Nightfall Chapter 99

Website sudah kembali normal seperti semula, happy reading 🙂👍

Babak 99: Orang yang Tertinggal Dunia

Penerjemah: TransN Editor: TransN

“Apakah Kota Wei sangat jauh?”

“Itu dekat dengan Kaiping.”

“Di mana Kaiping?”

“Ini sangat dekat dengan Kota Wei.”

“Aku tahu itu di sekitar benteng perbatasan. Tapi di mana Anda sebelum Anda pergi ke benteng perbatasan? ”

“Di atas gunung.”

“Gunung yang mana?”

“Min Mountain.”

“Apakah itu gunung yang tinggi?”

“Tentu saja.”

“Di mana kamu sebelum kamu pergi ke Gunung Min?”

“…”

“Di mana kamu?”

“Yah, aku terlalu muda untuk mengingat. Saya hanya tahu bahwa saya anak yatim. ”

…

…

Percakapan mereka harus berakhir di sini karena pidato Ning Que semakin tidak jelas dan pola pikirnya tetap bertahan di zaman kacau. Situ Yilan mengambil handuk basah untuk menyeka dahinya dengan paksa. Dia memelototi pria muda mabuk yang berbaring di seberang meja, bertanya-tanya apa artinya semua ini.

Dewdrop kembali saat itu, setelah pergi di tengah-tengah percakapan mereka untuk menghadiri sesuatu yang lain. Kehadirannya mengakhiri udara yang canggung. Dia mengerutkan kening pada Ning Que dan tidak bisa menahan kepalanya. Dia membantunya berdiri dan meletakkan handuk basah di dahinya. Dia tersenyum pada Situ Yilan dan berkata dengan suara agak serak, “Miss Situ, dia tidak bisa memegang minuman kerasnya dengan baik.”

Ning Que bangun berkepanjangan sebelum Situ Yilan bisa menertawakannya. Samar-samar dia bisa merasakan wajahnya menempel pada sesuatu yang dingin, lembut, dan bundar. Mengikuti nalurinya, dia mengencangkan lengannya di pinggang orang itu dan menekan wajahnya lebih dekat, bahkan mendorong kepalanya ke dalamnya.

Dorongan jahatnya meremas payudara montok Dewdrop agak tidak berbentuk. Rasa malu tiba-tiba menghampirinya, dan sedikit kemerahan pada wajahnya yang berwarna seperti batu giok.

Situ Yilan memperhatikan saat Ning Que yang mata tertutup merentangkan tangannya yang tidak senonoh ke lengan Dewdrop dan beringsut menuju tempat tertentu. Dia tidak bisa menahan rasa jengkelnya dan membuang muka, menutupi dahi dan matanya dengan tangannya. Meskipun demikian, dia adalah seorang wanita bangsawan yang belum menikah dari Kediaman Jenderal Yunhui di Chang’an. Dia memperlakukan kegiatan mencari di rumah bordil sebagai kegiatan yang elegan. Siapa yang berani melakukan sesuatu yang tidak senonoh di depannya?

Tentu saja, dia tahu dia adalah orang yang membuat Ning Que mabuk, begitu mabuk sehingga dia hampir kehilangan kesadarannya. Mungkin dia bahkan tidak tahu apakah yang dipeluknya itu pinggang atau willow. Atau yang dia gosok adalah peti atau sepotong roti. Tetapi untuk seorang gadis yang belum menikah, bahkan jika dia dikenal karena keberaniannya di Chang’an, pemandangan yang terjadi di depannya agak tak tertahankan. Dalam rasa malu dan marah, dia berdiri, menyeret Ning Que ke kakinya, dan terus membuatnya minum.

Ning Que samar-samar bisa merasakan seseorang berusaha membuatnya lebih mabuk dan melawan. Dia tergantung di pinggang Dewdrop dan menolak untuk melepaskannya. Tangannya terus meluncur ke lengan bajunya, menggosok perutnya yang lembut dan montok, dan dia terus menggumamkan omong kosong yang tak terbaca seperti bagaimana ini lebih baik daripada anggur atau bagaimana dia ingin berhenti minum.

Dewdrop terkikik, tergelitik oleh sentuhannya. Dia buru-buru mengangkat lengan bajunya untuk menutupi bibirnya dan terkekeh. “Jika Anda terus menyentuh, saya harus menagih Anda.”

Terselimuti dalam pelukannya, Ning Que menjawab dengan kebingungan, “Saya sekarang adalah orang dengan kekayaan 2.000 tael perak. Apakah Anda pikir saya akan khawatir tentang sedikit uang itu? Jika seorang biarawan dapat menyentuh Anda, mengapa saya tidak bisa? Jadi bagaimana jika kita bahkan tidur bersama? ”

Dewdrop ini kesal tetapi dia menjadi bingung ketika dia mendengar dia menyebutkan seorang biksu. Dia menatap Situ Yilan yang merentangkan tangannya dan berkata dengan jengkel, “Bagaimana saya tahu apa yang dia bicarakan?”

Situ Yilan meraih kerah jubah Ning Que dan menyeretnya ke wajahnya. Dia berteriak, “Cepat pulang, kau pemabuk! Bukankah seseorang menunggumu di rumah? ”

Siapa yang tahu apakah itu angin malam di pegangan tangan, gemetaran Situ Yilan yang kejam, atau sesuatu dalam kata-katanya yang sepertinya mengingatkan Ning Que. Tubuhnya menegang dan dia perlahan membuka matanya yang lesu. Dia menatap pemandangan di luar pegangan di malam hari dan bergumam, “Ya. Ada seseorang yang menunggu di rumah. ”

Para wanita saling bertukar pandang dan menghela nafas lega pada saat yang sama. Mereka tidak peduli dari mana yang disebut keberuntungan Ning Que berasal sama sekali. Mereka merasa lega karena pada akhirnya terhindar dari ditemani seorang tuan muda yang malang yang tiba-tiba menjadi kaya.

Bertentangan dengan harapan mereka, Ning Que bergoyang ketika dia berdiri dan merobek tangan Situ Yilan dan dengan lembut menghindari Dewdrop yang ingin menopang lengannya.

Dia terhuyung-huyung kembali ke dalam gedung. Dia memasuki kantor akuntansi, mengambil sikat tulis, dan merobek selembar kertas dari buku rekening. Dia sebagian bersandar di sisi meja dan menulis beberapa angka kursif tak terbaca di atas kertas. Dengan mata terbelalak, dia berkata, “Kirim ini kembali ke Lin 47th Street untukku.”

Dewdrop mendekatinya untuk melihat lebih dekat, hanya untuk melihat beberapa kata-kata tertulis di kertas. Kata-kata itu ditulis miring dan berserakan di mana-mana. Jika dia tidak dengan cermat membedakan setiap karakter, dia tidak akan tahu apa yang telah ditulisnya …

Catatan itu berbunyi: “Sangsang, tuanmu mabuk hari ini dan tidak akan pulang untuk tidur. Ingatlah untuk minum sup ayam yang tersisa di panci. ”

…

…

Ning Que adalah seorang pria muda yang tampak lembut tetapi orang yang tenang dan tenang di dalam. Sadar akan toleransinya yang rendah terhadap alkohol, ia biasanya hanya minum dengan Sangsang. Dia jarang membiarkan situasi di mana dia akan minum berlebihan dan menghasilkan situasi di luar kendalinya. Namun, hari ini berbeda. Dia sangat senang bahwa dia akan merasa kehilangan jika dia tidak punya anggur untuk merayakannya.

Kegembiraan yang datang dari sudut terdalam hatinya tidak ada hubungannya dengan bersenang-senang di rumah bordil atau pesta dengan teman-teman sekelasnya dari Akademi. Itu murni karena pesan yang dia lihat di selembar kertas tipis di perpustakaan lama. Di bawah sinar matahari sore yang hangat, dia dengan samar menemukan arah pintu yang membuka ke dunia yang indah itu. Dia akhirnya melihat secercah harapan setelah mati-matian mencarinya selama lebih dari 10 tahun. Apakah ada momen lain di dunia ini yang pantas mendapat perayaan mabuk lebih dari yang ini?

Dewdrop tidak bisa menahan tawa di kejenakaan mabuk Ning Que menggemaskan. Dia membantunya berdiri dan menggelengkan kepalanya. “Jangan minum lagi. Saya akan minta sopir kami mengirim Anda pulang dengan kereta nanti. ”

Ning Que dengan lembut memegang tangannya, hanya untuk menemukan telapak tangannya basah karena keringat. Baru pada saat inilah dia menyadari logika di balik perkataan bahwa orang mabuk memiliki pikiran yang paling jernih. Dia memicingkan matanya untuk menutupi kegugupannya dan berpura-pura tenang. “Aku tidak akan pulang malam ini.”

“Kamu mengadakan pesta minum dengan teman sekelasmu. Ini tidak tepat. ” Dewdrop tertawa. “Di mana martabatmu?”

Ning Que yang mabuk menjawab, “Saya hanyalah seorang prajurit kecil dari benteng perbatasan. Apa yang saya ketahui tentang martabat? Saudaraku terkasih, mengapa kamu tidak membiarkan aku mencobanya sekali malam ini? ”

“Jangan mengambil keuntungan dari kemabukanmu untuk bertingkah, hanya untuk menyesal ketika kau sadar.” Dewdrop terkekeh. “Ketika kamu sadar, tidak apa-apa sekali, aku bahkan akan membiarkanmu melakukannya tiga kali.”

Ning Que menyipit dan melambai berulang kali, tertawa. “Itu tidak akan berhasil. Maka saya akan kehilangan martabat saya tiga kali. ”

“Aku tidak bisa terus mendengarkan omong kosong ini.” Situ Yilan merengut. Dia memegang dahinya, berusaha menekan gelombang di perutnya yang disebabkan oleh anggur yang dia konsumsi. “Ning Que, tidak bisakah kamu memilih hari lain untuk bertindak?”

Ning Que nyaris tidak berhasil menemukan pijakannya. Dia membungkuk dalam-dalam dan berkata, “Miss Situ, kaulah yang memilih tempat ini. Saya benar-benar tidak memiliki keberanian untuk menemani seorang gadis ke rumah pelacuran. ”

Situ Yilan terdiam untuk saat ini. Dia memelototinya, berpikir bahwa jika dia tahu bahwa dia menemaninya ke rumah bordil, dia seharusnya hanya mendengarkan lagu, menonton tarian Hu, dan berbicara tentang kehidupan dan seni alih-alih bersikap seperti ini.

Untungnya, dia tidak mengatakan kata-kata ini. Kalau tidak, dia mungkin memprovokasi keluhan Ning Que bahwa perbedaan antara seorang gadis akademis dan seorang gadis biasa hanya dalam urutan hal-hal yang mereka inginkan.

Dewdrop tersenyum dan menatap Ning Que dengan simpatik. “Ning Que, Anda sepertinya lupa sesuatu. Nyonya Jian telah memerintahkan semua orang untuk tidak menghiburmu hari itu. Kemana kamu bisa pergi dan bersenang-senang? ”

Saat itu, seorang pelayan kecil yang tampak sombong muncul dengan semangkuk sup zinnia yang menenangkan. Dia adalah Xiaocao, pelayan Nyonya Jian. Dia menatap Ning Que dengan dingin dan berkata, “Nyonya Jian mengatakan tidak ada yang diizinkan untuk membiarkannya minum lagi. Adapun Anda, Ning Que, minum semangkuk sup ini dan mandi sebelum naik ke atas bersamaku. Nyonya Jian memiliki sesuatu untuk ditanyakan padamu. ”

Dalam novel, semacam kalimat sering digunakan untuk menggambarkan gaya kerja seorang master: ‘Secepat mengedipkan mata, mereka melihat …’ Xiaocao sang pelayan adalah salah satu contohnya. Dia berbicara seperti master dan kata-katanya sudah cukup untuk membuat pelacur lainnya mendorong siswa Akademi untuk minum lebih banyak. Ning Que meletakkan toples minuman kerasnya dengan sedih dan jatuh ke dalam kesunyian.

Pada saat Ning Que minum semangkuk sup yang sehat dan mandi, siswa lain mulai berbicara tentang apa yang terjadi. Mereka yang tahu identitas Nyonya Jian, khususnya, tidak bisa tidak membahas rahasia tertentu dari istana kekaisaran serta legenda tertentu dari Kekaisaran Tang. Ini membuat semua orang semakin penasaran dengan apa yang telah mereka saksikan hari ini.

Itu masih sepi di samping pegangan. Situ Yilan dan Jin Wucai berbagi percakapan singkat sebelum kembali ke tempat itu lagi. Mereka berdiri di sebelah Dewdrop dan menatap pelacur ibu kota yang populer itu. “Bahkan jika Ning Que cukup beruntung untuk mengesankan Nyonya Jian, Anda dan Lu Xue tidak harus dengan sengaja mendapatkan bantuannya dengan status Anda saat ini. Kami ingin tahu mengapa Anda tetap melakukannya. ”

“Ning Que tertipu untuk memasuki rumah bordil kami adalah kejadian yang menarik. Malam itu, Nyonya Jian telah menjelaskan bahwa tidak ada yang seharusnya menghiburnya. Jangankan para wanita dari rumah bordil lain, tidak ada dari kita yang berani melanggar perintahnya di sini. Tapi dia masih sering datang ke sini. Apa buktinya? ”

Sesuatu bersinar di mata Dewdrop saat dia tersenyum lembut. “Ini membuktikan bahwa pemuda ini hanya ada di sini untuk mengobrol dengan kami. Orang-orang seperti kami sebenarnya sangat suka mengobrol sederhana dan polos dengan orang lain. ”

Situ Yilan menyangga dagunya dengan telapak tangannya dan bersandar pada pegangan seolah-olah sedang tenggelam dalam pikirannya.

Dewdrop tersenyum dan melanjutkan, “Kami suka mengobrol dengannya karena kami tidak bisa menjadi diri kami sendiri dalam percakapan yang biasa. Kami terus-menerus harus berpikir tentang mencoba membuat pelanggan kami yang terhormat bahagia. Ning Que suka mengobrol dengan kami karena ia memiliki stres yang terkubur dalam dirinya yang hanya bisa diredakan melalui obrolan ini. Sepertinya dia hanya bisa bersantai di orang seperti ini dan sambil mengobrol dengan orang-orang seperti kita. ”

Situ Yilan mengerutkan kening, mata penuh rasa ingin tahu. “Stres macam apa yang bisa dia miliki?”

“Aku tidak tahu masalah apa yang dihadapi Ning Que dalam hidupnya, tapi aku tahu ada sesuatu yang salah.” Senyum Dewdrop berangsur-angsur memudar dan dia berkata dengan sedih, “Di matamu, dia tidak lebih dari pemuda yang pendiam dan tenang. Hanya orang-orang duniawi dan menyedihkan seperti kita yang bisa melihat kemurungan yang dia sembunyikan di dalam. ”

Pelacur populer di Chang’an dengan lembut berkata, “Selain itu, saya juga seorang yatim seperti dia.”

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami sehingga kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.

–> Baca Novel di Baca Komik Dan Novel Gratis <–