Nightfall Chapter 921

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Bab 921: Bulan Mengalami Lilin dan menyusut, dan Orang-Orang Menderita Usia Tua dan Penyakit

Penerjemah: Larbre Studio Editor: Larbre Studio

Hubungan antara Ning Que dan Ye Hongyu selalu sangat halus sejak mereka bertemu bertahun-tahun yang lalu. Itu karena mereka merasa kebencian yang tak dapat didamaikan satu sama lain dan juga berjuang berdampingan.

Sebelum Ritus Menuju Cahaya, ia pergi ke Aula Penghakiman Ilahi untuk menemui Ye Hongyu, dan wanita itu membantunya. Ning Que masih bersyukur dan ingin membayarnya kembali, jadi dia menjawab pertanyaannya dengan tulus.

Mana yang lebih penting, iman atau balas dendam? Ning Que tahu bahwa Ye Hongyu praktis, sama seperti dirinya sendiri. Kemudian pertanyaannya harus menunjuk ke sesuatu yang spesifik, tetapi apa itu?

“Setelah kau dan Haotian pergi, Dean Biara datang ke Peach Mountain.” Ye Hongyu menjelaskan, “Hierarch tampaknya menyerahkan dirinya pada pemerintahan Biara Dekan, tetapi sebenarnya Taoisme masih dalam keseimbangan kekuasaan. Long Qing menjadi sangat kuat. Semua hal ini mengganggu saya. ”

Ning Que berkata, “Jadi Anda memilih untuk meninggalkan Gunung Peach.”

Ye Hongyu berkata, “Aku baru saja datang untuk melihat ke mana kamu membawa Haotian.”

Ning Que bertanya, “Mengapa Anda ingin melihatnya?”

Setelah hening sejenak, Ye Hongyu menjawab, “Aku hanya ingin mendapatkan keberanian melalui dia.”

Ning Que entah bagaimana mengerti apa yang dia maksud, “Saya pikir Anda sudah mulai. Aku benar-benar ingin tahu kebencian antara kamu dan Xiong Chumo. ”

Pembersihan dari tadi malam adalah reaksi dari Balai Cahaya Ilahi yang menjadi sarana keilahian Haotian. Aula Tuhan seharusnya tidak merespons dengan begitu cepat dan tegas. Namun, tidak sulit untuk melihat bahwa itu adalah pengikut tepercaya Hierarch yang melakukan pembersihan terakhir di dalam Divine Hall of Light.

Pembersihan tidak terelakkan akan mengguncang otoritas Hierarch pada akhirnya.

Ye Hongyu tidak menjawab secara langsung tetapi mengklaim, “Saya hanya melakukan apa yang Haotian ingin lihat.”

Ning Que berkata, “Anda memainkan strategi mengendalikan Haotian dan memerintah Taoisme.”

Ye Hongyu memandangnya dan mengejek, “Bukankah itu tepatnya yang Anda coba lakukan?”

Karena dia menolak untuk menceritakan detail kebenciannya, Ning Que tidak mencoba untuk sampai ke dasar. Dia terdiam beberapa saat dan bertanya, “Apa rencanamu jika kamu ingin berhasil?”

Ye Hongyu menjawab, “Aku akan memikirkannya nanti.”

Ning Que bertanya, “Apa gunanya menjadi Hierarch baru dari Divine Hall atau Dean Abbey?” Dia pernah mengatakan kata-kata yang mirip dengannya di Chang’an tahun lalu.

“Akademi selalu membutuhkan alasan untuk membenarkan tindakannya, tapi bagiku, aku hanya menghargai apakah tindakan itu berharga atau tidak.”

Ye Hongyu menambahkan, “Saya sudah memutuskan tentang bisnis saya sendiri. Kemana Anda ingin membawa Haotian? Seluruh dunia sekarang mencoba menebak tujuan Anda. ”

Ning Que menjawab, “Saya tidak bisa memilih tujuan kami. Padahal, dialah yang ingin melihat dunia. Semua tempat yang kami kunjungi dipilih olehnya. ”

Ye Hongyu tidak tahu bagaimana merespons, karena situasi saat ini tidak pernah muncul dalam sejarah manusia. Bahkan Biara Dean tidak punya pengalaman tentang ini, jadi dia tidak melakukan apa pun kecuali menunggu dengan tenang.

Ning Que berkata, “Sekarang saya hanya bisa mengambil satu langkah dan melihat-lihat sebelum mengambil langkah lain.”

Ye Hongyu berkata, “Ini seperti menyeberangi sungai dengan merasakan batunya.”

Memikirkan gambar bagaimana mereka menyeberangi Sungai Besar, Ning Que tersenyum dan berkata, “Kita tidak perlu merasakan batu-batu saat menyeberangi sungai.”

Pembicaraan mereka berakhir di sini. Ye Hongyu kembali ke Peach Mountain dengan dua ribu kavaleri. Hukuman yang diterapkan Haotian pada Taoisme akan terus berlanjut, tetapi tidak ada yang tahu kapan badai akan berhenti.

Ning Que dan Sangsang meninggalkan ibu kota Kerajaan Qi dan melanjutkan perjalanan ke barat. Mereka berjalan di antara bukit-bukit cyan dalam hujan musim semi dan tiba di Kuil Teratai Merah, yang telah terbakar menjadi reruntuhan.

Melihat puing-puing, gulma di antara puing-puing, membakar kayu dan jamur liar tumbuh di kayu basah, Ning Que terdiam untuk waktu yang lama dan dilanda perasaan campur aduk sambil memikirkan apa yang dikatakan Ye Hongyu.

Di masa lalu, Long Qing memimpin pasukan kavaleri untuk menyerang Ning Que dan Sangsang. Ning Que dalam keadaan putus asa, secara serius melukai Long Qing dengan Praktek Taotie, dan memecahkan Takdir Yang Mengetahui, yang semuanya terjadi di depan kuil yang bobrok ini.

Sekarang, Long Qing lebih kuat.

Ning Que tahu betapa bangga dan percaya diri Ye Hongyu. Seluruh dunia melihat Long Qing sebagai pria yang menawan, tetapi di matanya, dia hanyalah bawahan biasa.

Sekarang dia harus mengakui kekuatan Long Qing.

Maka itu berarti bahwa Long Qing memang kuat.

Banyak orang berpikir bahwa Ning Que dan Long Qing adalah musuh seumur hidup mereka dan akan mengakhiri persaingan mereka dengan kematian satu orang dan kemenangan terakhir yang lain.

Ning Que seharusnya menjadi orang yang paling ditakuti jika Long Qing menjadi lebih kuat. Namun, Ning Que tidak merasa gugup sama sekali dan mengungkapkan perasaannya sambil melihat kuil bobrok di musim semi.

Tidak ada yang berani menentang tindakan Ye Hongyu meluncurkan pembersihan dan melemahkan kekuatan Hierarch hanya karena dia melakukannya atas nama Haotian. Tentu saja Ning Que tidak perlu khawatir tentang Long Qing karena dia bepergian dengan Haotian.

Ye Hongyu mengendalikan Haotian dan memerintahkan Taoisme, jadi Taoisme secara alami berada di bawah kendalinya.

Ning Que berkeliling dunia dengan Haotian, sehingga dunia secara alami damai.

Ning Que dan Sangsang meninggalkan Balai Ilahi, pergi ke selatan ke Kerajaan Sungai Besar, pergi ke Gunung Wa untuk mengunjungi Kuil Lanke, dan kemudian pergi ke Kerajaan Qi dan mengunjungi Kuil Teratai Merah. Setelah melakukan perjalanan selama beberapa bulan, mereka akhirnya memasuki Kerajaan Jin Selatan.

Bagi Sangsang, ini adalah perang antara dia dan dunia. Bagi Ning Que, ini adalah sarana untuk membuatnya tetap di bumi. Bagi mereka berdua, ini juga retrospeksi perjalanan selama musim gugur beberapa tahun yang lalu.

Bagi dunia manusia, perjalanan mereka telah diberikan makna yang lebih kompleks dan sakral. Pasangan mata yang tak terhitung jumlahnya menyaksikan dan mengikuti jejak mereka. Banyak orang bahkan lupa tentang makan dan tidur ketika mereka merasakan pasang surut Ning Que dan Sangsang, dan tentu saja mereka juga melupakan perselisihan satu sama lain.

Ada sebuah danau kecil yang tidak disebutkan namanya di selatan Kerajaan Jin Selatan. Dibandingkan dengan Great Rawa di utara, itu sangat buruk. Itu juga sangat sepi karena terletak di gunung yang sepi, tanpa penduduk.

Ning Que duduk di tepi danau dan ikan bakar.

Api unggun dikendalikan dengan sangat baik. Ning Que pandai menggunakan api ilahi Haotian untuk memasak. Permukaan ikan telah dipanggang dengan warna emas, tetapi dagingnya masih lunak.

Sangsang mengambil ikan bakar dari Ning Que. Dia menatap kosong ke arah danau dan mengekspresikan nafsu makannya dengan kecepatan makan seperti biasanya.

Danau itu sangat kecil dan terlihat sangat menyedihkan di antara gunung-gunung.

Pantulan bulan bisa terlihat di danau selama seseorang duduk di tepi danau.

Itu adalah bulan purnama, dan bulan yang cerah tergantung di langit malam, membayangi semua bintang. Bulan menaburkan pancaran peraknya di bumi dan bahkan menerangi ikan-ikan di danau.

Melihat pantulan bulan yang cerah melambai dengan lembut dengan air danau, Sangsang tampak pucat dan sedikit lelah.

Ning Que sudah lama memperhatikan fenomena itu. Kapan pun bulan purnama berada di langit malam, Sangsang akan menjadi lemah, dan ketika bulan memudar atau ada awan, ia akan menjadi kuat kembali.

Tentu saja, kekuatan atau kelemahan semacam ini hanya relatif terhadap kekuatannya yang tak terbatas. Dia lebih kuat dari semua pembudidaya bersama di seluruh dunia bahkan di saat terlemahnya.

Perang antara Kepala Sekolah Akademi dan Haotian akan mempengaruhi dunia manusia meskipun itu terjadi di langit, karena Haotian ada di bumi.

Bulan bersinar dan menyusut, dan orang-orang menderita usia tua, penyakit, dan kematian. Sangsang menjadi semakin manusiawi. Ning Que bisa mengetahui penyebabnya, bagaimana mungkin dia tidak?

“Kau berharap aku mati sebanyak ini?” Sangsang memandangi bulan yang cerah di danau dan berkata kepada Ning Que. Dia pernah mengatakan hal itu dalam benaknya ketika dia melihat Ning Que melompat ke jurang. Sekarang, dia akhirnya mengatakan itu ke wajahnya.

Ning Que terdiam untuk waktu yang lama dan berkata, “Kami akan memikirkan ini semua.”

Sangsang berkata, “Ini pertanyaan objektif, bukan pertanyaan subyektif.”

Ning Que tidak tahu bagaimana menjawab.

Danau itu sangat sunyi. Dengan angin malam yang menerpa air, bulan pecah dan kemudian perlahan-lahan berkumpul kembali ketika permukaan air bergoyang, seolah-olah tidak ada yang terjadi.

Di kedalaman mata Sangsang, bintang-bintang yang tak terhitung mati dan kemudian dilahirkan kembali, yang mengungkapkan kemarahannya.

Tak terhitung bintang di langit malam yang terlalu redup untuk dilihat tiba-tiba bersinar terang dan langsung membayangi kecemerlangan bulan.

Tiba-tiba, dunia manusia menjadi cerah dan putih di tengah malam.

Danau kecil di antara gunung-gunung sangat cerah, seolah-olah itu adalah kerajaan cahaya ilahi.

Dengan api ilahi yang tak terhitung jatuh, air danau mulai mendidih dan dipenuhi kabut. Ikan-ikan di air ketakutan, berkeliaran dan mati-matian mengebor ke dalam air, tetapi bagaimana mereka bisa melarikan diri dari kemarahan dewa?

Raungan gemuruh terdengar di pegunungan.

Air danau memuntahkan ke langit malam, seperti air mancur besar, dan cipratan naik ke puncak di belakang.

Air danau yang jatuh adalah hujan yang hangat, seperti air mata.

Bintang-bintang berangsur-angsur redup, dan danau dan gunung berangsur-angsur menjadi sunyi.

Ratusan ikan berbaring di lumpur danau, membalik perut mereka dan mengirimkan uap, seolah-olah mereka dimasak dengan matang.

Ning Que dan Sangsang semua basah dan tampak sangat malu.

Hujan kembali berkumpul di danau dan secara bertahap menjadi cerah kembali.

Sangsang ada lumpur di wajahnya dan tampak seperti anak nakal.

Ning Que membawa baskom air danau dan berjongkok di depannya, lalu membasahi handuk dan menghapus noda lumpur dari wajahnya dengan lembut dan hati-hati.

…

…

Jika seorang dewa bisa jatuh cinta, itu pasti hanya sesaat. Sangsang sebagian besar tenang dan diam. Menjadi tenang berarti semuanya masih dalam perhitungannya, dan diam berarti dia berpikir bahwa tidak ada manusia yang memenuhi syarat untuk berkomunikasi dengannya secara rohani. Ning Que mungkin memenuhi syarat, tapi dia bosan dengannya belakangan ini.

Berjalan bersama dengan cara yang begitu tenang dan sunyi, mereka meninggalkan gunung dan danau dan tiba di ladang dengan jalan setapak silang. Kereta sudah rusak, dan hanya kuda hitam besar yang mengikuti mereka diam-diam.

Di sepanjang jalan negara, Ning Que dan Sangsang berjalan ke Linkang, ibu kota Kerajaan Jin Selatan. Ning Que cukup akrab dengan kota ini, dan dia langsung pergi ke daerah kumuh di bagian timur kota.

Jalanan masih sempit, baunya masih tidak sedap, bangunan sementara yang dibangun oleh rumah tangga masih tertatih-tatih, dan tirai di luar jamban masih terlalu pendek untuk menutupi orang di dalamnya. Namun, ada beberapa perubahan.

Ada sedikit kotoran yang terlihat di jalan-jalan, dan jalan-jalan menjadi relatif kering, dengan lebih sedikit nyamuk dan lalat. Yang paling penting adalah orang-orang yang berjalan di dalam tampak lebih hidup.

Ning Que agak terkejut bahwa daerah kumuh telah berubah begitu banyak dalam waktu kurang dari setahun. Dia kagum pada pria yang berkhotbah di gang jahat.

Ada ratusan orang di depan sebuah rumah tua, mendengarkan seseorang berkhotbah. Orang yang berkhotbah mengenakan gaun panjang dan sumpit tua di sanggulnya. Dia tampak tenang.

Apa yang dia khotbahkan adalah kanon sastra West-Hill, tetapi cara dia menjelaskannya sangat berbeda.

Sangsang memandang mereka dan tiba-tiba berkata, “Orang-orang ini harus dibakar sampai mati.”

…

…

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–