Nightfall Chapter 96

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Babak 96: Kaligrafi Delapan Guratan Yong

Penerjemah: TransN Editor: TransN

Setelah dia tenang secara bertahap, Ning Que mulai keluar zona melihat kata-kata di atas kertas. Dia bertanya-tanya siapa yang telah meninggalkan komentar seperti itu. Siapa yang menyelesaikan keraguannya? Siapa yang membantunya di belakang layar? Mengapa orang itu melakukannya?

Dia berbalik untuk melihat jendela timur. Instruktur wanita masih menulis naskah kecil dan tidak memperhatikannya sama sekali. Ning Que menatap sosoknya dan berpikir tentang kata-kata di atas kertas yang tidak sopan wanita. Dia menggelengkan kepalanya secara tidak sadar. Profesor wanita itu tidak mungkin menulis bahasa kotor seperti itu.

Mungkinkah itu instruktur di lantai bawah? Ning Que mengerutkan alisnya dalam pikiran, tetapi akhirnya menggelengkan kepalanya. Sementara instruktur itu lucu, dia masih seorang pria yang taat aturan. Jika dia ingin memberinya beberapa petunjuk, dia akan melakukannya secara langsung dan tidak melalui metode seperti meninggalkan pesan.

Ning Que tidak bisa memikirkan siapa yang akan meninggalkan pesan bahkan ketika dia merenungkannya. Dia memandang ke luar jendela dengan jengkel dan mendengarkan serangga-serangga jantan bernyanyi di rumput. Dia menyeringai mencela diri. Dia berpikir, orang yang meninggalkan pesan haruslah seorang instruktur tua yang belum mencapai kultivasi. Oh, betapa marahnya Situ Yilan dan yang lainnya jika mereka melihat pesannya!

Orang yang meninggalkan pesan telah membandingkan seni membaca dengan sikap seseorang terhadap wanita. Sementara itu benar-benar cabul, itu juga mudah dimengerti. Jika tidak, Ning Que tidak akan bisa merasakan bahwa dia mungkin mengerti sesuatu. Baginya, leaver pesan sengaja menggunakan metode ini untuk menasihatinya. Setelah semua, dikatakan bahwa jalan menuju budidaya dipenuhi dengan kontaminasi diri. Dia sangat menghormati orang ini dan dia berpikir bahwa orang ini harus jenius dalam seni kultivasi.

Karena dia telah mengkonfirmasi orang ini jenius dalam kultivasi, sikap Ning Que berubah menjadi serius. Dia mengangkat eksplorasi Pratama di Samudera Qi dan Gunung Salju dan selembar kertas dan berjalan menuju ujung rak buku. Dia duduk di tempat di mana sinar matahari menerpa, menenangkan dirinya dan mulai membaca kembali pesan itu.

Chen Pipi jelas meremehkan kemampuan pemahaman Ning Que. Ning Que bisa mengerti apa yang dia katakan dengan hanya beberapa baris pertama tentang kebenaran obyektif dan memahami kebingungan meskipun dia tidak menulis dua paragraf terakhir. Dia tidak berbicara tentang sikap ekstrim wanita.

“Jangan mencoba mengerti. Jangan pikirkan itu. Lihat saja kata-katanya … Apakah ini yang dimaksudkan oleh jimat ilahi ketika mereka menyalin buku? Jadi yang harus saya lakukan adalah melihat kata-katanya dan tidak memikirkan apa artinya. ”

Ning Que menatap buku berlutut dan memikirkannya untuk waktu yang lama. Dia telah menghabiskan banyak energi untuk mencoba membaca buku-buku di sini akhir-akhir ini. Dia tahu dampak kata-kata ini pada jiwanya. Setelah membandingkan metode-metode itu, ia menyadari bahwa patut mencoba metode pesan leaver.

Untuk hanya melihat kata atau karakter yang sudah Anda kenal dan hafal tetapi tidak sengaja memikirkannya atau berpura-pura tahu apa artinya, atau bahkan benar-benar lupa apa artinya itu semua adalah tugas yang sulit.

Itu seperti situasi di mana Anda harus mengatakan bahwa Anda belum pernah melihat Pohon Cendekia Cina besar yang telah Anda habiskan bersama masa kecil Anda di taman. Atau Anda bahkan tidak tahu bahwa itu Pohon Cendekia Cina. Anda harus melupakan bertahun-tahun bermain di bawahnya, atau ciuman pertama yang Anda berikan di bawahnya. Siapa yang bisa melakukan hal seperti itu?

Ning Que tidak membuka buku itu tetapi menatap kertas itu, gelisah. Sementara itu, pikirannya telah terbang keluar dari jendela dan ke tempat lain, memikirkan bagaimana dia bisa melihat kata-kata sambil mengabaikan artinya.

Untuk melupakan kata-kata yang kita tahu … siapa yang bisa melakukan itu?

Sinar matahari mendarat di alisnya yang berkerut dari jendela barat, membuatnya berkilau. Tiba-tiba, ujung-ujung alisnya naik dan secercah cahaya melintas di matanya. Dia ingat kata pertama yang dia pelajari ketika dia mulai belajar kaligrafi bertahun-tahun yang lalu. Dia ingat menulis kata-kata berkali-kali dengan sikat kaligrafi dan dengan ranting.

Itu adalah karakter untuk “Yong”.

Mereka yang telah menjalani pelatihan kaligrafi normal akan selalu mengingat karakter ini. Guru Wang Xizhi, kaligrafer paling kuat di tahun Jin Timur dari dunia lain berpikir bahwa karakter “yong” mencakup delapan hukum kaligrafi. Setiap titik dan garis memiliki makna tersendiri dan delapan pukulan dalam “yong” membentuk delapan hukum.

Mata Ning Que semakin cerah. Karakter dapat dipisahkan dan disatukan kembali, tetapi dapat disusun kembali menjadi karakter lain di dunia. Dia hanya bisa menggunakan delapan hukum “Yong” untuk membaca. Bukankah itu berarti dia bisa membaca setiap kata sebagai “Yong”?

Dia sadar bahwa ini bukan metode yang cerdas, tetapi metode yang bodoh. Tidak ada yang tahu apakah itu akan berhasil, tetapi dia tidak bisa menekan keinginan dan dorongan hati. Dia menarik napas panjang dan membuka buku ke halaman pertama tanpa ragu-ragu.

“Langit dan bumi bernafas untuk beristirahat …”

Ning Que menatap karakter pertama dalam kalimat pertama untuk “The”. Untuk lebih tepatnya, dia tidak melihat keseluruhan karakter, tetapi pukulan pertama dari itu. Stroke panjang yang rata itu seperti pisau tajam yang mengiris scape mentalnya yang gelap, merobeknya, memungkinkan sepotong tipis cahaya putih bersinar melalui celah kecil.

Dia kemudian melihat stroke kedua, dan yang ketiga. Karakter pada halaman muncul di belakang matanya dan ke dalam otaknya, namun itu tidak membentuk makna yang lengkap.

Dia bisa melihat kata itu, tetapi hanya diizinkan untuk melihat pukulan dan bukan seluruh karakter di otaknya. Kedengarannya sederhana, tetapi sulit dan bukan sesuatu yang bisa dicapai oleh orang normal.

Beruntung bahwa Ning Que telah berlatih kaligrafi tanpa lelah selama hampir dua puluh tahun. Mendekonstruksi karakter adalah keterampilan bawaannya. Setiap kaligrafer harus mampu merekonstruksi karakter agar dapat menulis setiap karakter dengan baik. Dia sekarang dengan paksa memotong bagian terakhir dan terpenting dari kaligrafi di otaknya. Jika pikirannya berusaha merekonstruksi karakter-karakter itu, karakter untuk “Yong” akan membuatnya berguna. Dia akan menganggap kata “Yong” secara otomatis dan bukan bagian dari karakter untuk “The”!

Sulit, bahkan baginya, untuk menganggap fiksi sebagai kenyataan. Pada titik waktu ini, ia telah mengumpulkan seluruh energinya. Tangan yang memegang buku itu bergetar sedikit. Bagian belakang jubah sekolahnya basah oleh keringat. Bulu matanya berkibar-kibar liar sementara bibirnya mengerucut, seperti pertama kali ia mencoba kaligrafi sebagai seorang anak.

Kata-kata itu tidak lagi kabur dan menggelengkan pikirannya dengan keras saat mereka memasuki matanya hari ini. Sebagai gantinya, mereka menampilkan diri mereka dengan jelas di hadapannya dan diam-diam dijinakkan seperti daun mengambang di atas danau yang tenang.

Ning Que lupa bagaimana kata-kata ini menyiksanya, tetapi sedang melihat stroke dalam diam. Dia melihat berbagai pukulan yang membentuk karakter dan merasa seolah-olah dia bisa melihat melalui permukaan danau disertai dengan angin sepoi-sepoi. Daunnya melayang ke timur, ke barat, ke suatu tempat yang jauh atau dekat dengannya.

Tidak ada angin kencang dan ombak atau badai. Tidak ada sekawanan serigala berkumpul di padang rumput. Dia berjemur di bawah sinar matahari sore yang hangat, matanya berkerudung ringan saat dia duduk di lantai di rak. Tangannya tidak lagi bergetar dan badannya yang tegang dan bibirnya yang kendur mengendur. Dia tidak pingsan atau muntah. Semuanya tenang.

Awal angin sepoi-sepoi dan akhir selalu lembut. Di luar, serangga menyanyikan lagu bahagia mereka sekali lagi, merayakan hari musim semi yang bahagia, merayakan dunia yang ingin tahu di depan mata mereka. Angin sepoi-sepoi lembut menyelimuti lagu-lagu mereka dan membawanya ke jendela, ke gedung dan ke anak di dalamnya. Itu berkibar jubahnya, seperti kekuatan yang tak terlihat bergegas di atasnya.

Angin berhembus di bagian depan jubah sekolahnya, berputar ke belakang ketika melayang ke bagian tertentu dadanya seperti angin musim semi menari di atas ombak kecil di danau. Mendorong dedaunan di permukaan menuju semua arah yang berbeda, mereka akhirnya menyentuh ujung-ujung batu danau sebelum berbalik. Itu tidak bisa mencapai pantai atau merobeknya.

Instruktur wanita di jendela timur sepertinya merasakan sesuatu. Alisnya berkumpul dan dia memiringkan wajahnya ke atas, mendengarkan lagu-lagu serangga di luar dan gerakan angin musim semi. Dia berbalik ke arah pemuda di jendela barat dan tersenyum lembut.

Beristirahat…

Ning Que melihat karakter untuk istirahat dan terganggu sejenak. Tatapannya meninggalkan buku tanpa sadar dan seluruh karakter melayang di wajahnya, ke matanya. Ada cipratan air, seperti anak gembala nakal yang melemparkan batu ke danau, menyebabkan air menggenang, mengguncang dedaunan. Ada desas-desus di benaknya sebelum dia terkejut kembali ke kesadaran.

Sementara dia telah mengalami ini berkali-kali, karakter untuk “istirahat” telah membuat dampak besar pada pandangannya. Dia melantun dengan tidak puas dan mengangkat dirinya dari lantai dengan tangan kanannya. Dia memalingkan wajahnya yang pucat dengan paksa, tidak berani melihat karakter apa pun di buku itu.

Meski begitu, ada senyum yang tidak bisa ditekan di wajahnya yang pucat pasi. Dia tahu bahwa dia telah melihat pintu. Sementara pemberi pesan tidak bermaksud membuka pintu, setidaknya dia tidak pingsan setelah membukanya. Dia juga punya perasaan picik bahwa jika dia terus membaca menggunakan metode ini, itu akan bermanfaat bagi seni kaligrafinya, tidak peduli apakah dia bisa melihat sekilas keajaiban kultivasi.

Dia tidak terburu-buru untuk berdiri, tetapi duduk bersila di bawah sinar matahari. Dia memejamkan mata dan merenungkan perasaan yang sebelumnya, mencari stroke di kedalaman pikirannya, daun-daun yang tersebar di danau.

Dia tidak tahu berapa lama waktu telah berlalu. Dia membuka matanya dan tersenyum sebelum berjalan ke meja tulis di jendela barat. Dia mengangkat sikat dan selembar kertas baru. Setelah memikirkannya, ia mulai menulis balasan kepada orang yang meninggalkannya pesan.

Dia berterima kasih kepada orang itu dengan tulus sebelum menulis solusi dan pertanyaannya, berharap orang itu akan memberinya beberapa petunjuk. Terakhir, dia bertanya dengan agak sungguh-sungguh, “Membaca sambil berpikir mendalam seperti menonton daun di danau mengambang. Apakah ini maksud dari master jimat ilahi yang menulis ini? Dedaunan melayang tak menentu, tetapi tampaknya mengikuti serangkaian aturan. Saya merasakannya di Lautan Qi … ”

“Bisakah … mungkinkah ini kekuatan jiwa?”

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–