengan Dean Abbey.

Biara Dekan seharusnya mengalahkan Akademi dan menghancurkan Array yang menakjubkan oleh Dewa. Tanpa pasukan sungguhan yang harus dijaga, kota Chang’an seperti tahanan yang diikat di depan 2.000 pasukannya.

Memikirkan hal ini, dia tidak bisa menahan tawa bahagia. Kavaleri-nya akan menjadi pasukan pertama yang menaklukkan Chang’an serta yang terakhir yang menghancurkannya.

Sebagai pangeran Yan, serta Putra Ilahi dari West-Hill, menghancurkan Chang’an dan membasmi Kekaisaran Tang adalah harapan seumur hidupnya. Dia telah bekerja sangat keras; bahkan jiwanya telah mengalami ujian yang tak terhitung hingga dia hitam dan biru.

Ada satu hal lagi yang harus dia selesaikan saat dia menghancurkan Chang’an — membunuh Ning Que, lawan yang telah meninggalkan begitu banyak kenangan kejam dalam hidupnya.

Dia baru saja memasuki puncak Knowing Destiny State ketika dia melahap semua kultivasi Halfman Taoist dengan Gray Eyes-nya di gunung di belakang Biara Zhishou, serta kekuatan roh banyak pastor di Wilderness. Meskipun dia tahu bahwa Ning Que telah mencapai tingkat yang sama seperti dia, dia masih percaya bahwa saat ini, dia akan menang.

Dia telah kehilangan banyak kali: di pesta di Chang’an, di jalan di Akademi, di tebing salju di Wilderness, dan di luar Kuil Teratai Merah. Apa yang membuatnya lebih marah adalah bahwa Ning Que jelas lebih rendah dalam semua aspek, namun dia telah mengalahkannya lagi dan lagi.

Jika takdir ada, jika Haotian memperhatikan mereka dengan damai dan penuh cinta, setelah berkali-kali kalah secara tak terduga, itu adalah gilirannya untuk menang.

Semakin banyak ia membayar, semakin manis buah yang dipanennya – pikiran Ning Que berlutut kesakitan di tanah setelah ia memasuki kota – Long Qing memandang kota yang megah itu dan tiba-tiba merasa bahwa semua rasa sakit yang dideritanya selama ini telah berubah menjadi kenangan manis.

Api besar membakar rumah-rumah di pinggir jalan, memantulkan topeng peraknya. Matanya tampak tenang melalui topeng tetapi tangannya gemetar.

Pada saat ini, api yang mengamuk di desa tiba-tiba padam!

Melihat desa yang tiba-tiba menjadi sunyi, asap, bumi yang hangus dan reruntuhan serta hutan belantara yang sunyi, Long Qing mengerutkan kening dan perasaan aneh muncul di hatinya.

Bahkan hujan terberat tidak bisa mematikan api dalam sekejap, bahkan angin yang paling liar sekalipun.

Selain itu, awan telah menghilang, mengungkapkan langit biru dan tidak meninggalkan jejak hujan. Bahkan udara sudah berhenti mengalir.

Apa yang terjadi?

Pasukan kavaleri di sekitarnya juga memperhatikan kondisi yang tidak biasa, kosong melihat sekeliling.

Long Qing tidak berbalik karena dia fokus di ujung jalan.

Jalan raya negara yang lurus dan luas mengarah langsung ke Chang’an dan ujungnya ada di Vermilion Bird Gate.

Dia tampak melihat pasir hitam bertiup dari kejauhan.

Dia tidak tahu apa itu tapi jantungnya melambat dan bergetar sedikit. Dia merasa takut dan ususnya menyuruhnya lari.

“Menyebar! Berlindung dari angin. ”

Wajah Long Qing memucat. Dia mulai berteriak pada tentaranya. Kemudian dia mengangkat kendali, menuju ke jalan raya negara, dan berlari ke desa yang hancur.

Dua ribu tentara datang dari Kavaleri Kepausan dari Aula Ilahi dan Istana Raja Kiri, yang telah menjadi elit paling setia Long Qing. Meskipun mereka tidak tahu apa yang terjadi, ketika mereka mendengar Long Qing, mereka semua mengangkat kendali dan mendesak kuda-kuda mereka untuk lari ke hutan belantara di samping jalan.

Sebagai pembangkit tenaga listrik di Negara Mengetahui Takdir, Long Qing sensitif terhadap bahaya, akurat dan tepat waktu. Para prajurit juga menunjukkan etika militer mereka yang sangat baik dan merespons dengan cepat.

Namun, angin hitam yang datang dari Chang’an telah melampaui manusia dan tidak bisa lagi dijelaskan dengan kecepatan, langsung menyerang di depan mereka.

Angin adalah aliran udara yang seharusnya tidak berwarna. Angin yang menghancurkan dunia berwarna hitam karena telah bercampur dengan banyak benda.

Debu, salju kotor, poci teh, sisa makanan, panci besi, dan batu bata hitam semuanya diaduk oleh angin dan menutupi langit, membuat seluruh dunia menjadi gelap.

Hal yang mengerikan ada di dalam angin hitam. Selain benda-benda tajam ini, niat pisau besar juga bersembunyi di dalamnya. Itu sangat tajam sehingga bahkan angin seakan-akan terpotong ketika berhembus.

Beberapa kavaleri, yang tidak lari ke hutan belantara, menemuinya terlebih dahulu. Mereka menjerit sampai dipotong-potong dan digulung angin bersama kuda-kuda mereka.

Bahkan mereka yang telah menyebar ke hutan belantara tidak dapat melarikan diri dari angin hitam. Mereka bersembunyi di balik dinding yang rusak. Angin akan memotong dinding yang rusak, dan kemudian memotongnya; Mereka bersembunyi di balik gundukan tanah. Gundukan itu akan diterbangkan, dan kemudian mereka terpesona juga.

Angin hitam datang seolah-olah malam yang paling dalam dan paling gelap telah jatuh.

Di malam yang gelap, orang hanya bisa mendengar suara pedang tetapi tidak bisa menemukan orang yang memegang senjata.

Pasukan kavaleri berteriak dan mati satu per satu.

Melihat tempat tinggal yang telah hancur, Long Qing bergetar.

Sampai angin hitam tiba di depannya, dia akhirnya bisa melihat detail di dalamnya dengan jelas. Dia melihat beberapa barang rumah tangga dari keluarga di Chang’an dan dia juga menemukan beberapa tanda podao.

Kemudian dia menemukan siapa yang melakukan ini.

Dia mengeluarkan bunga persik yang gelap dan damai dari dadanya dan mengangkatnya melawan angin, menjerit.

Itu adalah bunga persik kelahirannya, berisi penanaman sepanjang hidupnya.

Namun, meskipun Biarawan Dekan telah diilhami dan memasuki Keadaan Murni selama bahaya besar, mengubah daging dan darahnya menjadi teratai merah, ia masih diretas oleh angin. Hidup lebih baik daripada mati. Jangankan dia.

Bunga persik hitam layu pada kecepatan yang terlihat, dengan kelopaknya jatuh satu per satu.

Sejumlah besar luka kecil muncul di tubuhnya.

Topeng perak di wajahnya retak seperti ladang kering dan dikupas.

Setelah sekian lama, angin hitam akhirnya pergi. Tidak ada yang tahu ke mana perginya atau apakah itu baru saja menghilang. Ini dapat merusak kekosongan dan memasuki ruang lain.

Hutan belantara di selatan kota kembali ke kedamaian. Yang terjadi selanjutnya bukanlah sinar matahari, itu adalah hujan darah. Lebih tepatnya, itu adalah hujan deras berdarah.

Daging prajurit dan kuda yang telah menggulung ke langit telah jatuh ke tanah saat angin hitam pergi.

Potongan-potongan daging mulai dari puluhan ribu menghantam tanah, menciptakan suara booming dan percikan bunga darah serta jus yang menakutkan.

Dua ribu tentara yang akan menyerang Chang’an semuanya terbunuh oleh angin hitam. Sebagian besar dari mereka telah berubah menjadi potongan-potongan daging dan yang lainnya terlempar ke langit, kemudian jatuh ke kematian mereka.

Pohon-pohon di sebelah tenggara jalan raya negara bagian ditutupi dengan potongan-potongan tubuh yang tergantung. Selusin gagak hitam terbang di sekitar mereka, dengan riang menggeliat ketika mereka menanti-nanti makanan besar itu.

Gagak hitam ini tidak bisa memakan semua daging; sisanya akan menjadi nutrisi bagi tanah, karena para prajurit telah membakar desa dan pepohonan sebelumnya. Bisa diharapkan bahwa beberapa tahun kemudian, mereka akan tumbuh subur dan indah.

Long Qing masih hidup.

Dia menonton Kota Chang’an.

Topeng peraknya telah rusak, mengungkapkan bekas luka lama dan baru di wajahnya. Wajah yang dulunya sempurna telah hancur seperti hantu menakutkan di Dunia Bawah.

Dia tiba-tiba tertawa dan kemudian menangis.

Dia telah banyak menderita untuk menghancurkan kota dan membunuh orang di dalamnya, termasuk menjual jiwanya. Namun, sebelum dia akan berhasil, dia menemukan itu hanya lamunannya.

Kota itu terlihat sangat dekat, tetapi ternyata begitu jauh.

Dia dengan mudah gagal bahkan sebelum dia melihat Ning Que secara langsung.

Hal yang paling menyakitkan baginya adalah untuk tidak menjadi target Ning Que. Dia percaya bahwa Ning Que bahkan mungkin tidak tahu kedatangannya, karena begitu dekat dengan kota.

Dan dia masih kalah.

Dia memandang Chang’an di kejauhan dan berteriak.

“Ning Que!”

Sejak Ning Que memasuki lantai dua Akademi, orang-orang senang menggambarkan mereka sebagai musuh. Namun, saat ini, Ning Que memang tidak tahu Long Qing ada di sana.

Dia tidak tahu bahwa Long Qing telah didorong gila oleh angin hitam dan dari dua ribu tentara yang akan menyebabkan masalah, yang telah diretas menjadi darah dan daging.

Sasarannya adalah Biara Dekan.

Semua Tangs di Chang’an ditujukan ke Biara Dekan.

Angin hitam membawa malam ke dunia dan menghempaskan Dean Biara saat podao-nya turun.

The Vermilion Bird Avenue hening. Semua orang, terluka atau tidak terluka, semua melihat ke belakang Ning Que.

Tuan Tua Chao dengan gemetar bertanya, “Apakah dia sudah mati?”

Orang-orang di jalan semua berani, tetapi mereka tidak akan pernah mau menghadapi musuh yang mengerikan seperti Biara Dean.

Ning Que menggelengkan kepalanya.

Semua orang diam.

Ning Que berkata, “Bahkan jika dia belum mati, dia lumpuh sekarang.”

Tidak ada yang menanggapi komentarnya.

Bersandar di dinding yang basah, Zhang Nianzu dan Li Guangdi kosong menatap satu sama lain.

Tuan Tua Chao berhenti dan kemudian berkata sambil tersenyum, “Jangan menggodaku.”

Dia berjalan menuju Kota Timur dengan menggunakan tongkat sambil berteriak keras, “Sudah berakhir. Pulang dan bawa dokter ke sini. ”

Nyonya Chu tua tertawa dan menyerahkan pisau tua itu kepada menantu kecilnya.

Mereka akhirnya dapat memastikan bahwa pertempuran telah berakhir.

Zhang Nianzu dan Li Guangdi saling memandang dan tertawa kecil.

Master Teh terkekeh.

Semua orang tertawa terbahak-bahak.

Tawa ceria perlahan-lahan menyebar.

Tawa terdengar di seluruh Chang’an.

Yu Lian mendukung Kakak Sulungnya dan berjalan ke jalan.

Saudara Sulung telah dikejar selama tujuh hari, dan dia sudah menghabiskan Kekuatan Jiwa-nya. Selama pertempuran di pagi hari, mereka bertempur dari jalan ke langit. Dia terluka dan patah.

“Kakak senior, kamu terlihat lebih tinggi dari yang aku duga.”

Melihat jari-jari Kakak Sulung dan mendapati mereka hampir menyentuh tanah, dia mengerutkan kening.

Dia bingung dan kesakitan.

Bahkan jika dia adalah seorang Grandmaster Doktrin Iblis, ketika jatuh dari langit, memegang Kakak Sulung di tangannya, dia terluka parah dan rasa sakitnya tidak tertahankan.

Darah muncul dari pergelangan kakinya yang ramping dan tulangnya telah hancur berkeping-keping. Setiap langkahnya diikuti oleh tulang yang menusuk ke dalam daging dan terluka tanpa henti.

Dia harus berhenti, berkeringat di dahinya.

Kakak Sulung turun darinya untuk memeluknya, berjalan menuju tepi jalan dan batuk darah.

Ketika mereka akhirnya mencapai tepi jalan, dia menurunkannya dan berkata dengan hati-hati dan perlahan, “Saudari junior, aku tidak semakin tinggi. Anda semakin pendek. ”

Yu Lian mengangguk.

Mereka duduk di ambang pintu yang rusak berdampingan.

Kakak Sulung memandang ke arah jalan dan melambaikan tangannya.

Mo Shanshan tidak melihat mereka. Dia melihat ke jalan.

Dalam steet, Ning Que mengangkat kepalanya dan bertanya, “Tuan, apakah Anda melihatnya?”

Sesaat kemudian, dia menambahkan, “Bagaimana denganmu? Sangsang? ”

Ning Que perlahan duduk.

Suara pisau terdengar di seluruh Chang’an; mereka adalah bilah pedang yang kembali ke sarungnya.

Tubuhnya mendesis dan itu adalah suara array-kembali.

Sejumlah besar Surga dan Qi Bumi mengalir keluar dari tubuhnya, kembali ke jalan-jalan di Chang’an.

Dia mulai berdarah, berkabut dengan guntur.

Ini adalah kekecewaan dan kelahiran kembali.

Mo Shanshan berjalan ke arahnya dan membantunya berdiri.

Mereka juga duduk di ambang yang rusak.

Tak satu pun dari mereka yang mau bicara. Mereka hanya menatap langit dengan tenang.

Seolah menikmati pemandangan gambar yang indah di langit.

Tidak ada foto di langit.

Hanya ada dua garis uap di sana, yang berasal dari api pedang besi.

Uap membentuk awan.

Itu adalah karakter yang ditulis dengan awan.

Karakter “manusia” yang besar.

Itu ditangguhkan di sana untuk waktu yang lama sebelum menghilang.

Seolah tidak pernah muncul.

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–