Nightfall Chapter 813

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Bab 813: Seseorang Telah Datang ke Kota Chang’an

Penerjemah: Transn Editor: Transn

Kalimat ini sendiri dan makna tak terucapkan yang tersembunyi dalam kalimat itu sangat berdarah dan kejam. Namun, nada Ning Que tenang seolah itu alami.

Ekspresinya tenang dan dia bahkan tersenyum. Baginya, tidak ada banyak yang perlu dibicarakan mengenai masalah Istana Emas. Dia tidak akan menerima hasil selain kematian mereka.

Bahkan Ye Hongyu merasa dingin pada saat ini.

Musim semi baru saja dimulai, tunas-tunas hijau di beberapa pohon sulit terlihat. Beberapa pohon sudah memiliki tunas muda yang lembut. Tiba-tiba hembusan angin dingin di jalan menyebabkan tunas-tunas ini dan beberapa daun hijau jatuh.

Daun hijau melayang ke tanah dari atas, saat pembicaraan mereka akhirnya sampai pada inti permasalahan. Ye Hongyu mengangkat permintaan dari Istana Ilahi West-Hill yang sangat menentang kondisi yang sebelumnya telah ditawarkan oleh Ning Que oleh Danau Yanming. Aula Suci telah meminta Kabupaten Qinghe untuk tetap mandiri dan meminta sejumlah besar uang dari Kekaisaran Tang sebagai ganti rugi untuk perang. Keluarga kerajaan juga harus pergi ke Peach Mountain untuk meminta pengampunan. Adapun Istana Emas, mereka meminta padang rumput di sekitar Dataran Xiangwan dan juga Kota Helan. Adapun Kerajaan Yuelun, Yan, Jin, Qi, dan Song, mereka juga memiliki permintaan mereka sendiri yang relatif tidak penting.

Setelah hening sejenak, Ning Que bertanya, “Apa yang terjadi dengan Long Qing sekarang?”

“Dua ribu kavaleri pilihannya telah binasa. Sementara dia beruntung selamat, dia terluka parah dan sekarang sedang memulihkan diri di Aula Ilahi. Kami tidak tahu kapan dia akan pulih. Ye Hongyu tidak terlalu menyukai Long Qing, dan ekspresinya tetap tenang ketika dia disebutkan. Namun, dia tidak mengerti mengapa Ning Que tiba-tiba mengangkatnya. Dia berkata, “Meskipun kondisi kultivasinya lebih tinggi daripada milikmu, kamu tidak perlu begitu waspada terhadapnya.”

Ning Que berkata, “Bertanya tentang dia tidak berarti saya mewaspadai dia.”

Ye Hongyu bertanya, “Mereka mengapa kamu ingin bertanya tentang dia?”

“Saya pernah mengatakan kepadanya sesuatu, beberapa tahun yang lalu di Chang’an,” kata Ning Que. “Saat itu, aku memberitahunya bahwa dia benar-benar cantik, dan karena memang begitu, dia seharusnya tidak memiliki mimpi yang terlalu agung.”

Ye Hongyu tidak mengatakan apa-apa.

Ning Que menatapnya dan tersenyum, “Semua orang tahu bahwa Addict Tao adalah wanita paling cantik di dunia.”

“Jadi aku seharusnya tidak memiliki mimpi yang terlalu agung?” Ye Hongyu bertanya. “Tidak peduli seberapa kuat kata-katamu dan seberapa enggannya kamu, kamu masih harus menerima kondisi ini pada akhirnya.”

Ning Que tersenyum dan menjawab, “Saya tidak melihat alasan mengapa saya harus setuju.”

Ye Hongyu menjawab, “Aku juga tidak. Tetapi seseorang mengatakan kepada saya bahwa Anda akan melakukannya. ”

Ning Que mengangkat alisnya sedikit dan bertanya, “Siapa yang melakukannya? Biara Dekan? ”

Ye Hongyu tidak menjawab pertanyaannya. Sebaliknya, dia berbalik dan meninggalkan pohon itu.

Ning Que tidak mengikutinya. Dia melihat dedaunan hijau lembut di tanah dan kerutannya semakin dalam. Kata-kata perpisahan Ye Hongyu membuatnya merasa agak gelisah.

Negosiasi antara korps diplomatik Istana Ilahi-Bukit Barat dan Kekaisaran Tang berlanjut di aula samping Istana Kekaisaran. Pandangan kedua belah pihak sangat berbeda dan mereka tidak dapat menemukan kompromi.

Ketika kedua belah pihak tidak dapat mencapai kompromi, itu adalah buang-buang waktu untuk melanjutkan. Namun, pernyataan ini hanya berlaku untuk percakapan di meja makan dan tidak selama negosiasi. Karena itu, kedua belah pihak harus melanjutkan. Ning Que dan Ye Hongyu terus menonton hujan musim semi di halaman dekat Danau Yangming. Mereka berbincang tentang topik acak, menguji kesabaran masing-masing, dan mencoba menentukan batas masing-masing.

Saat itu, Pangeran Mahkota Chong Ming akhirnya naik tahta di Kota Chengjing, secara resmi menjadi Kaisar baru Kerajaan Yan. Dia berhasil menaklukkan faksi Long Qing dan mulai berkonsentrasi pada urusan internal.

Kerajaan Jin Selatan juga menjadi tenang, dan di bawah penangkal Pedang Garret yang kuat — terutama di bawah kendali Liu Bai, Pedang Sage — keluarga kerajaan dan militer, yang telah mulai bergerak, menjadi jauh lebih rasional.

Pasukan Koalisi Istana Ilahi West-Hill tidak mundur sepenuhnya ke negara masing-masing tetapi terus tinggal di Kabupaten Qinghe dengan persediaan yang disediakan oleh berbagai panglima perang Qinghe. Ini cukup untuk berfungsi sebagai pencegah bagi Kekaisaran Tang.

Setelah pasukan barat Kekaisaran Tang mundur ke Pegunungan Pamir, Kerajaan Yuelun, yang menderita bencana kekurangan pasukan untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun yang tak terhitung jumlahnya, akhirnya mengakui posisinya sendiri. Mereka pergi di bawah radar dan seolah-olah mereka tidak ada. Para biksu Kuil Menara Putih memulai proses pemilihan seorang Kaisar baru sementara Kuil Xuankong diam.

Dunia tampaknya telah menyingkirkan ancaman perang, tetapi tidak ada yang melupakan utara. Setelah menghabiskan musim dingin di Seven Stockaded Villages, kavaleri Istana Emas mulai bergerak kembali melalui festival musim semi.

Para prajurit dan warga sipil Kekaisaran Tang semua mengawasi utara. Meskipun mereka waspada, mereka tidak tegang seperti pada awal perang, karena dengan berlalunya waktu, kekuatan Kekaisaran Tang secara bertahap pulih.

Asap dari api masak naik di hutan belantara Perbatasan Timur. Armor tentara Angkatan Darat Utara masih baru dan senjata mereka yang baru saja diganti sangat canggih. Konvoi yang membawa persediaan gandum terus bergerak bolak-balik di jalan yang membentang ke segala arah di Kekaisaran Tang. Workshop penambangan di mana-mana sedang berjalan lancar. Jam malam di Kota Chang’an diangkat dan senyum perlahan-lahan muncul di wajah orang-orang.

Dalam negosiasi, yang dipertandingkan kedua belah pihak adalah kesabaran dan kepercayaan waktu. Kekaisaran Tang tidak pernah kekurangan dua aspek ini. Dan dari perubahan yang terlihat, tampaknya mereka menang.

Mo Shanshan duduk di tepi sungai dengan membaca buku tebal kuno.

Kakak Sulung duduk di sampingnya, memegang pancing. Jaket katunnya gemetar tertiup angin saat dia tetap tak bergerak untuk waktu yang lama seolah-olah dia tertidur.

Mereka berada di sebelah aliran gunung yang datang dari air terjun di tebing.

Saudara Kedua berdiri di tepi kolam dan menatap air terjun dengan sungguh-sungguh. Angsa putih besar melayang di kolam, mengayuh dengan kaki merahnya dari waktu ke waktu. Sama seperti Saudara Kedua, itu melihat air terjun dengan serius tetapi juga dengan ekspresi mengejek.

Ada dua set kruk di tepi kolam renang dan ada dua remaja di bawah air terjun.

Zhang Nianzu dan Li Guangdi berjongkok di bawah air terjun. Mereka belum sepenuhnya pulih dari cedera. Dan ketika semburan kuat air dingin turun ke atas mereka, wajah mereka memucat dan sepertinya mereka akan jatuh kapan saja.

Mereka sudah jatuh berkali-kali. Tetapi ketika mereka melihat Tuan Kedua berdiri di samping kolam dan angsa putih besar yang mengganggu, mereka mengertakkan gigi dan melanjutkan.

Di belakang kolam dan ke pegunungan, melalui pintu masuk yang sempit, ada jurang yang menjulang di bagian belakang gunung. Ada kursi roda di peron.

Yu Lian duduk di kursi roda. Dia memegang kuas dan kertas di tangannya dan sedang menulis Small Regular Script gaya. Meskipun dia tidak punya meja, tulisan tangannya sama rapi.

Ketika matanya lelah, dia akan melihat awan mengambang di depan jurang dan melihat Kota Chang’an di kejauhan. Terkadang, dia akan melihat jalan batu sempit di atas jurang.

Jalan batu itu mengarah ke gua tebing tempat Ning Que pernah ditumbuhkan di pengasingan. Sangat berbahaya untuk berjalan terus dan jika ada angin kencang, ada kemungkinan orang akan jatuh ke dalam jurang.

Tang Xiaotang berada di jalur batu saat ini. Apa yang harus dia lakukan adalah menggunakan pisau besar berwarna darah di tangannya untuk memotong dinding batu dan memperluas permukaan tangga di jalan batu.

Ini adalah pekerjaan yang sangat berarti, tentu saja, juga sangat sulit. Batu-batu di antara tebing itu sangat keras. Meskipun dia telah berlatih dalam keterampilan Doktrin Setan sejak kecil dan sangat kuat, batu-batu itu masih sangat sulit dipahat.

Yang paling mengganggunya adalah bahwa Yu Lian memotong pelangi selama perang di Chang’an telah mengakibatkan penghancuran pisau besar berwarna darah yang dipegangnya.

Dia telah memahat di jalan batu karang selama lebih dari sepuluh hari, tetapi dia baru selesai kurang dari sepersepuluh dari itu. Dia mendongak dan tidak bisa melihat ujung jalan gunung yang curam sama sekali. Teralis di depan gua tebing tampak seperti titik hitam kecil.

Serigala putih kecil tertidur di antara tangga batu di atas, mendengarkan suara chipping stone dari bawah, dan merasa sedikit gelisah. Itu tidak khawatir bahwa itu akan terluka oleh pecahan batu karena menurut kecepatan di mana Tang Xiaotang telah bekerja pada hari-hari sebelumnya, dia masih akan membutuhkan beberapa hari sebelum dia mencapai tempat itu.

Song Qian dan Eighth Brother sedang bermain catur sambil ditutupi perban.

Beigong memetik senar sitar dengan satu tangan. Itu adalah satu-satunya tangan yang bisa ia gerakkan sekarang.

Wang Chi sedang membuat obat di halaman, dan sudut dipenuhi dengan segala macam bunga dan tumbuhan. Beberapa saat kemudian, banteng kuning tua tiba dengan kepala penuh bunga liar. Kakak Keempat, Fan Yue, terbatuk-batuk saat dia membahas Array yang menakjubkan dengan Mu You saat mereka menuangkan peta. Kakak Keenam berulang kali menghela nafas ketika dia melihat tungku perapiannya yang belum menyala selama beberapa hari.

Ajaran diajarkan dan mereka yang mendidik terpelajar. Mereka yang ditakdirkan untuk disiksa terus disiksa. Para sarjana terus membaca sementara mereka yang memulihkan terus membuat kemajuan. Bagian belakang gunung Akademi tenang dan hangat.

Tiba-tiba, Kakak Sulung membuka matanya.

Dia melihat sungai dan perlahan-lahan mengangkat pancing di tangannya.

Tidak ada kait di telepon. Kakak Sulung tidak pernah membutuhkan kail untuk memancing, bahkan tidak kail.

Tetapi ketika dia mengangkat tiang, ada tiga ikan di telepon.

Tiga ikan digantung di garis. Mereka berjuang meskipun tidak ada yang menjebak mereka. Namun, mereka tidak bisa membebaskan diri tidak peduli bagaimana mereka berjuang. Ekor mereka menggeliat, menjentikkan air ke sungai yang memantulkan sinar matahari. Itu pemandangan yang indah.

Pergelangan tangan Kakak Sulung berubah sedikit dan ketiga ikan itu dibebaskan. Mereka berenang kembali ke sungai.

Dia melihat sungai tanpa suara dan tiba-tiba berkata kepada Mo Shanshan, “Kamu terus membaca. Jika ada sesuatu yang Anda tidak mengerti … terus membaca. Tanya saya kapan saya kembali. ”

Ekspresi Mo Shanshan aneh. Dia merasakan sesuatu telah terjadi. Dia menutup buku yang sedang dibacanya dan berjalan mendekati Kakak Sulung, berkata, “Aku akan pergi denganmu.”

Kakak Sulung tersenyum lembut padanya dan berkata, “Itu tidak penting. Ini sedikit mendadak. ”

Kakak Sulung meninggalkan tepi sungai di kursi rodanya, meninggalkan kabut yang berkumpul di tengah gunung.

Ekspresinya sangat serius dan dia tiba dengan cepat.

Yu Lian bahkan lebih cepat daripada dia.

Dia mengenakan gaun kuning sederhana dan elegan saat dia duduk di kursi roda dan melihat ke arah Kota Chang’an.

Angin sepoi-sepoi dingin bertiup di jalur gunung, membangkitkan lapisan-lapisan daun kuning yang telah berkumpul di tanah sejak musim gugur dan mengangkat ujung roknya.

Yu Lian berkata, “Aku tidak berharap dia benar-benar datang.”

Kakak Sulung berkata, “Guru telah pergi, mereka secara alami akan datang jika mereka mau. Yang tidak saya mengerti adalah mengapa mereka datang. ”

Yu Lian berkata, “Aku juga tidak mengerti. Sepertinya kita hanya bisa pergi dan bertanya langsung kepada mereka. ”

Kakak Sulung berkata dengan lembut dan tegas, “Saya adalah kakak senior Anda. Saya harus pergi dan bertanya. ”

Yu Lian menjawab, “Kakak Senior, kamu benar-benar lambat sekarang, jadi hanya aku yang bisa pergi.”

Seseorang telah datang ke Chang’an.

Tidak ada yang tahu siapa itu.

Kakak Sulung dan Yu Lian tahu, jadi mereka akan pergi menemui orang itu.

Ekspresi mereka sangat serius dan keras, dan bahkan lebih serius daripada ketika mereka menghadapi Biara Dean.

Siapa sebenarnya orang itu?

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–