Nightfall Chapter 829

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Bab 829: Karena Aku Sangat Mencintai Dunia (Bagian Dua)

Penerjemah: Transn Editor: Transn

Bajingan itu begitu bersemangat sehingga dia tidak melihat es di bawah kakinya. Dia kemudian terpeleset dan jatuh, dengan pisaunya memotong paha temannya, kemudian pisaunya memotong bambu yang menopang kios.

Dia jatuh dengan keras, dan pisaunya sangat tajam, memotong luka besar di paha temannya. Darah mengalir deras. Bambu yang patah disorongkan ke dada bajingan lain.

Tempat itu berantakan total. Ketiga bajingan itu semua mati sebelum orang-orang menyadari apa yang telah terjadi.

Satu bajingan direndam dalam darahnya sendiri, dada yang lain telah ditembus, dan yang dengan pisau memotong dirinya sendiri terbuka dalam kekacauan, ususnya tumpah ke seluruh tanah.

Gambar berdarah dan perubahan yang mengejutkan benar-benar mengejutkan penonton. Mereka semua pucat, termasuk ayah dan anak perempuannya di sebelah warung mie.

“Masak mengangguk untukku.”

Kata Sangsang sambil memandangi pemilik warung. Kemudian dia mengerutkan kening begitu dia melihat bahwa tidak ada ketumbar atau minyak cabai tersedia. Dia segera kehilangan minat makan mie, jadi dia meninggalkan warung dengan kuda.

Dia pergi ke penjual kue panas di seberang jalan untuk membeli kue panas, tapi entah bagaimana dia berubah pikiran. Pada saat yang sama, dia mendengar orang-orang di warung mengangguk berdiskusi.

Mereka memanggil Surga untuk menonton, mengagumi keajaiban yang Haotian bawa, mengatakan bahwa mereka bersedia menjadi saksi ayah dan anak perempuan. Mereka menyarankan agar ayah dan putrinya pergi dan berterima kasih kepada Haotian di Kuil Taoisme di luar kota. Mereka mengatakan bahwa Tao Niu yang tinggal di kuil benar-benar orang yang baik, kemudian seorang wanita menghela nafas dan mengatakan bahwa hal buruk terjadi pada orang baik, karena Tao Niu akan segera mati.

Sangsang berjalan keluar kota dengan Kuda Hitam Besar. Kemudian dia menemukan kuil yang terlihat bagus dan sederhana. Pandangannya yang acuh tak acuh naik ke dinding dan melihat Tao tua yang berada di ambang kematian.

Abses tersebar di tubuh kurus tua Tao itu. Penggantinya setengah baya berdiri keluar dari pintu dengan enggan. Mereka yang telah dibantu oleh bait suci harus menanggung bau yang menjijikkan dan menunggu di samping.

Sangsang menontonnya sebentar, lalu dia pergi.

Beberapa saat setelah dia pergi, aroma eksotis tiba-tiba naik di kuil. Kemudian bunga-bunga emas melayang turun dari balok-balok tua, bertebaran di atas Tao tua.

Orang-orang bisa melihat abses pada dirinya semakin kecil dan menghilang. Rambut putihnya berubah hitam. Dia telah sepenuhnya disembuhkan dan menjadi sepuluh tahun lebih muda dari sebelumnya.

Taois setengah baya tercengang. Semua orang percaya Haotian di ruangan itu berlutut, dan tidak akan berhenti berdoa ke Surga, menangisi rahmat Haotian.

Sang Tao tua berjuang untuk duduk di tempat tidur dengan dukungan orang lain. Dia setia, berusaha sebaik mungkin untuk membantu orang-orang sepanjang hidupnya, sekarang akhirnya dia mendapat hadiah. Dengan kedua telapak tangan diangkat ke langit, dia menangis dengan berlinangan air mata, “Karena Allah begitu mencintai dunia!”

Dengan kuda di belakang, Sangsang sedang berjalan di hutan, beberapa mil di sebelah barat daya Kuil.

Kuda Hitam Besar memandangnya dengan bingung karena tidak mengerti mengapa dia melakukan dua hal itu. Ning Que pernah menyebutkan bahwa cara Surga tidak berwujud dan kejam. Orang-orang percaya di dunia fana tidak lebih baik daripada semut di matanya, lalu mengapa dia mau terlibat dalam hal-hal sepele itu?

Jauh di dalam hutan, Sangsang berlari ke sebuah rumah. Keluarga itu memiliki empat belas orang, tua dan muda. Mereka membuat arang untuk mencari nafkah. Hidup itu sulit tetapi damai dan bahagia untuk mereka.

Tidak ada yang tahu bahwa tuan tua keluarga itu adalah diaken junior dari Doktrin Iblis. Dia melarikan diri ke gunung yang dalam setelah Doktrin padam. Kemudian dia menikahi seorang wanita setempat dan menjadi ayah beberapa anak. Ketika anak-anak tumbuh dewasa, dia mengajar mereka keterampilan Ajaran, meskipun bukan yang canggih. Keterampilan itu tidak ada gunanya di gunung yang dalam, dia mengajar mereka hanya karena dia merasa dia harus.

Ketika Sangsang pergi, tungku arang tiba-tiba runtuh. Kayu bertumpuk di halaman itu dibakar tanpa batas, membakar keempat belas orang menjadi abu, yang merupakan pemurnian dirinya.

Kuda Hitam Besar mengikutinya, menatap kakinya yang telanjang. Berpikir bahwa Ning Que benar, kepolosan bisa menjadi kekejaman.

Tuhan begitu mencintai dunia, dengan cara yang dia inginkan.

Haotian masih kejam.

Di musim dingin yang dalam, Sangsang dan kuda itu tiba di ibu kota Kerajaan Song. Mereka melewati jalan-jalan yang sibuk, dan berhenti di sebuah restoran umum. Tiba-tiba dia merasa sangat lapar.

Anggur yang dimilikinya sudah cukup baginya untuk berjalan di dunia fana untuk waktu yang lama, jadi rasa lapar yang dimilikinya sekarang bukan fisik, tetapi mental. Dia telah menyadari hal itu dan merasa enggan.

Tapi dia masih berjalan ke restoran kecil, dan berjalan ke lantai tiga yang lebih tenang. Lalu dia memesan delapan belas hidangan tanpa melihat menunya, dengan talas tumbuk manis untuk pencuci mulut.

Dia pernah ke sini sebelumnya. Dia ingat hidangan itu, dan makanan penutupnya. Semuanya di sini persis sama dengan terakhir kali dia datang.

Segera talas tumbuk manis disajikan, lalu diikuti oleh delapan belas hidangan yang cocok. Daging dan sayuran, hidangan dingin dan panas memenuhi meja di depannya.

Sangsang tidak mengambil sumpit. Dia menatap piring di atas meja untuk waktu yang lama, lalu dia ingat apa yang dikatakan pria itu terakhir kali ketika dia berada di restoran.

“Kamu harus mencoba hidangan ini, anak malang. Anda tidak pernah menjalani hidup yang baik dengan Ning Que selama bertahun-tahun dan Anda tidak tahu berapa banyak makanan lezat di dunia, dan betapa menyenangkannya di luar sana. Nikmati saja dirimu bersamaku hari ini. ”

Dia memejamkan matanya perlahan, dan mengingat kata-kata yang pria itu katakan kepadanya di tepi Sungai Sishui.

“Aku membawakanmu gigot terbaik di dunia, delapan belas hidangan paling indah di Kerajaan Song, dan daging kambing rebus instan paling lezat di padang rumput. Saya juga mengajak Anda makan berbagai macam ikan platyfish dan minum sup tiram. Aku membawamu untuk melihat Puncak yang tertutup Salju dan berlayar di laut. Saya juga menyetujui pernikahan Anda dengan Ning Que. ”

“Aku mengajakmu makan semua jenis makanan enak dan melihat semua pemandangan indah di dunia. Saya membiarkan Anda menikmati kebahagiaan terbesar sebagai manusia. Saya bahkan membantu Anda mengalami perasaan yang lebih dalam. ”

Kepala Sekolah memandang Sangsang dan berkata, “Manusia adalah hal yang tidak penting di matamu. Tapi sekarang Anda menikah dengan siapa pun dan merasakan kebahagiaannya. Pernahkah Anda berpikir untuk tinggal di dunia ini karena Anda telah sepenuhnya menikmati kebahagiaan dunia ini? Anda tidak berusaha untuk menemukan saya selama bertahun-tahun dan ingin mengundang saya untuk bertarung di Surga. Namun, pernahkah Anda berpikir bahwa saya benar-benar ingin mengundang Anda untuk mengunjungi saya di dunia ini? ”

Dia membuka matanya, tanpa ada emosi di dalamnya.

Badai salju tiba, meliputi seluruh ibu kota Kerajaan Song. Di jalan-jalan, orang berseru kaget, berjalan untuk berlindung. Pegangan tangan di restoran segera beku, karena sangat dingin.

Badai salju datang karena dia sangat marah.

Dia terbangun di gunung yang rusak. Ketika dia melewati lautan salju, dia memandangi berbagai jenis ikan pari.

Langkah pertamanya meliputi sepuluh ribu mil, lalu dia mulai melambat.

Pemabuk itu tidak bisa menghindarinya, bukan karena dia cepat, itu karena dia sendiri aturannya, dan aturan apa pun yang digunakan pemabuk itu, mereka miliknya.

Dia melambat, karena auranya menjadi keruh dan berat saat dia berjalan.

Dia berjalan di dunia fana, dan mulai menyesuaikan diri.

Dia melihat ke tubuhnya yang montok, dan menemukan apa yang baru di tubuhnya.

Itu adalah kekuatan dunia fana yang ditinggalkan di dalam dirinya oleh pria itu.

Itu adalah sukacita dunia fana yang dia alami dengan pria itu; itu rendah tetapi keras kepala.

Dia melihat ke 18 piring di atas meja, lalu dia mengambil sumpit, dan mulai makan.

Dia makan cepat, lebih cepat daripada pria.

Beberapa saat kemudian, semua 18 piring berada di perutnya, termasuk talas tumbuk es.

Salju akhirnya berhenti di ibu kota Song.

Dia meninggalkan restoran dan berjalan di jalan dengan Kuda Hitam Besar.

Jalanan kembali ramai. Anak-anak membuat manusia salju, yang lain berkelahi dengan bola salju. Vendor mengambil kesempatan itu dan menjajakan, “Berry berlapis gula!”

Dia melihat Toko Kosmetik Chenjinji tidak jauh, yang mengingatkannya bahwa lelaki itu pernah membelikannya sebotol bubuk kosmetik, dan kemudian ketika mereka berada di kota bernama Chang’an, dia membelikannya satu lagi.

Dia berubah serius, dan emosi di matanya menghilang.

Orang-orang datang dan pergi. Dia memegang kendali di tangannya, dan menyilangkan tangannya di belakang, bangga tapi kesepian.

Dia tidak akan memandang ke Surga karena dia adalah Surga.

Dia melihat dunia fana. Dia tidak bisa mundur, juga tidak bisa bergerak maju.

Dia tidak akan membiarkan dirinya melangkah lebih jauh ke dunia fana.

Ini adalah jebakan yang dibuat oleh pria yang naik ke Surga, atau pertanyaan yang diajukan olehnya kepadanya.

Bagaimana cara keluar dari jebakan? Bagaimana menjawab pertanyaan itu?

Dia mungkin mahakuasa, tetapi dia masih membutuhkan waktu untuk menyelesaikan masalah besar.

Ekspresinya semakin lama semakin cuek, dan pupil matanya memudar, seolah menjadi transparan.

Suara vendor berteriak dan menjual kue mereka datang dari dekat.

Sekali lagi, dia merasa lapar.

Dia belum makan kue panas di kota.

Dia marah, dan memutuskan untuk membunuh semua pria di ibu kota.

Tiba-tiba, dia merasakan sesuatu yang basah dan lembut di tangannya.

Dia melihat ke belakang. Rambut hitamnya bergetar dan menghancurkan kepingan salju menjadi partikel terkecil.

Kuda Hitam Besar mengangkat kuku depannya, seperti sedang berlutut. Keringat terus bocor keluar dari surainya dalam cuaca dingin ini, jelas, karena itu sangat tegang.

Itu menjadi lebih tegang ketika Sangsang melihatnya.

Sejenak ragu-ragu, lalu menjilat tangannya dengan lembut.

Sangsang diam-diam menatapnya.

Kuda itu mengibaskan ekornya dengan putus asa, seperti memohon belas kasihan.

Penjual kue panas pendek lewat, berteriak dan menjual. Dia tidak tahu bahwa dia hanya merindukan kematian.

Sangsang menatap kuda itu dan bertanya, “Beraninya kau?”

Kuda itu sangat menyesalnya sehingga dia hampir membenamkan kepalanya di salju.

Dia melihat kembali ke jalan panjang, dan sekali lagi melihat dunia fana.

Dinginnya antara alis dan matanya berkurang.

Si Kuda Hitam Besar mengangkat kepalanya, dan merasa sedikit lebih menyenangkan ketika melihatnya kembali.

Penjual kue panas pendek berlari ke ujung jalan, dengan membawa tiang di pundaknya.

Seorang wanita muda cantik sedang menunggunya.

Keduanya mengobrol dan berjalan pulang. Penjual kue panas pendek itu bangga tetapi merendahkan diri pada saat yang sama. Dia tidak akan melakukan kontak mata dengan orang lain, tetapi wanita muda itu terus menyapa mereka yang lewat.

Sangsang melihat ke sana dan berkata, “Cinta dan benci orang-orang, yang mereka anggap salah sebagai iman mereka, sangat rendah dan lucu. Mengapa Anda pikir mereka layak mendapatkan simpati Anda? ”

The Big Black Horse menundukkan kepalanya. Itu tidak berani menentangnya, tetapi juga tidak setuju dengannya.

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–