Nightfall Chapter 842

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Bab 842: Bulan Yang Menebang

Penerjemah: Transn Editor: Transn

Ye Su menyelamatkan dirinya sendiri dengan berkhotbah di jalan-jalan dan lorong-lorong. Dia memimpin orang untuk menyelamatkan diri. Perubahan itu mungkin terlihat kecil, mengingat berapa lama Taoisme Haotian bertahan di dunia ini. Namun, itu revolusioner karena penyembahan untuk Haotian telah digantikan oleh doktrin baru, dan kerinduan akan Kerajaan Allah telah digantikan oleh cinta untuk hidup pada saat itu. Itulah yang paling mengejutkan Ning Que.

Ye Su memandang Nin Que dan berkata, “Khotbah adalah proses mengumpulkan kehendak rakyat, dan menyatukan iman mereka. Saya masih mencoba mencari tahu detailnya. Anda bisa pergi ke Book Hall di Istana West-Hill, jika Anda tertarik. Ada banyak contoh di Haotian Taoism Classics. ”

Ning Que menetap di Linkang, dan terus berdiskusi dan belajar. Semakin lama dia tinggal bersama Ye Su, semakin dia menghormati pria yang tinggal di rumah kumuh itu. Dia seperti batu asah, bundar di luar, tetapi bagian dalamnya keras. Dia memasukkan semua detail dari tulisan suci ke dalam bubuk terkecil, dan menjadikannya miliknya.

Selama diskusi hari-hari itu, Ye Su tetap diam pada karakter yang ditulis Ning Que. Seperti pada awalnya, dia dengan damai berbicara tentang inspirasi yang telah dia pelajari dari hidupnya dan dari perjalanan ke semua negara. Dia telah membaca banyak tulisan suci sejak dia masih muda, jadi Ning Que belajar teori sistemik dari Taoisme Haotian darinya.

Ye Su mengajukan hipotesis yang menarik selama diskusi, bahwa jika Haotian adalah pemerintahan dunia, seperti yang pernah dikatakan Kepala Sekolah, lalu bagaimana pemerintahan yang dingin dan impersonal memperoleh kehidupan dan kekuatan? Dia pikir itu mungkin bahwa kehidupan dan kekuatannya berasal dari iman orang-orang, yang menurut Ning Que masuk akal. Tetapi ketika sampai pada Malam Abadi yang terjadi setiap sepuluh ribu tahun, hipotesis itu tidak masuk akal.

Selain diskusi, Ye Su mengajar anak-anak tetangga setiap hari. Dia mengajari mereka cara-cara membuat kayu, menenun dan membuat anggur, dan kadang-kadang dia menceritakan kisah-kisah dari tulisan suci kepada mereka.

Kota Lingkang adalah hujan di pertengahan musim panas. Distrik itu penuh dengan bangunan sementara dan rumah-rumah tua bobrok, yang sangat rentan dalam hujan lebat, sehingga beberapa runtuh setiap hari.

Ye Su menyelamatkan orang di mana-mana bersama anak-anak, dan memperbaiki atap yang rusak. Dia bahkan berencana untuk memperbaiki sistem drainase blok setelah musim dingin.

Murid-murid dari Sword Garret mampir dari waktu ke waktu, jadi Ning Que jarang pergi ke luar rumah yang kumuh, dan dia juga tidak membantu dengan hal-hal itu. Dia menyaksikan prosesnya, dan akhirnya dia belajar sesuatu.

Hujan telah mengguyur selama tiga hari, melelahkan semua orang. Saat mereka hampir kehilangan harapan, hujan berhenti, dan langit cerah.

Orang-orang di jalanan dan lorong-lorong basah bersorak. Ye Su khawatir tentang wabah setelah hujan karena meningkatnya nyamuk. Jadi dia membawa kotak medisnya dan mampir ke lingkungan.

Ning Que menuangkan air ke dalam tiga mangkuk yang rusak sebelum tempat tidurnya; mereka digunakan untuk menampung kebocoran dari atap. Dia melihat melalui lubang di atap, dan matahari. Kemudian dia bertanya dalam diam, “Mengapa kamu berhenti menangis?”

Ye Su kelelahan ketika dia kembali. Dia menyerahkan semangkuk sayuran hijau dan nasi ke Ning Que, mengatakan, “Saya tidak enak badan hari ini. Anda bisa memakannya sendiri. ”

Ning Que menatap wajahnya yang pucat dan kurus, dan berpikir bahwa ia tampak lebih lemah daripada kebanyakan orang biasa; jika dia bertahan, dia akan mati sebelum menjadi seorang bijak.

“Aku tidak akan memakannya.” Dia melihat sepotong langit biru di atap dan berkata, “Aku harus pergi.”

Ye Su berkata, “Tentu saja, tidak ada yang tersisa untuk mengajarimu.”

Ning Que menatapnya lagi dan sedikit mengerutkan kening.

Ye Su kemudian tersenyum, berkata, “Jangan ragu. Belas kasihan itu lezat tetapi racun bagimu sekarang. Aku tidak akan membencimu karena membunuhku. ”

Ning Que memikirkannya sebentar dan berkata, “Aku masih merasa kasihan.”

Ye Su berkata, “Kamu akan mati jika aku menyebarkan berita bahwa kamu telah meninggalkan Kota Chang’an, tidak peduli seberapa rajinnya kamu.”

Ning Que berkata, “Saya harap Anda dapat hidup sebanyak yang Anda harapkan dari saya.”

Ye su bertanya, “Mengapa saya harus?”

Ning Que berkata, “Karena apa yang Anda lakukan dan apa yang akan Anda lakukan cukup berarti. Dan Anda akan menghadapi rintangan di masa depan; kamu akan membutuhkanku kalau begitu. ”

Ye Su tidak berkata apa-apa, dan dia tersenyum.

Ning Que menatap matanya, dan berkata, “Kamu membutuhkan Tang dan Akademi.”

Ye Su tidak menjawabnya secara langsung. Dia berkata, “Jika kamu tidak membunuhku, maka kamu harus membayar biaya sekolah sebelum kamu pergi.”

Ning Que tidak menganggapnya sebagai lelucon, ia membuat catatan, dan menyerahkan salah satunya kepada Ye Su.

Ye Su mengambilnya dan menemukan bahwa itu adalah 100 tael perak. Dia tersenyum dan berkata, “Ada desas-desus bahwa kau dan pria itu kikir. Sepertinya itu benar. ”

Ning Que berkata, “Siswa lain membayar Anda dengan sayuran dan beras, mengapa saya harus dituduh memberi seratus tael perak?”

Ye Su berkata, “Semangkuk sayur dan nasi dengan ampas lemak lebih penting bagi anak-anak itu daripada 100 tael perak untukmu, apalagi itu nasi putih.”

Ning Que berpikir sejenak, dan dia menganggapnya masuk akal. Jadi dia berkata, “Saya akan membayar Anda lebih banyak.”

Ye Su menjawab, “Pergi saja dan beli sesuatu untukku.”

Ning Que kembali dari pasar ke gang. Dia berjalan di atas batu bata yang direndam dalam air limbah. Meremas melalui gubuk-gubuk padat, dia tiba di pintu sebuah rumah.

Beberapa anak lelaki yang tidak terawat memakan nasi sorgum dari mangkuk. Ibu mereka memandangi daging yang tergantung di atas kompor, khawatir karena dagingnya semakin tipis setiap hari. Kemudian sudut tirai diangkat; seorang gadis masuk dengan tangan di celananya, berkata, “Guru berkata kamu harus membelikanku ikat pinggang.”

Ibunya berkata dengan marah, “Di mana sabuk kain yang saya potong untuk Anda tadi malam? Teruslah bermain di jalan, dan Anda akan merobek semua sabuk yang sulit terpisah! Di mana saya harus membelikan Anda yang lain? ”

Ning Que memanggil gadis itu dengan wajah enggan, dan menyerahkan beberapa hal padanya.

Gadis itu muda dan pintar. Dia bertanya ketika dia mengambil alih barang-barang, “Siapa kamu?”

Ning Que menatap rambutnya yang acak-acakan dan berkata, “Aku adalah teman gurumu. Ini adalah sabuk yang dia ingin aku beli untukmu, dan ini adalah hiasan kepala yang dia janjikan padamu sejak lama. ”

…

…

Panas pertengahan musim panas yang hebat tiba segera setelah hujan berhenti. Udara begitu lembab, dan air buangan yang terakumulasi mengeluarkan bau yang mengerikan.

Ye Su mengirim Ning Que pergi. Mereka berhenti di tempat sepi di luar gang. Ning Que menatapnya dan berkata, “Gadis itu sangat bahagia, dan … apakah Anda yakin Anda hanya membuatnya bahagia, tanpa hasil?”

“Namanya Huanzi. Dia hanya seorang gadis kecil. ” Kata Ye Su.

Ning Que berkata, “Mengapa begitu serius? Aku hanya bercanda.”

Ye Su berkata, “Kita tidak sedekat itu.”

Ning Que berkata, “Tapi dia dan aku sangat dekat.”

Ye Su bertanya, “Siapa dia?”

Ning Que berkata, “Kakakmu.”

Ye Su merasakan dua kata yang familier, kemudian dia menyadari Ning Que mengucapkan dua kata yang sama ketika dia bertanya di mana dia telah mempelajari Pedang Dahe, di Chang’an yang bersalju.

“Orang-orang dari Akademi terkadang sangat menjengkelkan.”

Dia memandang Ning Que dan berkata, “Aku masih tidak mengerti mengapa kamu tidak ingin membunuhku.”

“Aku membencimu sebelumnya, tapi sekarang aku bisa hidup dengannya. Saya tidak pernah ragu untuk membunuh, tetapi hanya untuk alasan yang tepat atau suasana hati. ”

Ning Que mengatakan kepadanya apa yang dia lakukan di Kabupaten Qing He, lalu dia berkata, “Saya membiarkan Wudao membunuh Zhong Dajun untuk membantu Guanhai memecahkan masalah, menaklukkan Kabupaten Qinghe dan untuk melepaskan kemarahan saya. Dan yang paling penting, saya ingin mengikat Sekte Buddhisme, atau setidaknya Kuil Lanke, dengan Akademi. Tetapi bertemu dengan Anda di Linkang membuat saya menemukan kemungkinan lain, bahwa jika Anda adalah masa depan Taoisme Haot, maka mengapa saya mencoba membunuh Anda? ”

Ning Que belum berjalan jauh sebelum dia mendengar anak-anak membaca di gang. Atau lebih spesifik, mereka membacakan metode menenun bunga hiasan kepala alih-alih membaca buku.

Dia berbalik untuk melihat gang, hanya melihat kabut naik pada senja. Dia mendengar suara anak-anak, dan ketika dia berjalan lebih jauh, bau mengerikan itu hilang. Dia hanya bisa melihat gambar itu, dan itu indah, dengan caranya sendiri.

Ye Su memiliki teori-teori terintegrasi dari Sekte Buddhis dan Taoisme Haotian, dan menggabungkannya dengan pengalamannya sendiri di kuil kecil. Sekarang dia memiliki pandangannya sendiri tentang dunia, yang mengkhianati Haotian.

Dia telah mengkhianati Haotian sebelum Verdant Canyon, sama seperti bagaimana Biara Dean telah mengkhianati Haotian di Chang’an. Bagi mereka yang benar-benar kuat, tidak peduli seberapa taat mereka dulu, mereka pasti akan menemukan jalan mereka sendiri suatu hari jika mereka tidak akan berhenti berpikir.

“Kami semua meninggalkanmu.”

Ning Que menatap langit di atas Linkang, berbicara dengannya.

Dia belum belajar kebijaksanaan apa pun langsung dari Ye Su pada masa itu, tapi ada satu hal yang akhirnya dia temukan, yaitu tidak pernah meminta Sage cara untuk menjadi Sage.

…

…

Ning Que tidak pernah bertemu kota lain setelah dia meninggalkan Linkang. Dia berjalan di pegunungan, dan seluruh perjalanan itu damai sampai dia akan mencapai Kerajaan Ilahi-Bukit Barat.

Dia membuat tempat tidur dengan kain yang diikat di antara pohon-pohon, dan tidur di atasnya pada malam hari. Segera dia tidur nyenyak ditiup angin musim panas yang lembut, di tempat tidur ayun.

Tiba-tiba, dia dibangunkan oleh petasan. Sambil menggosok matanya, dia melihat desa kecil, berbaring di kaki gunung, membuat petasan di mana-mana.

Dia bingung karena tidak ada festival pada hari itu, dan itu adalah hari yang jauh dari Pengorbanan Cahaya. Mengapa mereka menyalakan petasan? Apakah seseorang baru saja mati?

Jika seseorang meninggal, petasan hanya boleh berangkat oleh satu keluarga, keluarga orang mati. Jadi mengapa sekarang ada di mana-mana?

Kemudian suara itu datang dari punggung gunung, dan saat itulah Ning Que menyadari sesuatu sedang terjadi, dan dia berubah serius.

Dia tiba-tiba menyadari bahwa cahaya bulan di hutan lebih redup dari biasanya. Perbedaannya sedikit, yang mungkin diabaikan oleh orang biasa, tetapi bukan dia; tidak ada satu pun siswa yang terlalu sering memandang ke bulan dan memanggil nama Kepala Sekolah. Perbedaan kecil itu cukup jelas.

Dia melihat ke langit malam, dan kemudian dia tidak bisa mengalihkan pandangan darinya.

Bulan di langit malam memudar oleh sepotong.

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–