Nightfall Chapter 848

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Bab 848: Ketidakpedulian

Penerjemah: Transn Editor: Transn

Beberapa tahun yang lalu, setelah Kepala Sekolah mengakhiri perjalanannya dan kembali ke Chang’an, dia mengunci Ning Que di dalam gua tebing di belakang gunung. Pada hari-hari yang panjang dari penahanannya, Ning Que belajar banyak hal untuk keluar dari sana. Sebagian dari itu termasuk menjaga agar Roh Agung-Nya tetap tersembunyi. Itulah sebabnya dia awalnya berpikir bahwa jurang tidak akan menimbulkan banyak tantangan baginya.

Tapi dia telah melupakan Array Terisolasi di jurang. Selain merasakan fluktuasi halus dalam Kekuatan Jiwa kultivator dan perubahan Qi Langit dan Bumi, itu juga bisa merasakan mengintip seseorang. Selama seseorang melihat jurang, itu akan memasuki mata orang itu. Yang lebih menarik adalah bahwa bahkan jika Anda memejamkan mata dan tidak memandangnya, jurang akan tetap berpikir Anda melihatnya, jika Anda tidak menghapus semua pikiran untuk melihat jurang di alam bawah sadar Anda. Itu akan seperti puncak yang jatuh, mengetuk langsung ke mata Anda, dan kemudian menerobos ke dalam otak Anda, menyebabkan gelombang yang tak terhitung jumlahnya.

Mata Ning Que tertusuk oleh Pedang Tao tajam yang tak terhitung jumlahnya dan dia sangat kesakitan. Wajahnya memucat drastis. Dan kemudian, alam bawah sadarnya dihantam oleh jurang, menyebabkan beberapa gelombang tinggi dan membuatnya sakit.

Rasa sakitnya terlalu kuat, dan bahkan keinginan Ning Que yang sangat kuat tidak bisa menahannya. Dunianya berubah menjadi hitam; dia mengendurkan jari-jarinya dan jatuh ke bawah.

Ada kabut malam yang berputar-putar di bawah jurang dan jurang di bawahnya. Siang tidak bersinar melalui itu dan tidak ada yang tahu apa yang ada di bawah. Inti masalahnya adalah bahwa kejatuhannya terlalu tinggi.

Tidak peduli seberapa kuat tubuh para penggarap dalam Ajaran Iblis, mereka tidak dapat sepenuhnya mengabaikan kekuatan bumi. Permaisuri telah meninggal setelah melompat dari tembok kota Chang’an. Bahkan Yu Lian, yang adalah Grandmaster Doktrin Setan, Cicada Dua Puluh Tiga Tahun telah menghancurkan tulang di kakinya setelah jatuh dari langit biru. Posisi Ning Que saat ini di tebing tidak jauh lebih tinggi dari langit biru. Jika dia benar-benar jatuh ke dalam jurang, dia pasti akan mati.

Tubuhnya bergesekan dengan dinding tebing, menyebabkan suara gemerisik. Angin dingin menderu di telinganya dan dia mulai jatuh lebih cepat. Itu adalah situasi yang sangat berbahaya dan dia akan mati.

Sepanjang keturunan, Ning Que memikirkan banyak hal. Itu bukan kenangan manis atau pahit, tetapi keterampilan kultivasi yang telah ia kuasai. Dia ingin menemukan cara untuk menghindari kematian.

Namun, baik metode Akademi maupun Iblis Doktrin mengharuskannya untuk menggunakan hatinya atau Kekuatan Jiwa. Tetapi jika dia menggunakan Psyche Power-nya, Array yang Terisolasi di jurang akan melanjutkan serangannya pada dirinya. Dia tidak bisa menahan rasa sakit saat memanjat tebing batu.

Bagaimana dia bisa bertindak tanpa menggunakan hatinya atau Psyche Power-nya? Tidak peduli bagaimana orang melihatnya, itu tidak mungkin. Bagaimana seseorang bisa mengendalikan tubuhnya jika seseorang tidak berpikir?

Ngomong-ngomong, matanya sakit meski sudah tertutup, jadi besar juga buka. Jika dia mati, dia ingin mati memandang dunia. Dia menatap dinding tebing yang dengan cepat melintas di depan matanya. Dia tidak merasa putus asa tetapi malah mengejek dirinya sendiri karena kematiannya yang akan datang.

Dinding di jurang tidak mulus, tapi tidak terlalu banyak celah. Garis-garis itu berlalu dengan cepat di depan matanya dan secara bertahap berubah menjadi bercak warna kabur, yang sepertinya mengambang di angin malam.

Ning Que merasa seolah-olah dia telah melihat gambar seperti itu di suatu tempat. Pakaiannya bergoyang tertiup angin dan garis-garis lembut, dan itu juga diukir di atas batu.

Dia ingat bahwa itu adalah patung batu di Aula Buddha di bawah Menara Wanyan di Chang’an.

Beberapa patung Buddha batu di aula samping Kuil Lanke juga serupa.

Matanya sedikit cerah, dan tangannya yang telah menempel di dinding tebing tiba-tiba menjadi lembut. Tidak selembut kapas seperti sebelumnya, tetapi tangannya menjadi sangat lembut seolah-olah itu tidak ada.

Di musim gugur, di angin malam yang melolong, ia tiba-tiba meletakkan kedua telapak tangannya. Dia melenturkan jari telunjuk kanannya sedikit di udara sambil menempatkan jari telunjuk kirinya di bagian belakang tangan kanan, membuat Gesture Emblematic.

Sepasang tangan yang lembut dan Gesture Emblematic yang terlihat seperti tidak bisa berpegangan pada jurang memiliki efek magis. Dia tiba-tiba berhenti jatuh dan digantung di antara jurang.

Waktu yang lama tampaknya telah berlalu, tetapi itu hanya sesaat. Dia meluncur menuruni tebing sekitar sepuluh meter, dan kakinya tampak seperti sedang menginjak awan yang menutupi jendela-jendela batu.

Ketika dia berada di Kuil Lanke, dia telah melihat patung batu Buddha sepanjang malam di musim gugur. Dia telah memahami empat Gesture Emblematic dari Sekte Buddhisme, “Tak Takut, Dhyana, Penyerahan Jahat dan Ketidakacuhan.”

Dia telah menggunakan mereka beberapa kali saat berperang melawan kekuatan di Sekte Buddhisme dan kemudian tidak pernah menggunakannya lagi. Karena dibandingkan dengan Roh Hebat dan Panah Tiga Belas Primordial, Gerakan Emblematic dari Sekte Buddhisme tidak sekuat itu.

Tidak sampai malam ini, tepat ketika dia akan mati di jurang, ketika dia memikirkan mereka lagi.

Dia melayang di antara tebing dan merasakan aura aneh bergerak perlahan di awan di bawahnya. Perasaan persepsinya masih memicu gelombang gila.

Tanpa ragu-ragu, dia menutup matanya lagi, dan pada saat yang sama, dia membentangkan tangannya yang telah ditempatkan bersama. Diam-diam, dia membuat gerakan “Dhyana” dan “Ketidakpedulian” dengan tangan kanannya, dan mendarat dengan lembut di tebing. Dia tidak lagi melihat hal-hal dunia dan dia juga tidak memikirkannya. Dia telah sepenuhnya melupakan dirinya sendiri dan langit dan bumi. Dengan gagasan pertama yang muncul di benaknya, ia memulai pendakiannya.

Dia memasuki kondisi yang benar-benar kosong, bahkan melupakan dirinya sendiri dan keberadaan jurang. Tentu saja, dia tidak tahu dia sedang mendaki jurang. Dia bergerak perlahan seperti daun yang tidak tahu apa-apa.

Dia tidak tahu berapa lama waktu telah berlalu, tetapi dia akhirnya memanjat tebing.

Gerakan Emblematic di tangannya menghilang setelah tangannya mendarat di tanah yang rata. Dia membuka matanya dan terbangun untuk menemukan bahwa dia sudah berdiri di platform tebing. Dia berbalik untuk melihat jurang yang gelap, dan wajahnya yang tenang perlahan memucat; pakaiannya basah oleh keringat.

Dalam masa hidupnya, dia telah menghadapi banyak bahaya dan ujian hidup dan mati, tetapi pertemuan hari ini antara tebing-tebing Gunung Peach telah membuatnya sangat ketakutan. Memanjat tebing mungkin terlihat sederhana, dan dia bahkan tidak memiliki ingatan tentang itu. Namun, jika dia tidak mempelajari keterampilan Sekte Buddhisme dan Doktrin Iblis, dia akan lama jatuh ke kematiannya. Seseorang bahkan bisa mengatakan bahwa seandainya dia adalah pembangkit tenaga listrik yang berbeda di Negara yang Mengetahui Takdir, dia pasti akan mati karena jatuh dari jurang.

Dia menghormati Istana Ilahi West-Hill dan berpikir bahwa dia telah membuat persiapan yang cukup. Hanya sampai dia benar-benar memasuki Gunung Persik dia menyadari bahwa dia telah meremehkan Taoisme Haotian.

Ini adalah platform tebing terendah di Peach Mountain, dihuni oleh para pendeta dan diakon biasa serta kavaleri Istana Ilahi-Bukit Barat. Kandang kuda perang juga ada di sini. Ning Que pergi ke kandang melalui sampul malam. Dia tidak melepaskan Psyche Power ini untuk menaklukkan kuda-kuda yang terbangun. Sebaliknya, sama seperti bagaimana dia menaklukkan Kuda Hitam Besar saat itu, dia menggunakan aura berdarah yang dia miliki dari membunuh kuda yang tak terhitung jumlahnya untuk menakuti kuda perang agar tunduk. Mereka tidak mengeluarkan suara.

Dia berdiri di sisi timur istal karena di sinilah istana kekaisaran memata-matai Istana Ilahi-Bukit Barat menemukan sisa-sisa setengah panci bubur. Dia hanya bisa menunggu di sini jika dia ingin menemukan orang bodoh itu.

Tidak ada satu pun suara bahkan setelah waktu yang lama. Para penulis perang yang terbangun mengunyah rumput malam sambil menilai Ning Que. Mereka bertanya-tanya siapa yang dia tunggu.

Ning Que tidak khawatir tetapi menunggu di istal dengan tenang sampai awan menghilang dan bulan tenggelam. Dia menunggu sampai matahari akan terbit sebelum dia yakin bahwa penantiannya untuk malam itu sia-sia.

Dia mengulurkan tangannya dan menggosok beberapa kotoran di lehernya dan menaburkannya di atas sedotan di ujung timur kandang. Kemudian, di bawah tatapan meremehkan kuda-kuda perang, dia pergi ke platform tebing. Dia membuat Gerakan Emblematic Buddha sebelum sinar pertama siang hari bisa bersinar di Aula Ilahi, dan mengikuti tebing kembali ke awan ke hutan bunga persik.

Malam itu, ia melanjutkan perjalanan berisiko mendaki jurang. Dia menunggu di istal selama satu malam penuh, tetapi si bodoh itu tidak muncul.

Dia pergi lagi pada malam kedua dan kecewa.

Pada malam ketiga, dia masih kecewa.

Pada malam keempat, dia sudah sangat akrab dengan Array Terisolasi di jurang dan telah belajar lebih banyak tentang Gesture Emblematic dari Sekte Buddhisme. Perjalanan yang tadinya berbahaya sekali sekarang adalah proses yang biasa. Itulah sebabnya dia bahkan bisa menyenandungkan satu atau dua nada ketika dia berjalan ke bagian timur istal.

Itu adalah lagu yang dinyanyikan orang tua di Toko Kentang Manis kota.

Kemudian, dia melihat tumpukan jerami di ujung timur istal, dan di atas tumpukan jerami, ada Kuda Hitam Besar berbaring telentang, menggosok punggungnya ke atas jerami. Itu terlihat sangat lucu, dan Ning Que tertawa.

Kuda Hitam Besar mencium bau yang tidak asing. Itu berguling-guling dan berdiri, melihat sekeliling dengan waspada. Matanya terbuka lebar, dan tidak tahu kuku mana yang harus melangkah maju.

Ning Que berjalan dan memeluk leher kuda itu. Dia membelai rambut kuda itu dan menepuknya dengan kuat.

Kuda Hitam Besar membuka mulutnya dan menjilat bibirnya, menyeruduk kepala Ning Que.

Ning Que melepaskan kuda itu dan menyapu rumput itu dari punggungnya, berkata, “Di mana Anda belajar kebiasaan kotor ini? Kamu bukan keledai Paman Bungsu. ”

Kuda Hitam Besar berpikir, bahwa mimpinya adalah menjadi seperti keledai yang bisa mengendalikan Alam Bebas. Ia ingin menjadi kuda yang penting, tetapi telah menjadi kuda yang dipenjara oleh Istana Ilahi-Bukit Barat.

Dia ingin berteriak keras memikirkan apa yang telah dilaluinya, tetapi tidak berani. Itu hanya membuka mata berkaca-kaca dan menatap Ning Que, tampak sangat sedih.

Ning Que menghela nafas dan menepuk kepalanya. Dia berkata, “Saya tahu dia berubah, dia bukan siapa dia. Cobalah untuk bertahan lebih lama, dan aku akan mencoba melihat apakah aku bisa mengembalikannya. ”

Ketika mendengar itu, Kuda Hitam Besar merasa sedikit lebih baik. Kemudian, sepertinya telah memikirkan sesuatu dan terus mengedipkan mata, seolah mengatakan pada Ning Que untuk lebih ganas ketika saatnya tiba.

Ning Que naik ke telinga kuda dan menceritakan rencananya.

Mata Kuda Hitam Besar berkilau saat mendengarkan dan mengangguk dengan panik. Ia berpikir bahwa Ning Que memang tuannya untuk memikirkan rencana tak tahu malu seperti itu. Namun, gundiknya terlalu kuat sekarang, dan tidak peduli seberapa tak tahu malu Ning Que, ia ditakdirkan untuk gagal. Namun, hanya memikirkannya saja membuatnya bahagia.

Setelah diskusi, Ning Que dan Big Black Horse membuat rencana untuk bertemu lagi dan kemudian berpisah untuk saat ini.

Dia berjalan ke tepi tebing dan melompat ke jurang. Sekarang dia telah menguasai Gesture Emblematic, dia bisa sedikit terganggu saat mendaki jurang. Dia melirik puncak Gunung Peach.

Pandangan itu dipenuhi dengan ketidakpedulian, jadi dia tidak khawatir itu akan menyalakan susunan jurang. Namun, dia lupa bahwa ada lebih dari satu definisi untuk ketidakpedulian.

Itulah sebabnya ketika tatapannya mendarat di Aula Cahaya Ilahi yang gelap, dia tidak bisa lagi menahan kerinduan yang dia rasakan pada seseorang. Tidak ada apa-apa di sana, tetapi dia sepertinya telah melihatnya.

Dia merasakan sinar cahaya menyinari dirinya pada saat yang sama.

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–