Nightfall Chapter 891

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Babak 891: Sangsang Telah Menyakiti Saya Seribu Kali (Bagian Ⅱ)

Penerjemah: Larbre Studio Editor: Larbre Studio

Ning Que mengerutkan kening, dan wajahnya bahkan lebih pucat dari pada Sangsang. Tetapi dia tidak pernah membuat suara, karena dia tidak ingin menyerah padanya.

Berdiri di tanah aula ilahi, Sangsang mendongak dalam diam.

Celana Ning Rue berubah menjadi kain dan garis merah tipis yang tak terhitung jumlahnya muncul di kakinya.

Bilah yang tak terlihat itu terus memotong daging dan darah seperti kupu-kupu dan mengungkapkan tulang sesaat setelahnya.

Ning Que tampak sangat pucat, dan mata dan alisnya berkedut karena rasa sakit yang hebat. Itu tampak seperti menangis dan tersenyum pada saat bersamaan. Bibirnya bergerak sedikit seolah dia ingin mengatakan sesuatu.

Sangsang tampak puas.

Dengan daging mengambang di udara, kakinya berubah menjadi tulang. Ning Que menatap Sangsang dan bertanya, “Apakah kamu tidak berpikir itu seperti ikan peony? Apakah Anda ingin makan dengan kecap? ”

Sangsang tidak lagi puas. Garis darah muncul di tenggorokannya, memotong tali suaranya secara langsung. Dia tidak dapat membuat suara lain.

Kekuatan tak terlihat di Aula Cahaya Ilahi terus mengamuk. Dagingnya jatuh seperti kepingan salju, mengungkapkan tulang secara bertahap dan meninggalkan darah semakin sedikit.

Hukuman paling mengerikan di dunia adalah kematian dengan seribu luka. Malam ini, Ning Que menderita sebanyak penjahat terburuk.

Daging dan darahnya semua habis. Di bawah rasa sakit yang tak ada habisnya, kesadarannya dimutilasi seperti tubuhnya. Aula ilahi akan bergema dengan jeritan melengking jika ia mampu membuat suara. Tetapi dia tidak bisa. Keheningan yang mematikan di aula ilahi sangat mengganggu.

Mata Ning Que, redup ke ekstrim, seperti lilin di angin yang akan mati sebentar lagi, atau seperti adegan menyeramkan lampu kunang-kunang melayang di atas kuburan tua yang ditutupi dengan lumut.

Menderita rasa sakit yang begitu parah, orang biasa pasti sudah mati. Meskipun Ning Que telah membudidayakan Haoran Qi, dia tidak akan bertahan selama ini jika Sangsang tidak menginginkannya.

Sangsang ingin dia hidup untuk merasakan rasa sakit.

Tapi dia masih belum menyerah.

Menatapnya dengan tangan di belakang, Sangsang tidak menunjukkan emosi di wajahnya. Tapi dia mengerutkan kening, karena dia tidak berharap perlawanannya akan bertahan selama ini.

Dari apa yang dia ingat, Ning Que tidak pernah menjadi sosok yang bersemangat, apalagi menghadapi kematian dengan tenang. Dia lebih suka hidup daripada memalukan dan memilih waktu luang daripada kerja, tidak memiliki garis bawah moral sama sekali.

Kenapa dia masih menolak untuk menyerah padaku pada saat ini?

Sangsang sedikit frustrasi, karena dia tahu bahwa dia tidak pernah benar-benar mengenal pria ini atau mungkin sesuatu terjadi padanya ketika dia pergi.

Angin sepoi-sepoi bertiup melalui Divine Hall of Light.

Angin sepoi-sepoi bertiup di tubuh Ning Que, lebih lembut dari tangan kekasih. Tapi itu menyebabkannya sangat kesakitan. Kemudian dia merasakan hawa dingin yang sulit untuk dilawan dan mulai menggigil, menghembuskan udara bercampur es.

Pada titik ini, ia tidak memiliki satu inci kulit utuh dan bahkan dagingnya hampir terpotong sepenuhnya. Angin malam langsung berhembus ke tulangnya dan jeroan tertutup selaput tipis, menyebabkan rasa sakit luar biasa dan dingin yang ekstrem. Orang-orang berbicara tentang dingin yang menusuk tulang, tetapi siapa yang bisa memahaminya dengan lebih baik daripada dia saat ini?

Tiba-tiba, Ning Que merasa gatal dari kulit kepalanya ke ujung jari dan ke perut, seperti semut dan serangga yang tak terhitung jumlahnya menggigitnya. Dia nyaris tidak membuka matanya dan melihat ke bawah ke tubuhnya sendiri, menyadari bahwa itu bukan hukuman baru yang menarik yang diberikan oleh Sangsang melainkan daging baru yang tumbuh kembali di tulangnya.

Gatal datang dari tulang dan daging yang tumbuh kembali.

Tubuhnya pulih pada tingkat yang terlihat oleh mata telanjang. Tulang telanjang ditutupi oleh daging dan kulit lagi. Dan kulit barunya tidak memiliki luka dan sehalus kulit bayi yang baru lahir.

Apakah itu keajaiban yang diciptakan oleh Haotian? Ning Que tidak merasa senang, karena dia tahu bahwa Sangsang tidak menunjukkan belas kasihan padanya. Itu hanyalah awal dari babak penyiksaan berikutnya.

Seperti yang diharapkan, angin sepoi-sepoi menjadi kencang dan ganas lagi.

Dengan gatal dan dingin hilang, Ning Que hanya merasakan sakit. Daging baru itu dipotong lagi, jatuh ke lantai seperti tetesan hujan.

Dia menderita kematian dengan seribu luka lagi.

Suara magister bergema di samudera kesadarannya tanpa henti, menuntut penyerahan dirinya.

Dia mengungkapkan pemberontakannya dengan diam, dan menunjukkan cemoohannya dengan bangga.

Bintang-bintang di luar aula ilahi menyaksikan adegan paling brutal dan berdarah dalam keheningan.

Waktu berlalu perlahan, dan itu tidak diragukan lagi malam terpanjang yang pernah dilalui Ning Que.

Dia menderita kematian dengan seribu luka dan kemudian disembuhkan, berulang kali. Penderitaan ekstrem membuatnya mendambakan kematian. Baru pada saat itulah dia mengerti bahwa kematian memang bukan yang terburuk. Namun, dia tidak lagi bisa mati pada saat ini.

Kesadarannya terdistorsi dan rusak karena rasa sakit yang parah, dan secara bertahap kabur. Dia samar-samar ingat anak yang memotong dagingnya sendiri dan mengembalikannya kepada ayahnya, kasim tampan yang kakinya dipotong menjadi tulang-tulang telanjang begitu dia melangkah ke padang pasir, Lian Sheng duduk di atas gunung tulang manusia di Gerbang Depan Doktrin Setan, dan sida-sida tua yang terkenal karena mati karena seribu luka.

Dia tidak tahu apakah orang-orang dan ingatan ini nyata atau fiktif. Banyak gambar terlintas di benaknya, membuatnya lebih sengsara daripada nyaman. Untuk beberapa alasan, ia selalu menjaga sedikit terakhir ketenangan dan keras kepala dan menolak untuk menyerah pada suara magisterial di lautan kesadarannya.

Dahinya telah dipotong terbuka, dengan darah encer menetes tanpa henti. Melalui tirai berdarah, dia memicingkan mata pada wanita tinggi kurus yang berdiri.

Melihat wanita ini, dia tidak pernah merasakan ketakutan yang begitu kuat sepanjang hidupnya, dan dia tidak pernah merasakan kemarahan yang begitu kuat.

Dia menatap Sangsang dengan mata merah darah seperti binatang yang sekarat, terengah-engah kesakitan.

Kehilangan kemampuan untuk berbicara, dia masih bisa berkomunikasi dengannya dalam kesadaran.

“Persetan.”

Sangsang menatapnya dalam diam, mengungkapkan tidak ada emosi di wajahnya.

Dia menatapnya dan berkata, “Aku akan bercinta denganmu”.

Masih tidak ada tanggapan dari Sangsang.

“Kamu harus membunuhku sekarang,” kata Ning Que. “Kalau tidak, aku akan menidurimu tanpa henti seperti sebelumnya.”

Sangsang akhirnya menjawab, “Manusia bodoh”.

Suaranya menggema melintasi Divine Hall of Light yang tenang. Itu adalah pertama kalinya Ning Que mendengar suaranya hari ini, bukan suara dalam kesadaran, tetapi suaranya dalam kenyataan.

Ning Que tertawa dan itu terdengar seperti bellow yang rusak.

“Kamu, Haotian, kacau olehku, hanya manusia biasa… Haotian masih tidak bisa menghindari karma untuk mengubah apa yang telah terjadi. Meskipun kamu bisa mengembalikan keperawananmu dan melupakan sejarah yang kita miliki, kamu tidak bisa mengubah fakta bahwa aku menidurimu. Itu sebabnya kamu kesal. ”

Dia menatapnya dan berkata, “Kamu membuatku menderita, dan aku ingin membalas budi. Kamu akan selalu marah tentang hal itu selama kamu tidak berani membunuhku. ”

Senyum tulus muncul di wajahnya yang berlumuran darah, dan matanya yang suram dipenuhi dengan keteguhan dan ketenangan, yang tampak sangat terkendali dan menakutkan.

“Kamu memang membuatku marah,” kata Sangsang.

Tiba-tiba, Ning Que merasakan dingin di antara pahanya.

Biasanya, tubuhnya seharusnya mati rasa karena kesakitan dan tidak merasakan apa-apa saat ini. Jadi, dinginnya bukan berasal dari tubuhnya tetapi dari pikirannya.

Berusaha keras untuk melihat ke bawah, Ning Que menemukan bahwa pahanya rusak parah dan bagian tubuh yang berharga di sana hilang. Kemudian dia dilanda rasa sakit yang luar biasa.

Rasa sakitnya sangat parah sehingga dia hampir pingsan. Perut dan paha bagian bawahnya terus berkedut, dan daging berdarah yang tersisa di antara pahanya terus berayun.

…

…

Ning Que terbangun kesakitan setelah waktu yang lama. Dia menatap pahanya yang rusak parah, menyadari bahwa dia dikebiri.

Banyak pria dikebiri oleh istri mereka dalam sejarah, sebagian besar karena perselingkuhan mereka. Ning Que tidak bisa menerima kenyataan, karena dia pikir dia sangat setia kepada Sangsang.

Selain itu, ketika tiba-tiba menemukan fakta menjadi seorang kasim, siapa pun akan mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa itu hanyalah ilusi tidak peduli seberapa kuat tekadnya.

“Aku bisa hidup dengan niatmu untuk membunuhku. Saya akan selalu memperlakukan Anda sebagai cinta pertama saya meskipun Anda telah menyakitiku ribuan kali. Tetapi apa yang Anda lakukan sekarang jauh di luar batas kemampuan saya. Saya sangat kesal.”

Dia berbicara kepada Sangsang dengan tulus sambil menatapnya.

Di mata Sangsang, Ning Que tidak berbeda dari manusia bodoh dan kasar lainnya, terutama ketika ia mencoba untuk membuatnya kesal dengan kata-kata profan itu.

“Aku seharusnya tahu batasanmu sebelumnya. Saya sangat senang membuat Anda tidak bahagia, dan saya ingin tahu apa yang dapat Anda lakukan tentang itu. ”

Ning Que berkata, “Seperti yang saya katakan berulang kali, saya akan menidurimu”.

“Sialan adalah perilaku seksual yang dilakukan kehidupan rendah untuk menghasilkan keturunan. Karena Anda berusaha keras untuk membuat saya mengingat hubungan seksual yang kami miliki dan mengancam saya dengan mengklaim untuk memulihkan hubungan itu di masa depan, maka saya harus menghancurkan alat kelamin Anda. Lagipula, kamu tidak bisa berhubungan seks tanpa alat kelaminmu. ”

Sangsang menjelaskan dan menatapnya tanpa emosi.

Ning Que menatapnya dengan tenang dan berkata, “Apakah Anda pernah mendengar tentang fantasi seksual?”

Mendengar ini, ekspresi Sangsang tiba-tiba berubah karena dia merasa seperti disentuh oleh sepasang tangan.

Tangan-tangan itu bertindak tidak senonoh dan tidak sopan.

Tangan itu tidak nyata dan hanya ilusi yang berasal dari jiwa.

Tatapan Ning Que turun di payudaranya yang montok.

Sangsang mengerutkan kening dan merasakan tangan meraih ke dalam gaunnya dan menggosok payudaranya.

Dia tidak bisa memutuskan hubungan dengan Ning Que karena alasan bahwa dia adalah item kelahirannya. Pikiran Ning Que secara konkret hadir dalam kesadarannya.

Mereka berbagi kesedihan dan sukacita yang sama, dan tentu saja nafsu yang sama.

Saat menyiksa Ning Que, dia menderita seperti halnya Ning Que. Dia bisa menanggung rasa sakit yang terlalu berat bagi manusia untuk ditanggung, karena dia adalah Haotian yang mahakuasa.

Tetapi ketika itu untuk nafsu, bisakah dia masih menerimanya?

Berpisah dari kehidupan menjadi pecundang yang tidak bisa diraih, Ning Que secara resmi memulai perjalanan kultivasi bertahun-tahun yang lalu. Sementara Ning Que sedang mencari barang-barang kelahirannya, Sangsang sering tertawa seperti lonceng perak dan kadang-kadang bahkan menangis di halaman kecil Old Brush Pen Shop, karena dia selalu berpikir tuan muda itu menggelitiknya.

Pikirannya akan jatuh pada dirinya, karena dia adalah barang kelahirannya.

Meskipun dia adalah Haotian dan di luar kendalinya, dia masih bisa menyentuhnya seperti dulu.

Dia bisa menyentuhnya kapan saja dia mau.

Di Aula Cahaya Suci yang suci malam ini, dia terus menyentuhnya.

Namun, apakah dia akan menyentuhnya kembali dalam sekejap masih menjadi misteri.

…

…

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–