Nightfall Chapter 902

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Babak 902: Into the Abyss Together

Penerjemah: Larbre Studio Editor: Larbre Studio

Ning Que terus jatuh di antara tebing. Sangsang menatapnya dan memikirkan beberapa kisah yang digunakan Ning Que untuk bercerita tentang dunia manusia ketika mereka berada di Kota Wei. Dalam cerita-cerita itu, ketika seorang pria jahat sangat marah dia biasanya akan mengatakan sesuatu seperti, “Kamu ingin mati? Tidak mungkin!”

Dia bertanggung jawab atas aturan paling mendasar di dunia ini. Alam terbentuk sesuai dengan kehendaknya. Karena dia sudah berada di dunia manusia, dia berpikir, Kamu ingin mati? Tidak mungkin!

Sangsang sedikit melambaikan lengan bajunya. Bunga-bunga di lengan hijaunya hampir menjadi nyata. Di belakangnya, Aula Cahaya Ilahi terus runtuh dan menabrak reruntuhan.

Serangan Qi Surga dan Bumi yang tak terhitung jumlahnya dipanggil dan dibentuk menjadi angin dingin. Badai berputar-putar di luar tebing. Awan berkabut hancur dan berubah menjadi sesuatu seperti selimut kapas.

Ning Que masih jatuh di antara tebing. Tiba-tiba, udara di sekitarnya menebal. Awan yang tak terhitung jumlahnya mengelilingi dan kusut di sekitarnya. Dengan demikian, kecepatan jatuhnya melambat.

Di antara awan tebal dia merasakan kekuatan aturan, dan lebih khusus lagi, keinginannya. Dia tidak membiarkan dia mati seperti ini, jadi dia tidak akan mati.

Tidak mungkin bagi Ning Que untuk meletakkan nasibnya di tangan orang lain, bahkan jika seseorang itu adalah dia. Ketika dia melompat dari tebing, dia telah bertekad untuk tidak pernah menyerah pada keinginannya lagi.

Sambil menunjuk lapisan awan dan kabut di bawahnya, dia mengulurkan tangan dan menggambar karakter dalam angin.

Tangannya gemetar hebat karena angin menderu di antara tebing dan lengannya patah menjadi dua puluh bagian sebelumnya. Setiap gerakan sangat menyakitkan baginya.

Tapi dia berhasil menggambar karakter itu dengan sangat jelas dan dia hampir mengukirnya di atas batu. Angin yang berputar-putar tidak bisa menerbangkannya dan serangan Talisman Intent yang ganas dilepaskan dari antara tebing.

Lapisan awan diatur oleh Haotian dan mengklaim kekuatan aturan. Biasanya tak seorang pun kecuali Kepala Sekolah Akademi yang bisa menghancurkannya.

Namun, Ning Que adalah pengecualian. Itu karena dia adalah barang kelahirannya. Ketika dia berada di Paviliun Tersendiri di Aula Cahaya Ilahi, baik dalam kenyataan atau dalam mimpinya, dia telah disiksa untuk putaran yang tak terhitung jumlahnya. Melalui pertemuan berdarah dan rasa sakit yang tak berujung itu, dia belajar aturan dan kekuatannya berulang kali.

Selama hari-harinya di Paviliun yang Terpencil, kecuali untuk putaran membelai dan menyiksa mereka, Ning Que telah menerapkan seluruh waktunya dalam mempelajari dan meninjau kembali aturan dan kekuatan yang diungkapkannya.

Sepanjang sejarah dunia manusia, dialah yang paling memahami Haotian. Sekarang dia telah memperoleh pengetahuan tentang kekuatan yang berkuasa di dunia ini dan dengan demikian melampaui semua pendahulunya.

Dia menggambar Jimat Yi di antara tebing. Itu bukan salah satu jimatnya yang paling kuat, dan tidak seberapa dibandingkan dengan Jimat Rakyat yang pernah ia gambar di langit di atas Chang’an. Namun, Yi Talisman ini membawa pemahamannya yang samar tentang aturan mendasar untuk aliran ruang.

Tanpa bunyi tunggal, lapisan awan di antara tebing-tebing itu ditusuk menjadi empat bagian dan digulung kembali ke arah tebing.

Ning Que jatuh melalui awan bahkan lebih cepat. Kepingan salju yang tersisa di antara tebing-tebing itu ditepuk menjadi bubuk terbaik oleh lengan bajunya.

Dalam waktu singkat, dia jatuh di bawah tiga dataran tinggi dan melewati jendela batu Paviliun yang Terpencil. Tebing-tebing terbentuk menjadi pemandangan satu warna dan beberapa batu yang terangkat secara acak menjadi garis lurus di matanya. Dia jatuh sangat cepat.

Angin menderu bergema di sekelilingnya. Dia merasakan angin yang berhembus di wajahnya dan menatap kegelapan di balik kabut di dasar jurang. Namun, dia merasa benar-benar tenang, tanpa rasa takut sama sekali.

“Kamu dulu sangat takut mati, namun hari ini kamu lebih suka bunuh diri untuk membunuhku?”

Sangsang berdiri di dekat pegangan dan menyaksikan Ning Que jatuh dan menjadi bintik hitam di antara tebing. Dia tampak pucat. Dia pasti akan mati jika dia jatuh ke dasar jurang. Jika dia mati, bagaimana dia bisa bertahan?

Ketika dia membuat langkah pertamanya di dunia manusia, dia melakukan perjalanan ribuan mil. Akan semudah mengedipkan mata untuk menghentikan Ning Que. Namun, pada langkah kedua dia melambat karena Kepala Sekolah telah menuangkan dunia manusia ke dalam tubuhnya. Itu telah mencemari Qi-nya dan membuatnya tidak mungkin meninggalkan dunia manusia.

Tangan Sangsang terasa lembut ke pegangan.

Dia tidak menggedornya, tetapi pegangannya patah.

Pegangan pecah berkeping-keping dan tebing di teras runtuh dan jatuh ke jurang.

Dia berjalan menuju awan di antara tebing.

Suara gemuruh terdengar dari tebing di belakang Peach Mountain.

Itu sebenarnya suara dia menerobos ke udara.

Gaun hijau muncul di antara tebing. Salju dan awan ketakutan. Kabut yang membawa kebencian tahanan di Paviliun Tersendiri selama puluhan ribu tahun tidak berani mendekatinya dan melarikan diri dari tebing.

Dia turun kepadanya dari atas.

Angin gunung menggoyang-goyangkan rambutnya, tetapi tidak bisa mengubah penampilannya yang acuh tak acuh.

Dia jatuh dengan Ning Que ke bagian bawah jurang.

Dia tidak menatapnya tetapi keinginannya ditempatkan padanya.

“Kamu tidak sabar untuk membunuhku?”

Ning Que memandangnya dalam diam dan berbicara dalam hatinya, “Tidak. Aku hanya tidak ingin hidup sendiri. Dibandingkan dengan itu, aku lebih suka kita mati bersama. ”

Awan berkumpul lagi di antara tebing dan menutupi jatuhnya Ning Que dan Sangsang. Di dasar jurang itu benar-benar sepi, seperti yang telah terjadi selama puluhan ribu tahun.

Hierarch, Zhao Nanhai, dan yang lainnya datang ke tepi tebing. Mereka melihat ke bawah dengan serius tetapi tidak bisa merasakan apa-apa. Sesaat kemudian gempa dahsyat datang dari jurang yang dalam.

Sesuatu telah jatuh ke dasar jurang.

Kekuatan mengerikan tabrakan itu melonjak dan menghancurkan awan lagi di antara tebing. Bahkan tebing-tebing yang ditutupi oleh berbagai susunan Taois pun retak.

Hirarki dan yang lainnya tampak sangat khawatir. Siapa yang bisa selamat dari tabrakan mengerikan seperti itu? Tentu saja Haotian akan aman dan sehat, tetapi bagaimana dia bisa kembali dari jurang seperti itu?

Dari sudut di Balai Cahaya Ilahi yang setengah hancur, seekor kuda tiba-tiba meringkuk dan bergegas keluar seperti badai. Kuda hitam besar itu menghantam beberapa diaken berjubah hitam dan berlari menuruni gunung.

…

…

Bagian bawah jurang tertutup oleh kabut busuk. Bahkan sinar matahari paling terang pun tidak bisa menembus.

Ning Que membuka matanya dan menatap langit abu-abu. Rasanya seperti dia telah melakukan perjalanan kembali ke Kota Wei pada Tahun Kesembilan di Tianqi, ketika mereka melewati badai pasir terburuk yang pernah ada.

Dia merasa pusing. Butuh waktu lama baginya untuk menyadari bahwa dia ada di jurang di belakang Peach Mountain, dan bahwa dia terbaring di lubang.

Dia melompat dari puncak gunung. Tidak mengherankan bahwa ia telah menjatuhkan diri ke dalam lubang di tanah. Namun, dia tidak mengerti mengapa dia masih hidup. Jika Sangsang yang membiarkannya selamat, lalu di mana dia?

Pohon-pohon di dasar jurang berbeda dari pohon-pohon biasa. Akar mereka jelas lebih kuat dari cabang. Mereka kebanyakan tanaman merambat dengan daun kecil dan tersebar. Mungkin tidak ada yang pernah mengunjungi tempat ini. Lapisan daun yang jatuh membusuk berulang-ulang sepanjang tahun.

Ning Que tidak sepenuhnya pulih dari pusing dan merasa nyaman berbaring di daun busuk yang lembut. Dia tidak mau berdiri dan bahkan lebih suka berbohong seperti ini selamanya.

Saat itu dia mendengar suara Sangsang datang dari antara kabut.

“Apakah kamu akan berbaring di sini selamanya?”

Dia masih tampak acuh tak acuh, dingin dan menakjubkan. Namun kata-kata yang dia ucapkan telah menjadi agak fana. Ning Que merasa suaranya berasal dari suatu tempat di kabut, namun juga terdengar seperti itu tepat di sisinya. Berada jauh juga di telingaku, kau memang Haotian. Ning Que menghela nafas.

“Bangun.”

Suara Sangsang menjadi semakin acuh tak acuh.

Ekspresi Ning Que membeku. Sekarang dia memastikan bahwa suaranya memang ada di sampingnya. Dia berbalik kesakitan dan menemukannya tepat di bawahnya.

Ada lubang besar di tanah di hutan berkabut, dilapisi dengan daun busuk.

Sangsang berbaring di daun busuk. Sosok raksasa dan montoknya tampak seperti tanah di antara dedaunan dan kabut. Dia berbaring di pelukannya seperti anak kecil.

Ning Que berguling darinya. Ketika dia mencoba berdiri, dia merasakan sakit yang luar biasa di seluruh tubuhnya karena tulangnya yang tak terhitung jumlahnya. Darah gelap menyembur keluar dari mulutnya.

Sangsang berdiri. Tubuhnya sempurna dan ilahi. Jatuh dari ketinggian di atas tidak bisa menyakitinya atau merobek pakaiannya. Hanya ada beberapa daun yang menggantung di gaunnya.

Dia mengumpulkan rambut hitamnya dan meletakkannya di belakang bahunya. “Kamu tidak akan pernah bisa lepas dari telapak tanganku,” katanya dengan acuh tak acuh kepada Ning Que, yang membungkuk kesakitan dan batuk darah.

Darah terus mengalir keluar dari mulut dan hidung Ning Que. Dia celaka tetapi tidak bisa menahan tawa pada kata-katanya. Dia berkata dengan getir, “Aku bukan Monyet *. Tidak ada yang bisa menghentikan saya jika saya bertekad untuk mati. ”

Sangsang menyipitkan mata dan membenci jawabannya. “Kamu tidak bisa mati ketika aku di sini.”

Atas kata-kata ini, dia meletakkan tangan kanannya padanya. Cahaya jernih keluar dari jari-jarinya dan mencerahkan kabut busuk, serta wajah Ning Que.

Ketika cahaya jernih tumbuh lebih cerah, Sangsang menjadi pucat dan luka Ning Que mulai pulih. Tulang-tulangnya yang patah sudah diperbaiki dan organ-organ yang rusak sembuh.

Bahkan luka yang dia buat di pipi Ning Que tadi malam hilang. Lesung pipinya semakin dalam dan cahaya jernih bersinar di dalamnya seperti anggur vintage.

Setelah menyelesaikan penyembuhan, dia berdiri, memegang kembali tangannya dan melangkah ke kabut yang dalam.

Ning Que menatap punggungnya untuk waktu yang lama, lalu bangkit dan mengikutinya ke kabut.

Dia ingin mati tetapi dia tidak mengizinkan atau menginginkannya. Oleh karena itu, dia meninggalkan Ruang Ilahi West Hill bersama dengannya dan menyelam ke dalam kabut dan jurang.

Meskipun mereka tidak memiliki tali dan dia tidak bisa mengikatnya, selalu ada tali takdir yang menyatukan mereka.

Jauh di dasar jurang, mereka berjalan dalam barisan dan menjaga jarak beberapa mil. Kabut tebal. Mereka menginjak karpet lembut daun busuk tanpa membuat suara. Itu sangat tenang.

Mereka terus berjalan. Pemandangan di sekitar mereka tampak mirip – tanaman merambat kering, pohon-pohon kuno, dan kadang-kadang beberapa gagak. Semakin banyak lumut menempel di sepatu mereka.

Ning Que bertanya di belakangnya, “Ke mana?”

Sangsang berhenti dan menjawab dengan dingin, “Itu selalu panggilan Anda, bukan?”

…

…

* Catatan dari penerjemah: The Monkey merujuk ke Monkey King dalam novel Pilgrimage to the West.

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–