Nightfall Chapter 972

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Bab 972: Membunuh Ksitigarbha

Penerjemah: Larbre Studio Editor: Larbre Studio

Tantra Ksitigarbha adalah Ksitigarbha yang paling kuat. Pennant of Human Skulls yang dipegangnya adalah alat ritual yang menekan neraka. Dan Gerakan Embed Emblematik Manis mengandung belas kasih yang tak ada habisnya yang berbahaya bagi Sangsang, yang diracun.

Tubuh Ning Que terkoyak oleh tengkorak yang tak terhitung banyaknya pada Tantra dan dia ditutupi oleh luka. Pakaiannya robek dan ternoda darah. Jiwa-jiwa yang tidak puas yang tak terhitung jumlahnya dipanggil oleh nyanyian itu, mengalir kepadanya di sepanjang sungai, dan mati-matian mengebor luka-lukanya. Meskipun jiwa-jiwa yang tidak puas ini dimurnikan oleh nyala api ilahi yang terkandung dalam darahnya, kerusakan tetap ada padanya dan tepi luka dipenuhi abu-abu.

Matanya juga berdarah, tetapi dia tenang dan tidak menunjukkan rasa takut atau sakit. Tampaknya dia bahkan tidak berpikir, dan tampak kejam dan sangat dingin. Itu karena matanya mewakili emosi Sangsang.

Gajah kerangka adalah puluhan zhang tinggi dan memiliki kepala yang sangat besar. Sangsang jatuh di atas kepalanya, seolah-olah dia jatuh ke rumah yang sangat luas. Dan dia terlihat mungil dibandingkan dengan ukuran kerangka gajah.

Sangsang berjalan menuju bagian belakang gajah dan semakin dekat ke Ksitigarbha.

Gajah kerangka itu meraung dan mengangkat belalainya untuk memecahkannya seperti cambuk.

Ning Que benar sejak awal. Tidak ada tulang di belalai gajah, dan gajah Sungai Styx tidak berbeda. Alasan mengapa kerangka gajah memiliki belalai panjang yang terbuat dari tulang putih adalah bahwa ia membuat belalai dengan banyak tulang patah di lumpur di dasar sungai karena ia tidak bisa melupakan masa lalu setelah mencapai Nirvana.

Tulang belulang yang patah adalah tulang belulang manusia. Setelah mendengarkan lantunan oleh Sungai Styx selama puluhan ribu tahun, gajah kerangka itu telah mengubah tulang-tulang manusia ini menjadi senjata magisnya yang berisi Kekuatan Buddha yang tak ada habisnya. Itulah mengapa itu bisa mengikat Vermilion Bird dan Ning Que dengan mudah meskipun keduanya telah mencapai Knowing Destiny Zenith.

Selama deru, batang tulang mengayun ke Sangsang seperti bayangan putih, yang sekuat Vajra di tangan Buddha, mengaduk sungai. Seseorang pasti akan mati jika terkena itu.

Jiwa-jiwa tidak puas yang tak terhitung jumlahnya di sungai telah melihat banyak teman mereka terbunuh oleh belalai gajah. Melihat ini, mereka semua ketakutan dan tidak berani menonton lagi.

Sangsang juga tidak melihatnya. Tampaknya dia bahkan tidak tahu bahwa gajah kerangka di bawahnya sedang menyerangnya dan bahwa belalai yang terbuat dari tulang manusia akan jatuh di tubuhnya. Dia terus bergerak maju tanpa ekspresi.

Dia mengambil langkah ke depan dan menginjak belalai gajah! Tindakannya tampak sangat sederhana, tetapi sebenarnya itu sangat misterius dan musykil. Tampaknya gajah kerangka merentangkan belalainya dan menunggu dia menginjaknya!

Tangisan nyaring terdengar di seluruh Sungai Styx!

Gajah kerangka itu sangat kesakitan sehingga ia menggelengkan kepalanya mati-matian dan menghabiskan seluruh kekuatan tubuhnya untuk menarik belalainya dari kaki Sangsang. Tapi belalai patah menjadi dua dan tulang putihnya terbang keluar!

Sangsang pergi ke depan Ksitigarbha dan mengulurkan tangan untuk memegang gagang besi.

Ksitigarbha memandangnya dengan tenang, dan Pennant of Human Skulls di tangannya tiba-tiba menjadi ratusan kali lebih besar, menutupi seluruh sungai dan kemudian jatuh di atas kepalanya.

Sungai yang jernih sekali lagi gelap dan kabut, seolah-olah malam akan datang. Ada suara-suara tajam dan tidak menyenangkan yang tak terhitung jumlahnya di malam hari, yang berasal dari tengkorak yang tak terhitung jumlahnya meraung marah!

Satu tengkorak mewakili satu pengikut Ksitigarbha, dan tengkorak yang tak terhitung banyaknya pada Pennant of Human Skulls mewakili kesadaran dan keengganan para pengikut!

Ning Que memiliki lebih banyak luka di tubuhnya, dan gendang telinganya juga pecah secara instan. Dia akan hancur berkeping-keping oleh lolongan jika dia tidak menguasai Haoran Qi dan memiliki tubuh sekuat kekuatan Doktrin Setan.

Cedera mengerikan yang sebenarnya bukan pada tubuh bagian luarnya, tetapi di dalam hatinya. Tiba-tiba jantungnya berdetak lebih cepat, seperti badai hujan. Di bawah kecepatan seribu detak per napas, jantungnya mungkin pecah kapan saja!

Kesadaran Ning Que sangat jelas, dan dia dalam banyak rasa sakit dan ketakutan. Nalurinya untuk bertahan hidup membuatnya ingin meninggalkan Pennant of Human Skulls yang mengerikan dan gajah kerangka dan kembali ke wastafel yang tenggelam, tetapi dia tidak bisa melakukannya.

Sansang yang mengendalikan tubuhnya saat ini.

Sangsang mengabaikan kerusakan yang diderita tubuh ini, dan sepertinya tidak peduli bahwa tubuh ini bisa dihancurkan kapan saja. Dia masih tenang dan acuh tak acuh.

Dia melihat Pennant of Human Skulls di tangan Ksitigarbha dan berteriak, “Terlalu berisik!”

Teriakan itu seperti guntur dan bergema di dasar sungai yang gelap, berdering lebih keras daripada nyanyian jiwa-jiwa yang tidak puas yang tak terhitung jumlahnya. Tengkorak yang tergantung di tepi Umbul Manusia Tengkorak terkejut dan langsung terdiam.

Setelah beberapa saat, tengkorak-tengkorak ini bangun dan menjerit semakin marah.

Tiba-tiba, retakan kecil yang tak terhitung jumlahnya muncul di Pennant of Human Skulls, dan tengkorak yang tak terhitung jumlahnya hancur menjadi tulang-tulang kecil dan hanyut oleh sungai, tidak lagi membuat suara!

Tengkorak-tengkorak ini hancur oleh jeritan mereka sendiri!

Sangsang mengatakan bahwa tengkorak ini terlalu berisik. Karena mereka tidak berhenti berteriak, mereka harus mati. Ini adalah kehendak Haotian!

…

…

Sangsang mengeluarkan pedang besi dan mengayunkannya ke Ksitigarbha.

Dengan suara keras, pedang itu memotong kasaya yang ada di Ksitigarbha, memotong garis emas yang tak terhitung jumlahnya dan memotong tubuh Ksitigarbha, tetapi hanya meninggalkan luka yang dangkal. Darah emas perlahan mengalir keluar tetapi tidak turun.

Sangsang tidak senang, jadi Ning Que mengerutkan kening.

Dia mengulurkan tangan kanannya dan mendarat di dada Ksitigarbha dan menggunakan cara ajaib untuk menarik panah besi dari bagian belakang Ksitigarbha.

Melihat darah emas pada panah besi, Sangsang agak jijik. Dia mengambil busur besi, membengkokkan busur dan mengenakan panah dan menunjuk gugusan panah hitam dan tajam di antara alis Ksitigarbha.

Sebuah udara menyebar di sekitar area, menutupi kerangka gajah. Pennant of Human Skulls pecah dan hanyut di sepanjang sungai. Tapi itu tidak melayang, seolah-olah ada penghalang yang tak terlihat.

Sangsang membuka dunianya, dan Pennant of Human Skulls, kerangka gajah dan Ksitigarbha di belakang gajah semuanya ada di dunia ini. Tidak ada yang bisa melarikan diri dan tidak ada yang bisa menolak keinginannya.

Dia menggunakan panah besi untuk mengarahkan antara alis Ksitigarbha, dan Ksitigarbha tidak bisa melarikan diri.

Ksitigarbha memegang ujung depan panah besi dengan tangan kirinya.

Sangsang diam-diam menatapnya, dan Psyche Power jatuh ke panah besi.

Ksitigarbha tampak serius, mengumumkan namanya sendiri.

Sangsang melepaskan jari-jarinya dan panah besi meninggalkan busur. Tapi panah itu tidak bergerak. Ksitigarbha memegang batang panah besi, dan ada cahaya keemasan keluar dari tangan kirinya.

Gajah kerangka itu menangis sedih dan perlahan-lahan tenggelam. Dan tulang kaki depan kanannya patah!

Itu sangat sunyi, seolah-olah panah besi tidak menembak. Faktanya, kekuatan panah besi telah sepenuhnya dilepaskan!

Sangsang menarik busur, dan kemudian memegang panah besi dengan tangan kanannya dan mengirimkannya ke depan lagi.

Dia menyuntikkan Psyche Power ke busur dan anak panah.

Terdengar suara ringan.

Akhirnya ada luka di antara alis Ksitigarbha, dan setetes darah emas mengalir keluar.

Tetesan darah emas melayang jauh dari Ksitigarbha dan hanyut di sungai dengan kecepatan lambat tapi tak terbantahkan. Akhirnya, itu jatuh di antara alis Ning Que dan jatuh di jantung Sangsang.

Darah emas memicu tiga racun kemelekatan, keengganan, obsesi. Ning Que meludahkan darah, tetapi Sangsang masih memegang panah besi dan terus mengirimkannya ke depan.

Lebih banyak darah keemasan muncul di antara alis Ksitigarbha, dan dia semakin terluka. Namun sementara itu, Cahaya Buddha yang terkandung dalam darah emas membuat Ning Que menderita lebih banyak rasa sakit.

Siapa yang akan mati lebih dulu?

Melihat Ning Que yang berlumuran darah dan memiliki Haotian di dalam tubuhnya, Ksitigarbha berkata dengan belas kasih, “Buddha akan senang melihat kematian Haotian meskipun itu dengan mengorbankan kematian saya sendiri.”

Sangsang tidak menunjukkan emosi di wajahnya. Dia mengambil satu langkah maju dan panah besi terus bergerak maju.

Ksitigarbha tidak bisa lagi mempertahankan pandangan yang tenang dan penuh kasih sayang, dan menjadi takut dan frustrasi. Dia meraung dan menampar dada Ning Que dengan tangan kanannya.

Sangsang mengabaikannya dan terus bergerak maju. Panah besi di tangannya sangat menusuk ke kulit di antara alis Ksitigarbha. Darah emas Buddha terciprat ke mana-mana, dan Kekuatan Buddha tiba-tiba berserakan begitu darah itu muncul.

Sebelum kematiannya, mata Ksitigarbha penuh kebingungan, karena dia tidak mengerti mengapa Haotian, dewa paling mulia yang menikmati keabadian, berani mempertaruhkan hidupnya bersamanya?

Dia tidak tahu bahwa Sangsang dan Ning Que berencana mempertaruhkan hidup mereka dengan Buddha.

…

…

Gajah kerangka menyusut ke kedalaman sungai yang gelap. Itu berjalan perlahan karena kaki depan kanannya patah. Dan ia terus mengayunkan setengah dari tulang belulangnya yang tersisa. Gajah itu tampak seperti sedang kesakitan.

Ksitigarbha duduk di belakang kerangka gajah dengan mata terpejam. Napas Buddha-nya sudah hilang.

Melihat ini, jiwa-jiwa yang tidak puas di dasar sungai berbisik, seolah-olah mereka tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka saksikan. Ketika mereka melihat kapal yang tenggelam itu, mereka menjadi sangat sunyi.

Tubuh Ning Que diguncang kembali ke wastafel tenggelam oleh serangan terakhir Ksitigarbha. Melihat gajah kerangka yang menghilang ke dalam kegelapan, dia tiba-tiba meludahkan darah dan jatuh di kapal.

Sangsang menyerahkan kendali atas tubuh ini.

Ning Que membuka matanya dan bertanya dengan cemas, “Apakah semuanya baik-baik saja?”

Sangsang menjawab, “Jika dia tidak mundur pada akhirnya, maka kita bisa kalah. Tapi dia mundur. ”

Ning Que telah menonton pertempuran, jadi dia tahu bahwa Sangsang sangat lemah saat ini. Jika Ksitigarbha mempertahankan kondisi pikirannya sampai akhir, dia tidak akan dikalahkan. Ada kemungkinan Ksitigarbha atau Sangsang bisa terluka dan dikalahkan.

Dia melihat ke arah gajah kerangka menghilang ke dalam dan berkata dengan emosi, “Semua orang mengatakan bahwa Ksitigarbha memiliki belas kasih yang besar dan tegas dan gigih. Ternyata dia juga seorang bhikkhu yang takut mati. Hanya seorang Bodhisattva palsu. ”

Kapal yang tenggelam mengapung, dan sungai memisahkan jalan, menampakkan langit di atas sungai. Awan hujan telah menyebar, dan kapal berlayar di sungai dengan lancar.

Airnya sangat jernih. Orang tidak bisa melihat ikan, tetapi bisa melihat jiwa dan tengkorak yang tidak puas. Jiwa-jiwa yang tidak puas cukup pintar untuk mengetahui bahwa mereka tidak bisa menyakiti Ning Que dan Sangsang, jadi mereka hanya melihat kapal dengan ketakutan. Tetapi tengkorak secara naluriah berusaha untuk menghalangi kapal.

Setelah Sangsang mengendalikan tubuhnya untuk jangka waktu tertentu, koneksi Ning Que dengan dia menjadi lebih erat. Melihat tangan tulang, dia hanya melambaikan lengan bajunya dan tangan itu langsung dimurnikan.

Tidak ada tengkorak yang berani mendekati kapal, dan jiwa-jiwa yang tidak puas hanya mengambang di air. Ning Que ingat saat ketika dia dan Sansgang menyeberangi Sungai Besar, yang tidak seindah hari ini tetapi masih sangat aneh.

Kapal mencapai sisi lain sungai dan kandas di lumpur. Ning Que memegang Sangsang di punggungnya, menggunakan pedang besi sebagai penopang dan berjalan menuju hutan di timur. Mendekati hutan, dia melihat kembali ke sungai yang tenang dan dilanda ketakutan dan kebanggaan, sebagai hasil dari pertempuran. Ksitigarbha sudah mati sekarang. Siapa lagi yang bisa menghentikan saya?

Pada saat ini, Cahaya Buddha secara bertahap berkembang di langit yang gelap di atas barat sungai. Suara nyanyian yang samar datang dari ratusan mil hutan kayu merah yang ia gunakan untuk menghancurkan Talisman Intent. Dia tahu bahwa banyak Buddha di Nirvana telah datang kembali.

Dia berteriak ke sisi lain, “Seberangi sungai dan kejar aku jika kau berani.”

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–